Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipotensi pada ibu hamil merupakan masalah serius yang paling umum
terjadi setelah anestesi spinal pada sectio caesaria dengan angka kejadian mencapai
80% (Ouerghi S, 2010). Hipotensi yang berlangsung lama dan tidak ditangani
dengan baik akan menyebabkan hipoksia jaringan. Jika keadaan ini terus berlanjut
maka dapat menyebabkan syok hingga kematian. Hal ini dapat meningkatkan angka
kematian ibu saat proses persalinan sectio caesaria (Leksana E, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan direkam medis RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus pada tahun 2019 dari bulan Januari-April yaitu mencapai
1,08% dan yang mengalami hipotensi dari tanggal 07 Mei 2019 – 22 Mei 2019
sebanyak 4 pasien dari 8 pasien sectio caesaria (Rekam medik RSUD dr. Loekmono
Hadi Kudus, 2019). Penelitian prospektif yang dilakukan pada lebih dari 1800
pasien yang mendapat anestesi spinal, 26% mengalami komplikasi, mayoritas
berupa hipotensi (16%). penelitian yang didapatkan Carpenter dkk (2015)
mendapatkan insiden hipotensi sebesar 33% dan pada kasus sectio caesaria
kejadian hipotensi mencapai 80%.
Proses persalinan dengan menggunakan metode sectio caesaria perlu
diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang dapat
membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Salah satu risiko
yang dapat terjadi adalah terjadinya perubahan hemodinamik dalam tubuh ibu yang
mengandung sebagai efek samping penggunaan anestesi dalam operasi sectio
caesaria. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pemantauan tekanan darah dan
nadi selama proses operasi sectio caesaria (Hasanin A, 2017).
Saat ini pembedahan sectio caesaria jauh lebih aman dibandingkan masa
sebelumnya, karena tersedianya antibiotik, transfusi darah, teknik operasi yang
lebih baik, serta teknik anestesi yang lebih sempurna. Hal ini yang menyebabkan
timbul kecenderungan untuk melakukan sectio caesaria tanpa indikasi yang kuat
(Young O AH et al, 2014). Setiap sectio caesaria membutuhkan tindakan anestesi,

1
2

berdasarkan studi kepuasan, didapatkan anestesi spinal disukai daripada anestesi


general (Hasanin, 2017).
Teknik anestesi spinal sering digunakan pada operasi sectio caesaria
dikarenakan mula kerja yang cepat, blokade sensorik dan juga motorik yang lebih
dalam, risiko toksisitas obat anestesi kecil, serta kontak fetus obat-obatan minimal.
Namun demikian insiden hipotensi, merupakan salah satu efek yang sering terjadi
pada pemberian anestesi spinal. Pada anestesi spinal, vasodilatasi akut akibat
blokade sistem saraf simpatis meningkatkan kapasitas pembuluh darah perifer
sehingga menurunkan aliran balik vena yang merupakan determinan utama curah
jantung (Sarkam, 2014).
Kejadian hipotensi mengakibatkan komplikasi pada ibu dan bayi. Hipotensi
pada ibu hamil dapat menyebabkan mual dan muntah. Hal ini dapat menyebabkan
morbiditas pada ibu. Penanganan yang baik terhadap hipotensi dapat
menghilangkan efek samping yang tidak menyenangkan ini. Hipertensi maternal
yang berat menyebabkan penurunan perfusi utero-plasenta sehingga terjadi
hipoksia, penurunan nilai APGAR, dan abnormalitas asam-basa pada bayi (Kumar
BT et al, 2013). Pemberian cairan intravena dengan jumlah tertentu, pencegahan
penekanan aortokaval, dan pemberian obat vasopresor yang disertai pemantauan
ketat tekanan darah merupakan langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi risiko hipotensi.
Salah satu penatalaksanaan yang dapat menurunkan dan juga mencegah
hipotensi dengan meningkatkan preload 20-30 menit sebelum tindakan anestesi
spinal (memberikan cairan) (Kumar BT et al, 2013). Penatalaksaan tersebut sudah
dilakukan oleh perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
tetapi dalam pemberian preload cairan koloid ini tidak pada tahap pra induksi 20-
30 menit sebelum anestesi spinal melainkan saat akan dimulai anestesi spinal. Maka
intervensi berdasarkan evidence based practice pemberian preload cairan koloid
yang efektif yaitu 20-30 menit sebelum anestesi spinal dan dilakukan di ruang
persiapan atau pra induksi (Jacob JJ et al, 2012).
Beberapa penelitian dikatakan bahwa preload dengan cairan koloid lebih
efektif diabandingkan dengan cairan kristaloid dalam mencegah dan mengatasi
3

