Nim : 200910202080
Kelas : Bisnis Internasional C5
Kelompok : 9 (Sembilan)
Dosen Pengampu : Dra. Dwi Windradini B.P., M.Si.
Prosedur
Kebijakan, prosedur operasi standar, aturan, dan peraturan semua membantu
manajer melaksanakan fungsi kontrol. Misalnya, sebuah perusahaan dapat menetapkan
kebijakan bahwa setidaknya 75 persen bahan baku yang dibelinya harus diperoleh dari
pemasok lokal. Kebijakan ini memandu manajer pabrik dalam membuat keputusan
pembelian dan alokasi. Namun terkadang perusahaan juga sering mengubah prosedur
mereka Ketika menghadapi kesulitan.
Rasio Kinerja
Perusahaan internasional juga menggunakan berbagai rasio kinerja untuk
mempertahankan kendali. Rasio kinerja adalah indeks kinerja numerik yang ingin
dipertahankan perusahaan. Rasio kinerja umum yang digunakan oleh banyak perusahaan
adalah perputaran persediaan. Memegang persediaan yang berlebihan tidak berfungsi
karena persediaan mengikat sumber daya yang dapat digunakan untuk tujuan yang
berbeda dan karena semakin lama bahan disimpan dalam persediaan, semakin rentan
terhadap kerusakan dan kerugian.
British Airways juga menggunakan rasio kinerja untuk mempertahankan kendali
atas operasi maskapai penerbangannya. Salah satu rasio kunci untuk sebuah maskapai
penerbangan adalah persentase kursi yang terisi pada penerbangannya. Jika rasio ini turun
di bawah nilai minimum yang ditetapkan, perusahaan mencari cara alternatif untuk
menghasilkan permintaan penumpang, seperti diskon atau kegiatan promosi tambahan.
Rasio lain yang menarik bagi British Airways adalah persentase penerbangannya yang
tiba dan berangkat tepat waktu. Jika rasio ini meleset terlalu banyak, manajer mencoba
mengidentifikasi dan menghilangkan alasan penundaan.
ASPEK PERILAKU INTERNASIONAL
Manajer harus memahami bahwa perilaku manusia memainkan peran mendasar dalam
seberapa baik pengendalian bekerja. Hal ini penting untuk disadari bahwasannya beberapa orang
menolak kontrol. Namun juga penting disadari bahwasannya resistensi dapat diminimalkan.
Resistensi terhadap kontrol besarnya bervariasi antar budaya.
Resistensi Terhadap Pengendalian
Orang-orang di perusahaan internasional mungkin menolak kontrol karena
berbagai alasan. Salah satu alasan potensial adalah overcontrol, dimana perusahaan
mencoba untuk menggunakan lebih banyak kontrol atas individu daripada yang mereka
anggap tepat. Menurut definisi kontrol mengatur dan membatasi perilaku; kebanyakan
orang menerima ini dalam apa yang mereka anggap sebagai batas yang masuk akal
(dengan batas yang sebagian ditentukan oleh konteks budaya). Namun, jika upaya untuk
mengontrol perilaku mulai melampaui batas yang dirasakan, orang mungkin menolak dan
mulai melawan
Orang juga mungkin menolak kontrol karena mungkin fokusnya tidak tepat; yaitu,
perusahaan mungkin secara tidak sengaja mencoba mengendalikan hal-hal yang salah.
Akhirnya, orang mungkin menolak kontrol karena kontrol meningkatkan akuntabilitas
mereka. Dengan tidak adanya sistem kontrol yang efektif, karyawan mungkin dapat
bertahan dengan kinerja di bawah standar karena manajer tidak memahami apa yang
dilakukan karyawan dibandingkan dengan apa yang seharusnya mereka lakukan. Oleh
karena itu, penting untuk mencapai keseimbangan antara tingkat akuntabilitas yang
sesuai dan dapat diterima tanpa beralih ke kontrol yang berlebihan.
Mengatasi Resisten Terhadap Pengendalian
Ada beberapa metode yang tepat namun kemungkinan keefektifannya akan
bervariasi menurut budaya. Dalam banyak budaya misalnya ada satu cara efektif untuk
mengatasi resistensi terhadap kontrol yaitu dengan mempromosikan partisipasi,
melibatkan karyawan yang akan diberi pengendalian dalam perencanaan dan
pelaksanaannya akan memungkinkan mereka lebih memahami tujuan dari sistem
pengendalian, bagaimana dan mengapa sistem itu bekerja dan bagaimana pekerjaan
mereka sesuai dengan sistem tersebut, hal tersebut akan membuat karyawan rentan untuk
menolak pengendalian.
Metode lain untuk mengurangi resistensi yang bekerja dengan baik disebagian
budaya adalah dengan menciptakan sistem kontrol yang memiliki fokus yang jelas dan
tepat sehingga dapat menciptakan akuntabilitas yang masuk akal tanpa pengendalian
yang berlebihan.
Resistensi terhadap pengendalian juga dapat diatasi dengan meyediakan
mekanisme diagnostik untuk mengatasi penyimpangan yang tidak dapat diterima.
Misalkan seorang manajer pabrik melaporkan tingkat produktivitas jauh di bawah yang
diharapkan oleh kantor pusat. Manajer puncak harus menghindari melompat ke
kesimpulan yang berpotensi salah, seperti menganggap manajer telah melakukan
pekerjaan yang buruk dan menegur manajer, atau lebih buruk. Sebaliknya mereka
pertama-tama harus belajar mengapa kinerja yang buruk terjadi. Misalnya, hal itu
mungkin diakibatkan oleh manajer pembelian korporat yang membeli bahan berkualitas
rendah untuk pabrik.
Sekali lagi, penting untuk mempertimbangkan faktor budaya saat merencanakan
bagaimana menghadapi resistensi terhadap kontrol. Orang-orang dari budaya hirarkis,
misalnya, mungkin enggan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan
pengendalian karena mereka memandang aktivitas seperti itu sebagai domain
manajemen. Akhirnya, aspek kontrol perilaku dapat didekati dan dikelola dari perspektif
budaya. Sebuah perusahaan mungkin berusaha untuk mengganti perilaku yang dihasilkan
dari budaya nasional dengan yang lebih konsisten dengan budaya perusahaan perusahaan.
Berhati-hati untuk mempekerjakan orang dengan nilai, pengalaman, kebiasaan kerja, dan
tujuan yang konsisten dengan perusahaan dapat sangat membantu mencapai tujuan ini.
DAFTAR PUSTAKA