(MAN 1306)
Pandemi COVID-19 telah membawa dampak yang signifikan pada seluruh aspek
kehidupan manusia, termasuk pada industri biomassa. Pandemi ini telah mengubah cara kerja
dan kehidupan manusia secara keseluruhan dan juga mempengaruhi rantai pasok biomassa.
Jurnal ini memberikan perspektif tentang kondisi pasca-pandemi dari rantai pasok biomassa dan
mengeksplorasi peluang dan tantangan yang terkait dengan masa "new norm". Pandemi
COVID-19 juga telah menyebabkan gangguan besar di berbagai sektor ekonomi. Ini juga
mendorong para pembuat keputusan di setiap sektor untuk memikirkan kembali operasi bisnis
mereka. Di antara sektor-sektor tersebut, sektor energi khususnya industri minyak dan gas
merasakan dampak pandemi secara menyeluruh. Hal ini terbukti saat dunia menyaksikan minyak
mentah mencapai harga terendah (atau negatif) bersejarah menjelang paruh pertama tahun 2020
(Parameswaran 2020). Ini karena penurunan besar dalam permintaan minyak global dan
peningkatan pasokan minyak yang sesuai (Rapier 2020).
Rantai pasok biomassa mengacu pada serangkaian proses yang dimulai dari pengumpulan
biomassa hingga pengiriman ke pelanggan akhir. Pandemi telah mempengaruhi rantai pasok
biomassa dalam beberapa cara. Salah satu dampak utama adalah penurunan permintaan dan
penjualan, karena banyak sektor industri terpaksa mengurangi atau menghentikan produksi
mereka. Selain itu, kendala logistik juga muncul, terutama pada pengiriman internasional.
Namun, pandemi juga membuka peluang baru dalam rantai pasok biomassa. Pandemi telah
meningkatkan kesadaran tentang kesehatan dan lingkungan, sehingga banyak konsumen yang
lebih memilih bahan bakar dan produk lainnya yang ramah lingkungan. Hal ini dapat
memberikan peluang bagi industri biomassa untuk meningkatkan produksi mereka dan
mengekspansi pasar.
Pasokan biomassa dapat dibagi menjadi tiga kategori utama: biomassa padat, biomassa
cair, dan biomassa gas. Kategori pertama meliputi biomassa kayu, serbuk gergaji, dan limbah
pertanian, sedangkan kategori kedua meliputi biodiesel dan bioetanol. Kategori ketiga mencakup
biogas dan gas metana. Salah satu peluang yang muncul pada pasokan biomassa pasca pandemi
adalah meningkatnya permintaan energi terbarukan. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan
energi terbarukan telah meningkat secara signifikan, terutama di negara-negara maju. Hal ini
menyebabkan peningkatan permintaan terhadap biomassa dan meningkatkan potensi pasar
biomassa di masa depan.
Namun, pandemi COVID-19 juga menimbulkan beberapa tantangan pada rantai pasokan
biomassa. Pertama, pandemi mengganggu produksi dan transportasi biomassa. Beberapa negara
MANAJEMEN STRATEGIK
(MAN 1306)
mengalami penurunan produksi biomassa karena pembatasan operasi pabrik dan kurangnya
tenaga kerja. Selain itu, transportasi biomassa juga menjadi tantangan karena pembatasan
perjalanan dan keterbatasan transportasi. Kedua, pandemi juga mempengaruhi harga biomassa.
Meskipun permintaan energi terbarukan meningkat, penurunan permintaan energi dari sektor
industri, transportasi, dan penerbangan mengurangi permintaan akan biomassa. Hal ini
menyebabkan penurunan harga biomassa dan mengancam keberlanjutan produksi biomassa di
masa depan. Secara umum, menurut jurnal ini terdapat enam peluang dan tantangan yang terkait
dengan pasokan biomassa, yaitu ketersediaan pasokan, digitalisasi dan otomatisasi, kolaborasi
rantai pasokan, produksi energi yang berfokus pada masyarakat, peluang sosial, dan kebijakan.
1. Ketersediaan Pasokan
Banyak negara berkembang sangat bergantung pada kegiatan pertanian mereka untuk
stabilitas ekonomi. Sebagian besar kegiatan pertanian menghasilkan pasokan biomassa yang
besar. Biomassa yang dihasilkan seringkali berasal dari bagian tanaman yang tidak terpakai dan
mengandung banyak energi yang belum dimanfaatkan. Terlepas dari potensi tersebut, fluktuasi
pasokan biomassa telah menghambat pengembangan industri berbasis biomassa di masa lalu.
Faktor utama yang menyebabkan fluktuasi pasokan biomassa adalah ketersediaan regional dan
musiman, dimana beberapa biomassa hanya dapat dipanen pada periode tertentu di wilayah
tertentu. Akibatnya, ketersediaan biomassa akan terpengaruh dan menyebabkan rantai pasok
biomassa menjadi lebih rentan. Di hulu rantai pasokan, penelitian agronomi akan memainkan
peran penting untuk mengurangi risiko pasokan tersebut. Penelitian agronomi berfokus pada
penemuan metode untuk membiakkan tanaman tahan iklim. Kemudian, beberapa tindakan
penanggulangan dapat dilakukan di sektor pengolahan hilir untuk mengurangi beban pasokan.
Pertama, ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi konversi secara keseluruhan.
Efisiensi konversi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa hasil produk yang lebih tinggi dapat
dicapai dengan menggunakan jumlah bahan baku yang sama. Kedua, pelaku industri dapat
memitigasi risiko pasokan dengan menekankan strategi manajemen dan penjadwalan yang tepat.
Umumnya, kelebihan bahan baku biomassa dapat disimpan untuk digunakan di masa depan,
terutama ketika ketersediaan biomassa sedang defisit.
latar belakang informasi industri, selanjutnya, mengurangi resistensi mereka untuk bekerja di
industri ini.
Sumber :
Andiappan, V., How, B.S. and Ngan, S.L., 2021. A perspective on post-pandemic biomass supply
chains: Opportunities and challenges for the new norm. Process Integration and
Optimization for Sustainability, 5, pp.1003-1010.