INDONESIA
Makalah Ini Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islami
Disusun oleh :
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Model Bisnis Yang Digunakan Dalam Kewirausahaan Sosial Di
Indonesia “ . Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Kewirausahaan Islami.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini hingga selesainya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan
juga masih banyak kesalahan yang penulis yakini ada diluar batas kemampuan penulis. Oleh
karena itu dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB 1………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….
C. TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………
D. MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………
BAB II……………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
BAB III……………………………………………………………………………………
PENUTUP……………………………………………………………………………..
A. KESIMPULAN………………………………………………………………….
B. SARAN & KRITIK………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Community-besed social enterprise
2. Untuk mengetahui Not-for-profit social enterprise
3. Untuk mengetahui Hybrid social enterprise
4. Untuk mengetahui Profit-for-benefit
BAB II
PEMBAHASAN
Tipe yang pertama dari social enterprise adalah community based social enterprise,
dimana tipe ini berawal dari terciptanya kebutuhan sekelompok orang yang memiliki
permasalahan dan kondisi yang sama. Dimana mereka juga tinggal dalam satu lingkup,
sehingga bisa mengembangkan sebuh tipe usaha sosial berbasis komunitas. Tipe bisnis
social enterprise ini juga menjadi salah satu tipe yang cukup banyak diterapkan dan umum
dilakukan. Contoh yang biasa ada di dalam sebuh lingkup dari tipe ini misalnya pembuatan
koperasi di sebuah desa atau kampung untuk mempermudah masyarakat mendapatkan
kebutuhan pokok.
Kewirausahaan Masyarakat dan Akuntabilitas Sifat Usaha Sosial Berbasis
Masyarakat yakni kewarganegaraan juga berperan aktif dibingkai sebagai alternative yang
layak untuk penyediaan kesejahteraan berbasis negara yang dikurangi oleh rezim
penghematan dan pengurangan kesejahteraan. Kepentingan khusus dalam konteks saat ini
adalah bentuk kewirausahaan dari kewarganegaraan aktif seperti koperasi dan usaha sosial.
Seperti perusahaan sosial, CBSE menghasilkan sebagian besar pendapatan mereka melalui
perdagangan, mengandalkan perusahaan daripada subsidi pemerintah untuk membiayai
tujuan sosial mereka. Sementara perusahaan sosial tidak terikat dengan lokalitas tertentu,
CBSE menentukan tujuan sosial mereka dalam kaitannya dengan populasi atau
subkelompok tertentu yang tinggal di area yang ditentukan secara special. Volume
pekerjaan di CBSE ini terbatas, demikian pula jumlah definisinya. Menurut karya
Wagenaar dan Van der Heijden (2015), CBSE didefinisikan sebagai bisnis yang :
Didirikan oleh orang – orang yang tinggal dan atau bekerja dalam
komunitas yang ditentukan (secara spesial).
Organisasi nirlaba independen yang dimiliki dan atau dikelola oleh anggota
komunitas.
Bertanggung jawab secara lokal dan berkomitmen tinggi untuk memberikan
manfaat jangka panjang bagi lokal orang, dengan menyediakan barang atau
jasa tertentu.
Berusaha untuk menghasilkan surplus melalui (setidaknya sebagian)
terlibat dalam perdagangan di pasar, dan menginvestasikan kembali surplus
dalam bisnis dan atau komunitas.
Menanggung risiko ekonomi yang terkait dengan aktivitas mereka, mereka
sangat berkomitmen untuk terlibat masyarakat lokal dan mitra lainnya
dalam kegiatan mereka.
2. NOT-FOR-PROFIT SOCIAL ENTERPRISE
Selanjutnya, ada tipe yang kedua dari bisnis social enterprise adalah not – for –
profit social enterprise dimana bisnis benar – benar fokus pada pemberdayaan masyarakat
saja. Adapun tipe NFPSE ini biasanya diinisiasi oleh adanya rasa peduli seseorang atau
kelompok untuk mengatasi masalah di masyarakat tertentu, dimana dalam bisnis ini juga
lebih berfokus pada dana sosial.
