PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian literature review, yaitu bagaimana pengaruh pemberian
cairan infus hangat terhadap kejadian menggigil pada pasien sectio caesaria
di kamar operasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi mencari persamaan,
kelebihan, dan kekurangan tentang pengaruh pemberian cairan infus hangat
terhadap kejadian menggigil pada pasien sectio caesaria di kamar operasi
berdasarkan literature review.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
A. Tinjauan Teori
1. Sectio Caesarea
a. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009). Menurut Mochtar (2011) sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
depan perut atau vagina atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. Tindakan operasi sectio caesarea dilakukan untuk
mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau
komplikasi yang akan terjadi apabila ibu melahirkan secara pervaginam
(Sukowati et al, 2010).
d. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea menurut Jitowiyono (2010) yaitu
1) Pada ibu
a) Infeksi puerpereal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti
kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas,
bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
b) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena
atonia uteri
c) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru dan
sebagainya sangat jarang terjadi
d) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini
lebih banyak ditemukan sesuah sectio caesarea secara klasik.
2) Pada Janin
Seperti halnya dengan ibu, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesarea banyak tergantung drai keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan
pengawasan antenatal dan 14 intranatal yang baik, kematian perinatal
pasca sectio caesarea berkisar antara 4-7 %.
2. Spinal Anestesi
a. Pengertian
Disebut juga spinal analgesia atau subarachnoid nerve block, terjadi
karena deposit obat anestesi lokal di dalam ruangan subarachnoid. Terjadi
blok saraf yang spinalis yang akan menyebabkan hilangnya aktivitas
sensoris, motoris dan otonom (Soenarjo dkk, 2010). Berbagai fungsi yang
dibawa saraf-saraf medula spinalis misalnya temperatur, sakit, aktivitas
otonom, rabaan, tekanan, lokalisasi rabaan, fungsi motoris dan proprioseptif.
Secara umum fungsi-fungsi tersebut dibawa oleh serabut saraf yang berbeda
dalam ketahanannya terhadap obat anestesi lokal. Oleh sebab itu ada obat
anestesi lokal yang lebih mempengaruhi sensoris daripada motoris. Blokade
dari medulla spinalis dimulai kaudal dan kemudian naik ke arah sephalad.
Serabut saraf yang bermielin tebal (fungsi motoris dan propioseptif) paling
resisten dan kembalinya fungsi normal paling cepat, sehingga diperlukan
konsentrasi tinggi obat anestesi lokal untuk memblokade saraf tersebut. Level
blokade otonom 2 atau lebih dermatom ke arah sephalik daripada level
analgesi kulit, sedangkan blokade motoris 2 sampai 3 segmen ke arah kaudal
dari level analgesi (Soenarjo dkk,2010).
3) Ligamentum flavum.
4) Ligamentum longitudinale posterior.
5) Ligamentum longitudinale anterior.
b. Fisiologi
Temperatur inti manusia normal dipertahankan antara 36,5‐37,50C
pada suhu lingkungan dan dipengaruhi respon fisiologis tubuh. Pada keadaan
homeotermik, sistem termoregulasi diatur untuk mempertahankan temperatur
tubuh internal dalam batas fisiologis dan metabolisme normal. Tindakan
anestesi dapat menghilangkan mekanisme adaptasi dan berpotensi
mengganggu mekanisme fisiologis fungsi termoregulasi (Talakoub,2006).
c. Patofisiologi
d. Etiologi
e. Derajat Menggigil
Adapun derajat berat ringannya menggigil secara klinis dapat dinilai
dalam skala 0-4 yaitu :
0 : Tidak ada menggigil
1 : Tremor intermitten dan ringan pada rahang dan otot- otot leher
2 : Tremor yang nyata pada otot- otot dada.
3 : Tremor intermitten seluruh tubuh
4 : Aktifitas otot-otot seluruh tubuh yang sangat kuat terus menerus
Menggigil suatu keadaan yang tidak nyaman bagi pasien. Keadaan ini
harus segera diatasi oleh karena dapat menimbulkan berbagai resiko.
Mengigil dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Aktifitas otot yang
meningkat akan meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi karbon
dioksida (Dal dkk,2005). Kebutuhan oksigen otot jantung juga akan
meningkat dapat mencapai 200% hingga 400%. Hal ini tentunya akan
berbahaya bagi pasien dengan kondisi fisik yang jelek seperti pada pasien
dengan gangguan kerja jantung (Srikanta dkk, 2010; Dhimar dkk,2007),atau
anemi berat,serta pada pasien dengan penyakit obstruktif menahun yang
berat.
Suhu kamar operasi yang nyaman bagi pasien yaitu pada suhu 220C.
Spinal anestesi
hipotermi
Shevering/menggigil