Anda di halaman 1dari 3

c.

Kebebasan dan Determinisme

Determinisme yang dimaksud dalam buku ini merupakan suau kejadian –kejadian alam yang
berkaitan satu sama lain menurut keterikatan yang tepat. Jadi suatu kejadian dianggap dapat
mengakibatkan kegiatan lainnya, sehingga terbentuk skema “kalau A , maka B”. Misalnya bila air
ditaruh pada suhu 00C maka air akan membeku menjadi es. Konsep determinisme ini diambil dari
hukum-hukum alam dimana sering digunakan dalam eksperimen-eksperimen ilmu alam untuk
meramalkan. Hal inilah yang berusaha dilihat dalam tingkah laku manusia. Jika determinisme juga
terjadi pada tingkah laku manusia, maka tidak ada kebebasan. Hal tersebut menjadi perbincangan
ilmu-ilmu manusia seperti sosiologi, psikologi, dan lainnya yang berusaha meramalkan tingkah laku
manusia seperti halnya hukum alam. Akibatnya mereka cenderung dianggap mengingkari
kebebasan. Contoh yangd apat kita lihat diantaranya hukum ekonomi dan bagaimana manusia
menciptakan hukum-hukum tetap

Mengapa manusia menciptakan hukum-hukum tetap?

- Kebebasan manuisa itu terbatas


Ada faktor dari luar (lingkungan pendidikan) dan dari dalam (bakat, watak, sikap). Perbuatan
manusai dianggap tidak bebas atau setengah bebas
- Seringkali manusia tidak menggunakan kebebasannya
Manusia cenderung berperilaku sesuai dengan pola yang mengarah pada rutinitas,
kebiasaan, dan sesuai adat.
- Kebebasan tidak berarti bahwa perbuatan manusia tidak ditentukan
Autodeterminasi, artinya kehendak yang menentukan dirinya sendiri. Perilaku yang
ditentukan sendiri oleh manusia tidak terlepas dari suatu maksud dan tujuan. hal ini berarti
manusia memiliki motif-motif. Ada perbedaan antara motif dan penyebab.
a. Penyebab : tidak tergantung dari kemauan, berperan dalam konteks determinisme
b. Motif : diterima oleh kemauan, berperan dalam konteks kebebasan

Tanggung jawab

A. Tanggung jawab dan kebebasan


Dalam tanggung jawab terkadung pengertian “penyebab”. Jadi orang yang bertanggung
jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Kebebasan juga menjadi syarat mutlak
tanggung jawab dan tidak hanya sekadar pada penyebab. Bagi kesadaran moral, suatu
penyebab harus bersifat bebas untuk dapat dianggap bertanggung jawab. Manusia sebagai
makhluk rasional dianggap dapat bertanggung jawab dan ia bertanggung jawab sejauh ia
bebas.

Tanggung jawab dibagi menjadi beberapa macam


- Tanggung jawab langsung
Si pelaku sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatannya
- Tanggung jawab tidak langsung
Orang lain yang ikut bertanggung jawab atas perbuatan pelaku dengan alasan tertentu.
Misalnya saat anak kecil berbuat sesuatu yang merugikan orang lain, maka orang tualah
yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut karena anak kecil belum dianggap pelaku
bebas.

Dalam konteks hati nurani, tanggung jawab juga dibedakan menjadi dua macam :

- Tanggung jawab retrospektif


Adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah berlangsung dan segala konsekuensinya.
Lebih banyak dialami dalam kehidupan sehari-hari karena tanggung jawab baru betul-betul
dirasakan ketika berhadapan dengan konsekuensinya.
Contoh : apoteker harus memberikan obat yang betul saat ia ketahuan membaca resep
dokter yang salah
- Tanggung jawab prospektif
Adalah tanggung jawab atas perbuatan yang akan datang. Dalam prospektif, tanggung jawab
pelaku masih terpendam dalam hatinya dan belum berhadapan dengan orang lain.
Contoh : apoteker bertanggung jawab atas penjualan obat di apoteknya pada hari itu.