Sehingga, tipe bisnis sosial ini butuh pengelolaan yang lebih profesioanl,
organisasinya pun rapi dan terstruktur. Bahkan, bisa juga sampai menggunakan sumber
daya manusia yang kompeten dibidangnya. Nah, contoh bisnis social enterprise dalam tipe
NFPSE ini seperti Dompet Dhuafa dan juga KitaBisa. Tahukah jika Dompet Dhuafa lahir
dari sebuah gerakan peduli yang ditujukan kepada para pembaca harian Republika. Seiring
berjalannya waktu, Lembaga filantropi islam yang didirikan pada tahun 1993 ini mendapat
sambutan jutaan pasang mata.
Pada hari pertama terkumpul dana sebesar Rp 425.000 dan pada akhir tahun
pertama berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 300 juta rupiah. 26 tahun kemudian
(tahun 2019), dana yang berhasil dikumpulkan oleh Dompet Dhuafa sebanyak Rp 387, 58
Miliar dengan tingkat penyaluran sebesar 93,26 persen dengan rata – rata pertumbuhan
donator 54,25 persen pada tiga tahun terakhir.
Tipe yang ketiga dari social enterprise adalah hybrid social enterprise, dimana
biasanya usaha ini punya target yang berkelanjutan, selain itu, tipe bisnis HSE ini memiliki
komposisi dana yang mencakup dana sosial dan semi komersial bahkan komersial. Contoh
dari usaha di tipe ini adalah seperti Yayasan Cinta Anak Bangsa.
4. PROFIT-FOR-BENEFIT
Tipe social enterprise yang terakhir adalah profit – for – benefit social enterprise, yang
bisa menjangkau target organisasi yang lebih luas. Yakni, mencakup terlaksananya
pemberdayaan, pengembangan bisnis hingga pertumbuhan bisnisnya. Sehingga, bisnis ini
juga biasa dilakukan untuk membuat targetnya menjadi mandiri serta tidak mudah
ketergantungan dengan penyandang dana. Contoh yang bisa kita ambil adalah kehadiran
Kopi Tuli (Koptul) di Krukut, Depok. Menurut bidangnya, model bisnis ini sama saja
dengan bisnis kafe lain pada umumnya, Namun Kopi Tuli sangat kental dengan misi sosial
karena warung ini memiliki misi untuk memperjuangkan kesetaraan bagi kalangan
disabilitas.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kita dapat menyimpulkan bahwasanya ada 4 tipe model bisnis yang digunakan
dalam kewirausahaan sosial. Pertama, COMMUNITY-BASED SOCIAL
ENTERPRISE adalah dimana tipe ini berawal dari terciptanya kebutuhan sekelompok
orang yang memiliki permasalahan dan kondisi yang sama. Dimana mereka juga tinggal
dalam satu lingkup, sehingga bisa mengembangkan sebuh tipe usaha sosial berbasis
komunitas. Kedua, NOT-FOR-PROFIT SOCIAL ENTERPRISE, adalah dimana bisnis
benar – benar fokus pada pemberdayaan masyarakat saja. Adapun tipe NFPSE ini biasanya
diinisiasi oleh adanya rasa peduli seseorang atau kelompok untuk mengatasi masalah di
masyarakat tertntu, dimana dalam bisnis ini juga lebih berfokus pada dana sosial.
Ketiga, HYBRID SOCIAL ENTERPRISE adalah dimana biasanya usaha ini punya
target yang berkelanjutan, selain itu, tipe bisnis HSE ini memiliki komposisi dana yang
mencakup dana sosial dan semi komersial bahkan komersial. Keempat, PROFIT-FOR-
BENEFIT adalah yang bisa menjangkau target organisasi yang lebih luas. Yakni,
mencakup terlaksananya pemberdayaan, pengembangan bisnis hingga pertumbuhan
bisnisnya.
Akmalur Rijal, dkk. 2018. Jurnal. Kewirausahaan Sosial Pada Lembaga Zakat Nasional.
Human Falah: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Volume 5. No. 1