Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN KOLOID-KRISTALOID DAN KRISTALOID PRE

OPERASI SECTIO CESAREA DENGAN ANESTESI SPINAL TERHADAP MEAN


ARTERIAL PRESSURE (MAP) DI RSUD CILACAP

Budi Joko Santoso1, Edi Sucipto2,Bambang Utoyo3


1, 3 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
2 Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap

ABSTRAK
Sebagai prosedur operasi, maka pelaksanaan sectio cesarea memerlukan
tindakan anestesi. Anestesia yang digunakan pada operasi sectio cesarea tidak
sama dengan jenis anestesi pada prosedur operasi lain. Operasi sectio cesarea,
anestesi regional lebih sering digunakan dibandingkan anestesi general. Potensi
untuk hipotensi dengan teknik spinal merupakan risiko terbesar bagi ibu
bersalin. Salah satu penatalaksanaan untuk mencegah hipotensi pasca anestesi
spinal adalah dengan pemberian cairan intravena sebelum pembiusan.
Mengetahui pengaruh pemberian cairan koloid-kristaloid dan kristaloid
pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal terhadap tekanan darah di
RSUD Cilacap Tahun 2012.Jenis penelitian quasi eksperimental dengan
pendekatan pre test post test with control group. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh ibu sectio cesarea dengan anestesi spinal di Ruang Instalasi
Bedah Sentral RSUD Cilacap. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling, sejumlah 40 orang. Uji beda untuk mengetahui perbedaan tekanan
darah antara kelompok kontrol dengan kelompok kasus menggunakan
Independent Sample T-Test dan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah
antara kelompok kontrol atau kelompok intervensi sebelum perlakuan
menggunakan Paired Sample T-Test.
Secara statitik ada pengaruh pemberian cairan koloid-kristaloid pre
operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal terhadap Mean Arterial Pressure di
RSUD Cilacap Tahun 2012.

Kata Kunci : Cairan Koloid, Operasi Cesarea, Anestesi Spinal, MAP

PENDAHULUAN plasenta dan ketuban dilahirkan


Sectio cesarea adalah suatu melalui insisi dinding abdomen dan
teknik pembedahan untuk uterus. Jumlah persalinan sectio
melahirkan janin melalui insisi cesarea di Indonesia selalu
dinding abdomen dan uterus mengalami peningkatan. Hal ini
sehingga janin dapat dilahirkan tercermin dari survei sederhana yang
melalui dinding perut dan rahim dilakukan Prof. Dr. Gulardi dan dr. A
agar janin lahir dalam keadaan utuh Basalamah pada tahun 1993,
dan sehat (Jitowiyono & tercatat hanya 17.665 kelahiran
Kristiyanasari 2010). Menurut Fraser sectio cesarea (Kasdu, 2003). Jumlah
(2009) sectio cesarea merupakan tersebut meningkat tajam menjadi
prosedur operatif yang dilakukan di 921.000 dari 4,039.000 persalinan
bawah anestesia sehingga janin, atau meningkat 5213 % pada tahun

90
2007 (Sectio cesarea, 2010). Survey lebih sedikit obat anestesi, terutama
awal yang peneliti lakukan di RSUD saat digunakan teknik spinal,
Cilacap menunjukkan bahwa memungkinkan ibu dan
Jumlah persalinan sectio cesarea pasangannya mengikuti proses
dari tahun ke tahun selalu kelahiran bayi mereka dan
mengalami peningkatan. Pada tahun memberikan pengobatan rasa sakit
2008 Jumlah persalinan sectio pascaoperasi yang lebih baik
cesarea sebanyak 364 kasus dari (Gruendemann & Fernsebner, 2006).
1263 persalinan atau 28,82%, pada Teknik anestesi spinal
tahun 2009. Jumlah persalinan mempunyai banyak keuntungan
sectio cesarea sebanyak 426 kasus seperti kesederhanaan teknik, onset
dari 1463 persalinan atau 29,12 %, yang cepat, resiko keracunan
pada tahun 2010 Jumlah persalinan sistemik yang lebih kecil, blok
sectio cesarea sebanyak 371 kasus anesthesi yang baik, perubahan
dari 1548 persalinan atau 23,96% fisiologi, pencegahan dan
dan pada tahun 2011 Jumlah penanggulangan penyulitnya telah
persalinan sectio cesarea sebanyak diketahui dengan baik, analgesia
326 dari 1780 persalinan atau dapat diandalkan, pengaruh
18,3%. terhadap bayi sangat minimal,
Sebagai prosedur operasi, pasien sadar sehingga dapat
maka pelaksanaan sectio cesarea mengurangi kemungkinan terjadinya
memerlukan tindakan anestesi. baik aspirasi dan adanya jalinan
anestesi umum maupun anestesi psikologik berupa kontak mata
lokal atau regional. Tindakan antara ibu dengan anak segera
anestesi tersebut dilakukan untuk setelah persalinan (Eliza, 2008).
menghilangkan rasa sakit pada Meskipun merupakan teknik
pasien yang akan menjalani anestesi terbaik bagi sectio cesarea,
prosedur operasi (Yuswana 2005). tetapi anestesi spinal juga memiliki
Anestesia yang digunakan pada kekurangan. Eliza (2008)
operasi sectio cesarea tidak sama menyatakan potensi untuk hipotensi
dengan jenis anestesi pada prosedur dengan teknik spinal merupakan
operasi lain, karena harus risiko terbesar bagi ibu bersalin.
meminimalkan transfer obat anestesi Gruendemann dan Fernsebner
ke janin melalui placenta ibu. Obat (2006) juga menyampaikan pendapat
dan teknik anestesi yang digunakan sebada bahwa anestesi spinal pada
untuk operasi sectio cesarea harus operasi sectio cesarea merupakan
dipilih yang baik untuk ibu, janin tantangan tersendiri bagi ahli
serta tidak mempengaruhi kontraksi anestesi karena seringkali terjadi
ibu (Wirjoatmodjo 2005). Dalam kasus hipotensi pasca pembedahan.
kondisi ibu dan fetus normal, Pendapat senada dikemukakan
anestesi umum memiliki risiko lebih Oxorn dan Forte (2010) yang
besar untuk terjadinya Apgar skor mengatakan mengatakan kerugian
yang lebih rendah. Oleh karena itu, utama anestesi spinal pada sectio
dalam operasi sectio cesarea, cesarea adalah tingginya angka
anestesi regional lebih sering kejadian hipotensi maternal.
digunakan dibandingkan anestesi Hipotensi pasca anestesi
general. Regional anestesi akan spinal adalah suatu kondisi dimana
memberikan hasil neonatal terpapar terjadi penurunan tekanan darah

91
mencapai 1/3 dibawah level pra kecepatan masuknya obat local
bedah. Penurunan tekanan sistol anestesi ke dalam ruang sub
menjadi 80 mm Hg dan diastole 60 arakhnoid dan meluasnya blok
mm Hg harus mendapat perhatian (Gruendemann & Fernsebner, 2006).
(Yuswana 2005). Selain dengan Salah satu
pengukuran tekanan sistol dan penatalaksanaan untuk mencegah
diastole, penentuan hipotensi pasca hipotensi pasca anestesi spinal
anestesi spinal lebih mudah adalah dengan pemberian cairan
menggunakan perhitungan Mean intravena sebelum pembiusan
Arterial Pressure, yaitu tekanan di (Yuswana 2005). Gruendemann dan
seluruh sistem arteri pada satu Fernsebner (2006) menyatakan
siklus jantung. Mean Arterial bahwa pemberian cairan ringer
Pressure adalah tekanan di seluruh laktat (RL) 1000 ml sebelum
sistem arteri pada satu siklus pelaksanaan blok syaraf dan
jantung. Mean Arterial Pressure pemberian posisi yang tepat akan
merupakan hasil perkalian curah memperbaiki aliran balik vena dan
jantung dengan tahanan perifer. curah jantung, sehingga dapat
Mean Arterial Pressure <70 mmHg menghindari terjadinya hipotensi
dapat dikategorikan sebagai kondisi pasca anestesi spinal. Leksana
hipotensi (Ibnu, 2006). (2006) juga mengemukakan bahwa
Gruendemann dan cairan yang dapat diberikan pada pre
Fernsebner (2006) menyatakan operasi adalah jenis cairan kristaloid
bahwa hipotensi berat pasca anestesi karena memiliki tekanan onkotik
spinal sebagai akibat blok simpatis yang rendah sehingga dapat dengan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah cepat didistribusikan keseluruh
(venous pooling) yang menyebabkan ekstraseluler.
meningkatkan ruang dalam Mekipun cairan kristaloid
pembuluh darah yang berakibat cepat didistribusikan keseluruh
menurunnya resistensi vaskuler ekstraseluler, tetapi pemberian
sistemik dan curah jantung. Pada kristaloid harus tetap diperhatikan,
keadaan ini terjadi pooling darah dari karena salah satu kelemahan cairan
jantung dan thoraks ke kristaloid adalah apabila berlebih
mesenterium, ginjal, dan ekstremitas dapat menimbulkan edema yang
bawah sehingga menyebabkan berat serta dapat mempengaruhi
terjadinya hipotensi pasca anestesi keseimbangan elektrolit tubuh yang
spinal. Selain itu, Benson dan berakibat gangguan keseimbangan
Pernoll (2009) menambahkan bahwa asam-basa (Novara, 2009). Menurut
hipotensi pasca anestesi spinal dapat Irnizarifka (2010) kelemahan lain
disebabkan oleh naiknya zat dari RL adalah dapat menyebabkan
anestetik karena penyuntikan obat hiperkloremia dan acidosis metabolic,
anestesi yang cepat atau ketegangan karena akan menyebabkan
yang dialami oleh pasien. penumpukan asam laktat yang tinggi
Kondisi hipotensi akibat metabolisme anaerob.
seringkali akan lebih berat pada Pendapat berbeda dikemukakan
pasien dengan hipovolemi. Hipotensi Renata (2009) yang menyatakan
biasanya terjadi pada menit ke 20 bahwa pada pasien dengan anestesi
setelah injeksi obat anestesi. Derajat regional sebaiknya diberi cairan
hipotensi berhubungan dengan koloid. Salah satu fungsi koloid

