Anda di halaman 1dari 5

Tingginya Angka Kematian Ibu Hamil dan Anak Bukti Nyata Kebobrokan

Kapitalisme

Angka Kematin Ibu di dunia masih tinggi, begitu juga di Indonesia.

GridHEALTH.id - Laporan berjudul "Trends in Maternal Mortality" yang dirilis Kamis (23/2/2023) lalu,
melaoprkan hal yang menyedihkan. Bagaimana tidak, kasus kematian ibu meningkat adalah
kemunduran yang mengkhawatirkan.Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom
Ghebreyesus mengatakan, kehamilan seharusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif
bagi semua perempuan.Tapi fakta yang terjadi justru bisa disebut sebaliknya.

Laporan WHO menyebutkan, per tahun 2000, angka kematian perempuan hamil dan melahirkan adalah
339 per 100.000 kelahiran. Jumlah ini turun menjadi 223 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun
2020.Namun, angka ini masih tinggi, pasalnya 800 perempuan meninggal setiap jam akibat komplikasi
kehamilan maupun persalinan, alias bisa dikatakan satu dari dua perempuan meninggal setiap dua
menit.

”Penyebab kematian bermacam-macam. Kami mengategorikan menjadi pendarahan, infeksi, komplikasi


akibat penyakit bawaan, dan ada pula akibat aborsi yang tidak aman,” kata Jenny Cresswell, penyusun
laporan tersebut.Ia menjelaskan, semua kategori ini sejatinya bisa dicegah dengan akses ke layanan
kesehatan reproduksi yang berkeadilan dan baik. Pendidikan masyarakat juga harus ditingkatkan karena
perempuan berhak atas kesehatan reproduksinya.”Perlu ada pendidikan keluarga mengenai
perencanaan kehamilan yang baik. Artinya, memberi jarak untuk setiap kehamilan agar gizi ibu dan janin
tercukupi, pengasuhan bersama untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang sehat, dan
pemantauan medis teratur,” kata Cresswell.Tapi sedihnya saat ini laporan tersebut menyebutkan kini
dunia mengalami kekurangan bidan sebanyak 900.000 orang.Bahkan, jika disandingkan dengan data
Departemen Kesehatan Amerika Serikat, negara tersebut mengalami kekurangan layanan kesehatan
reproduksi di klinik-klinik pratama.

Dunia Kekurangan Bidan, Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan Capai 800 Perempuan Setiap Jam.
Statistik baru ini mengungkapkan kebutuhan mendesak untuk memastikan setiap perempuan dan anak
perempuan memiliki akses ke layanan kesehatan kritis sebelum, selama, dan setelah melahirkan--dan
bahwa mereka dapat sepenuhnya menggunakan hak reproduksi mereka.

Kematian Ibu di Amerika Serikat Vs Indonesia


Departemen Kesehatan Amerika Serikat (AS) menyebutkan, 25 persen kematian ibu hamil dan
melahirkan di AS selama tiga tahun belakangan adalah akibat pandemi Covid-19.Penularan virus SARS-
CoV-2 mengakibatkan komplikasi.

Selain itu, juga ada masalah keterlambatan penanganan karena kurangnya tenaga kesehatan akibat
sibuk mengurusi pasien yang tertular Covid-19.Terdapat pula kesenjangan akibat diksriminasi ras.
Laporan Badan Statistik Nasional AS menyebut, perempuan kulit hitam memiliki risiko komplikasi
kehamilan dan persalinan lebih besar dibandingkan perempuan kulit putih termiskin.

Angka kematian perempuan hamil dan melahirkan di AS per tahun 2022 adalah 26,1 per 100.000
kelahiran untuk kulit putih; 27,5 per 100.000 kelahiran untuk kelompok etnis Hispanik; dan 68,9 per
100.000 kelahiran untuk kelompok masyarakat berkulit hitam.

Dunia kekurangan bidan, kesehatan ibu hamil dan melahirkan menjadi taruhan. Kini angka kematian ibu
hamil dan melahirkan tinggi.

”Diskriminasi rasial mengakibatkan tekanan mental lebih besar bagi perempuan kulit hitam. Selain itu,
masih banyak kasus buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada perempuan kulit berwarna di
berbagai fasilitas kesehatan,” kata Nailah Thompson, dokter kandungan di Klinik Kaiser Permanente,
yang banyak mengadvokasi hak kesehatan reproduksi bagi perempuan kulit berwarna ketika
diwawancara oleh Fox News.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Angka Kematian Ibu (AKI) masih di kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum mencapai target
yang ditentukan, yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024.Demikian juga bayi dan balita yang masih
harus kita selamatkan dari kematian.Target kematian Ibu dan anak dilakukan melalui intervensi spesifik
yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran.

Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu hamil atau antenatal care (ANC) dilakukan
minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan layanan esensial
bagi Ibu hamil. Untuk mendukung aktivitas ini, Kemenkes tengah dalam proses menyediakan USG di
Seluruh Provinsi di Indonesia.

Sebelumnya pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah dapat
melakukan pemeriksaan di Puskesmas.Menkes Budi G. Sadikin mengatakan dalam 6 kali pemeriksaan
ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter dan di USG. Karenanya Kemenkes
secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG di semua Puskesmas di Indonesia. Hingga nantinya
akan terpenuhi kebutuhan 10.321 USG di 10.321 jumlah puskesmas pada tahun 2024.

Sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66,7% Puskesmas atau sebanyak 6.886 puskesmas telah tersedia
USG dan pelatihan dokter terpenuhi di 42% Puskesmas atau sebanyak 4.392 Puskesmas.Pemenuhan
USG untuk tahun 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas, dan tahun 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas.
Demikian juga dengan pelatihan dokter yang akan dilanjutkan pada tahun ini.Tentunya pemeriksaan
USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara bidan, dokter umum dan
dokter spesialis kebidanan serta jejaring PONED dan PONEK.(*)

PBB: Jumlah Perempuan Meninggal Selama Kehamilan atau Melahirkan Meningkat

Para perempuan hamil kesulitan untuk mendapatkan perawatan kesehatan pasca banjir dahsyat di
Pakistan, yang menggenangi sepertiga negara dan mengakibatkan jutaan orang kehilangan rumah
mereka. Sebuah laporan baru oleh empat badan PBB terkemuka dan Bank Dunia memperkirakan, satu
perempuan meninggal setiap dua menit, selama kehamilan atau persalinan. Sebagian besar
penyebabnya bisa dicegah. Laporan, “Kecenderungan Kematian Ibu Tahun 2000 hingga 2020,” disusun
oleh WHO, UNICEF, dan UNFPA, bersama Grup Bank Dunia dan UNDESA bidang kependudukan.

Pejabat kesehatan mengatakan, data yang diajukan dalam laporan itu harus menjadi peringatan bagi
para pemimpin dunia untuk bertindak mengakhiri kematian ibu, dengan memberi sistem perawatan
kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada
kematian.“Sementara kehamilan seharusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi
semua perempuan, secara tragis masih merupakan pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan
orang di seluruh dunia,” kata Direktur jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus.

Statistik baru ini mengungkapkan kebutuhan mendesak, untuk memastikan setiap perempuan dan anak
perempuan mempunyai akses ke layanan kesehatan penting sebelum, selama, dan setelah melahirkan,”
katanya,Laporan itu mencatat, pada tahun 2020 sekitar 287.000 perempuan di seluruh dunia meninggal
terkait kehamilan dan persalinan. Itu setara dengan 800 kematian sehari, atau satu kematian setiap dua
menit.

Angka kematian ibu saat bersalin di Amerika Serikat terus meningkat

New York (ANTARA) - Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menunjukkan
bahwa angka kematian ibu bersalin di Amerika Serikat mengalami peningkatan, sehingga media
menyebut negara ini memiliki rekam jejak memalukan dalam hal kesehatan ibu seperti tertulis dalam
The Washington Post pada awal pekan ini. Selama dua dekade terakhir, dunia membuat kemajuan yang
stabil dalam menurunkan angka kematian ibu saat bersalin atau pascapersalinan, tetapi Amerika Serikat
bergerak ke arah yang salah, kata laporan The Washington Post.

Menurut WHO, kesehatan ibu meningkat di sebagian besar negara antara tahun 2000 hingga 2015,
meski kemajuannya mulai melandai, dan di beberapa tempat mengalami kemunduran, antara tahun
2015 hingga 2020. Amerika Serikat termasuk dalam 23 negara yang mencatat adanya peningkatan angka
rata-rata kematian ibu saat bersalin atau pascabersalin, dalam kurun waktu 2000 hingga 2020.

Pada 2020 hampir semua negara kaya mencatatkan dari 100.000 kelahiran angka kematian ibu bersalin
turun di bawah angka 10, sementara Amerika Serikat justru melaporkan adanya kenaikan hampir 78
persen atau menjadi 21 kematian dari 100.000 kelahiran. Namun, data tersebut diklaim tidak
mengejutkan, mengingat kondisi layanan kesehatan ibu yang dipandang masih sangat rendah di Amerika
Serikat. "Namun, Amerika Serikat tidak melakukan apa pun untuk mengatasi aib nasional ini. Dan upaya-
upaya untuk melarang aborsi hanya akan memperburuk keadaan," tambah laporan itu.

