Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ZAMAN KEBANGKITAN ISLAM”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Iptek

Disusun oleh :

Kelompok 2

​ ​Zaid Qutub ​ ​ ​ ​ ​2105160271


​ ​Rafdy Sefri Wardana ​ ​ ​2105160298
​ ​Ferdiansyah ​ ​ ​ ​2105160304
​ ​Dedek Miranda ​ ​ ​ ​2105160276
​ ​Jihan Masrura ​ ​ ​ ​2105160294
​ ​Ratu Balqis ​ ​ ​ ​ 2​ 105160308
​ ​Bella Fransisca ​ ​ ​ ​2105160303
​ ​Novella Selpia BR Kaban ​ ​2105160268
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022/2023

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

​ ebangkitan Islam sudah dimulai sejak akhir abad ke-19


K
M. Hal tersebut ditandai dengan berdirinya organisasi organisasi
islam pada waktu itu yang terjadi karena adanya rasa
nasionalisme bangsa Indonesia yang terus bergejolak dan terus
menunjukkan gairahnya pada awal abad ke-20 M. dengan tokoh-
tokoh awalnya dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani, Moh.
Abduh, Rasyid Ridha, dan lain-lain hingga berpengaruh sampai
di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Era kebangkitan Islam di Indonesia ditandai dengan lahirnya


beberapa organisasi pergerakan Islam. Lahirnya Organisasi-
organisasi Pergerakan tersebut ada yang bersifat netral seperti
Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan Islam.Adapula yang
berpegang teguh pada mazhab seperti Nahdatul Ulama,
Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan Al Wasliyah.Organisasi-
organisasi tersebut telah banyak ditulis oleh para ahli sesuai
dengan bidangnya masing-masing, terutama Muhammadiyah
dan Nahdatul Ulama karena kedua organisasi tersebut
merupakan organisasi terbesar di Indonesia.

Kebangkitan Islam merupakan fenomena sejarah nasional yang


menumbuhkan kembali semangat iman, stagnasi pemikiran dan
fikih, serta gerakan (harakah) dan jihad. Kebangkitan ini juga
membawa ujian- ujian bagi umat Islam sehingga mendorong
mereka mencari sebab- sebab kejatuhan dan kehinaan yang
menimpa.

Romantisme sejarah kejayaan sains Islam beberapa abad lampau


patut untuk selalu
dimunculkan guna menghidupkan kembali gairah tradisi
intelektual di kalangan masyarakat
muslim. Keinginan dan harapan akan bangkitnya kembali
peradaban baru yang berlandaskan
nilai-nilai Islam merupakan tantangan bagi setiap muslim untuk
mewujudkannya. Satu hal
yang pasti bahwa kemajuan peradaban Islam harus ditopang
oleh kemajuan sains dan
teknologi yang tetap berazaskan nilai-nilai Ilahiah, sehingga
Islam terwujud sebagai agama
yang rahmatan lil`alamin.

Beranjak dari kesadaran ini, mereka menemukan kesadaran


baru, yaitu: menghidupkan iman,mengaktifkan pemikiran, dan
menggairahkan gerakan Islam. Dalam hal ini, Al-Qur'an telah
mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal surat
al-Israa') dan Al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya
pembaharu setiap satu abad. Sejarah Islam pun membuktikan
isyarat ini.Kebangkitan ini semakin mengakar dalam organisasi-
organisasi Islam yang membawa kesadaran baru.

​ erdirilah misi-misi Islam yang mengembalikan


B
kepercayaan mengenai kebenaran Islam dan kebesaran
sejarahnya. Kebangkitan Islam mengambil bentuk aktivitas
sosial yang mendidik generasi muda, memakmurkan masjid, dan
membersihkan sifat-sifat tercela. Selain itu, kebangkitan Islam
bergerak dalam bidang politik untuk menempatkan Islam dalam
politik dan jihad.