B. Tingkat Tanggung Jawab


Menentukan bertanggung jawabnya seseorang sebenarnya merupakan tugas yang sulit.
Perbicangan mengenai seseorang yang telah memenuhi kematangan psikislah yang bisa
bertanggung jawab dianggap mustahil. Oleh karena itu hukum berusaha menjawabnya
dengan menentukan usia legal sebagai usaha untuk mencapai kepastian. Meskipun pada
kenyatannya dari sudut etis, orang yang berusia muda sudah bertanggung jawab lebih awal
sebelum mencapai umur legal.

Menurut Bertens tanggung jawab memiliki tingkatannya. Seseorang dapat lebih bertanggung
jawab sedangkan orang lain dapat kurang bertanggung jawab. Tingkatan tersebut
tergantung dari kebebasan dimana ia memiliki waktu seluas-luasnya untuk
mempertimbangkan perbuatan yang akan dilakukannya.
Berikut adalah beberapa contoh yang dapat menjelaskan bahwa satu perilaku yang sama,
yaitu mencuri, memiliki tingkat tanggung jawab yang berbeda, tergantung pada alasan dan
kondisi.
a. Ali mencuri , tapi ia tidak tahu bahwa ia mencuri dimana ia mengira tas orang lain adalah
tasnya sendiri karena memiliki warna dan bentuk yang sama. Dalam hal ini Ali tidak
bebas dan tidak bertanggung jawab dalam melakukan pencurian. Sehingga definisi
mencuri harus ditambahka “dengan sengaja”.
b. Budi mencuri karena ia seorang kleptoman. Klepto merupakan kelainan jiwa dimana ia
memiliki paksaan batin untuk mencuri. Budi dianggap tidak bebas dan tidak bertanggung
jawab. Hal tersebut terjadi karena Budi tidak memiliki kebebasan psikologis.
c. Cipluk mencuri, karena dalam hal ini ia disangka ia boleh mencuri. Cipluk, seorang janda,
mendapatkan kesempatan untuk mencuri tas berisikan uang untuk menghidupi 5 orang
anaknya. Cipluk berpendapat bahwa ia boleh mencuri karena ia dihadapkan oleh konflik
kewajiban antara harus menghargai milik orang lain atau tugasnya sebagai ibu yang
wajib memperjuangkan keselamatan anaknya. Dalam hal ini perbuatannya dilakukan
secara bebas meskipun dilakukan dengan terpaksa dan bertangung jawab. Namun
dipandang dari sudut etika, ia dianggap tidak bersalah.
d. Darso mencuri karena orang lain memaksanya dengan mengancam nyawanya. Dalam
kasus ini Darso tidak memiliki kebebasan moral dan tidak bertanggung jawab atas
perbuatannya.
e. Eko mencuri karena ia tidak bisa mengendalikan nafsunya. Dalam kasus ini Eko memiliki
kebebasan dan harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya.

C. Masalah Tanggung Jawab Kolektif


Tanggung jawab koletif adalah bahwa orang A, B, C, D, dst. Tidak bertanggung jawab secara
pribadi namun bertanggung jawab secara kolektif atau kelompok atas perbuatannya.
Tanggung jawab selalu dikaitkan dengan perilaku individu yang bebas. Adanya kesulitan
untuk menentukan apakah seseorang bisa bertanggung jawab atas perbuatannya yang tidak
dilakukannya mengingat dua syarat utama dalam tanggung jawab adalah penyebab dan
kebebasan. Seseorang hanya bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya dengan
kebebasannya.

Perdebatan antara tanggung jawab kolektif bahkan belum selesai. Tanggung jawab kolektif
dianggap tidak ada dan beberapa etikawan menggangap sbegai paham yang berbahaya.
Penanggung jawab dapat dengan mudahnya bermain tedeng aling-aling da bersembunyi. Di
lain pihak juga tanggung jawab kolektif dianggap ada, bukan karena alasan etis namun
alasan psikologis.
Beberapa alasan mengapa orang mau melakukan tanggung jawab kolektif :
- Faktor afektif : family atau bangsa yang lain)
- Solidaritas : mempunyai tujuan yang sama
- Faktor-faktor sejarah dan tradisi
Hal tersebutlah mengapa seseorang dapat merasa bertanggung jawab atas perbuatan
anggotanya meskipu ia tidak melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai