108-Article Text-150-1-10-20200309 PDF
108-Article Text-150-1-10-20200309 PDF
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Variasi Fonologi Dan Leksikon dialek Angkola Desa
Sialagundi di Desa Aek Garugur Kabupaten Tapanuli Selatan dengan alat bantu perekam dan
wawancara langsung. Setelah data terkumpul selanjutnya peneliti mengelompokkan berdasarkan
mulai dari kata benda, kata kerja, kata sifat berdasarkan rumus wajib Swadess. Kemudian dilakukan
pengidendifikasian, menganalisis berdasarkan Variasi Fonologi dan Leksikon. Variasi Fonologi
Dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek garugur tidak terdapat banyak perbedaan yang berarti.
Variasi Leksikon Dialek Angkola Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur terdapat perbedaan konsonan
‘KK” dan di Desa Aek Garugur menggunakan atau menyisipkan kata “ ng” .Dan penyebabnya adalah
faktor geografis karena Desa Sialagundi yang lebih dekat dengan perbatasan Kabupaten Tapanuli
Utara yang memakai kosa kata “ Batak Toba” dan Aek Garugur yang berdekatan dengan perbatasan
Kabupaten Mandailing Natal yang mempergunakan kosa kata “ Mandailing “.
1
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
Geografi dialek adalah nama lain dari dialeknya juga. Misalnya Bahasa Jawa dialek
dialektologi yang disebut juga dialek tregional. Banyumas, memiliki ciri tersendiri yang
Geografi dialek mempelajari variasi-variasi berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa jawa
bahsa berdasarkan perbedaan lokal (tempat) dialek Pekalongan. Demikian halnya dengan
dalam wilayah bahasa (Nandra dan Reniwati bahasa Batak Dialek Angkola khususnya
2009: 20) dialek Sialagundi di desa Aek Garugur. sama-
Di Kabupaten Tapanuli Selatan sama bahasa Angkola tetapi variasi dialek
khususnya Desa Sialagundi yang letaknya di berbeda. Para penutur bahasa Angkola dialek
kecamatan Sipirok dan berdekatan dengan Sialagundi dapat berkomunikasi dengan baik
kabupaten Tapanuli utara, sedangkan desa Aek dengan penutur bahasa Angkola dialek Aek
Garugur berada di kecamatan sayur Matinggi Garugur. Mengapa? karena dialek dialek
yang mendekati daerah perbatasan Kabupaten tersebut masih termasuk bahasa yang sama
Mandailing Natal. Kedua desa ini merupakan yaitu bahasa Angkola. Walaupun batas
sampel penelitian. Karena walaupun kesaling-mengertian antara anggota dari satu
mempergunakan dialek Angkola tetapi dialek dengan anggota dialek lainyang bersifat
terdapat banyak variasi, namun yang dibahas relatif.
dalam penelitian ini adalah variasi dari segi Daerah Sialagundi yang merupakan
Leksikon dan fonologi. Desa yang dekat dengan perbatasan kabupaten
Karena dialek itu merupakan ciri Tapanuli Utara, dan Aek Garugur berdekatan
khusus dari sekelompok individu atau dengan perbatasan Kabupaten Mandailing
masyarakat dalam menggunakan bahasa. Natal. Jadi jelas terlihat variasi dialek yang
Variasi berdasarkan penuturnya yang disebut merupakan sama sama berada mendekati
juga dialek ini adalah variasi bahasa yang daerah perbatasan.
berasal dari sekelompok penutur yang TINJAUAN PUSTAKA
jumlahnya relatif yang berada pada suatu Variasi Bahasa
tempat, wilayah atau area tertentu. Para Penutur bahasa Indonesia dari
penutur dalam suatu dialek walapun memiliki kawasan geografis yang berbeda dari
idoleknya masing-masing, memiliki kesamaan kelompok sosial yang berlainan akan
ciri yang menandai bahwa mereka adalah cenderung memperlihatkan
berada dalam suatu dialek yang sama yang perbedaan- perbedaan sistematik.
berbeda dengan kelompok penutur yang lain, Kelompok-kelompok yang demikian
yang berada dalam dialeknya sendiri, yang dikatakan mempunyai dialek-dialek
berbeda dengan ciri lain yang menandai yang berbeda. Dialek tidak lain dari
pada satu variasi bahasa yang contoh Bahasa Angkola Dialek Angkola desa
berbeda secara konsisten dari variasi- Sialagundi di desa Aek Garugur yang
variasi (ragam) lain dari bahasa yang merupakan yang secara historis keduanya
sama yang digunakan di kawasan- berasal dari bahasa Angkola tetapi banyak
kawasan geografis yang berlainan persamaan dan juga perbedaan dalam fonologi
dan olah kelompok-kelompok sosial maupun leksikon.
yang juga berlainan. (Paul Ohoitun: Variasi bahasa juga didefinisikan
1997: 20). sebagai bentuk-bentuk atau bagian-bagian atau
Setiap bahasa juga memiliki variasi varian dalam bahasa yang masing-masing
yang berbeda-beda. Variasi bahasa juga memiliki pola yang menyerupai pola umum
merupakan seperangkat pola tuturan manusia bahasa induknya (Poedjosoedarmo dalam
yanag mencakub bunyi, dan ciri-ciri Aslinda 2007: 17)
gramatikal yang yang secara unik dapat Keadaan geografis yang berbeda-beda
dihubungkan dengan faktor eksternal seperti telah memisahkan masyarakat menjadi
geografis dan faktor sosial, Wardhaugh: 1986: kelompok-kelompok yang terdiri atas berbagai
22 (dalam Atmawati, Dwi: 2006) bangsa. Keberagaman bangsa tersebut telah
Dalam hal variasi atau atau ragam melahirkan budaya yang berbeda-beda,
dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya termasuk di dalamnya bahasa. Selain faktor
keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam geografis juga faktor status sosial, faktor
masyarakat sosial. Halliday (dalam Chaer: situasi bahasa, waktu, budaya dan individual
2010: 62) Membedakan variasi bahasa telah menyebabkan munculnya variasi-variasi
berdasarkan a. Pemakainya yang disebut bahasa. Penggunaan bahasa termasuk variasi
dialek dan b. Pemakaian (register). terjadinya bahasa (Maya: 2014: 153)
keragaman atau kevariasian bahasa ini tidak Dari beberapa pendapat ahli tersebut
saja disebabkan oleh para penuturnya yang dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa
tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan merupakan wujud pemakaian bahasa yang
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat berbeda-beda oleh penutur yang disebabkan
beragam. setiap aktivitas memerlukan atau oleh adanya faktor-faktor tertentu.
menyebabkan terjadinya variasi bahasa. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
keragamaan akan bertambah suatu bahasa itu Variasi
digunakan oleh penutur yang banyak pula, Ada beberapa faktor penyebab
juga wilayah/area yang luas. seperti yang munculnya variasi ,menurut Paul Ohoiwitun
terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dalam (1997: 48) yaitu faktor geografis, faktor
kedudukan sosial, faktor situasi bahasa. Aek Garugur yang lokasinya sangat berjauhan
Namun yang dibahas dalam penelitian ini sehingga variasi bahasa akan kelihatan
adalah faktor geografis karena lebih perbedaan baik leksikon ataupun fonologinya.
berpengaruh. Faktor geografis ini juga dapat digunakan
a. Faktor Geografis sebagai salah satu dasar untuk menentukan
Di masa yang telah lampau ketika bahasa atau dialek.Semakin dekat letak suatu
teknologi komunikasi dan perkembangan daerah dengan daerah lain,maka semakin
media massa belum semaju sekarang, orang sedikit pula perbedaan yang terdapat dalam
dapat menyaksikan gunung dan sungai yanag bahasanya dan semakin jauh letak suatu
telah memisahkan kelompok –kelompok daerah dengan daerah lain, semakin banyak
manusia yang menyebabkan munculnya pula perbedaan yang dimilikinya.
perubahan-perubahanbahasa. Faktor geografis Namun demikian, perlu diingat bahwa
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk criteria di atas juga mempunyai kelemahan-
menentukan bahasa atau dialek. Semakin kelemahan.Penutur yang tinggal di daerah
dekat suatu daerah dengan daerah yang lain, yang secara geografis letaknya terpencil dan
maka semakin sedikit perbedaan yang terdapat perhubungannya relatifnya, berkemungkinan
di dalam bahasanya dan semakin jauh letak memiliki dialek atau bahasa sendiri.Sebaliknya
suatu daerah dengan daerah lain, semakin penutur yang secara geografis tinggal
banyak juga perbedaanyang bahasanya. berdekatan dan perhubungannya relative
Tetapi dalam hal di atas banyak juga mudah berkemungkinan memiliki bahasa atau
dijumpai kelemahan-kelemahannya. Penutur dialek yang sama.Dalam kenyataannya, hal itu
yang tinggal di daerah yang secara geografis juga tidak berlaku sepenuhnya.
letaknya terpencil dan perhubungannya Bisa terjadi daerah yang secara
relatifsukar, berkemungkinan memiliki bahasa geografis letaknya berjauhan,tetapi memiliki
atau dialek sendiri. Demikian juga sebaliknya bahasa atau dialek yang sama .Hal itu
apabila penutur yang secara geografis tinggal disebabkan oleh faktor lain,diantaranya adalah
berdekartan dan perhubungannya relatife faktor perhubungan,perdagangan,
mudah, kemungkinan memiliki bahasa atau transmigrasi, dan juga penjajahan. Sebaliknya
dialek yang sama. tetapi tidak tertutup mungkin saja daerah yang secara geografis
kemungkinan hal itu akan berlaku sepenuhnya. letaknya berdekatan,tetapi dianggap memiliki
sukar, berkemungkinan memiliki dialek atau bahasa/dialek yang berbeda.Keadaan ini juga
bahasa sendiri. Demikian halnya dengan bisa terjadi disebabkan oleh faktor
penelitian ini yaitu di desa Sialagundi dan desa peperangan.
Motivasi ketiga kerkaitan dengan data Kedua batasan bahasa di atas pada
yang diperoleh dialektologi, yang dengan data dasarnya sejalan, batasan bahasa sama-
ini dapat diketahui sejarah bahasa. Motivasi samaditinjau dari sudut pandang sebagai
keempat berkaitan dengan perubahan bahasa sebuah sistem yang memiliki fungsi praktis
dan pemakaiannya. Dengan data ini, sehari-hari dalam kelompok pemakainya,
permasalahan pemakaian variasi bahasa, yakni alat komunikasi. Batasan inidapat
termasuk dialek baku, dalam masyarakat digunakan pula untuk dialek atau variasi
secara praktis dapat diketahui. bahasa jika semata-mata dialekatau variasi
Jadi dari beberapa pengertian di atas bahasa dilihat secara otonom sebagai sebuah
dapat disimpulkan bahwa Dialektologi sebagai sistem yang memilikifungsi dalam kelompok
salah satu cabang linguistik memiliki andil pemakainya karena pada hakikatnya substansi
dalam mengembangkan ilmu tersebut. Dalam bahasadan variasinya sama saja (lihat pula
hal ini, kajiannya dapat menampilkan gejala Richards dkk. 1987: 154). Akan tetapi, jika
variasi bahasa, yakni variasi yang terdapat di dilihat dari sisi eksternal lain, yakni sisi
wilayah tertentu. Wilayah dalam penelitian ini pemakainya, bahasadapat diidentifikas
adalah Desa Sialagundi dan Desa Aek Garugur isebagai variasi sesuai dengan keberadaan
di Kabupaten Tapanuli Selatan. kelompok pemakai tersebut.
Ragam Dialek Dalam hal ini variasi adalah dialek, baik
Sebelum lebih lanjut dijelaskan pemakainya yang berada di tempat tertentu
mengenai dialek dan ragamnya, akan dan dalam kelompok sosial tertentu maupun
disinggung dahulu eksistensi bahasa. Pei pada masa tertentu.
(1966: 141) memberikan batasan bahasa antara Dialek sebagai sistem atau variasi
lain sebagai suatu sistem komunikasi yang bahasa tecermin dalam pandangan –
menggunakan bunyi, yang memanfaatkan alat pandangan berikut. Weijnen dkk.
ucap dan pendengaran di antara anggota (Ayatrohaedi, 1983: 1, 2002: 1–2) berpendapat
masyarakat tertentu dengan menggunakan bahwa dialek adalah sistem kebahasaan yang
simbol vokal secara arbitrer dan arti secara dipergunakan oleh satu masyarakat untuk
konvensional. Kridalaksana (1993: 21) membedakannya dari masyarakat lain yang
membatasi bahasa sebagai sistem lambang bertetangga yang mempergunakan sistem yang
bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh berlainan walaupun erat hubungannya.
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, Richards dkk. (1987: 80) membatasi
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. dialek sebagai variasi bahasa yang digunakan
di bagian negeri (dialek regional). Pei (1966:
Dialek yang satu berbeda dengan (1) perbedaan fonetis, yaitu perbedaan pada
dialek yang lain karena masing-masing bidang fonologi, misalnya, ihan di Desa
memiliki kekhasanyang bersifat lingual. Sialagundi dan gulaen (Ikan), di Desa Aek
Kekhasan inilah yang menjadi pembeda bagi Garugur.
dialek-dialek tersebut. Ayatrohaedi (1983: 3– (2) perbedaan leksikal, yaitu perbedaan dalam
5) mengacu pada pandangan Guiraud (1970) bentukan kata atau kosa kata misalnya sayur di
yang berpendapat bahwa pembeda dialek pada desa Aek Garugur dan bulung gadung (daun
garis besarnya ada lima macam, tetapi yang ubi) di desa Sialagundi.
dibahas dalam penelitian ini adalah Perbedaan
Fonologi dan leksikon.
Contoh: Perbedaan variasi dialek leksikon dan fonologi desa Sialagundi di desa Aek
GarugurKabupaten Tapanuli Selatan.
NO Dialek Desa Sialagundi Dialek Desa Aek Garugur
1. Gulai=ikkayu=Fonologi Gulai=sayur=Fonologi
2. Ikan=ihan=gulaen=Fonologi Ikan=Ikan=Fonologi
3. Memanjat=mandakkit=Leksikon Memanjat=manaek=Leksikon
4. Daun Ubi=silalat=Leksikon Daun ubi=bulung gadung=Leksikon
5. Mencuci=manyabun=Leksikon Mencuci=mamasu=Leksikon
6. Merobek=mamuyu=Leksikon Merobek=manyuak=Leksikon
Peneliti sendiri berpandangan bahwa geografis. Istilah lek dipahami tidak hanya
perbedaan dialek dapat terjadi pada bidang sebagai konsep variasi yang netral, tetapi
fonetik, leksikon, dan tata bahasa, tetapi variasi yang berkaitan dengan perbedaan
umumnya perbedaan lebih sering dan geografis dan kelompok sosial.
menonjol pada bidang fonologi dan leksikon Geografi Dialek
seperti yang ada di desa tersebut. Pengertian Geografi dialek kadang-
(Crystal, 1989: 24). Chambers dan kadang disebut dialektologi regional, linguistik
Trudgill(1980: 132-142) menggunakan istilah wilayah, geografi linguistik, dan dialektologi
ini untuk mendeskripsikan beberapa perbedaan tradisional (Walters, 1989: 120). Geografi
lafal bahasa Inggris yang ditelitinya. Istilah itu dialek merupakan kajian dialek regional atau
digunakan penulis sebagai variasi leksikal atau dialek geografis (McManis dkk. , 1988: 341).
variasi fonetis yang terdapat dalam variasi Kajian ini merupakan cabang dialektologi
bahasa, terutama yang menandai variasi yangmempelajari hubungan yang terdapat
dalam ragam-ragam bahasa dengan bertumpu Geografi dialek menyajikan hal yang berkaitan
kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya denganpemakaian unsur bahasa yang ada
ragam-ragam tersebut (Dubois dkk. dalam sehingga dapat dibuktikan. Sebagaimana telah
Ayatrohaedi, 1983: 29). Dari beberapa disinggung sebelumnya, dua orang linguis
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pelopor dalam geografi dialek ini
geografi dialek merupakan kajian linguistik sehingga hasil penelitiannya mempengaruhi
yang berobjek dialek egional atau dialek penelitian geografi dialek di negara lain,
geografis. adalah Gustav Wenker dan Jules Louis
Ruang Lingkup Geografi Dialek Gillieron.
