Anda di halaman 1dari 13

A.

Persiapan BK Kelompok
Berikut Ini beberapa langkah konkrit yang dapat dilakukan dalam upaya untuk
mengembangkan sebuah bimbingan/konseling kelompok
Langkah 1: Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dapat dimulai dengan mencermati fenomena yang ada di sekolah,
melakukan asesmen terhadap permasalahan yang tengah dihadapi siswa atau masalah-
masalah tren yang sedang hangat diperbincangkan oleh siswa. Misalnya bullying, rasis di
media sosial, motivasi belajar, manajemen waktu dll

Langkah 2: Penelusuran literatur


Setelah melakukan analisis kebutuhan dan menetapkan tema yang akan dibahas dalam
kelompok, konselot perlu melakukan penelusuran dari berbagai literatur seperti buku, modul,
artikel, jurnal dll untuk mendapatkan ide-ide tentang bagaimana untuk mengatur dan
memfasilitasi kelompok. Dalam beberapa kasus, Konselor mungkin menemukan
panduan/manual siap pakai untuk kelompok tertentu, lengkap dengan handout dan media
bantu lainnya. Akan banyak informasi yang diperoleh oleh konselor melalui penelusuran ini
oleh karena itu, konselor perlu melakukan perencanaan
Langkah 3: Perencanaan
Pada saat Anda mencapai langkah ini, konselor mungkin akan kewalahan dengan semua
informasi tentang ide dalam membentuk Kelompok. Ada banyak petunjuk dan tema yang
berbeda untuk dieksplorasi. Konselor perlu fokus pada pada hasil analisis kebutuhan
dilangkah pertama yakni tema apa yang paling dibutuhkan/populer dikalangan siswanya.
Untuk mengatur tema, perlu diputuskan beberapa hal spesifik lainnya tentang kelompok:
durasi dan waktu untuk setiap sesi. Karena terkait dengan organisasi sekolah, konselor perlu
berkonsultasi dengan bagian tata usaha dan guru tentang waktu yang akan cocok dan terbaik
untuk menerapkan bimbingan/konseling kelompok. Sesi mingguan atau dua kali seminggu
dengan durasi waktu dari 1,5 sampai 2 jam lebih disukai. Sesi kurang dari 1,5 jam terlalu
pendek untuk kelompok dewasa karena pemanasan dan periode transisi. atau jika
ketersediaan waktu pendek, maka dalam proses berjalan dapat dilakukan penambahan 10
waktu sampai 25 menit atau sesuai dengan ketersediaan waktu.
Pengaturan kelompok harus menjadi nyaman, menarik, ruangan yang cukup memadai
dan tidak terlalu ramai. Sebaiknya, ruang harus berkarpet dan dilengkapi kursi yang nyaman
dan lantai yang bersih sehingga anggota kelompok dapat memilih di mana dan bagaimana
mereka ingin duduk. Pencahayaan rendah, lembut dan tidak langsung lebih disukai daripada
lampu langit-langit yang terlalu terang.
Terbebas dari gangguan luar dan terjaganya privasi sangat penting. Minuman ringan
dapat diberikan, tapi makanan bisa mengganggu. Akan tetapi jika sesi diperpanjang sampai
jam makan, maka makanan perlu dipersiapkan;
Akhirnya, anggota kelompok harus duduk dalam lingkaran sehingga setiap anggota dapat
melihat semua orang secara penuh. Anggota harus cukup dekat untuk menjangkau dan
menyentuh satu sama lain jika mereka menginginkan, tetapi pada saat yang sama tidak begitu
dekat bahwa mereka tidak bisa menggeser posisi tubuh tanpa menabrak seseorang. Hal ini
bertujuan agar terjadi keakraban dan privasi secara terintegrasi.
Salah satu isu yang harus dipertimbangkan bersama dengan pengaturan kelompok
adalah ukuran kelompok Untuk mempromosikan efektivitas interaksi maksimal dalam
kelompok, jumlah anggota tidak boleh melebihi 9 atau 10 untuk kelompok remaja dan
dewasa. Kelompok untuk anak-anak biasanya akan mencakup 5 atau 6 anggota. Juga, jumlah
minimum untuk orang dewasa tidak boleh kurang dari 5 anggota. Jumlah ini menyediakan
cukup banyak orang untuk memanfaatkan sumber daya sementara dari dinamika kelompok
pada saat yang sama menjaga kelompok kecil cukup untuk memungkinkan kedekatan dan
keakraban. Dengan angka yang lebih besar daripada 10, pemimpin kelompok memiliki
kesulitan dalam menghampiri semua anggota kelompok.
Langkah 4: Promosi dan rekrut anggota
Secara spesifik yang diatur pada langkah ke-3 memungkinkan konselor untuk memulai
membuat pengumuman dan merekrut anggota kelompok. Upaya ini dapat dilakukan dengan
membuat buletin atau brosur dan membagi-bagikannya kepada siswa dimana penyajiannya
dengan cara yang menarik. Dapat juga dilakukan dengan melakukan pendekatan secara
pribadi kepada siswa yang konselor rasa akan bekerja dengan baik dalam kelompok.
Pengumuman dan perekrutan yang baik memungkinkan konselor untuk memperoleh
manfaat dari kerja keras yang telah konselor lakukan pada langkah sebelumnya. Sebagai hasil
dari kerja ini, Konselor akan mulai mendapatkan panggilan dari siswa yang tertarik bergabung
dalam kelompok.