hipotensi akibat anestesi spinal. Hal ini karena cairan koloid memiliki berat molekul
yang relatif besar dan struktur kimia yang dapat mempertahankan tekanan onkotik
sehingga lebih lama berada dalam ruang intravaskuler (Kumar BT et al, 2013).
Jenis-jenis cairan koloid meliputi hydroxylethyl starch (HES), dextran, albumin,
dan gelatin. Sedangkan cairan kristaloid antara lain Nacl 0,9%, runger lactat,
ringer’s solution, dan dextrose 5%. Cairan kristaloid dan koloid bertujuan
pengganti cairan dan darah yang hilang akibat sectio caesaria, termasuk juga untuk
pengisian volume sirkulasi pada anestesi spinal (Singh TM et al, 2017).
Hydroxylethyl starch (HES) merupakan cairan koloid sintesis yang paling
umum digunakan dalam bidang kedokteran kerana reaksi anafilaksis yang
ditimbulkan lebih kecil (Lofty ME et al, 2014). HES memiliki berat molekul yang
bervariasi, semakin besar berat molekul cairan maka akan semakin lama bertahan
dalam ruang intravaskuler. Molekul yang berada didalam ruang intravaskuler akan
mempengaruhi desakan darah terhadap dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan tekanan dan volume darah meningkat (Karim H et al, 2015).
Preload cairan kristaloid yang biasa digunakan dalam tindakan sectio
caesaria salah satunya adalah ringer laktat. Tujuan penggunaan preload ringer laktat
adalah untuk meningkatkan dan menstabilkan volume sirkulasi yang menurun
akibat vasodilatasi yang terjadi karena blok simpatis oleh anestesi spinal (Orbegozo
D, 2016). Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa cairan kristaloid kurang
efektif untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal.
Berdasarkan hasil penelitian (Mohsen et al, 2018), tentang perbandingan
efek pemberian cairan koloid dan kristaloid sebelum tindakan anestesi spinal
(preload) dan setelah anestesi spinal (coload) terhadap kejadian hipotensi maternal
pada seksio sesarea, dengan hasil sebanyak 14 dari 18 orang pada kelompok
Ringerfudin preload mengalami hipotensi, pada kelompok ringerfunding coload
hanya 8 orang yang mengalami hipotensi. Perbedaan kejadian hipotensi antara
kedua kelompok tersebut bermakna secara statistik (p<0,05).
Penelitian yang sama dilakukan oleh (Mohammad Reza et al, 2018),
tentang preloading dan coloading cairan ringer laktat dalam mencegah hipotensi
anestesi spinal, dengan hasil 4 (13,3 %) pasien yang dilakukan pre loading dengan
4

cairan HES mengalami hipotensi, 9 (30%) pasien yang dilakukan coloading cairan
kristaloid mengalami hipotensi. Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan efektifitas
antara preloading dan coloading dalam penjegahan hipotensi pada anestesi spinal(p
value: 0,210).
Penelitian (Rebika, 2016), dengan judul efek pemberian cairan koloid dan
kristaloid terhadap tekanan darah pada pasien sectio caesaria dengan anestesi spinal
di RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil pada penelitian ini Pada kelompok kristaloid,
didapatkan hasil rata-rata TDS pada menit 5’, 10’, 15’ yaitu 112, 114, dan 109
mmHg secara berurutan. Untuk TDD didapatkan pada menit 5’, 10’, 15’ yaitu 67,
65, 59 mmHg secara berurutan. Pada kelompok koloid, didapatkan hasil rata-rata
TDS pada menit 5’, 10’, 15’ yaitu 108, 103, dan 110 mmHg secara berurutan. Untuk
TDD didapatkan pada menit menit 5’, 10’, 15’ yaitu 61, 60, 61 mmHg secara
berurutan. Dari hasil uji statistik cairan kristaloid dan koloid sama efektifnya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus yang berjudul “Studi kasus penatalaksanaan pemberian preload cairan koloid
pada pasien sectio caesaria dengan anestesi spinal untuk mencegah hipotensi di
Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus”.

