Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN BACA NASKAH DRAMA

1. Drama 1
 Identitas Drama
Judul : Ambu Hawuk
Penulis : AB Asmarandana
Tahun : 2012
Jumlah Halaman : 61
 Unsur Intrinsik
 Tema: Kemanusiaan
 Tokoh: Ambu Hawuk (Pemberani), Perampok (Penurut), Raja
(Semena-mena), Prajurit (Penurut, lemah)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Malam hari, siang hari
 Latar Suasana: Megegangkan, penuh amarah
 Latar Tempat: Rumah Ambu Hawuk, kerajaan, hutan
 Amanat: Bersikaplah sebagaimana engkau ingin diperlakukan orang
lain
 Ringkasan
Drama ini menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama
Ambu Hawuk yang memiliki salah satu kaki berwarna abu-abu. Pada
suatu malam, ada perampok yang masuk ke rumah Ambu Hawuk.
Perampok tersebut merupakan anggota kerajaan. Ambu Hawuk pun
diselamatkan oleh seorang laki-laki tua. Sejak kejadian perampokan itu,
Ambu Hawuk ingin membalaskan dendam kepada orang-orang yang
berwatak keji. Ambu Hawuk belajar ilmu dan kesaktian. Ambu Hawuk
menipu anggota kerajaan dengan kecantikannya dan mengambil berbagai
barang berharga kemudian ia bagikan kepada warga sekitar.
Kemudian, berita tentang perampokan itu terdengar sampai ke
telinga raja. Suatu hari, raja memerintahkan para prajuritnya untuk
mencari perampok tersebut, dengan imbalan yang sangat besar.
Prajuritpun berhasil menemukan Ambu Hawuk dan memberi Ambu
Hawuk minuman berisi racun. Ambu Hawuk pingsan dan beberapa saat
kemudian ia sadar kembali. Menyadari bahwa kaki abu-abunya telah
diambil prajurit, Ambu Hawuk berani bertarung dengan sang prajurit dan
Ambu Hawuk berhasil mendapatkan kakinya kembali.

2. Drama 2
 Identitas Drama
Judul : Orkes Madun II Atawa Umang-Umang
Penulis : Arifin C. Noer
Penerbit : Pustaka Firdaus
Tahun : 1999
Jumlah Halaman : 75
 Unsur Intrinsik
 Tema: Keserakahan
 Tokoh: Waska (Keji), Bagiyah (Tidak tahu malu), Ranggong dan
Borok (Bodoh dan penurut), Dukun (Licik)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Bingung
 Latar Tempat: Markas rampok, rumah dukun, laut
 Amanat: Bersikaplah sewajarnya, jangan serakah
 Ringkasan
Drama Orkes Madun II Atawa Umang-Umang bercerita mengenai
tokoh bernama Waska yang merupakan seorang pemimpin perampok yang
sangat ditakuti. Waska seringkali melakukan aksi perampokan bersama
komplotannya. Waska hanya melakukan kejahatan. Hingga pada suatu hari
datanglah Bigayah, seorang wanita yang sangat mencintai Waska. Bagiyah
ditolak mentah-mentah oleh Waska, karena Waska berpikir menikah
bukanlah hal jahat.
Hingga pada suatu hari ketika ia merencanakan perampokan yang
sangat besar, ia menderita penyakit aneh. Anak buah Waska yang bernama
Ranggong dan Borok mencari cara untuk menyembuhkan pimpinannya
itu. Ranggong dan Borokpun pergi ke dukun dan memperoleh ramuan
dadar bayi yang dapat memberi efek keabadian bagi mereka. Waska pun
sehat kembali setelah minum ramuan tersebut.
