Anda di halaman 1dari 16

Keamanan Toko

A. Kehilangan Produk
Penjagaan keamanan toko sangatlah penting untuk mencegah dan meminimalkan kerugian
yang bisa dialami oleh toko. Keamanan toko harus dijaga karena toko berfungsi sebagai tempat
menjual produk. Oleh karena itu, pemajangan produk harus memperhatikan unsur keamanan,
baik bagi konsumen maupun toko/ritel.

1. Peristiwa Kehilangan Produk (Shrinkage)


Kehilangan produk (shrinkage) merupakan kejadian berkurangnya persediaan produk dagangan
yang dimiliki oleh toko yang diakibatkan oleh kesalahan internal atau eksternal toko. Semua
peritel pasti pernah mengalami kehilangan produk dagangan. Shrinkage bagi kalangan peritel
sudah dianggap sebagai risiko usaha yang tak bisa dihindari. Beberapa peritel tertentu bahkan
sudah memperhitungkan risiko kehilangan ke dalam sistem pencatatan keuangan usahanya
sebagai salah satu komponen biaya usaha.
Terdapat berbagai bentuk pelanggaran dengan risiko yang berbeda antara satu dan yang
lainnya. Berbagai pelanggaran (offender) bisa mengarah pada bentuk kriminalitas. hayes
(2008:3) mengidentifikasi berbagai bentuk pelanggaran di berbagai lokasi. Pelanggaran yang
berisiko tinggi adalah pelanggaran di tempat kerja dan pusat perbelanjaan. Berikut adalah
peristiwa kehilangan produk yang sering terjadi dalam sebuah usaha toko/ritel.

a. Pada Proses Penerimaan Produk


Risiko kehilangan produk dapat terjadi ketika penerimaan produk dari supplier. Oleh karena itu,
ketika menerima produk, perlu adanya ketelitian dari petugas bagian-bagian terkait. Petugas
bagian gudang harus mengecek kesesuaian antara faktur dan produk yang datang, yakni
jumlahnya, kondisinya, dan kesesuaian kualitasnya dengan produk yang dipesan. Apabila bagian
gudang tidak melakukan pengecekan, kerugian berupa jumlah produk atau kualitas produk
yang tidak sesuai dengan pesanan bisa terjadi.

b. Di Dalam Area Gudang


Peristiwa kehilangan di area gudang terjadi ketika pengambilan produk untuk dipajang, tetapi
jumlah produk yang diambil dengan jumlah produk yang dicatat dalam kartu stock opname
tidak sama. Petugas bagian gudang dan pramuniaga yang terlibat dalam pengambilan produk
tersebut bertanggung jawab atas kehilangan ini.

c. Di Dalam Area Penjualan


Kehilangan produk pada area penjualan disebabkan oleh konsumen yang secara sengaja
mengambil (mencuri) produk. Pencurian dalam area display supermarket dapat dilakukan oleh
konsumen perseorangan dan ada pula yang dilakukan oleh sekelompok orang.

d. Bagian Petugas Kasir


Kehilangan produk pada kasir terjadi karena ketidaktelitian petugas ketika melayani konsumen
saat melakukan transaksi pembelian. Kasir salah meng-input jumlah produk yang dibeli,
misalnya jumlah produk yang dibeli adalah 1 pak (10 buah), tetapi harga yang dimasukkan ke
dalam mesin kasir adalah harga per unit. Kesalahan juga bisa terjadi karena perbedaan jumlah
produk yang di-input ke dalam mesin kasir dengan jumlah produk yang dimasukkan ke dalam
kantong plastik.

e. Pada Saat Proses Administrasi


Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bagian pembukuan juga dapat mengakibatkan
kehilangan produk.

2. Jenis-jenis Kehilangan Produk (Shrinkage)


Kehilangan produk (shrinkage) dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni internal dan
eksternal.

a. Kehilangan internal terbagi menjadi dua jenis lagi, antara lain sebagai berikut.
1) Kehilangan secara administrasi (administrative shrinkage).
Kehilangan secara administrasi yaitu kehilangan yang diakibatkan adanya kesalahan-kesalahan
pada saat penerimaan, pencatatan, pengeluaran, dan penjualan produk. Selain itu, kesalahan
ini juga dapat disebabkan oleh kelemahan sarana transaksi yang digunakan di toko. Contohnya,
kasir salah dalam meng-input data, yang umumnya disebabkan oleh kelalaian dan kurangnya
pelatihan karyawan, sistem yang terlalu kompleks, kerusakan pada mesin kasir, dan kurangnya
komunikasi antarbagian.

2) Kehilangan secara operasional (operational shrinkage).


Kehilangan secara operasional yaitu kehilangan produk dagangan yang diakibatkan oleh
pencurian dan perusakan secara sengaja oleh karyawan, lemahnya sistem kontrol dan
keamanan internal, kecerobohan karyawan, kekeliruan penanganan dan perawatan produk,
dan kejahatan yang dilakukan oleh petugas kasir.

b. Kehilangan eksternal.
Kehilangan eksternal yaitu kehilangan produk dagangan akibat pencurian atau penggelapan
yang disebabkan oleh kesengajaan konsumen atau kasus-kasus tertentu, seperti penjarahan
dan kerusuhan. Untuk menghindari kehilangan eksternal, pengelola toko perlu meningkatkan
kewaspadaan. Pencurian dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok dengan modus
yang beragam.

3. Penyebab Timbulnya Kehilangan Produk


Menurut Alatief Bisnis Institut (2000), ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya
kehilangan produk, yaitu sebagai berikut.

a. Pencurian Oleh Karyawan (45%)


Karyawan merupakan penyebab kehilangan dengan persentase terbear karena karyawan telah
mengenal pola dan sistem kerja perusahaan. Mereka juga mengetahui kelemahan perusahaan
dan peluang untuk mengambil produk perusahaan.

b. Pencurian Oleh Pihak Eksternal (30%)


Persentase kehilangan kedua adalah pencurian oleh pihak eksternal. Peristiwa ini bisa terjadi
karena kurangnya pengawasan dari karyawan, sehingga memberi peluang kepada pihak
eksternal, seperti konsumen untuk mengambil produk.

c. Kesalahan dan Ketidakakuratan Pencatatan (20%)


Hal ini terjadi karena ketidakdisiplinan dari bagian administrasi, yaitu proses admiistrasi
(pencatatan) keluar masuknya produk tidak dilakukan secara teliti. Dalam hal ini, manajer toko
paling bertanggung jawab karena ia seharusnya melakukan pengawasan secara ketat atas
kinerja bawahannya.

d. Kesalahan Pihak Pemasok (5%)


Pemasok produk kadang melakukan hal yang tidak jujur dengan menentukan harga beli yang
tidak sesuai dengan jumlah produk yang dikirim. Penggantian produk dengan kualitas lebih
rendah dari produk yang sudah dipesan juga bisa saja terjadi.

4. Teknik-teknik Pencurian Produk


Pada umumnya, kecurangan dan pencurian yang terjadi di toko/ritel dilakukan oleh karyawan
dan konsumen/pihak luar.

a. Pencurian Oleh Konsumen (Consumer Theft)


Beragam teknik yang biasa digunakan oleh konsumen untuk mencuri adalah sebagai berikut.
1) Memasukkan produk ke dalam tas (the booster).
Pencurian motif ini memungkinkan pelaku memasukkan produk ke dalam tas belanja yang
dibawanya dari luar, yang disembunyikan di dalam bajunya. Biasanya produk yang dicuri
disusun secara urut di dalam tas belanja itu.

2) Pencurian secara berkelompok (the diverter).


Pencurian ini dilakukan secara berkelompok. Ketika salah seorang anggota melakukan
pencurian, anggota kelompok yang lain mengalihkan perhatian karyawan, misalnya dengan
mengajak bicara atau meminta sesuatu, sehingga karyawan harus meninggalkan counter untuk
mengambil sesuatu di tempat lain/gudang.

3) Menghalangi pandangan (the blocker).


Pencurian ini dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan menghalangi pandangan pada
pantauan kamera CCTV saat rekannya melakukan pencurian.

4) Menyapu bersih produk (the sweeper).


Pencurian ini dilakukan dengan menyapu bersih semua produk sehingga terkesan toko tidak
menjual atau stoknya kosong.

5) Menyembunyikan produk di badan (the walker).


Pencurian ini dilakukan dengan menyembunyikan produk curiannya di badan pencuri, misalnya
di antara kedua paha atau perut. Biasanya, sang pencuri menyamar sebagai wanita hamil.
6) Menggunakan produk (the wearer).
Pencuri memakai produk saat mencoba di fitting room, yang terus dipakai sampai keluar area.

7) Bukti pembayaran palsu (carrier walk).


Pencurian semacam ini dilakukan dengan mengambil produk dalam jumlah besar dengan
menunjukkan bukti pembayaran palsu dan melewati kasir seakan-akan produk telah dibayar.

8) Mengubah label harga (price charger).


Pencurian ini dilakukan dengan menukar atau mengubah label dari harga mahal ke harga
murah.

b. Pencurian Oleh Karyawan (Employee Theft)


Berbagai teknik yang dilakukan oleh karyawan dalam mencuri produk di toko, yaitu sebagai
berikut.

1) Membawa produk ke luar (the smugler), yaitu karyawan toko membawa produk ke luar
toko atau counter dengan disembunyikan di tempat sampah atau tas belanja.

2) Menginformasikan potongan (the discounter), yaitu karyawan toko dengan sengaja


memberikan potongan harga ke teman atau keluarga yang membeli produk karena ia merasa
memiliki hak di toko atau counter yang dijaganya.

3) Penggunaan dana perusahaan (the embezzler), yaitu karyawan yang menggunakan dana
perusahaan untuk kepentingan pribadi.

4) Memberi informasi ke luar (the partner), yaitu karyawan dengan sengaja memberikan
informasi ke pihak luar, misalnya tentang prosedur keamanan toko atau bisa juga dengan
memberikan kunci counter untuk rekan yang akan mencuri di toko tersebut. Setelah berhasil
mencuri, karyawan ini akan mendapatkan imbalan atas hasil pencurian temannya

5) Menyembunyikan produk (the stasher), yaitu karyawan yang dengan sengaja


menyembunyikan produk tertentu di dalam toko untuk dikeluarkan pada saat terjadi
markdown dari produk tersebut, sehingga karyawan ini dapat membeli dengan harga yang lebih
murah. (Catatan: markdown adalah diskon yang diterapkan pada produk selama masa promosi
dengan tujuan meningkatkan penjualan atau menghabiskan barang yang tingkat perputarannya
rendah).