B. Rumusan Masalah
Kejadian hipotensi terjadi peningkatan pada persalinan sectio caesaria, hipotensi
tersebut merupakan efek dari anestesi spinal. Anestesi spinal ini sendiri teknik
induksi yang sering dilakukan pada persalinan sectio caesaria dikarenakan mula
kerja yang cepat, blokade sensorik dan juga motorik yang lebih dalam, risiko
toksisitas obat anestesi kecil, serta kontak fetus obat-obatan minimal. Pada anestesi
spinal, vasodilatasi akut akibat blokade sistem saraf simpatis meningkatkan
kapasitas pembuluh darah perifer sehingga menurunkan aliran balik vena yang
merupakan determinan utama curah jantung. Salah satu penatalaksanaan yang dapat
menurunkan dan juga mencegah hipotensi dengan meningkatkan preload 20-30
menit sebelum tindakan anestesi spinal (memberikan cairan) koloid, hal ini karena
cairan koloid memiliki berat molekul yang relatif besar dan struktur kimia yang
dapat mempertahankan tekanan onkotik sehingga lebih lama berada dalam ruang
5

intravaskuler. Pemberian preload cairan koloid 20-30 menit sebelum anestesi di


ruang pra induksi ini belum maksimal diterapkan di RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus. Maka dari itu penulis tertarik untuk penerapakan yang maksimal
beradasarkan evidence based practice yang benar untuk pemberian preload cairan
20-30 sebelum dilakukan anestesi spinal. Berdasarkan fenomena tersebut, untuk
mengimplementasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan
sebagai edukator penulis tertarik untuk mengidentifikasi bagaimana respon
pemberian preload cairan koloid 20-30 menit sebelum dilakukan anestesi spinal di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi respon pasien selama pemberian preload cairan koloid dan
kristaloid dalam mencegah hipotensi berdasarkan pendekatan evidence based
practice di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tekanan darah pasien sectio caesaria sebelum, selama
dan setelah diberikan anestesi spinal yang dilakukan preload cairan koloid
dan kristaloid
b. Menggambarkan intervensi keperawatan penatalaksanaan pemberian cairan
kristaloid dan koloid pada pasien sectio caesaria dengan anestesi spinal.
c. Mengevaluasi intervensi keperawatan terkait penatalaksanaan pemberian
cairan kristaloid dan koloid pada pasien sectio caesaria dengan anestesi
spinal.
6

D. Manfaat
Dari Tugas Akhir yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang terkait, antara lain:
1. Bagi klien
Mencegah dan mengurangi angka kejadian yang tidak diinginkan pada
pasien sectio caesaria yang mengalami hipotensi yang dapat menyebabkan
syok hingga kematian
2. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan diharapkan pemberian preload cairan koloid 20-
30 menit pra induksi dapat diterapkan pada pasien sectio caesaria dengan
anestesi spinal dalam pencegahan hipotensi dan bisa dijadikan rekomendasi
standar operasional prosedure dalam pencegahan hipotensi.
3. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan untuk pengelola pendidikan dapat diajukan sebagai kompetensi
pembelajaran dan wawasan mahasiswa tentang pemberian preload cairan
koloid dan kristaloid untuk mencegah hipotensi pada pasien sectio caesaria
dengan anestesi spinal berdasarkan evidence based practice.

Anda mungkin juga menyukai