​ Mungkin sebagian besar perhatian ditujukan kepada al-


Ikhwan al-Muslimun dan Jihad Islam, namun sebenarnya
kebangkitan ini digerakkan oleh banyak organisasi Islam,
meskipun tidak seluruhnya menarik untuk diperbincangkan.
bahkan, gerakan kebangkitan Islam tidak bisa hanya
dihubungkan dengan pemikiran para pionir aktivis yang
terorganisir an sich, melainkan harus pula melihat
kecenderungan- kecenderungan pemikiran yang lain. ​

BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Kebangkitan Islam (Islamic Resurgence) merupakan
suatu gerakan yang mengacu pada pandangan dari umat Islam
bahwa Islam menjadi penting kembali,karena Islam dikaitkan
dengan perjalanan masa lalunya yang gemilang. Khususnya
kegemilangan itu tampak selama tujuh abad pertama sejak
lahirnya Islam dimulai dari masa rasul (23 tahun);
Khulafaurrasidin (30 tahun); Daulah Umayah (90 tahun)dan
Daulah Abasiyah (500 tahun)3 hingga masa lalu tersebut
mempengaruhi pemikiran kaum muslimin sekarang; Islam
dianggap sebagai satu-satunya kekuatan alternatif memperbaiki
kondisi umat yang sedang mengalami keterpurukan.
Keterpurukan umat Islam selama kurun tujuh abad kedua sejak
runtuhnya Daulah Abasiyah abad ke 13 hingga datangnya
kolonialisasi Barat ke Negara-negara muslim sampai abad 20 M.

Istilah lain yang memiliki kesamaan, tetapi berbeda dalam


penerapan adalah alTajdid atau al-Islah, yaitu pembaruan untuk
merekonstruksi pemahaman terhadap aspek-aspek dalam ajaran
Islam, seperti tasawuf, kalam, syariah, dan sebagainya.Tokoh-
tokohnya, seperti; Syah Waliyullah (1703); Syayid Ahmad
(1752-1831); Muh.Abdul wahab (1703-1787); Mohd.
Abduh(1849-1905) dan Jamaluddin al-Afghani (1838-1897),
Rasyid Ridha.

Sejarah kebangkitan Peradaban Islam di Dunia

Kemajuan Eropa bersamaan waktunya dengan kemunduran


tiga kera- jaan Islam diperiode pertengahan sejarah Islam, Eropa
sedang mengalami ke- majuan dengan pesat. Hal ini berbanding
terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Kala itu, Peradaban
Islam dapat dikatakan paling maju, memancarkan sinarnya
keseluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam
kebodohan dan keterbelakangan.Kemajuan Eropa memang
bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode
pemikiran Islam yang rasional, Di antara saluran masuknya per-
adaban Islam ke Eropa itu

1. Melalui Andalusia

Di andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan


daerah kekuasaan- nya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh
Kristen pada tahun 1085 M. hilanglah pusat sekolah tinggi dan
pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala isinya yang terdiri
dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuannya. Kemudian
Cordova dirampas oleh raja-raja Alfonso VII. Maka hilang pula
kebudayaan disebelah barat beserta masjid raya Cordova,
Kutubal hannan dengan buku-bukunya dari segala cabang ilmu

2. Melalui Pulau Sisilia


Ketika Sisilia berhasil ditaklukkan, pulau Sisilia menjadi
wilayah ekspansi pertama dinasti Aglabiyah. Amir penguasa
pada awalnya mengendalikan kekuasaan mengikuti kekuasaan
dinasti Aglabiyah di Kairawan. Namun, runtuhnya dinasti
Aglabiyah pada tahun 909 akibat serangan dari dinasti
Fatimiyah, wilayah Sisilia menjadi bagian dari dinasti baru
tersebut.

Empat tahun setelah wilayah Sisilia jatuh kepada kekuasaan


dinasti Fatimiyah, muncul perlawanan terhadap dinasti
Fatimiyah. Beberapa muslim Sisilia di bawah pimpinan Ahmad
ibn Qurhub menyatakatan kemerdekaan mereka, dan
menyebutkan nama khalifah Abbasiyah al-Muqtadir, dalam
khutbah-khutbah Jumat mereka. Pada tahun 917, amir Ahmad
yang mulai meninggalkan pasukan Berbernya, dieksekusi atas
perintah al-Madi, kemudian Sisilia kembali pada kekuatan
dinasti Fatimiyah.

3. Melalui perang Salib

Banyak orang Eropa yang datang belajar ke Spanyol,


kemudian mener- jemahkan karya ilmiah umat Islam. Setelah
mereka pulang ke negrinya masing- masing mereka mendirikan
universitas dengan meniru pola Islam dan meng- ajarkan ilmu
yang dipelajari di universitas-universitas Islam.

Dengan keadaan ini perkembangan Eropa semakin maju


dan melahirkan renaissance, reformasidan rasionalisme Eropa,
Sehingga Eropa berkembang dan maju pesat. Sementa- ra itu,
kemerosotan kaum muslimin tidak terbatas dalam bidang ilmu
dan ke- budayaan saja, melainkan juga disegala bidang. Mereka
ketinggalan dari Eropa dalam industry perang padahal
keunggulan Turki Utsmani dibidang ini pada masa-masa
sebelumnya diakui oleh seluruh dunia.

Benturan-benturan antara kerajaan Islam dan kekuatan


Eropa itu meny- adarkan umat Islam bahwa mereka memang
sudah jauh tertinggal dari Eropa." Dan dari kemunduran
kemunduran umat Islam dan Kemajuan- Kemajuan Ba- ratlah
umat Islam bangkit dan raja-raja dan pemuka Islam mulai
memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat
Islam kembali. Pada periode inilah timbul ide-ide pembaharuan
dalam Islam."

Sejarah Kebangkitan Islam Di Indonesia

Kebangkitan Islam abad ke-20 M, formatnya gerakannya,


bukan lagi terfokus pada upaya merekonstruksi sistem
pemahaman ajaran Islam, tetapi menurut kelompok neo-
revivalis, merespon gerakan modernis yang menurut mereka
telah cenderung terbaratkan (westernized). Sehingga diantara
beberapa aliran (modernis, revivalis dan tradisionalis) timbul
saling kritik dan saling serang terhadap pemikiran yang
dilontarkan pemikir-pemikir gerakan tersebut. Dalam beberapa
hal tuduhan itu ada benarnya bila mengacu pada pemikiran
beberapa tokoh modernis, seperti Ahmad Khan (Pakistan) dan
Thoha Husein (Mesir). Mereka (modernis) sering menafsirkan
al-Quran dalam konteks untuk membenarkan pandangan atau
temuan barat. Kemudian mengklaim yang ditemukan barat,
khususnya di bidang Sain dan teknologi punya dasar kuat dalam
Islam. Kelompok modernis dipandang oleh kelompok revivalis
sebagai sikap apologetik dalam memahami Islam dan
hubungannya dengan peradaban barat.

Selanjutnya kelompok neo-modernisme yang dimotori oleh


Fazlur Rahman, menentang paham kelompok neo-revivalisme
dengan mengusung model baru, yaitu meneruskan semangat
modernisme dengan gaya baru. Rahman berpendapat bahwa
persoalan kontemporer yang dihadapi umat harus dicari
penjelasannya dari al-Quran dan sunnah, dan dari hasil ijtihad
para ulama sebelumnya, yang merupakan hasil penafsiran al-
Quran. Bila dalam tidak ditemukan jawabannya sesuai dengan
tuntutan masyarakat kontemporer, maka langkah selanjutnya
adalah menelaah konteks sosiohistoris dari ayat al-Quran yang
dijadikan sasaran ijtihad.

Pembaruan atau kebangkitan Islam memfokuskan


perhatiannya pada persoalan keagamaan intern umat Islam. Ia
tumbuh dalam lingkungan dimana praktek-praktek keagamaan
“tradisional” berpengaruh pada lingkungan umat seperti taklid
pada pendapat ulama, praktik tarekat yang banyak
mengkultuskan wali, praktek sebagian umat yang banyak
mengeramatkan benda-benda atau tempat tertentu,
berkembangnya paham Islam sinkretis, khurafat, tahayul dan
praktik bid’ah. Semua praktek tersebut dipandang kelompok
revivalis atau pembaru (Wahabi) sebagai bid’ah dan
menyimpang dari al-Quran dan Hadits. Kelompok pembaru
lebih menekankan Ijtihad,agar keluar dari kungkungan yang
jumud dan mandeg

