Anda di halaman 1dari 6

Rivandy Hartono G0022188

Afiana Febryan K P S G0022004


Angger Wicaksono G0022028
Annisa Fitri G0022032
Dliana Wahidji G0022060
Ghinaa Allaamah G0022090
Hafiz Muhammad Yusuf G0022094
Ledy Dhea Choristia G0022120
Muhammad Bayu Seno A G0022136
Neifa Reroka Ramadhani G0022160
Sabella Ummu khariroh G0022192
Vicky Noer Amalia G0022214

A. PENDAHULUAN
Pada diskusi kelompok mengenai kasus asli di dunia nyata yang berhubungan
dengan Pancasila, kelompok SGD 14 memilih untuk mendiskusikan 2 kasus yang
terjadi pada 2 waktu yang cukup jauh namun penyikapan masalahnya belum berubah
secara signifikan. Kasus pertama yang kita diskusikan adalah kasus pembakaran vihara
dan kelenteng di Tanjung Balai oleh massa yang sedang mengamuk. Kasus ini cukup
menarik karena menyinggung mengenai toleransi yang dari dulu hingga sekarang masih
saja menjadi masalah di Indonesia. Kasus ini berkaitan dengan kegagalan atas
perwujudan sila 1, 2, 3, dan 4 yang ada di Pancasila.
Kasus kedua yang kelompok SGD 14 bahas adalah kasus yang sudah cukup
lama tetapi sangat terkenal, kasus Marsinah. Kasus Marsinah terjadi pada tahun 1993,
sudah cukup lama akan tetapi kami tertarik membahas kasus ini karena kami ingin
memandang kasus ini dengan pemikiran zaman sekarang, pemikiran mahasiswa di
zaman modern ini. Kasus ini menarik untuk dibahas karena menyinggung sila 2, 4, dan
5 pada Pancasila.

B. ANALISIS MASALAH
Kasus 1
Seorang ibu merasa terganggu dengan suara adzan di masjid, beliau kemudian
mengutarakan pendapat untuk mengecilkan suara adzan, tetapi pihak tersebut merasa
tersinggung dan membawa hal tersebut ke massa dan terjadilah pembakaran 6 tempat
ibadah.

Kasus 2
Pada tahun 1993, keluar surat edaran gubernur Jawa Timur yang berisi imbauan kepada
para pengusaha untuk menaikkan/memberikan kenaikan gaji sebesar 20% dari gaji
pokok. PT. Catur Putra Surya yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur, menyikapi surat edaran
ini dengan resah, perusahaan ini menolak untuk menaikkan gaji pokok sebesar 20%.
Menyikapi ini, para buruh yang dipimpin Marsinah dengan para petinggi perusahaan
melakukan perundingan namun tidak menemukan kesepakatan Bersama. Marsinah dan
parah buruh mengajukan 12 tuntutan kepada perusahaan namun perusahaan tersebut
kebearatan dan menolak. Buruh yang dipimpin oleh Marsinah melawan dengan
melakukan mogok kerja. Berselang beberapa hari, Marsinah ditemukan tewas terbunuh
dengan mengenaskan.

C. HASIL ANALISIS
Kasus 1
1. Masyarakat masih kurang mengaplikasikan pola pikir dewasa
Dalam kasus ini, bisa dilihat bahwa yang menyebabkan ketersinggungan dan yang
tersinggung adalah 2 orang, seorang ibu yang memprotes tentang suara adzan yang
dianggap beliau terlalu mengganggu dan penjaga masjid. Namun, yang diserang oleh
kelompok yang tersinggung adalah tempat ibadah dari si ibu, bukan ibunya.

2. Toleransi antar agama masih agak sulit untuk terwujud secara maksimal
Toleransi tidak memiliki standard, tidak ada Batasan penentu dimana sebuah tindakan
itu dianggap tidak toleransi, toleransi, ataupun terlalu toleransi hingga menjadi tidak
toleransi. Oleh sebab itu sangat susah mewujudkan toleransi di Indonesia yang
majemuk. Satu contoh di kasus ini adalah keluhan mengenai suara azan merupakan
suatu hal yang tidak dibenarkan karena bagaimanapun kita hidup di Indonesia yang
menganut toleransi antar agama
3. Sulitnya penerapan demokrasi secara sempurna
Masih sangat sulit untuk masyarakat Indonesia mempraktikkan demokrasi, sebagai
contohnya pada kasus ini, kedua belah pihak sudah dibawa ke ranah hukum untuk
berdiskusi. Akan tetapi, hasil perundingan atas kejadian ini tidak dapat diterima oleh
kedua belah pihak.

4. Perilaku impulsif yang masih sulit untuk dihilangkan


Perilaku impulsif adalah melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibatnya di
masa depan. Pada kasus ini, bisa dilihat bahwa aksi pembakaran tempat ibadah
merupakan suatu tindakan yang sangat salah. Pihak yang membakar tempat ibadah
tersebut mengedepankan emosi sesaatnya tanpa memikirkan kemungkinan yang dapat
terjadi di masa depan seperti kemungkinan balas dendam dari pihak yang rumah
ibadahnya dibakar.

Kasus 2
1. Adanya kesenjangan politik pada kasus ini
Permasalahan pada warga biasa sulit untuk diajukan ke pihak pemerintah. Para buruh
yang dipimpin oleh Marsinah tentunya akan lebih sulit untuk mendapat perlindungan
hukum dibanding dengan petinggi pabrik. Pengajuan banding di pengadilan oleh pelaku
pun sangat lancar bahkan segala tuntutannya dihapus dan dianggap bebas murni.