B. Wawancara Pregroup
Proses kelompok tidak otomatis menjadi para anggotanya bisa saling akrab satu sama lain.
Hubungan orang per orang dalam kelompok bisa lebih baik atau buruk. Salah satu variabel
utama, mungkin yang paling penting, adalah pemimpin kelompok. Pemimpin bertanggung
jawab untuk penataan kelompok dan rekayasa dinamika kelompok sedemikian rupa, sehingga
dapat mempromosikan pertumbuhan positif anggota kelompok. sebagai orang yang
profesional, konselor memiliki hak dan tanggung jawab untuk menciptakan kondisi sebelum
dan selama proses kelompok yang akan memaksimalkan potensi yang konstruktif, yaitu
tumbuhnya pengalaman. Pemimpin kelompok bertanggung jawab kepada diri mereka untuk
melakukan segala sesuatu yang bisa memastikan bahwa proses bimbigan/konseling
kelompok yang dilakukan mendapatkan hasil yang sukses. Beberapa hal dapat dilakukan atau
diperhatikan sebelum kelompok itu bertemu untuk pertama kalinya, yaitu apa yang disebut
dengan pregroup activities, sebagai berikut:
1. Seleksi dan komposisi Anggota Kelompok
Sampai usia dewasa muda (usia kuliah dan seterusnya) tercapai, anggota kelompok
dalam rentang usia yang hampir sama adalah yang terbaik. Sepanjang tahun sekolah, tingkat
kelas tampaknya menjadi metode praktis dalam memilih anggota kelompok. Banyak konselor
yang menggunakan tingkatan kelas sebagai metode dalam seleksi dalam menentukan
komposisi kelompok.
Berikut ini adalah daftar tugas penting yang harus dilakukan baik dalam wawancara pregroup
atau selama pertemuan awal:
a. Menilai kesiapan calon anggota potensial untuk pengalaman kelompok. Para calon
anggota kelompok potensial harus memiliki motivasi yang baik untuk perubahan dan
harapan untuk keberhasilan.
b. Memilih calon anggota kelompok memiliki hubungan interpersonal primer. Potensi ini
akan membantu anggota kelompok dalam mengatasi dampak dari beberapa hubungan
dalam kelompok.
c. Memilih orang-orang yang tidak mempunyai patologi atau masalah terlalu ekstrim untuk
diatasi oleh anggota kelompok, misalnya depresi berat atau skizofrenia. Secara khusus
karakteristik kepribadian, yang mengalami hambatan koneksi antarpribadi, seperti
permusuhan yang intens, toleransi terhadap frustrasi rendah, dan paranoia, biasanya tidak
ditangani dengan kelompok (Riva, Lippert, & Tackett, 2000).
d. Idealnya, calon anggota kelompok akan cukup heterogen dalam hal dinamika kepribadian.
Hal ini akan memungkinkan untuk meningkatkan kreativitas dalam memecahkan masalah
dan memberikan jangkauan yang lebih luas kemungkinan interaksional. Hal ini terutama
penting ketika kelompok-kelompok yang diorganisir masalahnya menyangkut masalah
umum seperti pelanggaran lalu lintas, alkoholisme, perceraian, pelecehan suami-istri, atau
penyalahgunaan zat adiktif.
2. Menetapkan Peraturan Dasar dan Harapan Utama
Aturan untuk bimbingan/konseling kelompok tidak perlu kaku, aturan hanya digunakan
untuk memberikan pedoman bagi anggota dan untuk menjamin perlindungan dan
keselamatan saat mempertahankan kebebasan maksimum dalam mengeksplorasi dan
menguji perilaku baru. Dalam sebuah wawancara pregroup, prosedur yang membantu adalah
dengan meninjau beberapa harapan primer calon anggota kelompok. Carag efisien untuk
melakukan ini adalah dengan mencetak pernyataan atau daftar pada satu lembar kertas
sehingga anggota kelompok dapat melihat sebelum berakhirnya pertemuan pertama. Jika
wawancara tidak mungkin dilakukan, penetapan aturan ini harus menjadi agenda utama pada
pertemuan pertama. Minimal aturan dan harapan meliputi:
a. Menghadiri sesi secara teratur dan tepat waktu.
b. Menjaga kerahasiaan.
c. Dengarkan baik-baik anggota kelompok lainnya.
d. Jujur, konkrit, dan terbuka dalam mendiskusikan masalah.
e. Tetapkan tujuan konkret untuk pertumbuhan diri.
f. Buatlah komitmen untuk menghadiri empat pertemuan pertama.
3. Prosedur dan Aturan Kelompok
Meskipun aturan informal dan norma kelompok akan tumbuh dari kehidupan unik setiap
kelompok, beberapa aturan prosedural kadang-kadang membantu dalam memulai kelompok.
Jika aturan prosedural didistribusikan oleh pemimpin untuk setiap anggota selama
wawancara, anggota akan memiliki kesempatan untuk membaca dan merenungkan sebelum
pertemuan pertama. Aturan-aturan ini kemudian dapat digunakan sebagai metode memulai
sesi awal. Diskusi dapat terjadi mengenai aturan, dan penambahan dan/atau penghapusan
dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan kelompok tertentu.
a. Aturan untuk Proses Kelompok
Bimbingan/Konseling kelompok adalah pengalaman belajar, oleh karena itu, setiap
anggota harus belajar bagaimana bekerja sama untuk memaksimalkan kemungkinan belajar.
Karena pengalaman kelompok konseling merupakan hal baru bagi sebagian besar anggota,
maka pedoman kelompok diperlukan dengan memberikan daftar prosedur di sesi pertama
yang berisi pedoman umum. Hal ini diharapkan dapat membantu proses yang fasilitatif.
Berikut daftar aturan untuk kelompok yang dapat disalin dan didistribusikan kepada anggota
kelompok dengan instruksi untuk memilih dan mendiskusikan aturan yang sekiranya sulit bagi
mereka untuk melakukannya:
(1) Biarkan orang lain tahu apa ide-ide Anda. Setiap anggota memiliki ide untuk dikatakan
adalah penting. Berbagi pikiran dan reaksi dengan kelompok akan merangsang anggota
lain dan akan membantu mereka untuk berbagi apa yang mereka pikirkan.
(2) Ajukan pertanyaan Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan atau Anda ingin tahu lebih lanjut
tentang sesuatu, tanyakan. Tidak ada hal seperti pertanyaan bodoh ada dalam kelompok
ini. Beberapa anggota lain mungkin ingin mengetahui hal yang sama.
(3) Jangan terlalu menguasai pembicaraan. Orang lain ingin berpartisipasi juga, dan mereka
tidak dapat melakukannya jika Anda mengambil terlalu lama waktu untuk
mengekspresikan ide-ide Anda.
(4) Bantulah anggota lain untuk berpartisipasi. Jika seseorang tampak seolah-olah dia ingin
mengatakan sesuatu tapi belum, doronglah orang itu untuk melakukannya.
(5) Dengarkan baik-baik pembicaraan anggota lainnya. Cobalah untuk mendengarkan
dengan penuh perhatian sehingga Anda bisa mengulangi apa yang anggota lain katakan.
Jika Anda mendengarkan orang lain, maka orang lain akan mendengarkan Anda.
(6) Keberadaan anggota kelompok di sini adalah untuk membantu. Masalah dapat
diselesaikan dengan bekerja bersama-sama. Dalam proses membantu orang lain, Anda
dapat membantu diri Anda sendiri. Informasi yang Anda miliki dapat membantu orang
lain. Menyarankan alternatif atau penyebab dapat membantu anggota lainnya untuk
membuat keputusan yang lebih baik.
(7) Bersedia menerima sudut pandang lain. Jangan bersikeras bahwa Anda benar dan orang
lain salah.
(8) Selalu siap sedia untuk berdiskusi. Jika diskusi membingungkan bagi Anda, katakan
demikian.
(9) Dalam kelompok ini, semua anggota diperkenankan untuk berbicara tentang perasaan
dan reaksi Anda.

b. Memfasilitasi Tanggung Jawab


Diasumsikan bahwa tanggung jawab atas perilaku sendiri bukanlah sesuatu yang terjadi
secara otomatis dalam bimbingan/konseling kelompok. Konselor Kelompok harus mampu
memfasilitasi situasi yang tidak hanya memungkinkan tetapi juga mendorong anggota
kelompok untuk terlibat dalam proses menentukan apa kontribusi yang akan mereka berikan
dan apa yang mereka akan dapatkan ketika keluar dari kelompok. Salah satu tujuan utama
dari bimbingan/konseling kelompok adalah untuk membantu anggota bertanggung jawab
untuk diri mereka sendiri dan perilaku mereka. Namun, dalam pengalaman diawal bimbingan
konseling kelompok, konselor sering merasa bertanggung jawab untuk hampir segala sesuatu
yang terjadi dalam kelompok. Sikap yang demikian dapat menghilangkan kesempatan
anggota kelompok untuk mengalami tanggung jawab atas keputusan yang mereka buat.
Agar setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab, Berikut adalah fokus perhatian
konselor kelompok:
1) Berusaha untuk fokus pada Anggota Kelompok
Anggota Kelompok tidak dapat dibantu untuk belajar tentang tanggung jawab melalui
observasi saja. Jika anggota kelompok untuk memikul tanggung jawab, mereka harus
diizinkan untuk mengalami proses pengambilan keputusan. Membiarkan dan membantu
anggota kelompok untuk menerima tanggung jawab sejak sesi pertama konseling kelompok
akan lebih dekat untuk mencapai keberhasilan setiap sesi konseling. Oleh karena itu, penting
aktivitas untuk konselor kelompok untuk menunjukkan pada sesi awal bahwa anggota dapat
bertanggung jawab satu sama lain dan untuk diri mereka sendiri. Berikut beberapa hal yang
mungkin dapat membantu dalam memfasilitasi tanggung jawab:
a. Membantu para anggota belajar bagaimana bekerja sama secara efektif adalah proses
yang lambat dan membutuhkan banyak kesabaran dari konselor.
b. Konseling kelompok merupakan pengalaman baru bagi sebagian besar anggota.
c. Karena sifat alamiah dari proses kelompok, konselor mungkin berpikir sangat sedikit yang
dicapai dalam beberapa sesi pertama. Konselor harus mengakui ini sebagai kebutuhan
pribadi dari pada para anggota yang perlu "menyelesaikan sesuatu".
d. Pada kebanyakan kelompok, awalnya ada kecenderungan pada bagian anggota untuk
memberikan tanggung jawab mereka kepada konselor.
e. Konselor kelompok memiliki tanggung jawab untuk membantu anggota untuk
menanggapi satu sama lain.
f. Konselor harus berhati-hati untuk menghindari apa yang menyiratkan jawaban "harus",
karena akan muncul kesan adanya unsur pemaksaan.
g. Dengan menjawab semua pertanyaan dengan jawaban langsung, konselor kelompok
cepat menjadi sumber jawaban dan dengan demikian membuat tanggung jawab anggota
untuk menemukan solusi menjadi menurun.
h. Ketika konselor memungkinkan kelompok untuk "mengatur kesungguhan anggota"
kelompok akan bertanggung jawab terhadap perilaku mereka.

c. Kesabaran: Prasyarat
Kadang-kadang, konselor kelompok mungkin mengalami kesulitan dalam menahan
dirinya sendiri dalam kelompok. Hal ini tampaknya terutama berlaku ketika konselor merasa
mengalami "hal yang terjadi" atau ketika konselor tiba-tiba "melihat" apa yang orang lain
perlukan dalam kelompok. Konseling kelompok membutuhkan kesabaran dan kesediaan
untuk memungkinkan anggota untuk menemukan sendiri. Kesabaran memang prasyarat
dasar untuk mengembangkan tanggung jawab dalam kelompok.

d. Tanggung Jawab Anggota kelompok


Anggota kelompok lebih mungkin mengalami perubahan pribadi ketika mereka diizinkan
untuk bertanggung jawab atas perubahan itu. Potensi untuk perubahan akan sangat
meningkat ketika anggota kelompok diberikan kebebasan untuk menjadi dan pada saat yang
sama dibantu untuk menerima tanggung jawab untuk menghasilkan perilaku. Ketika anggota
mengalami kesempatan untuk menerima tanggung jawab, mereka menemukan bahwa
mereka percaya diri mereka lebih penuh dan sebagai hasilnya adalah lebih bersedia
mengambil risiko dan untuk mengeksplorasi kedalaman batin yang mereka miliki. Dengan
demikian, pertumbuhan pribadi, akan mudah terjadi ketika difasilitasi oleh keterlibatan
anggota untuk bertanggung jawab dalam perubahan perilaku mereka sendiri.

e. Mencapai Stabilitas pada konseling Kelompok


Berkelompok adalah suatu keniscayaan. Bagi orang-orang yang bergerak di bidang pekerja
sosial, pengelolaan kelompok adalah sesuatu yang menarik. Hal ini disebabkan oleh asumsi
bahwa secara alamiah bahwa orang-orang akan cenderung untuk pembentuk kelompok
secara spontan. Konselor pendidikan berada dalam posisi menguntungkan untuk
memanfaatkan kecenderungan ini, dengan menggunakan prinsip pembentukan konseling
kelompok.
1. Keanggotaan dan Stabilitas Kelompok
Setiap konselor yang memulai kelompok memiliki kewajiban untuk menciptakan jenis
kondisi yang paling kondusif untuk sukses. Bukti tampaknya menunjukkan fakta bahwa
keanggotaan sukarela lebih disukai dari pada keanggotaan paksaan atau pilihan konselor.
Namun demikian, yang terpenting dalam hal ini semua, adalah bagaimana konselor mampu
menciptakan iklim yang mampu memfasilitasi proses kelompok yang sedang berlangsung.
Stabilitas kelompok, atau keinginan kelompok untuk tetap bersama-sama dan bekerja
menuju tujuan umum yang disepakati, berkaitan dengan daya tarik kelompok berlaku untuk
anggotanya. Dengan kata lain, kelompok akan mencapai tujuannya dalam proporsi langsung
sejauh mana anggotanya memandang kelompok dengan cara yang positif. Barker, dkk. (2000)
menyampaikan bahwa kelompok yang heterogen umumnya lebih produktif daripada
rekanrekan mereka yang homogen.
2. Kepemimpinan dan Stabilitas Kelompok
Fungsi utama pemimpin adalah untuk memfasilitasi interaksi antar anggota kelompok dan
untuk membantu dalam mengklarifikasi situasi yang dilihat oleh anggota kelompok sebagai
permasalahan, Pemimpin kelompok yang tidak terstruktur akan beroperasi dari basis
demokrasi bukan sebagai jenis pemimpin otoriter. Mereka akan cenderung melihat diri
mereka sebagai anggota kelompok, namun pada saat yang sama sebagai anggota yang
mampu peka terhadap perubahan dan perkembangan kebutuhan kelompok dan mereka
adalah individu yang menjadi bagian dari kelompok.
Variabel kepemimpinan yang sangat penting untuk interaksi kelompok yang efektif
tampaknya hanya dibatasi oleh tingkat fleksibilitas pribadi pemimpin. Mungkin cara lain untuk
mengekspresikan konsep ini adalah dengan mengatakan bahwa pemimpin harus tetap
terbuka terhadap isi dan proses kelompok karena memanifestasikan dirinya.
3. Kemajuan dan Belajar dalam kelompok
Pembelajaran yang berlangsung dalam kelompok tergantung pada persepsi individu
terhadap daya tarik kelompok. Jika iklim kelompok adalah sedemikian rupa sehingga individu
terlalu peduli dengan perlindungan dan pemeliharaan diri, proses pembelajaran akan
terhambat. Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menjadi sensitif dan menyesuaikan
kelompok dan faktor motivasi pribadi yang meningkatkan situasi belajar. Atmosfer yang tidak
mengancam, menerima dan suasana empati akan memberikan perlindungan dan
pemeliharaan diri dan dengan demikian membebaskan individu untuk belajar hal yang baru,
eksplorasi, dan meningkatkan perilaku diri. Kebersamaan kelompok berkembang dan tumbuh
melalui partisipasi dan berbagi oleh anggota kelompok dan pemimpin. Setiap anggota
kelompok memiliki kesempatan untuk berbagi tanggung jawab, sehingga muncul perasaan
yang benar atas keterlibatan dan kepemimpinan. Kurangnya stabilitas daya tarik atau
kelompok dengan cepat akan menyebabkan pembubaran kelompok. Sebaliknya, kelompok
yang menarik dan berarti bagi anggotanya akan memiliki kemampuan memegang kuat. Hal
ini dapat difasilitasi melalui interaksi yang bermakna, yang mengarah pada stabilitas
kelompok dan suasana pertumbuhan.

