ISI
A.
Pengertian Fatwa
Fatwa berasal dari bahasa Arab yang artinya nasihat, petuah, jawaban atau pendapat
Adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh
sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan oleh seorang mufti
atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
peminta fatwa (mustafti) yang tidak mempunyai keterikatan. Dengan demikian peminta fatwa
tidak harus mengikuti isi atau hukum fatwa yang diberikan kepadanya. Tindakan memberi
fatwa disebut futya atau ifla, suatu istilah yang merujuk pada profesi pemberi nasihat. Orang
yang memberi fatwa disebut mufti atau ulama, sedangkan yang meminta fatwa disebut
mustafti.
Peminta fatwa bisa perseorangan, lembaga ataupun siapa saja yang membutuhkannya.
Hukum berfatwa adalah fardu kifayah, kalau ada orang lain yang bisa memberi fatwa selain
dirinya. Adapun kalau tidak ada orang lain yang bisa memberi fatwa dan masalah yang
difatwakan itu cukup mendesak maka ia pun secara fardu 'ain wajib memberi fatwa atas
peristiwa itu. Oleh karena fatwa itu menyangkut masalah agama maka tidak sembarang orang
bisa menduduki sebagai mufti syarat-syarat yang harus di miliki oleh seorang mufti antara
lain adalah:
1) Fatwanya harus didasarkan kepada kitab-kitab induk yang mutabar agar fatwa yang
2) Apabila ia berfatwa berdasrkan qoul seseorang alim, maka ia dapat menunjukan dasar
sumber pengambilan fatwanya itu, dengan demikian ia terhindar dari berbuat salah
dan bohong
3) Seorang mufti harus mengerti atau mengetahui berbagai macam pendapat ulama agar
B.
Pengertian Mufti
Seorang mufti (pemberi Fatwa) tentulah orang yang mempunyai wawasan keilmuan
yang luas, agar yang difatwakannya tentang suatu masalah hukum sesuai dengan yang
sebenarnya. Orang yang mempunyai pengetahuan tentang hukum syara dan mempunyai
kemampuan untuk menggali sumbernya .karena itu ,maka ia menjadi tempat bertanya bagi
orang awam.sebagai orang yang tahu,disebut mujtahid, dan dalam kedudukannya sebagai
orang yang member jawaban atas pertanyaan orang awam,ia di sebut mufti.
Bagi orang awam menanyakan masalah kepada para ahli diperintahkan oleh Allah dalam
firmannya:
(al-Anbiya':7)
Permintaan fatwa tersebut hendaklah diajukan kepada orang yang sudah terkenal
keahliannya dan keadilanya. Jika orang yang dimintai fatwanya belum dikenal
Kewajiban seorang mufti (yang dimintai fatwa) ia memberikan fatwa , bila dimintainya ia
tidak diperkenankan menolak memberikan fatwa. Karena mufti yang menolak memberikan
fatwa dibenci oleh Rasullullah saw. Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang artinya;
"Barang siapa ditanyai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka ia bakal dikendalikan
pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka". (HR.Abu daud dan at-turmudzi).
Abu Ishaq Ibrahim menguraikan secara detail tentang syarat-syarat seorang mufti yang dapat
1) Mengetahui sumber hukum, yaitu al-Qur"an dan sunah, baik qauliyah, fliyah dan
taqririyah
8) Mengetahui ijtihad
Mufti adalah panutan dan ikutan kaum muslimin, karena itu disamping ia ahli al-Qur"an
dan hadits, ia juga seorang yang mempunyai akhlakul karimah (budi pekerti yang mulia),
2
Sehubungan dengan hal di atas, Imam Ahmad Ibn Hambal sepertinya mengidentikkan
syarat_syarat seorang mufii dengan sifat-sifat yang dimiliki seorang mufi, sebagaimana
1) Mufti memberi fatwa dengan niat semata-mata mencari keridhaan Allah SWT, bukan
kekuasaan dan sebagainya. Dengan adanya niat yang seperti itu, maka Allah SWTT
2) Hendaklah seorang mufti itu berwibawa, sabar dan dapat menguasai dirinya, tidak
hidupnya kepada orang lain. Dengan hidup berkecukupan itu ia dapat memperdalam
ilmunya, dapat mengemukakan kebenaran sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-
kegoncangan dalam
5) Masyarakat, sekaligus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan hukum Allah dan
Rasul- Nya.
C.
Keperluan terhadap fatwa sudah terasa sejak awal perkembangan Islam. Dengan
meningkatnya jumlah pemeluk Islam, maka setiap persoalan yang muncul memerlukan
jawaban. Untuk menjawab persoalan tersebut diperlukan bantuan dari orang-orang yang
kompeten di bidang tersebut. Dalam masalah agama, yang berkompecten untuk itu adalah para
mufti atau para mujtahid. Pada mulanya praktik fatwa yang diberikan secara lepas dan belum
ada upaya untuk membukukan isi fatwa ulama-ulama tersebut. Fatwa pertama kali
dikumpulkan dan sebuh kitab pada abad ke-12 M. Mazhab Hanafi memiliki sejumlah kitab
fatwa seperti:
az-Zakhirat al-Burhaniyah,
kumpulan fatwa Burhanuddin bin Maza (wafat 570 H/1174). Inilah kitab kumpulan
al-Mi'yar al-Magrib