B. Meminimalkan Risiko Kerugian


Risiko adalah potensi kerugian atau kerusakan suatu aset, yang didasarkan pada kemungkinan
terjadinya bahaya. Risiko dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan hasil dari nilai aset.
Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikelola. Risiko dapat dikurangi ke tingkat yang bisa
dikelola melalui penelitian analisis risiko yang tepat dan asimilasi data. Setelah itu, kemudian
implementasi/pelaksanaan strategi yang dirancang untuk menghindari, mengurangi, atau
menghilangkan faktor yang terkait dengan risiko tersebut dapat dilakukan
1. Pencegahan Kehilangan Internal
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dua jenis kehilangan
internal.

a. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari administrative


shrinkage.
1) Melalukan random checking atau pengecekan secara acak pada saat melakukan
penghitungan dan pencatatan keluar masuk produk.

2) Menjalankan pengamanan berlapis untuk sistem administrasi dan operasional. Contohnya,


double checking yang dilakukan oleh orang/bagian yang berbeda.

3) Gunakan program kasir yang sinkron antara gudang dan toko. Lakukan stock opname setiap
hari terhadap produk yang berbeda.

4) Buatlah jadwal secara berkala untuk melakukan stock opname seluruh produk yang ada di
seluruh toko.

b. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi operational


shrinkage.
1) Do it right at the first time, artinya menekankan kepada karyawan bahwa setiap pekerjaan
harus dijalankan secara teliti dan benar mulai dari awal hingga akhir pengerjaan.
2) Melakukan stock opname.
3) Menciptakan prosedur keamanan. Contohnya, body checking bagi semua karyawan.
4) Memperketat seleksi penerimaan karyawan.
5) Atasan memberi contoh langsung ke bawahan, terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan.

c. Pendeteksian dan pencegahan pencurian oleh karyawan.


1) High-security Atmosphere
Metode yang paling efektif untuk mencegah pencurian oleh karyawan di dalam toko adalah
dengan menerapkan tingkat keamanan yang tinggi pada toko/ritel tersebut dan tidak
memberikan toleransi sekecil apa pun atas kesalahan yang dilakukan oleh karyawan.
2) Security Personnel
Pemilik toko dapat mencegah kemungkinan pencurian yang dilakukan oleh karyawan dengan
menempatkan petugas keamanan di pintu keluar/masuk karyawan untuk melakukan body
checking saat karyawan datang dan saat karyawan akan meninggalkan toko.
3) Undercover/Mystery Shopper
Undercover/mystery shopper dapat dikirimkan untuk melihat kejujuran karyawan. Mereka
dapat berpura-pura membeli produk di toko tersebut.
4) Silent Witness Program
Silent witness program dilakukan dengan memberikan reward bagi karyawan yang diam-diam
melaporkan aktivitas pencurian di toko yang dilakukan karyawan lainnya.
d. Menetapkan kebijakan keamanan.
Toko harus menetapkan kebijakan keamanan untuk mencegah pencurian yang disebabkan oleh
karyawan. Kebijakan keamanan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1) Memeriksa semua bungkusan, tas, tempat sampah, dan peralatan lain yang memungkinkan
berfungsi sebagai tempat menyembunyikan barang dagangan secara mendadak dan tanpa
peringatan sebelumnya.
2) Seluruh diskon yang diberikan harus disetujui oleh store manager atau supervisor yang
bertugas di toko.
3) Semua transaksi yang terjadi harus dicatat dan seluruh konsumen yang melakukan transaksi
harus mendapatkan struk belanjaannya.
4) Memeriksa seluruh cash register dan cash box secara reguler atau mendadak.
5) Seluruh record (sales, purchase, expense, stock, dan lain sebagainya) harus diaudit secara
reguler/berkala.
6) Gunakan sistem scanner dan barcode pada kasir.
7) Menyediakan loker penyimpanan tas khusus untuk karyawan.
8) Selalu lakukan rotasi orang-orang dalam dengan metode shift karena pencuri sering kali
bekerja sama dengan orang dalam/karyawan toko dan ritel.
9) Tetapkan kapasitas maksimal display sehingga jika ada produk yang berkurang di rak bisa
langsung terdeteksi.
10) Lakukan penghitungan sepuluh produk yang paling sering hilang pada setiap shift.
11) Gunakan sistem reward dan punishment untuk menilai produk hilang di toko, minimarket,
atau supermarket. Buat standar minimum tertentu yang ditanggung oleh perusahaan.
Selebihnya, dibebankan kepada karyawan. Namun, apabila karyawan berhasil menjaga produk
hilang di bawah batas, mereka layak mendapatkan reward.

2. Pencegahan Kehilangan Eksternal


Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pengelola toko dalam meminimalisasi kehilangan
eksternal adalah sebagai berikut.

a. Menegakkan rasa tanggung jawab dalam diri karyawan.


Toko ritel menggunakan beberapa alat bantu deteksi, antara lain one way mirrorr, closed circuit
television (CCTV), sensormatic, tag, dan lain-lain. Mencegah terjadinya pencurian di toko dapat
dilakukan dengan cara melatih seluruh karyawan untuk:
1) Menyadari bahwa produk dalam toko adalah tanggung jawabnya.
2) Memelihara jarak pandang yang baik untuk mengawasi konsumen yang datang.
3) Waspada terhadap semua kejadian yang mungkin terjadi di toko/counter.
4) Siap melayani konsumen.
5) Menjaga display tetap rapi dan teratur.

b. Mencegah pencurian oleh konsumen.


Beberapa hal yang harus dilakukan oleh karyawan untuk mencegah pencurian dari konsumen,
antara lain sebagai berikut.
1) Tanggap akan situasi di sekelilingnya.
2) Ikut mengamati gerak gerik konsumen
3) Karyawan suatu bagian dapat ikut waspada terhadap keadan di sekitarnya, misalnya
karyawan bagian gudang yang sedang melakukan pencatatan dapat ikut mengamati gerak-gerik
konsumen yang sedang berbelanja.
4) Selalu siap siaga, bukan menjawab “Sebentar, habis ini saya akan kembali”.
5) Jika harus meninggalkan kasir untuk ke toilet atau mengambil sesuatu, pastikan ada
karyawan lain yang menjaga meja kasir

c. Menerapkan sistem dan kebijakan keamanan.


1) Menggunakan alarm dan CCTV. Monitor dipasang di area toko, minimarket, atau
supermarket sehingga bisa digunakan untuk pengawasan.
2) Memasang stiker pemberitahuan bahwa toko atau minimarket diawasi CCTV. Hal ini
dibutuhkan untuk membuat calon pencuri sadar terhadap keamanan toko, minimarket, atau
supermarket tersebut sehingga dapat menghilangkan niat untuk mencuri.
3) Menyediakan loker penitipan barang-barang konsumen. Konsumen harus menitipkan
barang-barangnya sebelum memasuki toko.
4) Pada jam ramai (11.30-13.00 dan 17.00-20.00), tempatkan karyawan pada lorong produk
yang rawan hilang.
5) Produk dengan nilai dan harga yang mahal dipajang pada rak di belakang kasir, misalnya USB
atau RAM. Bisa juga barang-barang tersebut ditempatkan di tempat yang memiliki staf penjaga
atau di dalam etalase yang terkunci.
6) Khusus untuk produk-produk mahal, yang dipajang di rak hanya contohnya saja.
7) Berikan kebijakan kepada karyawan untuk selalu memberi sapaan kepada setiap konsumen
yang masuk toko/minimarket/supermarket atau berpapasan di rak. Dengan keberadaan
karyawan, calon pencuri akan merasa diawasi.
8) Bila memungkinkan, gunakan sticker sensor pada produk-produk dengan nilai tinggi.
9) Kunci pintu tidak boleh dipegang oleh satu orang saja. Sebaiknya ada beberapa orang dengan
jabatan berbeda juga memegangnya.
10) Tegaskan Prosedur Operasi Standar penguncian toko atau ritel setiap kali akan ditutup.

C. Menerapkan Keamanan Toko


1. Peralatan Keamanan
Peralatan yang sering digunakan oleh pengelola toko untuk menjaga keamanan produk
dagangan yang dipajang, yaitu alat-alat modern sebagai berikut.
a. Sistem Label Elektronik
Sistem label elektronik dipasang pada pintu keluar toko yang melindungi label khusus yang
dipasang pada produk dagangan sehingga jika produk daganga dicuri dan dibawa ke luar toko,
secara otomatis alarm akan berbunyi. Label elektronik berbentuk Radio Frequency
Identification (RFID) biasanya dipasang pada baju, sepatu, dan celana. Jika produk dicuri atau
dibawa keluar toko dan RFID belum dilepas, alarm akan berbunyi.
b. Sensormatic Tag
Sensormatic tag digunakan untuk jenis produk apparel (fashion). Fungsi dan cara kerjanya sama
dengan label elektronik. Perbedaannya adalah pada bentuknya. Sensormatic tag hanya bisa
dilepas oleh kasir dengan menggunakan alat khusus pada saat transaksi pembayaran.
Cara memasang sensormatic tag adalah sebagai berikut.
1) Pastikan penempatan sensormatic pada bagian yang mudah dijangkau oleh magnet.
2) Pastikan sensormatic berada pada posisi yang tepat dan tidak merusak merchandise.
3) Sensormatic tidak dipasang pada merchandise yang dipajang di mannequin/patung.
4) Penempatan sensormatic tidak mengganggu konsumen saat fitting.
5) Pastikan penempatan sensormatic konsisten.