Berkat efek dari ramuan dadar bayi, Waska dan komplotannya
dapat hiup berabad-abad hingga lebih dari lima generasi manusia. Mereka
pun merasa bosan karena mereka belum juga mati. Ramuan yang mereka
minum ternyata tidak ada penawarnya. Mereka mencari cara untuk
mengakhiri hidup mereka. Namun, segala cara itu sia-sia. Sampai pada
akhirnya, mereka pergi memancing dan menggantung kaki-kakinya di
pinggiran laut. Mereka masih menunggu kematian karena mereka merasa
kematian adalah ketenangan jiwa.

3. Drama 3
 Identitas Drama
Judul : Orkes Madun III Atawa Sandek
Penulis : Arifin C. Noer
Penerbit : Pustaka Firdaus
Tahun : 1999
Jumlah Halaman : 79
 Unsur Intrinsik
 Tema: Kemiskinan
 Tokoh: Sandek (Bodoh, malas, tidak sopan), Oni (Penurut), Ayah
Sandek (Tidak bertanggungjawab)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Bingung
 Latar Tempat: Rumah Sandek, pabrik
 Amanat: Jangan mudah putus asa dalam menjalani kehidupan
 Ringkasan
Naskah drama berjudul Orkes Madun III Atawa Sandek berkisah
tentang tokoh pria utama bernama Sandek yang berwatak tempramen dan
hidup miskin. Sandek merupakan anak dari seorang perempuan nelayan
miskin dan bertangan satu. Selain itu, Sandek adalah anak jadah atau anak
haram karena ayahnya tidak mengakui keberadaannya.
Suatu hari, Sandek berjuang menuntut keadilan bagi buruh pabrik
kepada para pemilik pabrik yang bersikap semena-mena terhadap dirinya
dan teman-temannya. Di tengah kehidupan dewasanya, Sandek bertemu
ayahnya yang tak mengakuinya itu. Sandek bersikap sangat tidak sopan
kepada ayahnya sendiri.
Kehidupan berjalan, Sandek pun menikah dengan Oni. Namun,
Sandek merasa takut dalam menjalani hidup. Ia khawatir akan nasib anak-
anaknya karena ia hanyalah orang miskin. Akibat dari traumanya itu,
Sandek berpikir untuk membunuh semua bayi, termasuk anak kandungnya
dengan Oni. Sandek melakukan hal tersebut dengan alasan agar anak-anak
yang lahir nanti tidak mengalami hal yang salah dengan dirinya. Ia
menganggap membunuh anak adalah solusi untuk keluar dari kemiskinan.

4. Drama 4
 Identitas Drama
Judul : Orkes Madun I Atawa Madekur Tarkeni
Penulis : Arifin C. Noer
Penerbit : Pustaka Firdaus
Tahun : 1999
Jumlah Halaman : 85
 Unsur Intrinsik
 Tema: Asmara
 Tokoh: Madekur (Teguh pendirian), Tarkeni (Penurut), Orangtua
Madekur (Mudah berubah pikiran), Orangtua Tarkeni (Baik, suka
menasehati)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Penuh amarah, haru, bingung
 Latar Tempat: Pelacuran, rumah orangtua Madekur, rumah orangtua
Tarkeni, rumah Madekur
 Amanat: Berbuat baik agar kebaikan selalu menyertai
 Ringkasan
Drama Orkes Madun I Atawa Madekur Tarkeni bercerita tentang
kisah cinta antar tokoh bernama Madekur dan Tarkeni. Madekur
merupakan seorang pencopet dan Tarkeni adalah seorang pelacur. Mereka
bertemu di pelacuran kota besar.
Singkat cerita, Madekur ingin menikah dengan Tarkeni. Namun,
Tarkeni berkata bahwa ia membutuhkan restu orang tua. Akhirnya
Madekur dan Tarkeni pergi ke desa untuk meminta restu orangtua mereka.
Orangtua mereka pun tidak setuju. Orangtua Madekur tidak setuju jika
anaknya menikah dengan wanita pelacur dan orangtua Tarkeni tidak setuju
jika anaknya menikah dengan pria pencopet.
Namun, mereka berdua memutuskan untuk tetap menikah.
Madekur memutuskan untuk menjauh dari keluarganya dan menikah
dengan tarkeni. Setelah menikah, Madekur mencukupi kehidupan
keluarganya dengan tetap mencopet dan Tarkeni tetap melacur.
Suatu hari, orangtua Madekur menyesal karena anaknya telah
memutuskan tali keluarga. Keluarga Madekur menyesal karena tidak ada
lagi yang memberi mereka uang. Orangtua Madekur pun menyusul
Madekur ke kota untuk mencarinya.
Tarkeni yang merupakan seorang pelacur, pada akhirnya terkena
penyakit kelamin. Madekur tetap menerima istrinya dan tetap mau
berhubungan badan. Hingga pada akhirnya, Madekur dan Tarkeni
meninggal akibat dari penyakit tersebut dan orangtua Madekur
menemukan anaknya dengan kondisi yang seperti itu.
5. Drama 5
 Identitas Drama
Judul : Ssst Ups!
Penulis : Bode Riswandi
Penerbit : Tidak diterbitkan
Tahun : 2003
Jumlah Halaman : 24
 Unsur Intrinsik
 Tema: Kehidupan
 Tokoh: Mimpi (Cerdas, cerewet), Madenda (Pemikir), Orang gila
(Misterius)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Lucu, bingung
 Latar Tempat: Ruang tidur, pinggir jalan
 Amanat: Bersikaplah selayaknya manusia normal yang baik hati
 Ringkasan
Drama berjudul Ssst Ups! Karya Bode Riswani ini bercerita
tentang perdebatan dua orang tokoh bernama Mimpi dan Madenda
mengenai kehidupan. Mereka bertanya-tanya mengapa di bumi ini orang-
orang ingin menjadi penguasa, mengapa manusia bisa menangis, dan
mengapa ada orang gila.
Selain berdebat mengenai hal-hal duniawi, mereka juga berdebat
mengenai dunia akhirat. Mereka berpikir apakah orang gila itu akan masuk
surga atau neraka, dan mengapa mereka bisa menjadi gila.
Di tengah-tengah perdebatan yang mulai sengit, tiba-tiba orang gila
itu mendekati mereka dan berkata bahwa ia mengerti hukum. Perkataan
orang gila itu pun mengejutkan Mimpi dan Madenda. Dalam drama ini,
orang gila merupakan sindiran bagi para pemerintah.
6. Drama 6
 Identitas Drama
Judul : Roh
Penulis : Wisran Hadi
Tahun : 1988
Penerbit : - (Juara Harapan II Sayembara Menulis Naskah
Drama DKJ 2003)
Jumlah Halaman : 43
 Unsur Intrinsik
 Tema: Hal mistis
 Tokoh: Ibu Suri (Semena-mena, keji), Manda (Penurut, berbakti), Roh
(Penurut)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Bingung
 Latar Tempat: Rumah Ibu Suri, pemakaman
 Amanat: Jangan melakukan perbuatan jahat
 Ringkasan
Drama berjudul Roh ini berkisah tentang dua tokoh benama Ibu
Suri dan Manda dan beberapa tokoh roh. Dikisahkan bahwa Manda adalah
tokoh yang dapat memanggil roh-roh tersebut, padahal Manda bukan
seorang dukun atau tabib, namun ia memiliki watak mistis dan senang
memanggil roh. Ibu Suri merupakan ibunda dari tokoh Manda yang sering
menyuruh Manda untuk memanggil roh. Walaupuun demikian, Manda
sering mengingatkan ibunya bahwa memanggil roh adalah perbuatan
syirik dan menimbulkan dosa.
Ibu Suri yang berwatak egois memaksa Manda untuk memanggil
roh. Roh-roh itupun datang satu per satu hingga berjumlah dua belas roh.
Roh tersebut terdiri dari berbagai roh nenek moyang dan orang-orang
terkenal yang sudah meninggal dan berhasil dipanggil Manda. Namun, Ibu
Suri belum puas, karena Ibu Suri sedang mencari roh yang bernama Suri.
Ibu Suri pun terus memaksa Manda untuk memanggilkan roh
bernama Suri tersebut. Hingga akhirnya, roh Suri tak kunjung datang.
Berbekal keyakinannya, Ibu Suri menggali sebuah makam yang ia yakini
bahwa makam itu adalah makam Suri. Betapa terkejutnya Ibu Suri,
ternyata seteah digali, yang ada di dalam makam tersebut adalah jenazah
Manda.

7. Drama 7
 Identitas Drama
Judul : Perlawanan Sanikem
Penulis : R. Giryadi
Penerbit : Tidak diterbitkan
Tahun : 2010
Jumlah Halaman : 22
 Unsur Intrinsik
 Tema: Kehidupan
 Tokoh: Sanikem (Pemberani), Minke (Pemberani, cerdas), Annelies
(Lemah lembut), Herman Mellema (Jahat)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Penuh amarah, haru
 Latar Tempat: Rumah Herman Mellema, pengadilan
 Amanat: Jangan mudah putus asa dalam menjalani kehidupan
 Ringkasan
Drama ini bercerita tentang seorang anak kecil yang tidak tahu apa-
apa tetapi menjadi korban dari perilaku ayahnya. Sanikem adalah nama
lamanya ketika dia baru berusia empat belas tahun. Ayahnya bernama
Sastrotomo, seorang pegawai yang bercita-cita menjadi pengelola uang
dan bendahara, jabatan yang menurut ayah Sanikem identik dengan
kekayaan, status tinggi, dan kehormatan.
Untuk ambisi ini, Sastrotomo menjual Sanikem kepada Tuan Besar
Tuan Belanda. Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak bisa menahan
amarahnya, air matanya dan kesedihannya karena anaknya baru saja dijual.
Sanikem yang lugu tidak bisa menolak apa yang dilakukan ayahnya.
Setelah berada di tangan rezim Tuan Besar, Sanikem menjadi nyai putri
dengan ayah dan ibu, kemudian menjadi wanita yang tidak menikah secara
sah dengan Tuan Besar, namun Sanikem tetap memiliki berbagai tugas
sebagai Istri. Herman Mellema, orang Belanda bernama Tuan Besar,
kemudian mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu,
Sanikem harus sekurang-kurangnya sama terampilnya dengan perempuan
lain dalam mengatur rumah, memasak, dan berperilaku menurut tata krama
Barat, tata krama yang disukai oleh Tuan Besar agar tidak terlihat seperti
orang lokal.
Seorang gadis lugu bernama Sanikem perlahan menghilang dan
kemudian menghilang begitu saja, bukan karena meninggal atau
dikarantina, tetapi dalam tubuhnya yang sekarang dia melihat seorang
wanita yang cakap dan mandiri bernama Nyai Ontosoroh. Keberuntungan
sepertinya berpihak pada Sanikem, dalam hal ini Nyai Ontosoroh.
Hidupnya bersama Herman Mellema dikaruniai dua orang anak, Robert
Mellema dan Annelies Mellema. Mereka tampak bahagia, meski menurut
hukum pernikahan tersebut tidak sah, namun kehidupan ini tidak selalu
berjalan dengan baik, ada cobaan.
