Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KASUS

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN DAN INDUSTRI

DOSEN PENGAMPU

Suryani, SKM, M. KL

OLEH

M.Sahrizal (20401003)

S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
KASUS

Merkuri adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan
tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa
anorganik dan organik. Merkuri juga kerap disebut dengan air raksa (Hg).Merkuri
yang ada di dalam tanah, air, dan udara relatif rendah. Sementara itu, berbagai
aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri menjadi tinggi, misalnya
aktivitas penambangan yang menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton per
tahun.

Maret 2015 menunjukkan bahwa tanda-tanda keracunan merkuri sudah ditemui di


3 wilayah Indonesia, antara lain Bombana di Sulawesi Tenggara, Sekotong di Lo
mbok Barat, dan Cisitu di Banten.Ketiga lokasi tersebut merupakan hotspot pena
mbangan emas skala kecil, sektor penyumbang emisi merkuri terbesar di Indonesi
a dan dunia."37 persen emisi merkuri global berasal dari tambang emas skala keci
l. Di Cisitu, penambangan emas sudah berlangsung selama 15 tahun dengan pema
kaian merkuri sekitar 25 ton per tahun. Sektor tambang emas skala kecil di wilaya
h itu kini melibatkan 50 persen dari total 7.000 warganya. Konsentrasi merkuri di
Cisitu, menurut penelitian Bali Fokus, tertinggi mencapai 50.549,91 nanogram/me
ter kubik (ng/m3) di kolam ikan, terendah 122,25 ng/m3 di rumah adat. Sementara
di Sekotong, penambangan emas selama 10 tahun telah menggunakan merkuri
sekitar 70 ton per tahun. Sejumlah 50 persen dari 40.000 warga terlibat penamban
gan liar itu. Konsentrasi merkuri tertinggi di udara sekitar 54.931,84 ng/m3 di tok
o emas sementara terendah 121,77 ng/m3. Ada satu halaman depan rumah warga
yang konsentrasi merkurinya mencapai 20.891,93 ng/m3.
Di Bombana, Sulawesi Tenggara, penambangan liar emas juga sudah berlangsung
selama 10 tahun terakhir. Pihak yang terlibat penambangan emas bukan hanya lak
i-laki, tetapi juga perempuan. Mereka berperan membakar amalgam untuk menda
patkan merkuri. Pembacaan merkuri yang terendah 28,07 ng/m3 sementara yang t
ertinggi mencapai 41.000 ng/m3.Dengan konsentrasi merkuri di udara tinggi, belu
m ditambah yang masuk ke air dan bahan makanan, banyak kasus penyakit diduga
terkait merkuri terjadi.Di Cisitu misalnya, ada seorang anak yang memiliki kepala
abnormal, menderita kejang sejak berusia 2 tahun, dan mengalami hipersalivasi (li
ur berlebih). Gejala itu sangat berkaitan dengan keracunan merkuri.Di Bombana, r
emaja berusia 15 tahun mengalami kontraktur atau pemendekan permanen dari ot
ot dan sendi.Sementara di Sekotong, terdapat kasus anak berusia 3 tahun yang sala
h satu kakinya memutar, jari-jari dari salah satu kakinya menghadap ke belakang.
Ada juga remaja 7 tahun yang sudah mengalami katarak.

Upaya untuk mencegah malatepataka akibat merkuri sebenarnya sudah ada, lewat
Konvensi Minamata.Konvensi telah ditandatangani oleh 128 negara dan
diratifikasi 10 negara. Konvensi bisa diterapkan bila telah diratifikasi oleh 50
negara. "Indonesia sudah menandatangani tapi belum meratifikasi.
ANALISIS KASUS
Dilihat dari kasus diatas penambangan secara liar di Indonesia sudah
berlangsung sangat lama, pertambangan ini dilakukan juga tidak memikirkan
dampak yang akan terjadi bagi masyarakat setempat yang tinggal di
pertambangan, sepertinya juga orang yang punya pertambangan tidak
menghiraukan dampak dari akibat paparan mekuri kepada masyarakat,. peran
pemenrintah juga penting dalam upaya melakukan penggagalan penambangan
emas ini, jika dari pemrintah saja tidak ada ketegasan maka para penambang
makin merajalela dalam menambang emas, dan menyebabkan konsentrasi
diudara semakin tinggi. seperti yang kitta ketahui Merkuri bersifat korosif pada k
ulit. Ini berarti mengoleskan merkuri pada kulit akan membuat lapisan kulit semak
in menipis. Paparan yang tinggi terhadap merkuri dapat berupa kerusakan pada sal
uran pencernaan, sistem saraf, dan sistem urologi.Selain itu, merkuri juga berisiko
mengganggu berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan sis
tem kekebalan tubuh.
Seharusnya perusahaan tambang batubara/emas di Bombana, Sekotong, dan Cisiti
harus mengolah merkuri yang dihasilkan dengan mengubahnya menjadi padat dan
menyimpannya (solidifikasi) atau mencampurkannya dengan polimer agar tak
terlepas ke lingkungan sehingga tidak membahayakan kesehatan masyarakat
setempat di daerah pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai