Anda di halaman 1dari 10

MODEL BISNIS YANG DIGUNAKAN DALAM KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI

INDONESIA
Makalah Ini Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islami

Dosen Pengampu : Mansur Efendi, S. H. I., M.Si.

Disusun oleh :

1. Muh. Akbar Marli Fauzi 202141005


2. Robih Kamal 202141018
3. Syafa Fadia Madjid 202141020

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS RADEN MAS SAID SURAKARTA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Model Bisnis Yang Digunakan Dalam Kewirausahaan Sosial Di
Indonesia “ . Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Kewirausahaan Islami.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini hingga selesainya
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan
juga masih banyak kesalahan yang penulis yakini ada diluar batas kemampuan penulis. Oleh
karena itu dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sukoharjo, 10 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB 1………………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………
D. MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………

BAB II……………………………………………………………………………………..

PEMBAHASAN………………………………………………………………………..

1. COMMUNITY-BASED SOCIAL ENTERPRISE……………………………….


2. NOT-FOR-PROFIT SOCIAL ENTERPRISE……………………………………
3. HYBRID SOCIAL ENTERPRISE……………………………………………….
4. PROFIT-FOR-BENEFIT…………………………………………………………

BAB III……………………………………………………………………………………

PENUTUP……………………………………………………………………………..

A. KESIMPULAN………………………………………………………………….
B. SARAN & KRITIK………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wirausaha Sosial atau social entrepreneurship menjadi fenomena yang menarik


untuk dibahas. Social entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari
entrepreneurship yakni penggabungan dari dua kata yaitu social dan entrepreneurship.
Social dapat diartikan sebagai kemasyarakatan dan entrepreneurship yang artinya
kewirausahaan. Pada dasarnya social entrepreneurship memiliki karakteristik yang
tidak jauh berbeda dengan kewirausahaan tradisional seperti adanya inovasi, risiko, dan
praktif dalam ide atau bisnis baru.

Perbedaan utama antara entrepreneur dan social entrepreneur adalah


wirausahawan dimotivasi oleh uang dan wirausaha sosial dimotivasi oleh altruism.
Bahwa sociopreneur merupakan bentuk penggabungan antara konsep kewirausahaan
yang mengedepankan pada kegiatan ekonomi namun tujuan yang dicapai tidak hanya
berorientasi pada profit, melainkan juga pada tujuan social.

Adapun kewirausahaan sosial yang menjadi bentuk usaha mencari keuntungan,


yakni keuntungan yang lebih bertanggung jawab secara sosial. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa social entrepreneurship merupakan suatu bentuk wirausaha yang
memiliki konsep bisnis dan inovasi untuk kepentingan sosial atau masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Community-based social enterprise
2. Apa yang dimaksud dengan Not-for-profit social enterprise
3. Apa yang dimaksud dengan Hybrid social enterprise
4. Apa yang dimaksud dengan Profit-for-benefit

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Community-besed social enterprise
2. Untuk mengetahui Not-for-profit social enterprise
3. Untuk mengetahui Hybrid social enterprise
4. Untuk mengetahui Profit-for-benefit
BAB II

PEMBAHASAN

1. COMMUNITY-BASED SOCIAL ENTERPRISE

Tipe yang pertama dari social enterprise adalah community based social enterprise,
dimana tipe ini berawal dari terciptanya kebutuhan sekelompok orang yang memiliki
permasalahan dan kondisi yang sama. Dimana mereka juga tinggal dalam satu lingkup,
sehingga bisa mengembangkan sebuh tipe usaha sosial berbasis komunitas. Tipe bisnis
social enterprise ini juga menjadi salah satu tipe yang cukup banyak diterapkan dan umum
dilakukan. Contoh yang biasa ada di dalam sebuh lingkup dari tipe ini misalnya pembuatan
koperasi di sebuah desa atau kampung untuk mempermudah masyarakat mendapatkan
kebutuhan pokok.
Kewirausahaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sifat Usaha Sosial Berbasis
Masyarakat yakni kewarganegaraan juga berperan aktif dibingkai sebagai alternative yang
layak untuk penyediaan kesejahteraan berbasis negara yang dikurangi oleh rezim
penghematan dan pengurangan kesejahteraan. Kepentingan khusus dalam konteks saat ini
adalah bentuk kewirausahaan dari kewarganegaraan aktif seperti koperasi dan usaha sosial.
Seperti perusahaan sosial, CBSE menghasilkan sebagian besar pendapatan mereka melalui
perdagangan, mengandalkan perusahaan daripada subsidi pemerintah untuk membiayai
tujuan sosial mereka. Sementara perusahaan sosial tidak terikat dengan lokalitas tertentu,
CBSE menentukan tujuan sosial mereka dalam kaitannya dengan populasi atau
subkelompok tertentu yang tinggal di area yang ditentukan secara special. Volume
pekerjaan di CBSE ini terbatas, demikian pula jumlah definisinya. Menurut karya
Wagenaar dan Van der Heijden (2015), CBSE didefinisikan sebagai bisnis yang :

 Didirikan oleh orang – orang yang tinggal dan atau bekerja dalam
komunitas yang ditentukan (secara spesial).
 Organisasi nirlaba independen yang dimiliki dan atau dikelola oleh anggota
komunitas.
 Bertanggung jawab secara lokal dan berkomitmen tinggi untuk memberikan
manfaat jangka panjang bagi lokal orang, dengan menyediakan barang atau
jasa tertentu.
 Berusaha untuk menghasilkan surplus melalui (setidaknya sebagian)
terlibat dalam perdagangan di pasar, dan menginvestasikan kembali surplus
dalam bisnis dan atau komunitas.
 Menanggung risiko ekonomi yang terkait dengan aktivitas mereka, mereka
sangat berkomitmen untuk terlibat masyarakat lokal dan mitra lainnya
dalam kegiatan mereka.
2. NOT-FOR-PROFIT SOCIAL ENTERPRISE

Selanjutnya, ada tipe yang kedua dari bisnis social enterprise adalah not – for –
profit social enterprise dimana bisnis benar – benar fokus pada pemberdayaan masyarakat
saja. Adapun tipe NFPSE ini biasanya diinisiasi oleh adanya rasa peduli seseorang atau
kelompok untuk mengatasi masalah di masyarakat tertentu, dimana dalam bisnis ini juga
lebih berfokus pada dana sosial.

Sehingga, tipe bisnis sosial ini butuh pengelolaan yang lebih profesioanl,
organisasinya pun rapi dan terstruktur. Bahkan, bisa juga sampai menggunakan sumber
daya manusia yang kompeten dibidangnya. Nah, contoh bisnis social enterprise dalam tipe
NFPSE ini seperti Dompet Dhuafa dan juga KitaBisa. Tahukah jika Dompet Dhuafa lahir
dari sebuah gerakan peduli yang ditujukan kepada para pembaca harian Republika. Seiring
berjalannya waktu, Lembaga filantropi islam yang didirikan pada tahun 1993 ini mendapat
sambutan jutaan pasang mata.

Pada hari pertama terkumpul dana sebesar Rp 425.000 dan pada akhir tahun
pertama berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 300 juta rupiah. 26 tahun kemudian
(tahun 2019), dana yang berhasil dikumpulkan oleh Dompet Dhuafa sebanyak Rp 387, 58
Miliar dengan tingkat penyaluran sebesar 93,26 persen dengan rata – rata pertumbuhan
donator 54,25 persen pada tiga tahun terakhir.

3. HYBRID SOCIAL ENTERPRISE

Tipe yang ketiga dari social enterprise adalah hybrid social enterprise, dimana
biasanya usaha ini punya target yang berkelanjutan, selain itu, tipe bisnis HSE ini memiliki
komposisi dana yang mencakup dana sosial dan semi komersial bahkan komersial. Contoh
dari usaha di tipe ini adalah seperti Yayasan Cinta Anak Bangsa.
4. PROFIT-FOR-BENEFIT

Tipe social enterprise yang terakhir adalah profit – for – benefit social enterprise, yang
bisa menjangkau target organisasi yang lebih luas. Yakni, mencakup terlaksananya
pemberdayaan, pengembangan bisnis hingga pertumbuhan bisnisnya. Sehingga, bisnis ini
juga biasa dilakukan untuk membuat targetnya menjadi mandiri serta tidak mudah
ketergantungan dengan penyandang dana. Contoh yang bisa kita ambil adalah kehadiran
Kopi Tuli (Koptul) di Krukut, Depok. Menurut bidangnya, model bisnis ini sama saja
dengan bisnis kafe lain pada umumnya, Namun Kopi Tuli sangat kental dengan misi sosial
karena warung ini memiliki misi untuk memperjuangkan kesetaraan bagi kalangan
disabilitas.

Bayangkan, seluruh pegawai Kopi Tuli yang menyandang disabilitas berusaha


menyampaikan pesan kepada dunia bahwa mereka juga sama dengan individu lain karena
dapat bekerja dan berkarya. Jika duduk di kedai kopi ini aka nada interaksi bagi konsumen
dengan kaum tuli, mulai dari memesan kopi sampai membayar pesanan di kasir. Tak hanya
itu, pada kemasan gelas Kopi Tuli juga tertera bahasa Isyarat. Alhasil, setiap pengunjung
biasa langsung mempelajari dasar bahasa isyarat. Termasuk para staf juga bersedia
mengajari setiap pelanggannya yang ingin belajar bahasa isyarat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kita dapat menyimpulkan bahwasanya ada 4 tipe model bisnis yang digunakan
dalam kewirausahaan sosial. Pertama, COMMUNITY-BASED SOCIAL
ENTERPRISE adalah dimana tipe ini berawal dari terciptanya kebutuhan sekelompok
orang yang memiliki permasalahan dan kondisi yang sama. Dimana mereka juga tinggal
dalam satu lingkup, sehingga bisa mengembangkan sebuh tipe usaha sosial berbasis
komunitas. Kedua, NOT-FOR-PROFIT SOCIAL ENTERPRISE, adalah dimana bisnis
benar – benar fokus pada pemberdayaan masyarakat saja. Adapun tipe NFPSE ini biasanya
diinisiasi oleh adanya rasa peduli seseorang atau kelompok untuk mengatasi masalah di
masyarakat tertntu, dimana dalam bisnis ini juga lebih berfokus pada dana sosial.

Ketiga, HYBRID SOCIAL ENTERPRISE adalah dimana biasanya usaha ini punya
target yang berkelanjutan, selain itu, tipe bisnis HSE ini memiliki komposisi dana yang
mencakup dana sosial dan semi komersial bahkan komersial. Keempat, PROFIT-FOR-
BENEFIT adalah yang bisa menjangkau target organisasi yang lebih luas. Yakni,
mencakup terlaksananya pemberdayaan, pengembangan bisnis hingga pertumbuhan
bisnisnya.

B. SARAN & KRITIK


Penulis sudah berusaha membuat makalah dengan berusaha dan diharapkan dapat
menjadikan tambahan wawasan bagi penulis serta para pembacanya, namun kritik dan
saran akan kami terima guna menjadikan tambahan yang membangun serta memperbaiki
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Grassl, Wolfgang, 2012, “Business Models of Social Enterprise : A Design Approach


to Hybridity”, ACRN Journal Of Enterpreneurship Perspective.
Utomo, Hardi, 2014, “Menumbuhkan Minat Kewirausahaan Sosial”, Jurnal Ilmiah
Among Makarti.

Akmalur Rijal, dkk. 2018. Jurnal. Kewirausahaan Sosial Pada Lembaga Zakat Nasional.
Human Falah: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Volume 5. No. 1

Anda mungkin juga menyukai