Namun, Nyai Ontosoroh tetaplah hanya seorang selir, budak atau
nyai. Masalah muncul secara tiba-tiba, seperti badai yang tiba-tiba datang
tanpa diundang dan menyapu semua yang ada, hanya menyemburkan
sampah yang menyebar sembarangan. Setelah kedatangan Maurits
Mellema, anak kelahiran Belanda dari perkawinan sah Herman Mellema,
kehidupan Nyai Ontosoroh satu persatu terimbas. Mulai dari Herman
Mellema yang kehilangan dirinya, menjadi bingung, menjadi bodoh,
bingung dengan dirinya sendiri dan tidak lagi mempedulikan apapun di
sekitarnya, lalu juga sikap anaknya Robert Mallemma yang membenci
dirinya sendiri saat lahir aslinya. kebencian besar untuk ibunya yang
kesepian. Nyai Ontosoroh harus hidup dengan beban dalam hidupnya yang
seolah tumbuh dan berkembang. Satu-satunya yang terus mencintainya
dan selalu membantunya adalah Annelies, putrinya.
Tak terbayangkan hingga Minke, mahasiswa H.B.S., tampil ke
depan. Kehadiran Minke membawa kesegaran dalam kehidupan keluarga
berbalut depresi yang silih berganti ini. Annelies merasa seperti Minke dan
jatuh cinta padanya, Annelies dan Minke kemudian menikah, yang tentu
saja membuat Nyai Ontosoroh sangat bahagia. Namun kebahagiaan itu
tidak berlangsung lama, karena pengantin baru dan Nyai Ontosoroh
memiliki menantu baru. Herman Mellema meninggal dunia dan
kepergiannya meninggalkan babak baru dalam kehidupan Nyai Ontosoroh.
Perusahaan-perusahaan yang sejak lama dijalankan dengan susah payah,
pasang surut, langsung direnggut dari tangannya tanpa alasan. Tidak hanya
itu, Annelies, putri kesayangannya yang lemah, diambil dari tangannya.
Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menjaga semua yang dia pikir selalu
menjadi miliknya. Semua yang dia pedulikan, diasuh dengan cinta dan
perhatian, bukanlah miliknya dan tidak pernah menjadi miliknya, bahkan
dalam hal terkecil sekalipun.

8. Drama 8
 Identitas Drama
Judul : Bila Malam Bertambah Malam
Penulis : Putu Wijaya
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun : 1971
Jumlah Halaman : 49
 Ringkasan
Naskah drama berjudul Bila Malam Bertambah Malam karya Putu
Wijaya menceritakan kehidupan seorang wanita janda yang sangat bangga
akan kebangsawanannya bernama Gusti Biang. Gusti Biang adalah istri
dari I Gusti Rai yang merupakan seorang bangsawan yang sangat
dihormati karena dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan. Sepeninggal I
Gusti Rai, Gusti Biang hidup bersama Wayan, seorang gadis desa teman
seperjuangan I Gusti Rai.
Gusti Biang memiliki watak angkuh. Ia masih ingin
mempertahankan tatanan kehidupan lama berdasarkan kasta yang
membuatnya memandang rendah orang lain. Bahkan, pelayan Gusti Biang
bernama Nyoman Niti diinjak-injak harga dirinya. Seringkali Nyoman Niti
ingin meninggalkan Gusti Biang. Namun, Wayan menasehatinya agar
tetap melayani Gusti Biang.
Suatu ketika, amarah Nyoman Niti memuncak ketika Gusti Biang
menuduhnya yang memberi racun. Akhirnya, Nyoman Niti pun pergi dari
rumah Gusti Biang. Ketika hendak pergi, betapa terkejudnya Nyoman Niti
ketika Gusti Biang membacakan daftar hutang ketika Nyoman Niti hidup
bersama Gusti Biang. Nyoman pun pergi dengan penuh tangis.

9. Drama 9
 Identitas Drama
Judul : Cipoa
Penulis : Putu Wijaya
Penerbit : Tidak diterbitkan
Tahun : 2006
Jumlah Halaman : 39
 Unsur Intrinsik
 Tema: Keserakahan
 Tokoh: Juragan (Serakah), Para pekerja (Cerdas)
 Alur: Maju
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Bingung
 Latar Tempat: Pertambangan
 Amanat: Jangan mudah memanfaatkan orang lain
 Ringkasan
Drama ini bercerita tentang seorang juragan sebuah pertambangan
yang memanfaatkan para pekerjanya demi keuntungan pribadi. Dengan
tipu muslihat ia mengelabuhi mandor dan para pekerjanya untuk mencari
emas, saat emas itu hampir didapatkan Ia meraup keuntungannya sendiri
dan menjual kepada saudagar kaya raya tanpa memberitahu para
pekerjanya.