92
adalah mencegah hipotensi selama cesarea dengan anestesi spinal
anastesi spinal dan bloodsaving terhadap Mean Arterial Pressure di
techniques. RSUD Cilacap Tahun 2012.
Cairan Hydroxylethyl
Starch (HES) mempunyai tekanan
onkotik yang tinggi dan molekul METODE PENELITIAN
molekul besar yang sulit menembus Penelitian ini adalah
membrane kapiler dan memiliki penelitian kuantitatif menggunakan
kemampuan besar dalam metode quasi eksperimental dengan
mempertahankan volume intra menggunakan pendekatan pre test
vaskuler. Cairan HES memiliki post test with control group. Pre test
kemampuan menurunkan resiko post test with control group adalah
kebocoran kapiler dan tetap bisa suatu rancangan untuk
digunakan untuk menambah volume membandingkan hasil intervensi
plasma. Kelebihan cairan HES antara kelompok kontrol dengan
diantaranya memiliki waktu paruh kelompok intervensi. Sampel pada
intravaskuler yang lama. Kelemahan penelitian ini dibagi menjadi 2
cairan HES adalah onsetnya lambat, kelompok, yaitu kelompok intervensi,
durasinya lebih panjang, adanya efek yaitu kelompok pasien yang
samping pada pemakaian dan mendapat rehidrasi dengan cairan
harganya lebih mahal (Irnizarifka koloid 500 ml dan kristaloid 500 ml
2010). dengan kelompok kontrol, yaitu
Berdasarkan kelebihan kelompok pasien yang mendapat
dan kelemahan dari masing-masing rehidrasi dengan cairan kristaloid
jenis cairan untuk rehidrasi tersebut, 1000 ml. Populasi adalah
maka pemberian jenis cairan keseluruhan obyek penelitian.
rehidrasi pada pasien pre operasi Populasi pada penelitian ini
dapat berbeda antara pasien satu termasuk dalam kategori populasi
dengan lainnya. Secara umum, jenis infinit, yaitu populasi yang
cairan yang digunakan untuk Jumlahnya tidak pasti (Machfoedz
rehidrasi pre anestesi adalah 2007). Populasi pada penelitian ini
pemberian RL atau pemberian HES. adalah seluruh ibu sectio cesarea
Pemilihan jenis cairan rehidrasi dengan anestesi spinal di Ruang
tersebut tergantung dari kebijakan Instalasi Bedah Sentral RSUD
tim anestesi yang bersangkutan. Cilacap.
Peraturan Menteri Kesehatan Jumlah persalinan SC di
(Permenkes) No 779/2009 Jo RSUD Cilacap selama Tahun 2011
519/2011 tentang pedoman sebanyak 326 persalinan. Machfoedz
pelayanan anestesi dan reanimasi di (2007) menyatakan bahwa sampel
Rumah Sakit menyatakan bahwa tim adalah sebagian dari Jumlah dan
anestesi terdiri dari dokter spesialis karakteristik yang dimiliki oleh
anestesi, residen anestesi dan populasi tersebut. Sampel dalam
perawat anestesi. Berdasarkan penelitian ini seluruh ibu sectio
fenomena di atas, maka penulis cesarea dengan anestesi spinal di
tertarik untuk melakukan penelitian Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD
berkaitan dengan pengaruh Cilacap selama Bulan Desember
pemberian cairan koloid-krostaloid 2012. Pengambilan sampel
dan kristaloid pre operasi sectio berdasarkan pendekatan purposive