c. Kamera Pengawas CCTV


Kamera pengawas Closed Circuit Television (CCTV) adalah kamera video digital yang difungsikan
untuk memantau dan mengirim sinyal video pada suatu ruangan yang diteruskan ke sebuah
layar monitor.
1) Kelebihan CCTV
Closed Circuit Television (CCTV) memiliki kelebihan, yaitu:
a) Dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
b) Mengawasi secara langsung.
c) merekam 24 jam secara terus-menerus.
d) Berfungsi sebagai alarm yang membunyikan sirene saat terdeteksi adanya kejadian yang
tidak diinginkan.
e) memantau hingga 16 kamera dalam satu monitor.
f) Memiliki teknologi triplex.
g) Hasil rekaman dapat diperbanyak dan dipindahkan.
2) Jenis Kamera
Secara umum, ada tiga jenis kamera, yaitu sebagai berikut.
a) Kamera Hidup
Kamera hidup sering dipasang pada dinding atau plafon toko yang terlihat oleh semua orang
yang belanja dan karyawan toko. Perangkat ini bisa diam dan berputar, sedangkan monitornya
berupa televisi di ruangan kantor manajer toko yang dapat melihat gerak-gerik orang yang
sedang berbelanja.
b) Kamera Tersembunyi
Kamera ini tersembunyi dan dihubungkan dengan Video Cassette Recorder (VCR). Sistem ini
khusus untuk meneliti area toko, di mana pencurian diduga bisa terjadi. Jika tercatat suatu
pencurian, rekaman bisa diputar kembali untuk memperlihatkan jalannya pencurian produk
tersebut.
c) Dummy Kamera
Dummy kamera ini harganya tidak mahal dan bisa dipakai di toko kecil. Kamera ini semata-mata
merupakan kamera tiruan.
d. Sign Pemberitahuan
Sign pemberitahuan adalah informasi tertulis yang dicantumkan dengan jelas. Tanda ini
menerangkan bahwa di suatu toko/ritel, para pengunjung mendapatkan pengawasan CCTV.
e. Cermin di Tempat Tertentu
Cermin dipasang pada tempat-tempat tertentu, seperti pilar, membujur sepanjang dinding,
atau plafon sehingga para petugas toko dapat melihat berbagai sudut area toko dari jarak jauh.

2. Sistem Pengamanan Fisik


Pengamanan fisik bertujuan melindungi properti, pabrik, fasilitas, gedung, kantor, dan semua
isinya dari kerugian atau hal yang membahayakan. Pengamanan fisik dibangun secara berlapis.
Setiap lapisan kontrol keamanan menyajikan tujuan tertentu dengan cara memberikan
perlindungan khusus.
Pengamanan fisik adalah bentuk pengamanan yang memiliki wujud secara fisik dan dapat
dirasakan dengan alat indra manusia, yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut.

a. Sistem keamanan elektronik (electronic burglar systems).


1) Control Panels, merupakan sirene/alarm sinyal yang berfungsi memberi tahu bahwa suatu
peristiwa telah terjadi pada perangkat lapangan. Contohnya gerakan, api, shock, dan lain-lain.
2) Door and Window Contact, berfungsi sebagai pelindung bangunan, ruangan, serta semua
yang ada di dakamnya, juga untuk beroperasi saat pintu, jendela, atau benda lainnya yang
dipantau terbuka sehingga memberi tahu panel kontrol.
3) Motion Sensors, berfungsi mendeteksi gerakan dalam yang terjadi di tempat tertentu
sehingga memberi tahu panel kontrol.
4) Glass Break Detectors, berfungsi mendeteksi kerusakan kaca dalam suatu area tertentu
melalui getaran atau suara sehingga memberi tahu panel kontrol.
5) Spot (Object) Detectors, berfungsi mendeteksi jika benda yang dilindungi disentuh atau
dipindahkan sehingga memberi tahu panel kontrol.
6) Miscellaneous Detectors, yaitu alat pendeteksi lainnya yang juga akan memberi tahu panel
kontrol, seperti detektor suhu, air, asap, dan panas. Komponen dalam miscellaneous detectors,
antara lain sebagai berikut.

a) CCTV Systems, termasuk kamera, yang berfungsi menangkap gambar dan mengirimkannya


ke perangkat lain untuk dilihat, direkam, dan diarsipkan; monitor yang berfungsi menampilkan
gambar dari kamera yang disampaikan oleh perangkat terminasi; dan perekam, yang berfungsi
menyimpan gambar video sehingga bisa ditinjau kembali di lain waktu.
b) Electronic Access Control Systems, yang berfungsi mengizinkan atau menolak akses ke
fasilitas atau daerah dalam fasilitas dan melacak identitas serta waktu masuk atau keluar.
Tujuan utama sistem kontrol akses elektronik adalah mengizinkan atau menolak akses ke
beberapa area, berdasarkan satu atau kombinasi dari faktor-faktor berikut: what you have,
what you know, dan who you are.
c) Perimeter Security Systems, yang berfungsi mencegah orang dan kendaraan yang tidak
berhak memasuki fasilitas. Sistem ini dapat berupa gerbang (gate operator), pagar (fencing),
dan tiang/tonggak (bollards).
d) Locks, yang berfungsi menghentikan musuh dari kemudahan akses masuk.
e) Light, yang berfungsi menerangi suatu kawasan terlindung dalam rangka mendeteksi
ancaman.
f) Fire Systems, yang berfungsi mendeteksi keberadaan asap atau kebakaran dan mengingatkan
semua penghuni fasilitas sehingga mereka dapat segera keluar.
g) Specialized Protection Systems, yang berfungsi mendeteksi dan mengusir ancaman serius
yang khusus
b. Petugas keamanan/satuan pengaman (security personnel).
Petugas keamanan merupakan komponen pengamanan yang paling mahal pengelolaannya,
yang berfungsi sebagai pembuat keputusan keamanan dan memiliki satu karakteristik utama
yang memisahkannya dari jenis keamanan lainnya, yaitu sebagai manusia yang mampu
mengukur alasan dan berpikir. Pemikiran adalah kemampuan untuk berpikir, menyimpulkan,
dan memahami sesuatu secara rasional. Kemampuan untuk mengukur alasan merupakan
prasyarat untuk tugas utama petugas keamanan.