Kemudian, kejahatannya itu terbongkar oleh para pekerjanya dan
membuat semua pekerja bermalas-malasan tetapi seorang pemimpin
pekerja membangkitkan lagi semangat semua pekerja dan menjanjikan
bahwa masih ada harta karun di dalamnya.
Tenyata benar, mereka mendapatkan apa yang selama ini dicari,
namun karena kekesalannya pada juragan telah membohongi mereka,
maka mereka sepakat menyembunyikan dari juragan dan menutupinya
agar disangka batu. Tak lama berselang, saudagar kaya itu menemui
juragan karena Ia membutuhkan bongkahan batu, emas yang disangka
sebuah batu oleh juragan Itupun dijualnya. Alhasil mereka semua
kehilangan harta karun yang mereka cari. Drama Cipoa menyampaikan
pesan lewat sindiran atau kritik sosial terhadap pemerintah atau keadaan
politik di Indonesia saat ini.

10. Drama 10
 Identitas Drama
Judul : Mengapa Kau Culik Anak Kami
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : Galang Printika
Tahun : 2001
Jumlah Halaman : 33
 Unsur Intrinsik
 Tema: Kejatahan Politik
 Tokoh: Bapak (Tangguh), Ibu (Lemah lembut), Penguasa (Jahat)
 Alur: Maju-mundur
 Latar Waktu: Siang hari
 Latar Suasana: Sedih, bingung
 Latar Tempat: Rumah Bapak
 Amanat: Hendaklah menjadi pemimpin yang memikirkan rakyatnya
 Ringkasan
Drama ini dimulai dengan suasana yang membingungkan
mengenai apa yang sebenarnya dipikirkan oleh tokoh Bapak, melupakan
sesuatu yang sebenarnya tidak akan pernah bisa ia lupakan sedetik pun.
Kemudian cerita terus berjalan sampai tokoh Ibu yang menggambarkan
kejadian menyeramkan yang ia alami saat muda, saat pembantaian pada
masanya. Perselisihan dan perseteruan ideologi mulai tergambar pada saat
itu, saat Ibu mengingat masa lalu yang menyeramkan yang dilakukan
aparat terhadap penduduk sipil di era baru.
Pembicaraan antara Bapak dan Ibu berlanjut sampai membicarakan
si mbok yang sudah tidak lagi bekerja di tempatya, dulu sering kali si
mbok melakukan ritual untuk mengenang dan mendoakan para korban
pembataian, hal ini merupakan bentuk yang bisa dilakukan oleh kelas
buruh karena tidak ada kekuatan melawan.
Kemudian, cerita berlanjut sampai Bapak mencoba menerka
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para oknum pemerintah dengan
menggambarkan dengan detail apa-apa saja yang dilakukan, dikenakan
bahkan dirasakan. Gambaran yang dihasilkan melalui terkaan tokoh Bapak
mengenai oknum pemerintah menggambarkan kelas kapital, atau kelas
yang mampu menguasai orang lain dan memiliki alat produksi yang pada
drama digambarkan sebagai bawahan yang melakukan penculikan
tersebut,
Kemudian, pada babak terakhir drama “Mengapa Kau Culik Anak
Kami” digambarkan ketidakmampuan tokoh Bapak dan Ibu berbuat
sesuatu sebagai kelas buruh yang dikuasai atau kelas kapitalis untuk
menemui kejelasan atas anaknya, ataukah anaknya masih hidup atau tidak,
sehingga hanya bisa menunggu suatu hal yang tidak pasti.

Anda mungkin juga menyukai