Di Susun oleh :
TAHUN AKADEMIK
2022
1.2 Identitas Buku
Halaman : 220
2.2 Pendahuluan
Buku yang terdiri dari 5 Bab ini berisi sebuah catatan penting
sejarah bangsa Indonesia yang memuat kisah hidup Sunan Gunung Jati, Ia
seorang tokoh faktual, yang konstribusi gagasan dan kepemimpinannya
1
sanggup mengahadirkan pesona peradaban agung di tanah Jawa. Beragam
terobosan pemikiran dan strateginya dalam mengurus masyarakat menjadi
kekayaan berharga untuk diserap dalam membangun karakter generasi
muslim. Juga sangat menarik dijadikan sumber sejarah bagi siapa saja yang
mencintai keilmuan bidang budaya, sosial, politik, dan agama.
3.2 Pembahasan
a) BAB I : Pendahuluan
Sunan Gunung Jati lahir di Mesir pada 1448 M dengan nama Syarif
Hidayat atau Syarif Hidayatullah. Ia lahir di tengah-tengah keluarga yang
sangat religius dan terhormat. Dari sisi ayah, ia merupakan keturunan raja
2
Mesir yang bernama Syarif Abdullah dengan gelar Sultan Mahmud,
sedangkan ibunya bernama Nyai Rara Santang juga seorang keturunan
“darah biru” karena ia adalah putri Prabu Siliwangi. 1
3
Agama sehingga rela mengembara meninggalkan kenyamanan istana,
padahal Raden Wulangsangsung sudah ditetapkan sebagai Putra Mahkota.
4
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.29
5
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.30
4
anak, hal ini dikarenakan salah satu anak tersebut dari hasil pernikahan
Sunan Gunung Jati dengan putri Cina namun anaknya telah meninggal sejak
kecil dan belum ada nama. Maka bisa dikatakan hanya memilki enam anak
saja dari istri ketiga, kelima dan keenam yang masing-masing istrinya
melahirkan dua orang putra dan putri. Adapun putra-putri Sunan Gunung
Jati adalah sebagai berikut:
1. Ratu Winaon
Buku yang didasarkan pada babad dan historiografi ini dengan gaya
penulisan yang mengalir mampu merekontruksi silsilah Sunan Gunung Jati
buktinya pada subtema dalam bab dua kita dapat mengetahui secara runtut
informasi Kakek Nenek Sunan Gunung Jati, lalu pertemuan antara ayah dan
ibunya dan berakhir ke daftar istri-istri dan anak-anaknya Sunan Gunung
Jati.
Pada sub tema ini juga dijelaskan bahwa Sunan Gunung Jati dan
Falatehan adalah dua orang yang berbeda. Falatehan atau nama aslinya
Fadhil Khan adalah menantu Sunan Gunung Jati yang menikahi anaknya
bernama Ratu Ayu. Falatehan adalah panglima yang merebut Sunda Kelapa
dari tangan Portugis. Pada sampai akhir subtema ini juga tidak diberikan
pernyataan tentang masuk islamnya Prabu Siliwangi.
6
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.30
5
Pengalaman Belajar Sunan Gunung Jati
6
Ibrahim Ibn Maulana Sultanil Mahmud al-Khibti, nama ini ia dapati setelah
melakukan pengembaraan ilmu. Pamannya yang memegang jabatan
sementara menggantikan ayahnya yang telah wafat, memberinya nama
Nurdin.
10
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.41
11
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.46
7
juga menggunakan pendekatan tradisi budaya dan menjalin tali
persaudaraan yang baik. Contohnya keberhasilan dakwah Sunan Gunung
Jati di Banten tidak terlepas dari hubungan baiknya dengan penguasa
setempat yang dirintis sebelum menjadi guru di Banten. Sunan Gunung Jati
juga melakukan pendekatan dakwah dengan saluran pernikahan.
c) BAB III : Islamisasi di Jawa Barat dan Kepemimpinan Sunan Gunung Jati
8
pangkalan penting dalam jalur pelayaran dan perdagangan antarpulau.
Cirebon sempat menjadi kota pelabuhan dan lalu lintas perdagangan
internasional pada masanya. Pedukuhan kecil menjadi cikal bakal pusat
penyebaran Islam ke daerah sekitarnya. 14
14
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.56
15
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.60
16
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.64
9
Reviewer dapat mengetahui bahwa cara Sunan Gunung Jati
menyebarkan Islam melalui mempelajari karakter dan watak rakyat kecil.
Strategi ini menguntungkan karena sebelum tampil ke pusat kekuasaan, ia
terlebih dahulu telah dikenal masyarakat. Baik di daerah Cirebon dan
Banten. Sunan Gunung Jati sangat bertoleransi dengan budaya-budaya
lokal.17
10
2.Metode al-hikmah. Metode ini sangat melekat pada para wali,
termasuk Sunan Gunung Jati. Melalui metode kearifan ini, ajaran-ajaran
Islam disampaikan baik secara populer, atraktif, maupun sensasional. Cara
ini digunakan terutama untuk menghadapi masyarakat awam. Dengan
sangat bijaksana, masyarakat awam didekati secara massal, dan terkadang
di luar kebiasaan yang menimbulkan ketertarikan masyarakat umum. Selain
oleh Sunan Gunung Jati, metode ini juga dipakai oleh Sunan Kalijaga.
Dengan hikmah dan kebijaksanaan, para wali mampu berdakwah dengan
menggunakan kultur lokal yang dimodifikasi secara Islam. Dengan strategi
ini, masyarakat tidak. merasa asing terhadap apa yang disampaikan, di
samping pesan pesan yang disampaikan juga sangat mudah diterima.
11
ini dilakukan agar terjadi kerjasama yang baik dalam menjalankan dakwah
sesuai dengan pembagian wilayah yang disepakati. Ini terlihat dengan
ditetapkannya Sunan Gunung Jati dalam musyawarah Dewan Wali yang
diketuai oleh Sunan Ampel untuk mengembangkan dakwah di daerah
Cirebon, dan setelah Sunan Ampel meninggal, kedudukannya sebagai ketua
Dewan Wali digantikan Sunan Gunung Jati. Meskipun dalam hal ini
terdapat pembagian wilayah, komunikasi di antara mereka tetap terjalin
dengan baik dan koordinasi selalu dilakukan.
18
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.69
12
sangat jarang ditemui dalam diri seorang pemimpin biasa.
13
tersebut hidup pada masa yang jauh sebelum terbentuknya Dewan Wali
Songo dan wafat pada tahun 1419 M.
21
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.93
14
Salah satu gerakan politik Sunan Gunung Jati adalah mendirikan
kerajaan Islam di Cirebon dan melepaskan diri dari Pajajaran. Sunan
Gunung Jati berhasil melakukan ekspansi ke barat dibantu pasukan kerajaan
Islam demak yang dipimpin Fadhil Khan atau Falatehan. Setalah Sunda
Kelapa jatuh ke tangan Cirebon, untuk pembenahan pemerintahan disana,
Sunan Gunung Jati mengangkat Fadhil Khan sebagai Adipati. Untuk
kebijakan luar negeri, Sunan Gunung Jati mengangkat Haji Tan Eng Hoat
(Haji Ifdil Hanafi) sebagai duta perdagangan Cirebon untuk menjalan
hubungan dagang dengan negeri Cina. Tan Eng Hoat sangat memahami
kecenderungan pasar di negeri asalnya dan bisa membaca peluang
kerjasama yang dapat dijalin dengan negeri Cina tersebut. 22
15
lain bertemu dengan penguasaan Cirebon.23
16
Nilai-nilai moral dalam ajaran kepemimpinan Sunan Gunung Jati
25
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.103
17
alam semesta dan lingkungan. Etika kepribadian akan memberikan
penjelasan dan penyelesaian atas persoalan-persoalan hidup manusia dalam
hubungannya dengan diri sendiri.26
26
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.130
27
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.149
18
dipusatkan di Masjid Agung Sang Ciptarasa.28
28
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.151
29
Eman Suryaman, Jalan Hidup Sunan Gunung Jati (Bandung : Nuansa Cendekia,
2015),p.165
19
4.2 Penutup
Rangkuman
20
hasanah yang ditampilkannya yang berbeda dengan penguasa-penguasa
Jawa sebelumnya dan juga sesudahnya. Di samping itu, terlihat banyaknya
tempat ibadah dan pesantren tempat menimba ilmu yang dibangun oleh
Sunan Gunung Jati. Dan yang lebih penting adalah dijadikannya masjid
sebagai pusat kegiatan umat dan tempat bermusyawarah untuk memecahkan
persoalan umat dan persoalan negara. Dijadikannya masjid sebagai pusat
kegiatan dan musyawarah ini mencontoh pola yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah dan juga khalifah setelah Rasulullah. Masjid adalah simbol
menyatunya kekuasaan dunia dengan kekuasaan akhirat, sehingga ada
keseimbangan antara lahir dan batin, antara mikrokosmos dan
makrokosmos.
21
Nilai-nilai kepemimpinan Sunan Gunung Jati yang terdapat dalam
pepatah-petitih dan perilaku kepemimpinannya mempunyai pengaruh dan
relevansi dalam pembangunan moral kepemimpinan Indonesia dewasa ini.
Hal itu karena nilai-nilai moral dan etika dalam kepemimpinan Sunan
Gunung Jati mempunyai filosofi sangat dalam yang berakar pada tradisi dan
budaya bangsa Indonesia dan mampu untuk dipahami dan diterjemahkan
sesuai dengan konteks kekinian. Di samping itu, kandungan nilai-nilai
dalam sistem kepemimpinan Sunan Gunung Jati dapat dikatakan sebagai
nilai-nilai etika universal (universal ethic). Prinsip-prinsip nilainya cocok
untuk setiap zaman dan waktu, seperti keimanan, kearifan, kejujuran,
kedisiplinan, dan kemanusian. Ia merupakan kekayaan tradisi bangsa pada
masa lalu yang masih relevan untuk zaman sekarang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Noviyanti, Dian. Walisongo, The Wisdom, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2019
Suryaman, Eman. Jalan Hidup Sunan Gunung Jati, Bandung : Nuansa Cendekia,
2015
23