2. Ketidakjelasan hierarki kekuasaan


Pada kasus ini, pemerintah pusat sudah memberikan instruksi untuk menaikkan gaji,
tetapi dari pihak perusahaan tertentu malah tidak menaati aturan tersebut.

3. Kondisi ekonomi sosial individu memiliki pengaruh terhadap kehidupan


bermasyarakat
Petinggi dari pabrik memiliki kemampuan materialis berupa uang sehingga memiliki
pengaruh besar dalam melakukan sesuatu.

4. Keegoisan menghambat perundingan


Adanya banyak tuntutan yang seharusnya tidak perlu digaungkan. Hal ini mungkin
membuat pihak perusahaan merasa kesulitan untuk mengabulkan keinginan para buruh.
D. Kesimpulan
Kasus 1
Pada kasus ini, bisa disimpulkan bahwa tidak terwujudnya sila 1, 2, 3, dan 4.
Kasus ini menunjukkan kegagalan perwujudan sila ke 1 sebab tidak memberi kebebasan
untuk setiap umat beragama beribadah sesuai dengan kepercayaannya dan dengan
tenang, terutama antar umat berbeda agama. Tindakan ibu yang memprotes suara adzan
memperlihatkan bahwa kebebasan beribadah umat Muslim diganggu dan tindakan
pembakaran vihara dan kelenteng juga membuat umat beragama Buddha dan
Konghucu tidak bisa bebas beribadah.
Kasus ini juga melanggar sila ke 2 sebab menunjukkan ketidak beradaban
sekelompok orang dengan rasa kemanusiaan yang juga tidak adil. Kesalahan salah satu
individu dari kelompok tertentu tidak berarti kesalahan tersebut dilakukan oleh seluruh
anggota kelompok tersebut. Tindakan yang langsung main hakim sendiri dengan
membakar tempat ibadah bukanlah tindakan yang beradab. Kasus ini juga sekaligus
menunjukkan pelanggaran terhadap sila ke 3 sebab dengan adanya konflik, terutama
antar kelompok, menunjukkan bahwa tidak adanya persatuan saat kejadian tersebut
berlangsung. Kemudian, akan sulit juga untuk dapat mencapai persatuan lagi setelah
konflik terjadi, terutama di daerah tempat konflik tersebut mulai.
Sila keempat adalah mengenai musyawarah, dikasus ini kita ketahui bahwa
tidak terwujudnya sila tersebut. Berdasarkan kasus, perundingan sudah dilakukan
namun salah satu pihak, yaitu pihak yang tersinggung, tidak bisa menerima untuk
berdamai dan memutuskan untuk melakukan aksi yang tidak bijak. Inilah mengapa
sulitnya berdemokrasi di Indonesia, sulit bagi seorang individu untuk dapat mengurangi
kenyamanannya agar dapat mencapai kesepakatan Bersama.

Kasus 2
Pada kasus Marsinah ini, sila-sila yang tidak terwujud ada 3, yaitu sila 2, 3, dan
4. Pelanggaran sila ke 2 disini terlihat pada tindakan pembunuhannya. Segala tindakan
pembunuhan merupakan tindakan yang salah dan tidak beradab. Kemudian, dengan
tidak diberinya kesejahteraan berupa kenaikan gaji pokok, memperlihatkan bahwa rasa
kemanusiaan yang adil belumlah terwujud pada kasus ini atau bahkan masa tersebut,
masa orde baru. Selanjutnya sila ke 3, dengan dibunuhnya Marsinah tidak membuat
persatuan akan terwujud. Para buruh akan kehilangan rasa percaya terhadap petinggi
pabrik dan tentunya juga terhadap pemerintah, salah satu kunci dari persatuan adalah
rasa saling percaya, inilah yang membuat sila ini tidak terwujud pada kasus
pembunuhan Marsinah. Kemudian yang terakhir, perwujudan sila ke 4 pada kasus ini
juga gagal sebab musyawarah yang dilakukan kedua belah pihak, para buruh dan
petinggi pabrik, belum menemukan titik temu, namun bukannya melakukan
musywarah lagi, kedua belah pihak malah melakukan aksi mereka sendiri-sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Amuk Massa di Tanjung Balai, Vihara Dan Kelenteng Dibakar (2016) BBC News Indonesia.
BBC. Available at:
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160730_indonesia_rusuh_tan
jung_balai (Accessed: October 24, 2022).

Ahsan, I.A. and Widhana, D.H. (2018) Pembunuhan Buruh Marsinah Dan Riwayat Kekejian
Aparat Orde Baru, tirto.id. Tirto.id. Available at: https://tirto.id/pembunuhan-buruh-
marsinah-dan-riwayat-kekejian-aparat-orde-baru-cJSB (Accessed: October 24, 2022).

Montasir, L.O., Jamiludin, J. and Syahrun, S. (no date) Kesenjangan Sosial Ekonomi Dan
Politik pada masyarakat transmigrasi di kecamatan tiworo Tengah Kabupaten muna
barat, Jurnal Wahana Kajian Pendidikan IPS. Available at:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JWKP-IPS/article/view/7447 (Accessed: October 24,
2022).

Bakar, A. (no date) Konsep Toleransi Dan Kebebasan Beragama, TOLERANSI: Media
Ilmiah Komunikasi Umat Beragama. Available at: https://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/toleransi/article/view/1426 (Accessed: October 24, 2022).

Anda mungkin juga menyukai