Prosedur dan Teknik BK Kelompok


A. Langkah-langkah Umum
1. Pra Bimbingan
a) Menyusun RPL bimbingan kelompok,
b) Pembentukan kelompok (forming).
2. Pelaksanaan
a) Pembukaan
(1) Menciptakan suasana saling mengenal, hangat, dan rileks,
(2) Menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan kelompok secara singkat,
(3) Menjelaskan peran masing-masing anggota dan pembimbing pada proses
bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan,
(4) Menjelaskan aturan kelompok dan mendorong anggota untuk berperan penuh
dalam kegiatan kelompok,
(5) Memotivasi anggota untuk saling mengungkapkan diri secara terbuka,
(6) Memotivasi anggota untuk mengungkapkan harapannya dan
membantu merumuskan tujuan bersama.
b) Transisi
(1) Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kelompok,
(2) Mereview tujuan dan kesepakatan bersama,
(3) Memotivasi anggota untuk terlibat aktif dan mengambil manfaat dalam tahap inti,
(4) Mengingatkan anggota bahwa kegiatan akan segera memasuki tahap inti.
c) Inti
(1) Mendorong tiap anggota untuk mengungkapkan topik yang perlu dibahas,
(2) Menetapkan topik yang akan dibahas sesuai dengan kesepakatan bersama,
(3) Mendorong tiap anggota untuk terlibat aktif saling membantu,
(4) Melakukan kegiatan selingan yang bersifat menyenangkan mungkin perlu
diadakan,
(5) Mereview hasil yang dicapai dan menetapkan pertemuan selanjutnya, apabila
dibutuhkan.
Penutupan
(1) Mengungkap kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap anggota,
(2) Merangkum proses dan hasil yang dicapai,
(3) Mengungkapkan kegiatan lanjutan yang penting bagi anggota kelompok,
(4) Menyatakan bahwa kegiatan akan segera berakhir,
(5) Menyampaikan pesan dan harapan.
Pasca Bimbingan
(1) Mengevaluasi perubahan yangdicapai,
(2) Menetapkan tindak lanjut kegiatan yang dibutuhkan,
(3) Menyusun laporan bimbingan kelompok.
Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, guru bimbingan dan konseling atau konselor
menyusun kelengkapan berupa RPL dan laporan. Teknik bimbingan kelompok yang dapat
digunakan guru bimbingan dan konseling atau konselor antara lain diskusi kelompok,
bermain peran, home room program, dan teknik lain yang relevan. Waktu yang dibutuhkan
pada setiap sesi (jika dibutuhkan lebih dari satu sesi) antara 45 menit sampai 90 menit sesuai
kesepakatan bersama, begitu pula jeda antar sesi tergantung pada kesempatan yang dimiliki
para anggota.

a. Diskusi Kelompok
1. Pengertian
Diskusi kelompok adalah interaksi komunikasi antar anggota kelompok dalam memahami
topik atau mengembangkan keterampilan tertentu secara bersama-sama dengan cara
mengutarakan masalah, ide-ide, saran, dan saling menanggapi satu sama lain. Pada diskusi
kelompok semua anggota diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi, notulis, dan
peserta atau anggota, sehingga semua anggota memiliki tanggung jawab masing-masing dan
bertanggung jawab atas penyelesaian masalah yang menjadi topik diskusi.
2. Tujuan
a) Memfasilitasi anggota kelompok belajar dari pengalaman anggota lain dalam
memahami suatu topik atau pengembangan keterampilan hidup tertentu.
b) Memfasilitasi anggota menyadari bahwa setiap orang mempunyai masalah sendiri-
sendiri.
c) Memfasilitasi anggota agar terampil berpendapat.
3. Langkah-langkah PenyelenggaraanDiskusi Kelompok
a) Membuat RPL DiskusiKelompok,
b) Mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana yang diperlukan,
c) Menyiapkan anggota kelompok antara 2-10 peserta didik/konseli,
d) Perkenalan antar anggotamasing-masing,
e) Membuat suatu kesepakatan bersama untuk saling membantu,
f) Mendiskusikan topik permasalahankelompok,
g) Mengakhiri diskusi dengan penguatan dan tindak lanjut,
h) Melaporkan hasil diskusikelompok.
4. Teknik-teknik Diskusi Kelompok
Teknik diskusi kelompok yang dapat dilaksanakan di SMA diantaranya diskusi panel,
lokakarya, dan diskusi terfokus.
a) Diskusi Panel
Diskusi panel merupakan interaksi komunikasi antar 3 – 6 panelis yang disaksikan beberapa
pendengar dan diatur oleh seorang moderator dengan tujuan membahas tuntas
pemahaman topik dan pengembangan keterampilan tertentu. Panelis adalah peserta
didik/konseli atau pihak lain yang dianggap lebih mengetahui topik yang didiskusikan.
Moderator adalah peserta didik/konseli atau pihak lain yang mengatur proses diskusi
panel.
b) Lokakarya
Lokakarya adalah pertemuan untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan
dengan pelaksanaan dalam kegiatan tertentu untuk menghasilkan produk tertentu.
c) Diskusi Terfokus
Diskusi terfokus merupakan interaksi komunikasi kelompok yang diarahkan pada
pembahasan topik tertentu oleh seorang moderator. Diskusi terfokus bertujuan agar
peserta didik/konseli memperoleh masukan atau informasi mengenai pemahaman topik
dan pengembangan keterampilan tertentu.
5. Bermain Peran
1. Pengertian
Bermain peran (role playing) adalah dramatisasi tingkah laku untuk memfasilitasi peserta
didik/konseli melakukan dan menafsirkan suatu peran tertentu.
2. Tujuan
Bermain peran bertujuan memfasilitasi peserta didik/konseli memahami, melaksanakan,
dan menafsirkan peran tertentu sebagai wahana memahami topik dan pengembangan
keterampilan tertentu.

3. Langkah-langkah
1) Membuat RPL bermain peran,
2) Memilih peran dan menulis skenario,
3) Memilih partisipan,
4) Menyiapkan pengamat (observer),
5) Menata panggung,
6) Latihan pendahuluan,
7) Pelaksanaan peragaan,
8) Mendiskusikan kesimpulan,
9) Reflskeksi dan tindak lanjut.
Bermain peran yang dapat dijadikan teknik bimbingan kelompok diantaranya psikodrama dan
sosiodrama.

1) Psikodrama
a) Pengertian
Psikodrama merupakan upaya memfasilitasi peserta didik/konseli memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya sendiri, menemukan konsep diri,
menyatakan kebutuhan, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan diri melalui
penghayatan situasi dramatis yang diperankannya.
b) Tujuan
Tujuan psikodrama adalah membantu peserta didik/konseli memperoleh pengertian
yang baik tentang diri sendiri sehingga dapat menemukan konsep diri, kebutuhan-
kebutuhan, dan reaksi-reaksi yang tepat terhadap tekanan yang dialaminya.
c) Komponen-komponen
1) Panggung, yakni tempat tiruan atau simbolis yang mewakili adegan-adegan masalah
yang dialami peserta didik/konseli, yang cukup luas untuk memainkan peran
psikodrama berlangsung.
2) Pemimpin psikodrama, yakni guru bimbingan dan konseling atau konselor atau orang
yang dipandang kompeten, yang berperan sebagai sutradara untuk membantu
pemegang peran utama, merencanakan pelaksanaan, mengamati dengan cermat
perilaku pemain utama selama psikodrama berlangsung, membantu peserta
didik/konseli mengungkapkan perasaan secara bebas dan membuat interpretasi apa
yang harus dilakukan pemeran utama.
3) Pemeran utama (protagonist), yakni subjek utama dalam pemeran psikodrama yang
bertugas memainkan kembali kegiatan penting yang dialami waktu lampau,
sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan terjadi, menentukan kejadian atau
masalah yang akan dimainkan, dan melakukan peran secara spontan.
4) Pemeran pembantu (auxilary egos), yakni orang lain yang berarti dalam permainan
psikodrama bertugas membantu menggambarkan peranan-peranan tertentu yang
mempunyai hubungan dekat dengan protagonist dalam kehidupan sebenarnya.
5) Penonton (audience), yakni anggota kelompok yang tidak menjadi pemeran utama
atau pemeran pembantu, yang bertugas memberi dukungan atau umpan balik
setelah proses psikodrama berlangsung, bahkan membantu pemeran utama
(protagonist) dalam memahami akibat perilakunya.
d) Langkah-langkah Penyelenggaraan Psikodrama
1. Pra Psikodrama
a. Membuat RPL Psikodrama,
b. Mengembangkan skenario.
2. Pelaksanaan
a. Menguraikan secara singkat mengenai hakikat dan tujuan psikodrama.
b. Mewawancarai anggota kelompok tentang kejadian-kejadian pada saat ini atau
lampau.
c. Meminta anggota membentuk kelompok-kelompok kecil dan mendiskusikan
pemahaman diri sendiri untuk dikembangkan melalui psikodrama.
d. Protagonist dan peran pembantu memainkan peranannya dalam psikodrama.

e. Lama pelaksanaan tergantung pada penilaian guru bimbingan dan konseling atau
konselor terhadap tingkat keterlibatan emosional protagonist dan pemain
lainnya.
f. Meminta para anggota kelompok untuk memberikan tanggapan dan
brainstorming terhadap permainan pemeran protagonist.
g. Memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan umpan balik.
h. Menetralisir umpan balik yang bersifat menyerang atau menjatuhkan protagonist.
3. Pasca Psikodrama
a. Mengevaluasi perubahan perilaku peserta didik/konseli yang terlibat dalam
kegiatan psikodrama,
b. Menetapkan tindak lanjut kegiatan yang dibutuhkan,
c. Menyusun laporan bimbingan kelompok.
2. Sosiodrama
a) Pengertian
Sosiodrama merupakan upaya membantu peserta didik/konseli lebih memahami dan
mengantisipasi permasalahan sosial yang timbul dari hubungan antar manusia melalui
bermain peran. Permasalahan sosial yang dapat dientaskan melalui sosiodrama seperti
pertentangan dengan teman sebaya, kesalahpahaman dalam berkomunikasi, dan lain-
lain.
b) Tujuan
Tujuan sosiodrama adalah membantu peserta didik/konseli memperoleh pemahaman
yang tepat tentang permasalahan sosial yang dialaminya dan dapat mengembangkan
keterampilan interaksi sosial yang efektif.
c) Langkah-langkah Penyelenggaraan Sosiodrama
1) Perencanaan
(1) Identifikasi kebutuhan peserta didik/konseli, mencakup sikap dan keterampilan
yang perlu dipelajari peserta didik/konseli dalam berinteraksi dengan orang lain
pada kehidupan mereka sehari-hari.
(2) Perumusan tujuan layanan sesuai dengan kebutuhan peserta didik/konseli.
(3) Identifikasi materi berdasarkan kebutuhan dan tujuan, yang akan dikembangkan
ke dalam skenario sosiodrama.
(4) Pengembangan skenario sosiodrama.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan sosiodrama.
(6) Merencanakan evaluasi dan diskusi pelaksanaan sosiodrama.

2) Pelaksanaan
(1) Guru bimbingan dan konseling atau konselor menginformasikan (secara klasikal)
bahwa dalam permainan sosiodrama peserta didik/konseli akan berperan
sebagai kelompok pemain dan observer.
(2) Guru bimbingan dan konseling atau konselor membacakan garis besar cerita
sosiodrama sesui dengan skenario yang telah disiapkan, dilanjutkan dengan
pembacaan rambu-rambu pemain dari setiap pemegang peran.
(3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor menentukan kelompok pemain,
yang terdiri dari individu-individu yang memerankan peran-peran tertentu
sesuai dengan tuntutan skenario. Penentuan pemain ini bisa melalui penawaran,
didiskusikan di kelas, atau ditunjuk oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor .
(4) Guru bimbingan dan konseling atau konselor menjelaskan proses permainan
adegan-demi adegan seperti dalam skenario. Kelompok pemain diberi waktu
sejenak untuk mempelajari skenario.
(5) Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberi penjelasan kepada
kelompok observer/penonton tentang tugas yang harus mereka dilakukan
dalam mengamati proses sosiodrama.
(6) Guru bimbingan dan konseling atau konselor memimpin diskusi setelah
pelaksanaan sosiodrama.
3) Penutup
Pada tahap ini guru bimbingan dan konseling atau konselor menyimpulkan hasil
sosiodrama dan dilakukan penguatan terhadap aspek tertentu dari hasil sosiodrama
sebagai upaya untuk menguatkan perolehan belajar peserta didik/konseli dan
dilanjutkan dengan evaluasi.
3. Home Room
1) Pengertian
Home room merupakan upaya menciptakan suasana rumah pada adegan
kelompok peserta didik/konseli, sehingga tercipta suasana informal, penuh
dengan rasa kekeluargaan, dan interaksi alamiah untuk membicarakan beberapa
hal yang dianggap perlu terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan
pelajaran, kegiatan sosial, tata tertib, moral, cara berpakaian atau masalah-masalah
lain di luar sekolah. Penciptaan suasana rumah ini penting untuk membuat peserta
didik/konseli senang berada dalam kelompok sehingga memungkinkan terjadinya
dialog yang ekspresif antar anggota kelompok.
2) Tujuan
Tujuan utama home room adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat
mengenal peserta didik/konseli lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efektif
dan efsien.
3) Langkah-langkah pelaksanaan home room
a. Penyiapan ruangan.
b. Pengumpulan peserta didik/konseli yang mengikuti kegiatan home room.
c. Penjelasan tujuan kegiatan home room.
d. Dialog terbuka antar anggota home room.
e. Penyimpulan dan tindak lanjut kegiatan home room.

Anda mungkin juga menyukai