Seorang wanita itu mempunyai peran penting dalam keluarga, masyarakat dan negara. Wanita itu harus
siap menjadi seorang istri bagi suaminya dan menjadi seorang ibu bagi anak anaknya. Wanita kalau
sudah menikah harus siap untuk hamil dan melahirkan buah hati yang sholeh dan sholehah. Jangan
sampai wanita yang sudah menikah itu tidak siap untuk hamil dan melahirkan buah hati. Apabila
seorang wanita yang sedang hamil itu tertekan karena tidak siap untuk punya anak, maka ini akan bisa
berpengaruh pada kehamilannya. Sehingga ini bisa berakibat pada tingginya angka kematian ibu saat
hamil maupun saat melahirkan buah hati.

Solusi Utopis ala Kapitalisme

Sungguh, seluruh tawaran PBB adalah solusi tambal sulam, bahkan sekadar solusi utopis karena akar
masalah sebenarnya belum dituntaskan. Tidak meratanya fasilitas kesehatan atau kemiskinan itu lahir
dari penerapan kebijakan kapitalisme. Kapitalisme membuat para kapitalis makin kaya, orang biasa
makin tersungkur sengsara. Jurang kaya dan miskin pun makin menganga. Meskipun masyarakat tidak
mampu bisa mendapatkan layanan kesehatan gratis, pelayanannya tidak sebagus yang mandiri. Fasilitas
kesehatan lengkap hanya ada di kota besar, itu pun biayanya “wah”. Masyarakat kecil sulit untuk bisa
menikmati.

Inilah kapitalisme, kesehatan pun diperjualbelikan. Siapa yang bisa membayar, merekalah yang bisa
mendapatkannya. Walhasil, tanpa jaminan kesejahteraan (mengentaskan kemiskinan), layanan
kesehatan yang murah, serta kebijakan negara yang adil, dapat dipastikan AKI akan terus meningkat.

Berdasarkan fakta tersebut, menunjukkan bahwa angka kematian ibu saat hamil maupun melahirkan
masih tinggi. Makanya PBB mengingatkan kepada pemimpin negara untuk bertindak mengakhiri
kematian ibu hamil maupun ibu saat proses persalinan dengan memberi sistem perawatan kesehatan
dan menutup kesenjangan sosial juga ekonomi yang melebar . Sehingga ini bisa berdampak pada
tingginya kematian ibu hamil maupun ibu saat proses persalinan. Diharapkan para ibu hamil itu tidak
tertekan dengan kondisi sosial ekonominya yang ini bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan ibu hamil
dan bayinya. Selain itu, perlunya para ibu hamil untuk mendapatkan edukasi terkait kesehatan ibu juga
bayinya agar bisa selamat dalam proses persalinan. Solusi yang ditawarkan itu masih sulit untuk
diimplementasikan dalam kapitalisme. Dimana, kesehatan itu dikapitalisasi dan tingkat kemiskinan itu
masih tinggi dalam kapitalisme. Tingginya angka kematian ibu hamil maupun ibu dalam proses
persalinan ini akan terus terjadi tanpa adanya tingkat kesejahteraan maupun layanan kesehatan murah
bagi masyarakat. Inilah potret buruk yang ada dalam kapitalisme.

Layanan Islam

Islam memandang bahwa layanan kesehatan—termasuk pada ibu hamil—merupakan kewajiban negara.
Negara yang mengambil Islam sebagai landasan akan memberikan pelayanan dengan membangun
fasilitas kesehatan yang merata di setiap daerah. Negara juga akan menyediakan tenaga medis yang
cukup dan mumpuni dengan gaji yang sangat layak.
Terkait pembiayaan, Islam memiliki mekanisme pendapatan yang khas, mulai dari fai, kharaj, ganimah,
harta tidak bertuan, pengelolaan SDA, dll. Baitulmal akan mengelola semua pendapatan tadi kemudian
disalurkan ke pos-pos yang membutuhkan, salah satunya pelayanan kesehatan. Dengan demikian,
pelayanan terhadap ibu hamil akan terjamin dan AKI pun bisa diminimkan.Jaminan ini hanya diperoleh
dalam sistem pemerintahan yang mengambil Islam sebagai pijakan. Mustahil diterapkan pada negara
yang menjadikan kapitalisme sebagai panutan. Oleh karenanya, hanya sistem pemerintahan Islam yang
dapat menjawab masalah AKI.

Adapun, kalau kita mau melihat bagaimana Islam menjadikan layanan kesehatan termasuk pada ibu
hamil dan bersalin sebagai kewajiban negara. Islam juga menghimbau kepada wanita yang sudah
menikah untuk menuntut ilmu agama di pengajian terkait seorang wanita iyang sudah menikah itu harus
siap untuk menjadi istri, hamil dan melahirkan buah hati. Sehingga ini diharapkan bisa mencegah
adanya kematian ibu hamil dan bersalin. Selain itu, Islam juga menjamin kesejahteraan masyarakat
dengan berbagai mekanisme sehingga tercapai layanan kesehatan yang prima. Dengan demikian
harapannya angka kematian ibu hamil dan bersalin bisa menurun drastis.

Anda mungkin juga menyukai