Dari sisi epistimologi, geografi dialek Pada awal perkembangnnya,
sebagai penerapan teori gelombang, yang penelitian geografi dialek terutama diarahkan
diusulkan oleh Johan Schmidt pada 1872, untuk menetapkan ruang lingkup gejala
muncul lebih awal daripada dialektologi kebahasaan dengan jalan mengelompokkan
(Keraf, 1984: 143). Pada awal dan memaparkan ciri-ciri dialek. Dalam
perkembangannya, geografi dialek merupakan perkembangan selanjutnya, penelitian ini
bagian dari linguistik historis (lingusitik diarahkan untuk mencari hubungan yang ada
komparatifatau linguistik diakronis), yang antara batas-batas dialek atau bahasa dan
secara khusus membahas dialek atau batas-batas alam ataupun sejarah
perbedaan lokal. Keterkaitan geografi dialek (Ayatrohaedi, 1983: 30)
dengan linguistik historis ini dinyatakan pula Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan
Oleh Bloomfield (1965: 321; 1995: dialektologi, geografi dialek memiliki
311) bahwa geografi dialek sebagai kajian kekhususan sebagaimana diakui Chambers
perbedaan lokal dalam wilayah tutur danTrudgill (1980: 17). Dalam kaitannya
melengkapi metode komparatif. Dalam dengan linguistik, geografi dialek memiliki
perkembangan selanjutnya, linguistik historis kedudukan yang penting berdasarkan alasan
dengan geografi dialek seakan-akan terpisah praktis. Mengutip pendapatMeillet,
menjadi kajian yang berbeda walaupun Ayatrohaedi (1983: 31) berpendapat bahwa
sebagai salah satu metode, terutama dalam dengan penelitian geografi dialek, pada saat
penjaringan data, geografi dialek tetap yang sama telah dapat diperoleh gambaran
dimanfaatkan dalam linguistik historis. umum mengenai sejumlah dialek sehingga hal
Menurut Ayatrohaedi, (1983: 29), tersebut sangat menghemat waktu, tenaga, dan
linguistik historis di dalam simpulannya dana.
hampir selalu menunjuk kepada bahasa proto.
paru melalui batang tenggorokan dan pangkal Jadi sewaktu orang berbicara, maka
tenggorok , lalu keluar melalui hidung dan arus udara keluar dari paru-paru melalui jalan
mulut. Udara yang keluar itu telah yang tertentu. Seorang yang ingin berbicara
mengakibatkan getar tertentu dan getaran ini dengan panjang dan tidak terputus-putus,
dapat diterima oleh alat-alat pendengar maka terlebih dahulu ia harus menghirup
seseorang. udara yang banyak ke dalam paru-parunya.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bicara lainnya, Ada pulabunyi-bunyi itu
bahwa fonem-fonem bahasa Angkola ada dua diucapkan tanpa mendapat halangan dalam
puluh enam buah. rongga mulut. Berdasarkan inilah maka semua
Bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan fonem yang tersebut di atas dapat diklasifikan
kerapkali mengalami rintangan dalam rongga sebagai berikut:
mulut, misalnya oleh lidah, bibir atau alat 1. Fonem kosong :delapan belas buah
Kelima fonem tersebut di atas sama- terdengar bila kata itu mendapat akhiran-.
sama dapat menempati posisi awal, tengah dan Kan Jadi: bukaq-kan, tokoq-kan, cakuq-kan
akhir kata, dengan linguistic, geografi dialek memiliki
Pada tempat-tempat tertentu fonem[ a, kedudukan yang penting berdasarkan alasan
o, u] bila berada pada posisi akhir kata paraktis.
kadang-kadang ditambah (kedengaran) suara Variasi Leksikon
hamzah /q/ Variasi Leksikon adalah atau
Contoh: a – buka perbedaan bahasa yang terdapat dalam bidang
bukaq (buka) leksikon. Suatau perbedaan disebut sebagai
o – took tokoq variasi bentuk ajektifa yang diturunkan dari
(ketok) nomina leksikon (Vokabuler, kosa kata,
u – caku cakuq perbendaharaan kata). Makna leksikal adalah
(saku) makna yang bersifat leksikon, bersifar leksem,
Biasanya bunyi hamja (q )itu jelas atau bersifat kata. Jadi dalam penelitian ini
Lampiran tabel
KATA BENDA
Dialek desa Dialek desa Variasi
No Bahasa Indonesia
Sialagundi Aek Garugur Dialek
1. Abu Abu Abu Fonologi
2. Air Aek Aek Fonologi
3. Akar Urat Urat Fonologi
4. Bangkai Bakke Bangke Fonologi
5. Bantal Battal Bantal Fonologi
6. Benang Bonang Boning Fonologi
Seperti yang sudah di jelaskan pada dan Desa Aek Garugur, dan persamaan
tabel sebelumnya, Variasi Fonologi dan fonologi ada sedikit perbedaan satu fonem
Leksikon Dialek Desa Sialagundi di Desa Aek atau dua fonem dalam kata tersebut, contohnya
Garugur banyak persamaan secara fonologi bola dalam bahasa Indonesia, bahasa
dan juga ada perbedaan dialek secara leksikon. Sialagundi dan Aek Garugur adalah bal,
Sebagian besar kata benda itu sudah diserap bangkai dalam bahasa Indonesia dan dalam
dan hampir sama bunyi kata dengan bahasa bahasa Sialagundi adalah bakke, bahasa Aek
Indonesia contohnya abu dalam bahasa Galugur adalah bangke.
Indonesia tetap abu dalam bahasa Sialagundi
Lampiran tabel
KATA KERJA
Dialek Desa Dialek Desa Aek Variasi
NO Bahasa Indonesia
Sialagundi Garugur Dialek
1 Adzan Bahang Bahang Fonologi
2 Berbisik Markusip Makkusip Fonologi
3 Berbohong Margabus Margabus Fonologi
4 Bercanda Margiri-giri Margiri Fonologi
5 Berdiri Jongjong Jongjong Fonologi
6 Berhayal Marangan-angan Marangan-angan Fonologi
7 Berhenti Maradian Maradian Fonologi
8 Merantau Mangaratto Maranto Fonologi
9 Merendam Mangarondam Mangarondam Fonologi
10 Merokok Mangidup Mangidup Fonologi
Kata kerja dalam tabel variasi dialek Indonesia, di Desa Sialagundi dan Desa Aek
sama juga dengan sebelumnya, kebanyakan Galugur sama-sama margabus, dalam bahasa
variasi fonologi yang sebagian besar sama Indonesi merokok di Desa Sialagundi dan
antara Desa Sialagundi dan Desa Aek Aek Garugur sama-sama mangidup. Begitulah
Garugur, contohnya berbohong dalam bahasa seterusnya
Lampiran tabel
KATA SIFAT
Dialek Desa Dialek Desa Aek Variasi
NO Bahasa Indonesia
Sialagundi Garugur Dialek
1. Ayu Lambok Lambok Fonologi
2. Baik Burju Burju Fonologi
3. Benci Goyak roha Goyak roha Fonologi
4. Malas Losok Losok Fonologi
5. Pemalu Parila Parila Fonologi
6. Pendiam Parsip Parsip Fonologi
7. Penyabar Panyabar Parsobar Fonologi
8. Penyayang Parholong Parholong Fonologi
9. Rajin Ringgas Ringgas Fonologi
10. Suka dandan Manggaya Manggaya Fonologi
11. Dermawan Ringgas marsidoka Burju marsidokah Leksikon
12. Cemburu Holas Parcimburu Leksikon
13. Centil Hetek Urgit Leksikon
14. Gait Rogon Gatal Leksikon
15. Iri Gut-gut Iri Leksikon
16. Pelit Holit Kikit Leksikon
17. Pemarah Parpanas Pargoyak Leksikon
18. Ngences Dedeon Dong-dongon Leksikon
19. Rajin sholat Parsumbayang Ringgas Leksikon
sumbayang
Dari tabel kata sifat variasi dialek sudah dibuat dan Aek Garugur yang berdekatan dengan
apabila perbedaan secara fonologi adalah perbatasan Kabupaten Mandailing Natal
nomor 1 s.d 10, dan secara leksikon nomor 11 yang mempergunakan kosa kata “
s.d 20, peneliti bermaksud agar lebih mudah Mandailing “.
melihat perbedaannya di antara keduanya. 2. Saran
SIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis variasi Dialek Angkola
Simpulan Desa Sialagundi di Desa Aek Garugur
Dari hasil analisis dan pembahasan Kabupaten Tapanuli Selatan dapat
penelitian ini, maka dapatlah ditarik simpulan dikembangkan untuk meneliti masalalah
yaitu: variasi Dialek pada Daerah lain, Penelitian ini
1. Variasi Fonologi Dialek Angkola Desa diharapkan bermanfaat dalam upaya
Sialagundi di Desa Aek garugur tidak pembinaan dan pengembangan variasi bahasa
terdapat banyak perbedaan yang berarti. khususnya dialek Angkola dan juga dapat
2. Variasi Leksikon Dialek Angkola Desa memberi kontribusi dalam bidang pendidikan
Sialagundi di Desa Aek Garugur terdapat melalui pengajaran yaitu untuk dapat memberi
perbedaan konsonan ‘KK” dan di Desa muatan lokal misalnya di SD, SMP, SMU
Aek Garugur menggunakan atau dan bahkan Perguruan Tinggi tentang Bahasa
menyisipkan kata “ ng” .Dan penyebabnya Angkola. Dari temuan penelitian ini penulis
adalah faktor geografis karena Desa ini belumlah sempurna,mudah mudahan dapat
Sialagundi yang lebih dekat dengan disempurnakan oleh peneliti yang sama
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara mengenai dialek angkola desa sialagundi di
yang memakai kosa kata “ Batak Toba” desa Aek Garugur.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah. A. Chaer., 1985, Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistic, Bandung: Angkasa.
Afifah, Nur., 2011, Analisis Konstrastif dan Interferensi Bahasa Batak Angkola Terhadap Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 100090 Lobulayan Angkola Barat Tapanuli Selatan
T.P 2010/2011, Medan: Program Pascasarjana UMN Al Washliyah.
Atmawati, Dwi, 2005, Dalam Kumpulan Makalah Seminar Internasional Bahasa Dalam perspektif
Dinamika Global: USU Medan.
Chear, Abdul, 2007, Leksikologi dan Leksikografi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Chear, Abdul, 2010, Sosiologi, Jakarta: Rineka Cipta.
Laksono, Kisyani, 2004,. Kajian Dialektologis Bahasa Jawa, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Lubis, Syahron, dkk., 1995, Kamus Indonesia Angkola, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahsun, 1997, Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Gajahmada University press.
Mahsun, 2006, Metode Penelitian Bahasa, Jakarta: Raja Grafindo.
Maya, Hasmita, 2014, Variasi Bahasa Dalam Masyarakat Suku Melayu dalam Jurnal Pendidikan
Bahasa Indonesia, Medan: Sekolah Pascasarjana UMN Alwasliyah.
Mulyono. M. Anton., 1988, Tata Bahasa Baku Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Nandra dan Reniwati, 2009, Dialektologi Teori Dan Metode, Yogyakarta: Almatera Publishing.
Nasir, Muhammad., 2005, Meode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ohoiwutun Paul, 1997, Sosiolinguistik, Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat Dan
Kebudayaan, Jakarta: Kesaint Blanc Indonesia.
Sudaryanto, 1993, Metode dan Teknik Analisis Bahasa, Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sulistiyaningsih, 2005, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara linguistic”, Yokyakarta: Duta.
Syamsudin, 2006, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tinggi Barani, H., 2008, Bahasa Angkola, Padangsidimpuan: Pustaka Timur.
Wahya, Mengenal Sekilas Dialektologi: Kajian Interdisipliner Tentang Variasi dan Perubahan
Bahasa, Jurnal Lingua Vol.9 no.1, Maret. Bandung: Universitas Padjadjaran.