93
sampling, yaitu teknik pengambilan dilaksanakan di Ruang Operasi atau
sampel yang didasarkan pada suatu Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD
pertimbangan tertentu yang dibuat Cilacap dengan waktu pengambilan
oleh peneliti sendiri, berdasarkan data pada minggu pertama sampai
ciri-ciri atau sifat populasi yang dengan minggu ketiga Bulan
sudah diketahui sebelumnya Desember 2012. Jumlah sampel
(Notoatmodjo 2010). Pengambilan pada penelitian ini adalah sebanyak
sampel dilakukan dengan cara 76 orang yang dibagi menjadi dua
peneliti mendatangi Ruang Rawat kelompok, yaitu 38 pasien mendapat
Inap RSUD Cilacap untuk mencari rehidrasi dengan cairan koloid 500
responden yang sesuai dengan ml dan krostalodi 500 ml (kelompok
kriteria inklusi. Untuk menentukan intervensi) dan 38 pasien yang
sampel kelompok intervensi atau mendapat rehidrasi dengan cairan
kelompok kontrol, peneliti kristaloid 1000 ml (kelompok
menggunakan nomor rekam medik. kontrol). Seluruh sampel pada
Pasien dengan nomor rekam medik penelitian ini telah memenuhi
genap dijadikan kelompok intervensi kriteria sampel yang ditentukan.
dan pasien dengan nomor rekam Hasil penelitian disajikan
medik ganjil dijadikan kelompok berdasarkan hasil analisis univariat
kontrol sampai jumlah sampel yang dan bivariat yang selanjutnya
ditentukan terpenuhi. Berdasarkan disajikan sebagai berikut :
hasil perhitungan rumus solvin, Analisis bivariat dilakukan
maka sampel pada penelitian ini dengan menggunakian uji beda. Uji
berJumlah 76 responden. Sampel beda yang digunakan untuk
pada penelitian ini akan dibagi mengetahui perbedaan Mean Arterial
menjadi dua kelompok, yaitu Pressure antara kelompok kontrol
menggunakan kelompok kontrol dan dengan kelompok kasus
kelompok intervensi, maka jumlah menggunakan Independent Sample T-
sampel setiap kelompoknya adalah Test, sedangkan uji beda yang
38 orang. digunakan untuk mengetahui
Uji beda yang digunakan perbedaan Mean Arterial Pressure
untuk mengetahui perbedaan Mean antara kelompok kontrol atau
Arterial Pressure antara kelompok kelompok intervensi sebelum
kontrol dengan kelompok intervensi perlakuan menggunakan Paired
menggunakan Independent Sample T- Sample T-Test.
Test, sedangkan uji beda yang Pengambilan keputusan
digunakan untuk mengetahui independent sample T test adalah Ho
perbedaan Mean Arterial Pressure diterima atau tidak ada perbedaan
antara kelompok kontrol atau yang bermakna apabila p-value lebih
kelompok intervensi sebelum besar dari Error! Reference source
perlakuan menggunakan Paired not found. α (0,05) dan Ho ditolak
Sample T-Test. Menurut Sugiyono atau ada perbedaan yang bermakna
(2007), rumus Independent Sample T- apabila p-value lebih kecil dari α
Test yang digunakan adalah sebagai Error! Reference source not
berikut : found.(0.05) (Santoso 2008). Hasil
analisis selengkapnya ditampilkan
HASIL DAN BAHASAN sebagai berikut :
Penelitian ini

94
sebelum operasi antara pasien
yang mendapat cairan kristaloid
1000 ml dan yang mendapat cairan
koloid 500 ml dan kristaloid 500
Perbedaan Mean Arterial Pressure ml di RSUD Cilacap
Tabel 1 Hasil Analisis Independent T Test : Perbedaan Mean Arterial
Pressure Sebelum Operasi antara Pasien yang mendapat cairan
kristaloid 1000 ml dan yang mendapat cairan koloid 500 ml
dan kristaloid 500 ml di RSUD Cilacap Tahun 2012

Tabel 1 menunjukkan p Pressure antara sebelum


value uji Levene’s sebesar 0,961 (pv pelaksanaan operasi SC dengan
Lavene’s test > α). Hal ini berarti anestesi spinal. Tekanan darah rata-
varians kedua kelompok adalah rata atau sering disebut Mean
sama (homogen), berdasar hasil uji Arterial Pressure adalah tekanan di
lavene’s tersebut, maka signifikansi seluruh sistem arteri pada satu
uji-t yang dibaca pada penelitian ini siklus jantung. Mean Arterial
adalah equal variances assumed. Pressure merupakan hasil perkalian
Wahyudo (2011) menyatakan Mean curah jantung dengan tahanan
arterial pressure adalah tekanan perifer.
rata-rata yang mendorong darah Argumen ilmiah tidak adanya
masuk ke jaringan selama siklus perbedaan tekanan darah pre operasi
jantung. Pada frekuensi jantung saat tersebut dapat disebabkan karena
istirahat, kurang lebih 2/3 siklus seluruh sampel pada penelitian ini
jantung merupakan fase diastole, telah memenuhi kriteria inklusi,
dan 1/3 sisanya merupakan fase dimana salah satu kriteria yang
sistole. Mean Arterial Pressure adalah ditentukan adalah responden tidak
daya utama yang menentukan memiliki riwayat hipertensi atau
perfusi jaringan, tekanan ini penyakit pre eklampsi / eklampsi.
mendorong darah ke dalam jaringan. Hal ini menyebabkan tidak ada
Oleh karena itu, Mean Arterial perbedaan tekanan darah pasien pre
Pressure harus dipertahankan cukup operasi.
tinggi untuk menjamin aliran darah Fenomena hasil penelitian ini
yang adekuat ke berbagai jaringan juga dapat disebabkan karena
(terutama otak) dan tidak terlalu seluruh responden mendapat teknik
tinggi sehingga tidak membebani anestesi yang sama dan dengan
jantung dan tidak meningkatkan paparan obat anestesi yang sama,
risiko kerusakan vaskular. yaitu Bupivakain 0,25-0,5% tanpa
Hasil penelitian tersebut adrenalin. Gruendemann dan
menunjukkan bahwa responden Fernsebner (2006) menyatakan
pada kelompok intervensi tidak bahwaobat-obatan anestesi spinal
memiliki perbedaan Mean Arterial pada umumnya dapat memiliki efek

95
samping menimbulkan hipotensi Pernoll (2009) menambahkan bahwa
karena adanya blok simpatis terjadi hipotensi pasca anestesi spinal dapat
vasodilatasi pembuluh darah (venous disebabkan oleh naiknya zat
pooling) yang menyebabkan anestetik karena penyuntikan obat
meningkatkan ruang dalam anestesi yang cepat atau ketegangan
pembuluh darah yang berakibat yang dialami oleh pasien.
menurunnya resistensi vaskuler
sistemik dan curah jantung. Pada Perbedaan Mean Arterial Pressure
keadaan ini terjadi pooling darah dari setelah operasi antara pasien yang
jantung dan thoraks ke mendapat cairan kristaloid 1000
mesenterium, ginjal, dan ekstremitas ml dan yang mendapat cairan
bawah sehingga menyebabkan koloid 500 ml dan kristaloid 500
terjadinya hipotensi pasca anestesi ml di RSUD Cilacap
spinal. Selain itu, Benson dan
Tabel 2 Hasil Analisis Independent T Test : Perbedaan Mean Arterial
Pressure Setelah Operasi antara Pasien yang mendapat cairan
kristaloid 1000 ml dan yang mendapat cairan koloid 500 ml
dan kristaloid 500 ml di RSUD Cilacap Tahun 2012

Tabel 2 menunjukkan p value terapi yang lebih ideal untuk


uji Levene’s sebesar 0,393 (pv mengatasi hipotensi pasca anestesi
Lavene’s test > α). Hal ini berarti spinal dibandingkan dengan
varians kedua kelompok adalah rehidrasi menggunakan salah satu
sama (homogen), berdasar hasil uji jenis cairan saja karena setiap jenis
lavene’s tersebut, maka signifikansi cairan memiliki kelebihan yang
uji-t yang dibaca pada penelitian ini apabila dikombinasikan mampu
adalah equal variances assumed. membantu mengatasi hipotensi pada
Berdasarkan hasil independent t test pasien SC pasca anestesi spinal,
diketahui nilai pv = 0,000 (pv < khususnya yang mengalami
α), sehingga dapat dinyatakan bahwa perdarahan. Sebagaimana diketahui
terdapat perbedaan yang bermakna bahwa komposisi elektrolit RL yang
antara Mean Arterial Pressure setelah sangat serupa dengan yang
operasi antara pasien yang dikandung cairan ekstraseluler.
mendapat cairan kristaloid 1000 ml Dimana elektrolit-elektrolit ini
dan yang mendapat cairan koloid dibutuhkan untuk menggantikan
500 ml dan kristaloid 500 ml di kehilangan cairan pada dehidrasi
RSUD Cilacap Tahun 2012. dan syok hipovolemik termasuk syok
Kombinasi antara dua perdarahan. Sedangkan cairan HES
jenis cairan RL 1000 ml dan HES tersusun atas 2 tipe polimer glukosa,
500 ml memungkinkan tercapainya yaitu amilosa dan amilopektin yang

96
dapat menurunkan permeabilitas memiliki kemampuan besar dalam
pembuluh darah, sehingga dapat mempertahankan volume intra
menurunkan resiko kebocoran vaskuler (Irnizarifka 2010). Rehidrasi
kapiler (Irnizarifka 2010). dengan kombinasi kristaloid dan
Pendapat tersebut dapat koloid tersebut dapat mencegah
dipahami mengingat jenis cairan terjadinya hipovolemi tanpa ada
kristaloid karena memiliki tekanan cairan yang keluar menuju
onkotik yang rendah sehingga dapat ekstraseluler sehingga tekanan
dengan cepat didistribusikan ke darah dapat dipertahankan selama
seluruh ekstraseluler (Leksana terjadinya paralisis saraf simpatis
2006). Kelebihan cairan kristaloid dan parasimpatis akibat anestesi
tersebut tidak dimiliki oleh cairan spinal.
koloid yang mempunyai bentuk Perbedaan Mean Arterial Pressure
molekul besar yang sulit menembus sebelum dan setelah operasi pada
membran kapiler. Tetapi, cairan pasien yang mendapat cairan
koloid memiliki kelebihan yang tidak kristaloid 1000 ml di RSUD
dimiliki cairan kristaloid, yaitu Cilacap
Tabel 3 Hasil Analisis Paired Sample T Test : Perbedaan Mean Arterial
Pressure Sebelum dan Setelah Operasi pada Pasien yang
mendapat cairan kristaloid 1000 ml di RSUD Cilacap Tahun
2012

Berdasarkan hasil paired terdapat perbedaan tekanan darah


sample t test diketahui nilai pv = pada pasien SC yang mendapat
0,000 (pv < α), sehingga dapat Cairan Kristaloid. Rehidrasi dengan
dinyatakan bahwa terdapat cairan kristaloid memiliki tekanan
perbedaan yang bermakna antara onkotik yang rendah akan cepat
Mean Arterial Pressure sebelum dan keluar menuju ekstraseluler,
setelah operasi pada pasien yang sehingga tujuan rehidrasi untuk
mendapat cairan kristaloid 1000 ml mengatasi hipovolemi tidak
di RSUD Cilacap Tahun 2012. Hasil maksimal. Kondisi ini menyebabkan
penelitian ini mendukung penelitian tekanan darah tidak mengalami
yang dilakukan oleh Fatoni (2010) peningkatan dan kondisi hipotensi
dengan judul Pengaruh Pemberian tetap terjadi.
Cairan Kristaloid Terhadap Hasil penelitian ini disebabkan
Perubahan Tekanan Darah Pada karena responden penelitian ini
Pasien Seksio Sesaria Menggunakan merupakan pasien yang mendapat
Anestesi SAB (Sub Arrachnoid Block) anestesi spinal. Hasil penelitian ini
di RSUD dr. Slamet Martodirdjo sesuai dengan pendapat
Pamekasan. Dimana hasil penelitian Gruendemann & Fernsebner (2006)
tersebut juga menyatakan bahwa yang mengatakan bahwa komplikasi

97
dengan bupivakian yang paling persyarafan jantung di T1-T4 akan
sering terjadi pada pasien dengan menyebabkan hipotensi yang berat.
anestesi spinal adalah hipotensi Paralise nervus symphaticus yang ke
arteri. Kondisi ini disebabkan oleh kelenjar adrenal (nervus splanchicus)
karena blok pra ganglion dengan akibat penurunan
parasimpatis. Bradikardi juga cukup catecholamine yang diteruskan
sering ditemukan yang disebabkan kedalam sirkulasi. Sebagai akibat
oleh paralisis serabut dari keadaan ini maka terjadilah
kardioakselerator (T1-4). Eliza (2008) Sectio Cesareahemia dan hypoxia
juga menyatakan potensi untuk dari pusat vital. Kompresi pada
hipotensi dengan teknik spinal pembuluh darah yang besar dalam
merupakan risiko terbesar bagi ibu rongga perut akibat uterus yang
bersalin hamil atau tumor abdomen dapat
Teori yang dikemukakan menimbulkan hipotensi. Selain itu,
Yuswana (2005) tentang penyebab Benson dan Pernoll (2009)
hipotensi pasca anestesi spinal menambahkan bahwa hipotensi
adalah: Blokade simpatis karena pasca anestesi spinal dapat
anestesi spinal dapat mengakibatkan disebabkan oleh naiknya zat
menurunya cardiac output anestetik karena penyuntikan obat
sehubungan berkurangnya “venous anestesi yang cepat atau ketegangan
return” ke jantung dan kurangnya yang dialami oleh pasien.
dorongan otot pada vena. Dilatasi Perbedaan Mean Arterial Pressure
pada kapiler post arteriol dan venule sebelum dan setelah operasi pada
yang kecil akibat paralysis pasien yang mendapat cairan
vasoconstrictor pada anggota tubuh koloid 500 ml dan kristaloid 500
yang teranestesi. Blokade spinal ml di RSUD Cilacap
yang lebih tinggi terutama pada
Tabel 4 Hasil Analisis Paired Sample T Test : Perbedaan Mean Arterial
Pressure Sebelum dan Setelah Operasi pada Pasien yang
mendapat cairan koloid 500 ml dan kristaloid 500 ml di RSUD
Cilacap Tahun 2012

Berdasarkan hasil paired RSUD Cilacap Tahun 2012. Hasil


sample t test diketahui nilai pv = penelitian tersebut tidak sesuai
0,108 (pv > α), sehingga dapat dengan penelitian Rudi (2006) yang
dinyatakan bahwa terdapat menyatakan bahwa pemberian
perbedaan yang tidak bermakna rehidrasi dengan satu jenis cairan,
antara Mean Arterial Pressure misalnya RL atau HES saja kurang
sebelum dan setelah operasi pada efektif dalam menangani kondisi
pasien yang mendapat cairan koloid hipotensi pada pasien pasca anestesi
500 ml dan kristaloid 500 ml di spinal. Rehidrasi terbaik adalah

98
menggunakan kombinasi antara :
cairan kristaloid (RL) dengan hydroxy 1. Terdapat perbedaan yang tidak
ethyl starch (HES) untuk bermakna antara Mean Arterial
meminimalkan risiko hipotensi pasca Pressure sebelum operasi
anestesi regional atau anestesi antara pasien yang mendapat
spinal. cairan kristaloid 1000 ml dan
Cairan koloid disebut juga yang mendapat cairan koloid
sebagai cairan pengganti plasma 500 ml dan kristaloid 500 ml di
atau biasa disebut “plasma RSUD
substitute” atau “plasma expander” 2. Terdapat perbedaan yang
(Hartanto, 2007). Koloid bermakna antara Mean Arterial
mengandung molekul-molekul besar Pressure setelah operasi antara
berfungsi seperti albumin dalam pasien yang mendapat cairan
plasma, tinggal dalam intravaskular kristaloid 1000 ml dan yang
cukup lama (waktu parah koloid mendapat cairan koloid 500 ml
intravaskuler 3-6 jam), sehingga dan kristaloid 500 ml di RSUD
volume yang diberikan sama dengan Cilacap
volume darah (Rahadianto, 2009). 3. Terdapat perbedaan yang
Kerugian dari plasma expander yaitu bermakna antara Mean Arterial
mahal dan dapat menimbulkan Pressure sebelum dan setelah
reaksi anafilaktik dan dapat operasi pada pasien yang
menyebabkan gangguan pada “cross mendapat cairan kristaloid
match” (Hartanto, 2007). 1000 ml di RSUD Cilacap
Cairan Hydroxylethyl 4. Terdapat perbedaan yang tidak
Starch (HES) mempunyai tekanan bermakna antara Mean Arterial
onkotik yang tinggi dan molekul Pressure sebelum dan setelah
molekul besar yang sulit menembus operasi pada pasien yang
membrane kapiler dan memiliki mendapat cairan koloid 500 ml
kemampuan besar dalam dan kristaloid 500 ml di RSUD
mempertahankan volume intra Cilacap
vaskuler. Cairan HES memiliki DAFTAR PUSTAKA
kemampuan menurunkan resiko Achmadi, A, Narbuko, C. (2010).
kebocoran kapiler dan tetap bisa Metodologi Penelitian.
digunakan untuk menambah volume Jakarta : Bumi Aksara.
plasma. Kelebihan cairan HES Benson, R. C & Pernoll, M. L. (2009).
diantaranya memiliki waktu paruh Buku saku obstetri dan
intravaskuler yang lama. Kelemahan Ginekologi. Jakarta :EGC.
cairan HES adalah onsetnya lambat, Dobson, M.B. (2004). Penuntun
durasinya lebih panjang, adanya efek Praktis Anestesi. Jakarta :
samping pada pemakaian dan EGC.
harganya lebih mahal (Irnizarifka Eliza, M. (2008). Penatalaksanaan
2010). Anastesi Pada SC.
Surakarta : Fakultas Ilmu
SIMPULAN Kesehatan Universitas
Berdasarkan hasil penelitian serta Muhammadiyah Surakarta.
tujuan penelitian yang telah Fraser, D. M. (2009). Buku Ajar
ditetapkan, maka kesimpulan dari Bidan (Myles Texbook for
penelitian ini adalah sebagai berikut Midwives). Jakarta : EGC.

99
Gomez. 2005. Untung Rugi Leksana, E. (2006). Keseimbangan
Persalinan Caesar. Asam Basa Shock dan
http://www.intisarionthene Terapi Cairan. Semarang :
t.com. Diperoleh tanggal 22 SMF Bagian Anestesi dan
April 2012. Terapi Intensif RSUP dr.
Grace, P. A. & Borley, N. R. (2006). Kariadi, Fakultas
Ilmu Bedah. Jakarta : Kedokteran Universitas
Erlangga. Diponegoro.
Gruendemann, B. J & Fernsebner, B. Liu, D.T.Y. (2008). Manual
(2006). Buku ajar Persalinan. Jakarta : EGC.
keperawatan perioperatif. Machfoedz, I. (2007). Metodologi
Jakarta : EGC. Penelitian Kesehatan.
Handaya. 2007. Sectio cesarea. Jogjakarta : Fitramaya.
http://www.cakulobsgynpl Mangku & Senapati. (2010). Ilmu
us.com. Diperoleh tanggal Anestesi dan Reanimasi.
23 Maret 2012. Jakarta : PT. Macanan Jaya
Hartanto, W. (2007). Terapi Cairan Cemerlang.
Dan Elektrolit Perioperatif. Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Bandung : Bagian Penelitian Kesehatan.
Farmakologi Klinik Dan Jakarta : PT Rineka Cipta.
Terapeutik Unpad. Novara, T. (2009). Perbandingan
Ibnu M. (2006). Dasar-dasar fisiologi Antara Laktat Hipertonik
kardiovaskuler. Jakarta : Dan Nacl 0,9% Sebagai
EGC. Cairan Pengganti
Indonesian Journal of Obstetrics and Perdarahan Pada Bedah
Gynecology. 2008. Caesar Kajian Terhadap
Persalinan. Hemodinamik Dan Strong
http.//indonesia.digitaljour Ions Difference. Semarang :
nal.org. Dilihat 20 Maret Universitas Diponegoro.
2012. Oxorn, H & Forte, W. R. (2010). Ilmu
Irnizarifka. 2010. Manajemen Dasar kebidanan : patologi dan
Cairan. fisiologi persalinan.
http.//nizarmd.wordpres.co Yogyakarta : Andhi Offset.
m. Dilihat 20 Maret 2012. Penatalaksanaan Pasien Anestesi.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik 2009.
Kesehatan http://www.indonesia.digit
Reproduksi/JNPK-KR. aljournal.org. Diperoleh
(2007). Asuhan Persalinan tanggal 20 Maret 2012.
Normal. Jakarta : Depkes. Prawirohardjo. (2008). Ilmu
Jitowiyono, S & Kristianasari, W. Kebidanan Sarwono
(2010). Asuhan Prawirohardjo. Jakarta :
Keperawatan Post Operasi Bina Pustaka Sarwono
dengan Pendekatan Prawirohardjo.
NANDA, NIC, NOC. Rahadianto, R. 2009. Jenis Cairan.
Jogjakarta : Nuha Medika. http://www.kalbe.cdk.com.
Kasdu, Dini. (2003). Operasi Caesar Diperoleh tanggal 20 Maret
Masalah dan Solusinya. 2012.
Jakarta : Puspa Swara. Renata, N,M. (2009). Penggunaan

100
Koloid Perioperatif dan ICU. Penyakit Dalam. Edisi I.
Majalah Farmacia Vol.9 Jakarta : Penerbit Salemba
No.2 September 2009. Medika.
Rohaendi. (2008). Prinsip-Prinsip Ummah, B. A. 2009. Definisi
Penyakit Dalam. Jakarta : Operasional Variabel.
EGC. http://www.basiralummah.
Santoso, Singgih. (2008). Panduan wordpress.com. Diperoleh
lengkap menguasai SPSS tanggal 5 April 2012.
16. Jakarta : Elex Media Wahyudo, Riyan. 2011. Patofisiologi
Komputindo. Tekanan Darah.
Sectio cesarea. 2010. http://www.library.usu.ac.i
http://www.idi.com. d> diperoleh tanggal 5
Diperoleh tanggal 31 Maret Agustus 2012
2012. Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu
Sidabutar RP & Prodjosujadi W. Kebidanan. Jakarta:
(2002). Ilmu penyakit dalam Yayasan Bina Pustaka
II. Jakarta : Balai Penerbit Sarwono Prawirohardjo.
FKUI. Wirjoatmodjo, K. (2005).
Sugiyanto. (2009). Analisis Data Anestesiologi dan
tatistik Sosial. Malang : Reanimasi Modul Dasar
Bayu Media. Untuk Pendidikan S1
Sugiyono. (2009). Metodologi Kedokteran. Jakarta :
penelitian pendidikan Direktorat Jenderal
pendekatan kuantitatif, Pendidikan Tinggi
kualitatif dan R & D. Departemen Pendidikan
Bandung : Alfabeta. Nasional.
Sumarah, Widyastuti & Wiyati. Yunarti, Z. (2010). Analgesic epidural
(2009). Perawatan Ibu pada wanita hamil. Jurnal.
Bersalin (Asuhan Jakarta : Universitas
Kebidanan pada Ibu Tarumanegara.
Bersalin). Jogjakarta : Yuswana. (2005). Tehnik Anestesi
Fitramaya. Farmakologi Obat-Obat
Susalit, E. (2005). Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Obat-Obat
Penyakit dalam II. Jakarta : Bantuan Dalam Anestesi
Balai penerbit FKUI. dan Emergencies. Jakarta :
Tierney, L.M. (2001). Diagnosis dan EGC.
Terapi Kedokteran Ilmu

101

Anda mungkin juga menyukai