Corak kebangkitan Islam di Asia Tenggara itu sebagian


kalangan membagi ke dalam tiga model, yaitu :Modernisme,
pada tahap berikutnya berubah menjadi neo-modernisme dengan
tokoh-tokohnya, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh,
Rasyid Ridha dan tokoh-tokoh neo-modernisme, seperti Fazlur
Rahman. Modernisme; lahir karena adanya pertemuan antara
nilai-nilai Islam dan peradaban Barat; pemanfaatan akal dan
paham liberalisme pemikiran yang terus dikembangkan;
penelusuran kembali ilmu-ilmu filsafat baik yang bersumber
dari filsafat Yunani maupun Filsafat Islam termasuk
berkembangnya paham muktazilah; pentingnya
mengembangkan ijtihad dan menggali ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berasal dari Barat; umat Islam bila ingin bangkit
mesti merujuk kembali kepada Quran dan Sunnah dengan
pendekatan yang lebih bersifat kontekstual.

Kebangkitan Islam menimbulkan berbagai pengaruh bagi


Dunia Arab. Kebangkitan merupakan respon terhadap berbagai
tantangan dan bekerja sama dengan kekuatan sejarah lain yang
bergerak di negeri-negeri lain. Dalam pengertian, kebangkitan
Islam tidak hanya bergumul dengan ideal- ideal Islam saja,
melainkan juga dengan realitas serta berbagai aliran dan paham.
Karenanya, kita terkadang masih perlu mengembalikan wacana
tentang kebangkitan Islam kepada akar- akar pemikiran Arab
secara keseluruhan. Ini karena esensi kebangkitan tidak dapat
dipahami tanpa mengembalikannya kepada akar- akar ini.

Penyertaan Qatar dalam pembahasan ini hanyalah sebagai


negara yang mewakili tipe pemerintahan dalam masyarakat yang
mempertahankan eksistensi keeropaan dan keislaman menuju
satu kesatuan yang melampaui batas-batas geografis. Oleh
karenanya, pembahasan ini terkadang tertuju kepada fanatisme
nasional yang mengarah pada pemeliharaan negeri Qatar.

Lahirnya ormas-ormas Islam

Untuk membahas bagaimana muncul organisasi Islam dan


peranan organisasi Islam dalam kiprahnya menyebarluaskan
pemurnian ajaran Islam, maka dibawah ini dikemukakan terlebih
dahulu alasan perlunya pemurnian Islam yang menjadi
perdebatan antar kelompok ormas tersebut antara lain pertama,
Merebaknya pemahaman agama yang bersifat taklid yaitu
penerimaan fatwa dan amal perbuatan yang diakui sebagai
sesuatu yang tidak dapat berubah lagi di kalangan umat Islam.
kemudian ada anggapan dari sebagian ulama bahwa pintu ijtihad
sudah tertutup sehingga kreatifitas umat Islam terbelenggu.
Ijtihad adalah usaha dan daya yang sungguh-sungguh untuk
menemukan tafsir atau pendapat tentang suatu persoalan.

Adapun tokoh-tokoh pembaharu paling awal pada zaman


itu yang membawa pemikiran-pemikiran dari Timur Tengah
adalah Syaikh Ahmad Khatib alMinangkabui. Ia adalah imam
besar masjid Al-Haram di Mekah. Ia tidak pernah pulang ke
kampung halaman karena pertama, sistem adat warisnya yang
tidak mau berubah. Kedua, menentang sistem tarekat yang
berkembang saat itu. Pemikiran Ahmad Khatib banyak
disebarluaskan oleh para muridnya seperti Syeikh Muhammad
Jamil Djambek; Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul); Haji
Abdullah Ahmad; KH. Ahmad Dahlan (Pendiri
Muhammadiyah); Sulaiman Ar-Rasuli dan KH Hasyim Asy’ari
(Pendiri NU).Dua tokoh terakhir masih menganut sistem tradisi
atau tidak sejalan dengan kelompok pembaharu termasuk
dengan gurunya, karena liberalnya Ahmad Khatib dalam
memberikan materi pada muridnya agar menggali dari berbagai
sumber.

Tokoh Kebangkitan Peradaban Islam

Ide-ide pembaharuan dalam Islam ditimbulkan oleh tokoh-tokoh


berikut ini:

1. Sayyid Jamaluddin Al-Afghani

.Menurut Jamaluddin, Islam menghendaki pemerintahan yang


berben tuk republik yang bercorak demokratis, karena Islam
mengajarkan syura. Al-Afghani resah melihat umat islam yang
tidak bersatu dan terbelakang. Karena itu, selain itu
mengumandangkan ide Jamiah Islamiyyah dia juga
menggelorakan semangat pembaharuan dengan membuka pintu
ijtihad dan melakukan gerakan kembali kepada islam yang
murni yaitu Al-Quran dan Sunnah. Bagi Al-Afghani, umat islam
mundur karena meninggalkan ajaran agamanya dan banyak
mengikuti ajaran dari luar islam. Agama islam menjadi sekedar
ucapan lisan dan tulisan di atas kertas, tidak diwujudkan dalam
kenyataan. Kemunduran umat islam juga disebabkan karena
perpecahan internal yang melahirkan berbagai kelemahan.

2. Muhammad Abduh
'Ab- duh pun berpendapat bahwa Islam menghendaki
pemerintahan yang demokra- tis. Mengenai bentuk atau sistem
pemerintahan, menurut Abduh, tidak ada ke- tentuannya dalam
Islam. Hal tersebut disesuaikan dengan keinginan dan ijtihad
kaum muslimin sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi.

3. Rasyid Ridha
Menrut Ridha, ia tetap mempertahankan sistem khilafah, karena
eksistensinya merupakan kewa- jiban syar'i untuk menerapkan
hukum syari'at. Mengacu pada sistem khilafah yang bersifat
internasionalisme, Ridha berpendapat tidak boleh ada dua khila-
fah dan khalifah di dunia Islam.
Umat islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan
ajaran-ajaran agama islam yang murni seperti yang dipraktikkan
pada masa Rasulullah SAW dan sehabat-sahabatnya, melainkan
ajaran-ajaran yang sudah banyak bercampur dengan bid"ah dan
khurafat. Ajaran islam yang mengandung paham dinamika inilah
yang membuat dunia barat maju. Paham dinamika islam dengan
mengambil bentuk jihad yaitu kerja keras dan rela berkorban
demi mencapai keridaan Allah SWT.

Teori-Teori Peradaban

a. Teori Benturan Peradaban (clash of civilization theory)

Istilah 'konflik peradaban' diperkenalkan Samuel Huntington


dalam bu- kunya The Clash of Civilization and the Remaking of
World Order (1996) sebagai- mana dikutip oleh Vita Vitria."
Perang Dingin yang ditandai dengan runtuhnya ideologi
komunisme, membawa pengaruh meluasnya wilayah konflik
sehingga melewati fase Barat, dan yang mewarnainya adalah
hubungan antara peradaban Barat dan non-Barat serta
antarperadaban non-Barat itu sendiri.

b.Teori Soft Power (soft power theory)


Teori soft power dari Joseph Nye juga membangkitkan minat
para sar- jana HI (Hubungan Internasional) mengenai
pentingnya faktor kebudayaan dan peradaban. Nye menetapkan
standar nilai, ekonomi pasar, dan peradaban Barat sebagai
faktor-faktor dari soft power sehingga menjadi relatif terhadap
hard po wer kekuatan militer.
Pertama, ia menegaskan bahwa faktor budaya dan ekono mi
memainkan peran yang semakin besar dalam hubungan
internasional dan hakikat soft power tidak dapat dijelaskan dan
dinilai secara geopolitik. Kedua, soft power menjadi faktor yang
tak dapat dihindari, membuat semua negara mengikuti dengan
sepenuh hati atau terpaksa mengikuti. Sampai batas tertentu,
efektivitas soft power lebih dari hard power. Pada akhirnya soft
power dan hard power lebih bersifat komplementer daripada
bertentangan.

c. Teori Konstruktivisme (Constructivism Theory)

Salah satu dalam studi HI yang menaruh perhatian terhadap isu


kebuda- yaan adalah konstruktivisme. "Bakry mengutip
pendapat Alexander Wendt"da- lam karyanya Social Theory of
International Politics (1999) yang mengemuka kan beberapa
preposisi.

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah memperjuangkan dan


mewujudkan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah
yang berdasar dan menurut cara Islam, jalan yang paling benar
dan selamat ialah dengan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi
munkar. Dakwah tersebut dilakukan menurut arti, cara dan
tempat yang sebenar-benarnya, seperti yang telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam yang dimaksud
dilakukan dengan hikmah kebijaksanaan, dengan nasehat dan
bujukan serta jika diperlukan dengan debat yang
simpatik.Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, usaha-usaha
yang dirintis dan yang diaksanakan menunjukkan bahwa
Muhammadiyah selalu berusaha memperbaharui dan
membangkitkan paham agama dalam Islam, sehingga Islam
lebih mudah dan dapat diterima dan dimengerti oleh segenap
lapisan masyarakat.

Zaman selalu maju dan berubah, manusia terus mencari hal-hal


yang baru agar hidupnya lebih enak dan mudah. Agama Islam
yang ajarannya senantiasa cocok untuk segala zaman, untuk itu
memerlukan pembaharuan dalam memahaminya. Cara yang
paling tepat dan benar ialah dengan kembali kepada Al Qur’an
serta sunnah Nabi Muhammad SAW. Disamping itu juga
berusaha mendapatkan cara-cara atau metode baru dalam rangka
melaksanakan Islam sehingga lebih mudah dipahami dan
dijalankan oleh masyarakat.
Pelaksanaan organisasi Muhammadiyah bertujuan untuk
meluaskan dan mempertinggi pendidikan agama Islam secara
modern, secara memperteguh keyakinan tentang agama.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulan


bahwa benturan-benturan antara Islam dan Barat telah
menyadarkan umat Islam bahwa mereka telah mengalami masa
kemuduran peradaban. Kemunduran ter sebut menginspirasikan
kepada para pemikir Islam untuk bangkit dan memba- ngun
kembali peradaban Islam.

Pertama, Kebangkitan Islam (Islamic Resurgence) merupakan


suatu gerakan yang mengacu pada pandangan dari umat Islam
bahwa Islam menjadi penting kembali, karena Islam dikaitkan
dengan perjalanan masa lalunya yang gemilang hingga masa lalu
tersebut mempengaruhi pemikiran kaum muslimin sekarang;
Islam dianggap sebagai satu-satunya kekuatan alternatif
memperbaiki kondisi umat yang sedang mengalami
keterpurukan.

Kedua, beberapa faktor mengapa begitu penting Islam harus


bangkit dari
keterpurukan adalah pertama, faktor eksternal yaitu datangnya
Kolonilasme dunia
Barat seperti Portugis, Belanda, Spanyol, Amerika, Prancis
Inggris dan lainnya ke
negeri-negeri Muslim untuk memonopoli, eksploitasi kekayaan
alam, dan
menaklukkan wilayah sebagaimana tergambar dalam semboyan
Gospel; Gold and
Glory. Kedua, faktor Internal munculnya paham taklid pada
pendapat ulama; praktik
tarekat yang banyak mengkultuskan wali, Syekh atau mursid;
berkembang paham
Islam sinkretis, khurafat, tahayul dan praktik bid’ah;
meninggalkan kajian-kajian
yang mengandung unsur filsafat dan berpikir kritis.

Ketiga, masa kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke


20 M di
tandai dengan lahirnya ormas-ormas Islam yang dapat di
kategorikan tradisionalis
dan modernis yaitu organisasi kelompok tradisional adalah
Nahdhatul Ulama (1926);
Perti (1928); Al-Wasliyah (1930), dll. Sedangkan organisasi
modernis adalah
Muhammadiyah (1912); Persis (1920); Sarikat Islam (1912), Al-
Irsyad (1914).

Kebangkitan tersebut dipelopori oleh Jalaludin Al-Afghani,


Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan Sayyid Qutb yang
kemudi- an menjelan ke seluruh negara-negara Islam atau
penduduknya mayoritas Islam.

Terdapat beberapa teori mengenai benturan peradaban.


Diantaranya teori benturan peradaban (clash of civilization
theory), teori soft power (soft po- wer theory) ketiga teori
konstruktivisme (constructivism theory).

Anda mungkin juga menyukai