PNEUMOTORAX
DISUSUN OLEH :
Ellena Cicilia
113063C119020
CI AKADEMIK :
Dyah Trifianingsih, S. Kep., Ners., M. Kep
CI LAHAN :
Stefanus Maun, S. Kep., Ners
BANJARMASIN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Ellena Cicilia
113063C119020
Mengetahui
Banjarmasin,
(...................................) (..................................)
A. ANATOMI FISIOLOGI PLEURA
macam pleura, yaitu pleura parietal yang melapisi rongga thoraks dan pleura visceral
yang menutupi setiap paru-paru. Pleura perietalis melekat pada dinding dada dan
permukaan thorak diafragma, selain itu juga melekat pada mediastinum dan
berada di tengah dada, di antara kantung pleura yang berisi dua paru-paru. Itu
memanjang dari tulang dada ke kolom tulang belakang dan berisi semua jaringan
masingmasing lobus paru dan melewati fisura yang memisahkan keduanya. Setiap
paru dibagi menjadi lobus. Paru-paru kiri terdiri dari bagian atas dan lobus bawah,
sedangkan paru kanan memiliki atas, tengah, dan lobus bawah. Setiap lobus dibagi
lagi menjadi dua, kelima segmen yang dipisahkan oleh celah, yang merupakan
oleh cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
tidak bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan thorak dan
paru-paru. Cairan disekresikan oleh sel epitel membrane serosa. Pada orang normal
cairan dirongga pleura sebanyak 1-20 ml. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
dari tekanan atmosfir. Perbedaan tekanan ini berguna untuk mencegah terjadinya
kolaps pada paru. Tekanan intrapleura saat inspirasi sekitar -2mmHg sampai -6mmHg
dan tekanan saat ekspirasi -6 mmHg sampai -3mmHg. Jika pleura bermasalah seperti
mengalami peradangan, maka udara atau cairan dapat masuk kedalam rongga pleura.
1. Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara rongga pleura
dan bronchus dengan lingkungan luar. Dalam keadaan ini, tekanan intra pleura
sama dengan tekanan barometer (luar). Tekanan intrapleura disekitar nol (0)
sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan
2. Pneumotoraks tertutup
Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar. Udara yg
dulunya ada di rongga pleura (tekanan positif) karena direasorpsi dan tidak ada
hubungannya lagi dengan dunia luar maka tekanan udara di rongga pleura menjadi
negative. Tetapi paru belum bias berkembang penuh, sehingga masih ada rongga
3. Pneumotoraks ventil
fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Udara melalui bronchus terus
kepercabangannya dan menuju kea rah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi,
C. ETIOLOGI
Pneumotorak terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronchus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula
D. Patofisiologis
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan
intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara
dari luar yang tekanannya nol (0) akan masuk ke bronchus hingga sampai ke alveoli.
Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan
lebih tinggi dari tekanan di alveolus maupun di bronchus, sehingga udara ditekan
keluar malalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan
napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin
dan mengejan, karena pada keadaan ini epiglitis tertutup. Apabila di bagian perifer
dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronchus atau alveolus itu akan
Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura tidak mau keluar
melalui lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya
dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di
bronchus bagian proximal dari fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin
ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai tekanan
lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk, tekanan udara di bronchus
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
menyebabkan pneumotoraks.
E. Tanda dan gejala
F. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang
dan dispnea berat. Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak
ditangani dengan cepat. Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim
trachea berubah.
G. Pemerikasaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi gambaran radiologis pneumotoraks akan tampak hitam,
rata, dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang
paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai
dengan lobus paru. Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut hanya
tampak seperti massa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan
berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. Perlu diamati ada tidaknya
pendorongan apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke arah paru yang
suara.
5. CT-Scan dada dapat dengan jelas menggambarkan paru-paru dan udara dan bisa
6. USG dada bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang ada
di dada.
dialami, derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang
1. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah
menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum
pipa Water Sealed Drainage (WSD) Pipa khusus (kateter thoraks) steril,
klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari
sela iga ke-4 pada garis axial tengah atau garis axial belakang. Selain itu,
dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya,
ujung selang plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melelui pipa
plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya
adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara
drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru
ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari paru
yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
2. Penatalaksanaan Tambahan
terlalu keras.
b. Istirahat total
Nama Pengkaji :
Tanggal Pengkajian :
Jam Pengkajian :
A. Biodata pasien
Nama :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Usia :
Status Pernikahan :
No. RM :
Diagnosa Medis :
Alamat :
C. Pengkajian Primer
1) Airway (Jalan nafas)
Sumbatan:
( ) benda asing
( ) darah
( ) bronkospasme
( ) sputum
( ) lendir
( ) Bebas/ tanpa sumbatan
Suara nafas:
( ) Snoring
( ) Gurgling
( ) Stridor
Masalah Keperawatan :
Misal : Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Breathing (pernafasan)
Sesak, dengan
( ) aktivitas
( ) tanpa aktivitas
( ) menggunakan otot tambahan
Frekuensi :.........x/mnt
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal
Batuk : ( ) produktif ( ) non produktif
Sputum : ( ) ada ( ) tidak ada
Warna:......................
Konsistensi:..............
Bunyi nafas:
( ) ronchi
( ) wheezing
( ) crakles
( ) ...........................
Masalah Keperawatan :
Misal : Pola nafas tidak efektif/ Gangguan pertukaran gas
3) Circulation (sirkulasi)
Sirkulasi perifer:
Nadi :......................x/mnt
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur
Denyut : ( ) lemah ( ) kuat
TD :.......................mmHg
Ektremitas: ( ) hangat ( ) dingin
Warna Kulit: ( ) cyanosis ( ) pucat ( ) kemerahan
Nyeri dada: ( ) ada ( ) tidak ada
Karakteristik nyeri dada:
( ) menetap
( ) menyebar
( ) seperti ditusuk tusuk
( ) seperti ditimpa benda berat
CRT : ( ) < 2 detik ( ) > 2 detik
Edema : ( ) iya ( ) tidak
Lokasi edema:
( ) muka
( ) tangan atas
( ) tungkai
( ) anasarka
Eliminasi dan cairan:
BAK:.....................x/ hari
Jumlah : ( ) sedikit ( ) banyak ( ) sedang
Warna : ( ) kuning jernih ( ) kuning kental ( ) putih
Rasa sakit : ( ) iya ( ) tidak
BAB:.......................x/ hari
Diare:
( ) iya
( ) tidak
( ) berdarah
( ) cair
( ) berlendir
Turgor : ( ) baik ( ) sedang ( ) buruk
Mukosa : ( ) lembab ( ) kering
Suhu:...........................0C
Masalah Keperawatan :
Misal : Penurunan curah jantung/ Gg keseimbangan cairan &
elektrolit
4) Dissability
Tingkat kesadaran:
( ) composmentis
( ) apatis
( ) somnolen
( ) stupor
( ) soporocoma
( ) koma
Pupil
( ) isokor
( ) anisokor
( ) miosis
( ) midriasis
Reaksi terhadap cahaya
Kanan
( ) positif
( ) negatif
Kiri
( ) positif
( ) negatif
GCS: EyeVerbalMotorik=
Terjadi
( ) kejang
( ) pelo
( ) kelumpuhan/ kelemahan
( ) mulut mencong
( ) afasia
( ) disartria
( ) berlendir
Nilai kekuatan otot:
Refleks:
Babisnky;
Patella:
Bisep/ trisep:
Brudynsky:
Masalah Keperawatan :
Misal : Gg perfusi jaringan serebral
5) Eksposure
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh terhadap adanya jejas dan perdarahan
dengan pencegahan hipotermi
Masalah Keperawatan :
Misal : Gg perfusi jaringan serebral
D. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan utama (Bila nyeri, pengkajian PQRST)
2) Alergi terhadap obat, makanan tertentu
3) Medikasi/ pengobatan terakhir
4) Event of injury/ penyebab injury
5) Pengalam pembedahan
6) Riwayat penyakit sekarang
7) Riwayat penyakit dahulu
8) Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Kesimetrisan wajah
Rambut: warna, distribusi, tekstur, tengkorak/ kulit kepala
Sensori
Mata : inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, pupil,
reaksi pupil terhadap cahaya
Telinga : letak, bentuk, serumen, kemampuan mendengar: uji berbisik
Hidung : Deviasi septum nasi, kepatenan jalan nafas lewat hidung,
discharge
Mulut : bibir sumbing, mukosa mulut, tonsil, gigi, gusi, lidah, bau
mulut
b. Leher
Deviasi/ simetris, cidera cervikal
kelenjar thyroid
kelenjar limfe
Trakea
JVP
c. Dada
I : Kesimetrisan, penggunaan otot bantu nafas, ictus cordis
P : Taktil fremitus, ada/ tidaknya masa, ictus cordis teraba/ tidak
P : Adanya cairan di paru, suara perkusi paru dan jantung
A : Suara paru, jantung
d. Abdomen
I : datar, cembung, cekung, lembek, elastik, asites, kembung
A : Bising usus
P : Posisi hepar, limpa, ginjal, kandung kemih, nyeri tekan
P : Suara abnormal
e. Ekstremitas
Luka : ( ) iya ( ) tidak
Dalam : ( ) iya ( ) tidak
Perdarahan : ( ) iya ( ) tidak
Deformitas :
Kontraktur :
Nyeri :
Krepitasi :
f. Kulit/ Integumen
Mukosa : ( ) lembab ( ) kering
Kulit: ( ) bintik merah ( ) jejas ( ) lecet-lecet ( )
luka
E. Peneriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan darah/ urin/ feses
3) Pemeriksaan EKG
F. Terapi Medis
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS:
DO:
2. DS:
DO:
3. DS:
DO:
III. Perencanaan
Dx Kep :
No Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria masalah
1. Tujuan : 1. ......................................... 1. ............................
SMART 2. ......................................... .
Kriteria Hasil: Dst 2. ............................
1. ................. .
2. ................. dst
3. ................
2. Tujuan : 1. ......................................... 1. ............................
SMART 2. ......................................... .
Kriteria Hasil: Dst 2. ............................
1. ................. .
2. ................. dst
3. ................
IV. Implementasi dan Evaluasi
No Dx Kep Ja Implementasi Para Evaluas
. m f i
1. ...................................... ...... 1. ....................... S:
... ... O:
2. ....................... A:
... P:
3. dst
Diagnosa Keperawatan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur operasi, trauma)