3. Pengamanan Fisik Pendukung


Pengamanan fisik adalah bentuk pengamanan yang memiliki wujud nyata secara fisik dan dapat
dirasakan dengan alat indra manusia, antara lain sebagai berikut.
a. CCTV
Kamera pengawas Closed Circuit Television (CCTV) merupakan bentuk pengamanan fisik utama
yang digunakan dalam mengrangi risiko dan mencegah kejahatan. Tujuan utama sistem Closed
Circuit Television (CCTV) adalah memunculkan efek gentar (menakuti) calon pencuri sehingga
dapat mencegah tindak pencurian serta memudahkan pendeteksian sehingga jika ada
pencurian, pelaku dapat segera ditangkap.
b. Pencahayaan
Dari perspektif keamanan, pencahayaan memiliki dua tujuan utama, yaitu memengaruhi
psikologis sesorang dengan membuat efek gentar dan mengaktifkan deteksi pencurian.
Pencahayaan yang memadai dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
kerugian. Para calon penyusup/pencuri akan brpikir dua kali untuk memasuki daerah yang
terang karena mereka biasanya takut diamati. Peeliharaan dan penggantian bola lampu atau
bohlam harus dilakukan secara berkala untuk memastikan pencahayaan yang berkualitas tinggi.
Sebainya, bola lampu yang rusak diganti atau diperbaiki secepatnya.
c. Alarm
Selain penggunaan kunci dan kamera Closed Circuit Television (CCTV), alarm juga dibutuhkan
dalam rangka mewujudkan pengamanan fisik yang baik. The National Crime Prevention
Institute telah sejak lama menyetujui sistem alarm sebagai alat pencegah kejahatan terbaik
IFennely, 2004:190). Alarm adalah salah satu lapisan yang digunakan dalam banyak lapisan
perlindungan bagi suatu fasilitas. Pada intinya, fungsi alarm adalah meningkatkan proses
deteksi sehingga segala bentuk ancaman dan kejahatan dapat diketahui lebih awal.
d. Kunci
Kunci adalah bagian penting dari perlindungan keamanan fisik (Fennely, 2004). Kunci
merupakan salah satu teknik pengurangan kesempatan dalam mencegah kejahatan situasional,
yaitu target hardening. Sementara itu, target hardenibg sendiri merupakanbagian dari
increasing perceived effort, yaitu upaya dalam meningkatkan pencegahan yang kasat mata.
Menurut Clarke, sering kali cara yang paling efektif untuk mengurangi kesempatan kejahatan
adalah dengan menghalangi pencuri menggunakan halangan fisik, melalui penggunaan kunci,
lemari besi, ataupun material-material yang kuat lainnya.
e. Program Kasir
Saat ini, program kasir atau Point of Sales (POS) sudah menjadi kebutuhan dan bukan lagi
produk mewah untuk membantu usaha. Ada beberapa manfaat program kasir, antara lain
mengurangi pemborosan, mempercepat proses transaksi, mengontrol gaji karyawan,
menganalisis data pelanggan untuk strategi pemasaran, mengurangi kesalahan penghitungan
transaksi, mencegah terjadinya pencurian, dan menyajikan laporan keuangan perusahaan
dengan lebih lengkap dan jelas.
Program kasir juga berfungsi mencegah terjadinya pencurian. Dengan adanya program kasir,
setiap uang yang keluar dan masuk tercatat dengan detail sehingga kemungkinan pencurian
uang menjadi lebih kecil.
Program kasir sangat bermanfaat bagi kelancaran toko karena tidak semua orang dapat
menghitung jumlah harga yag harus dibayar pembeli dengan cepat dan benar, begitu juga saat
menghitung diskon. Dengan demikian, POS akan mengurangi terjadinya kesalahan dalam
menghitung harga produk dan risiko kerugian dapat dihindari.
Penggunaan program kasir memudahkan peritel dalam mendapatkan informasi mengenai
jumlah penjualan dan jumlah setiap jenis persediaan produk yang ada di toko, sehingga
kemungkinan penggunaan atau pengambilan produk tanpa melalui kasir akan cepat diketahui.
Laporan ini juga dapat mencegah karyawan memberikan diskon khusus kepada keluarga atau
teman mereka.
f. Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian peritel terhadap
masyarakat dan lingkungan. Contohnya, dengan memprioritaskan masyarakat setempat bekerja
di usaha ritel bersangkutan atau mensponsori berbagai kegiatan sosial atau sport untuk
menciptakan reputasi positif terhadap citra peritel di mata masyarakat.
Program CSR meningkatkan nama baik toko ritel/perusahaan sehingga perusahaan tersebut
semakin terkenal. Semakin dikenal suatu perusahaan, kebutuhan akan penjagaan keamanan
juga semakin besar. Pihak perusahaan dapat berkoordinasi dengan petugas yang berwenang,
seperti polisi untuk membantu megamankan apabila perusahaan mengadakan acara/event
tertentu.
g. Strategi Loss Prevention
Risiko-risiko yang ditimbulkan karena penanganan keamanan yang kurang efektif akan
menyebabkan meningkatnya biaya produksi dan akhirnya berujung pada berkurangnya
keuntungan perusahaan. Untuk menekan berbagai bentuk kejahatan yang terjadi di lingkungan
peritel, strategi loss prevention yang bisa dilakukan, di antaranya:
1) Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID).
2) Melakukan evaluasi pelaksanaan POS.
3) Menciptakan sistem pengawasan.
4) Memberi insentif kepada karyawan.
D. Perbaikan Tampilan Penataan Produk
1. Pemeliharaan Display Produk
Pemeliharaan pada display produk secara berkala harus dilakukan agar desain yang bagus dan
cantik tidak menjadi buruk akibat kotor dan berdebu. Cara pemeliharaan dan perawatan yang
baik menurut Arif Rahman adalah sebagai berikut.
a. Penggantian Harga (Repricing)
Jika terjadi penggantian harga, harga lama harus dilepas dan dibersihkan bekas sticker-nya,
kemudian ditempel dengan sticker harga yang baru.
b. Pengecekan Ulang (Double Checking)
Setelah pelabelan harga selsai, lakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada produk
yang terlewat. Apabila program “sale” sudah berakhir, lakukan kembali perubahan harga.
c. Pemesanan Ulang (Reordering)
Lengkapi kembali target hardening produk yang sudah berkurang. Siapkan minimal stock untuk
mengetahui batas jumlah produk minimal yang haruus ada di toko. Apabila sudah mencapai
minimal stock, lakukan order ulang.
d. Perputaran Persediaan (Rotation)
Lakukan rotasi stok dengan metode First in First Out (FIFO). Letakkan produk yang lebih lama di
depan dan produk baru di belakangnya.
e. Menjaga Kebersihan (Maintaining Cleanliness)
Petugas kebersihan memiliki tugas mengepel, menyapu, dan membersihkan barang dagangan
serta semua perlengkapan di toko. Kebersihan produk di rak ataupun etalase harus selalu
terjaga.

2. Evaluasi Penataan Produk


Display harus selalu diubah sehingga tampilannya dinamis. Dekorasi juga hendaknya sesuai
dengan perkembangan tren dan selera konsumen. Produk yang cepat laku (fast moving) dan
produk new arrival yang memiliki fitur-fitur yang unggul harus ditampilkan di tempat yang
menarik perhatian pengunjung. Sesuai dengan tujuan dan display, yaitu menarik perhatian
konsumen dalam upaya meningkatkan penjualan toko, tampilan display harus selalu dimonitor
dan dievaluasi. Supervisor area atau petugas yang ditunjuk dapat berkeliling untuk memonitor
dan memastikan bahwa display produk sudah terjaga dengan baik.
Display produk dapat dievaluasi dengan cara menilai ulang produk sesuai dengan perencanaan,
perlengkapan, peralatan, tempat, dan karakteristik produk itu sendiri. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah sebagai berikut.
a. Pelabelan secara keseluruhan sudah sesuai dengan cara pelabelan produk yang baik atau
belum.
b. Pemajangan dan teknik pemajangan berdasarkan warna, penggunaan rak, dan penggunaan
lemari kaca sudah sesuai dengan POS atau belum.
c. Presentasi visual dan medianya sudah lengkap atau belum, seperti POP sebagai pendukung
promosi produk.
d. Alat bantu display telah tersedia sesuai perencanaan dan kebutuhann atau belum.
e. Prinsip-prinsip penataan produk sudah dilaksanakan dengan benar atau belum.
3. Menjaga Penataan Produk Supermarket Tetap Sesuai POS
Penataan produk harus dilakukan dan dijaga sesuai dengan POS perusahaan. Perawatan dan
penataan ulang display produk sangat penting untuk menjaga konsumen atau pengunjung
tetap merasa senang, nyaman, dan tertarik untuk membeli.
Ada beberapa hal yang hisa dilakukan oleh pramuniaga dalam merawat display produk di
supermarket, yaitu sebagai berikut.
a. Merapikan barang yang dipajang.
b. Mengisi kembali stok barang yang kosong sehingga tidak ada kesan barang tidak lengkap.
c. Memeriksa produk untuk mengetahui kemasan produk yang rusak.
d. Memastikan produk terbebas dari noda lem.
e. Membersihkan dan merapikan ruangan display.
f. Membersihkan produk yang dipajang agar terbebas dari debu setiap hari.
g. Menggunakan plastik polybag terhadap barang tertentu untuk mencegah kotornya produk
tersebut.

4. Menjaga Produk Fresh Tetap Sesuai dengan POS


Menjaga produk fresh dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Memastikan ketersediaan saluran pembangunan yang cukup dan mudah dibersihkan.
b. Persediaan air harus cukup dan memenuhi syarat air PAM. Selain itu, water heater juga harus
tersedia untuk membersihkan lemak daging.
c. Ruuang display, ruang produksi, dan ruang penyimpanan secara rutin dibersihkan dengan
menggunakan detergen dan disinfektan.
d. Tersedianya tempat pembuangan sampah dan untuk mempermudah gunakan plastik
sampah.
e. Melakukan daily cleaning semua peralatan di counter fresh.
f. Membersihkan showcase, cool storage/chiller, kisi-kisi udara, dan alat-alat bantu penghias
counter setiap minggu.
g. Melakukan pembersihan rak, nampan, tag harga, dan sebagainya.
h. Memeriksa suhu showcase dan frozen island agar tetap stabil dan sesuai dengan POS.
I. Memastikan semua lampu menyala.
5. Menjaga Penataan Produk Fashion dan Sport Tetap Sesuai dengan POS
Pengawasan hasil penataan produk fashion dan sport dilakukan untuk mengetahui penataan
produk tersebut sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan atau belum dan agar penataan
produk tetap terjaga dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
a. Keterampilan dalam memonitor hasil penataan produk.
Mengevaluasi penataan produk berarti menilai ulang penataan yang disesuaikan dengan
dengan perencanaan, tempat, perlengkapan, peralatan, dan karakteristik produk yang dipajang.
Ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Penataan produk sudah sesuai dengan POS atau belum.
2) Pelabelan sudah dilakukan dengan benar atau belum.
3) Presentasi visual dan medianya sudah lengkap atau belum.
4) Sudah mengikuti prinsip penataan produk atau belum.
5) Alat bantu display sudah tersedia atau belum.
b. Mengidentifikasi perubahan pada penataan produk.
Dalam mengevaluasi display produk, kerusakan atau perubahan pada display produk dapat
teridentifikasi. Identifikasi kerusakan dan perubahan pada display produk dapat dilakukan
dengan menyusun dan mengelompokkan produk sesuai perubahan/kerusakan yang terjadi, lalu
kerusakan/perubahan tersebut dicatat dan dilaporkan agar segera bisa ditindaklanjuti. Hal ini
bertujuan agar kerusakan tersebut tidak mengganggu tampilan display produk. Ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi kerusakan dan perubahan display
produk fashion dan sport adalah sebagai berikut.
1) Pelabelan masih utuh dalam waktu 2-3 minggu atau tidak.
2) Ada perubahan produk fashion dari segi warna atau tidak.
3) Ada kerusakan atau kekusutan pada produk fashion dan sport atau tidak.
4) Terdapat kerusakan atau perubahan pada peralatan display atau tidak.
5) POP masih terpasang dengan baik atau tidak.
c. Mengatasi setiap perubahan/kerusakan pada produk yang dipajang.
Setiap terjadi perubahan pada display, misalnya kerusakan atau ketidaksesuaian dengan
perencanaan awal, harus segera diatasi dengan melakukan penataan ulang. Hal-hal yang
dilakukan untuk mengatasi perubahan/kerusakan adalah:
1) Label yang rusak diganti dengan yang baru.
2) Mengganti teknik pemajangan dengan teknik lainnya (disesuaikan dengan tren dan momen-
momen tertentu).
3) Meletakkan posisi POP dengan benar.
4) Mengganti peralatan display yang rusak.
5) Mengatur kembali posisi display.
6) Membersihkan produk fashion yang kotor.
7) Mengganti produk fashion yang warnanya pudar dengan yang baru.
8) Membersihkan serta mengganti produk yang kedaluwarsa, kotor, atau rusak.
6. Sikap-sikap Saat Memonitor Penataan Produk
Sikap-sikap yang harus dilakukan saat memonitor penataan produk dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Cermat
Sikap cermat dalam memonitoor penataan produk dapat ditunjukkan dengan:
1) Mengidentifikasi produk yang dipajang dengan benar dan sungguh-sungguh.
2) Melakukan gerakan sesuai dengan kebutuhan, seperti berdiri, duduk, dan gerakan lainnya.
3) Memberi perhatian terhadap penataan produk.
b. Teliti
Sikap teliti dalam memonitor penataan produk dilakukan dengan:
1) Memperhatikan setiap proses yang dilakukan.
2) Mengamati dengan seksama produk yang sudah ditata.
3) Memeriksa produk dan kelengkapan yang ditata dan memastikan semuanya terpasang
dengan benar, misalnya POP dan label.
c. Tanggung Jawab
Visual merchandiser dan pramuniaga harus bertanggung jawab dalam memonitor penataan
produk sesuai dengan kewenangannya. Sikap tanggung jawab dilakukan di antaranya dengan:
1) Menampung masukan mengenai penataan produk dari supervisor atau kolega.
2) Menyalurkan pada petugas yang berwenang di perusahaan.
3) Meneruskan kembali proses penataan produk dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai