Anda di halaman 1dari 2

"Nerina, bangun sayang kita harus pindah lagi.

" ibu membangunkan ku untuk pindah rumah


sedangkan kami baru saja pindah kemarin. "Iya ma," aku bergegas berdiri dan mencuci wajahku.
Kami harus menggunakan baju khusus agar virus Burung-z tidak mengenai kami. "Nerina jangan
jauh - jauh dari adikmu! Jaga dia" pesan ibu padaku yg sudah hampir kudengar berkali - kali sejak
kami pindah dari rumah lama. "Kak aku takut" ucap adikku dengan wajah yg sangat pucat. Dia
selalu ketakutan sejak nenek kami meninggal karna virus Burung-z tersebut. Orang yg terkena virus
itu akan menunjukkan gejala seperti orang gila, mereka akan bertingkah seolah - olah bisa terbang,
dan mengepakkan tangannya bagai sayap burung. Lalu mereka akan naik ke atap atau tempat yg
tinggi dan melompat dari sana, akhirnya kau tau sendiri akan jadi seperti apa jika manusia jatuh dari
ketinggian. Yang anehnya lagi mereka tidak akan mati hingga 3 kali melakukan hal yg sama. "Sini
jangan takut, sama kakak aja" jawabku sambil memeluk erat adikku dan menarik tangannya kearah
mobil. Ayah dan ibu sudah menunggu dari tadi, kami pun langsung berangkat saat aku dan adikku
sudah masuk kedalam mobil. "Ayah kita akan pergi kemana sekarang?" Tanya ku pada ayah yg
sedang menyetir mobil, dia tampak ketakutan. "Ki...kita akan pergi ke kutub selatan, disana virus ini
tak akan bisa bertahan" jawab ayah dengan gugup. "Tapi jarak kutub selatan sangat jauh dari sini,
bagaimana bisa kita kesana dengan mobil" tanyaku lagi. Kali ini ibu yg menjawab, "kita akan
menggunakan kapal pengangkut barang." Aku terdiam tak ingin terlalu banyak bertanya sebab takut
ayah dan ibu akan bertambah khawatir. "Kakak bagaimana kalau kita bermain batu, gunting, kertas"
akhirnya adikku kembali. "Baiklah" jawabku dan mulai bermain. Sekitar 1 jam kami bermain tiba -
tiba mobil ayah berhenti. "Ada apa yah?" Tanya ibu pada ayahku. "Tidak apa - apa aku hanya lapar,
apakah kalian berdua juga lapar?" Ayah pun menoleh kearah aku dan adikku yg berada dibangku
belakang. "IYA!!" Jawab kami berdua dengan kompak. "Ibu akan membuatkan mie instan untuk kita
berempat" ucap ibu sambil tertawa kecil, dan mengambil beberapa mie dari dalam tas besar yg ia
siapkan tadi pagi. Ibu menyeduh mie dari air hangat yg ia taruh di dalam thermos. "Ini untuk ayah,
untuk adek, dan untuk ayuk" ucap ibu pada kami bertiga. "Makasih bu" jawab kami hampir
bersamaan. Lalu ibu membuat mie untuk dirinya sendiri. Setelah memakan mie kami menaruh bekas
mie disebuah kantong plastik sampah yg disiapkan didalam mobil. Ayah pun menyalakan mobil dan
kami berangkat lagi. Tak lupa kami sekeluarga berdoa agar sampai di tujuan dengan selamat dan
selalu dilindungi oleh Allah swt. "Pada malam minggu kuturut ayah ke kota," prok...prok...prok...
Adikku bernyanyi sambil bertepuk tangan dengan riang. Aku pun melanjutkan nyanyian adikku
dengan riang juga. Ayah pun melanjutkan juga begitu pun ibu. Kami sekeluarga pun bernyanyi
bersama - sama. "Kita sudah sampai semuanya" teriakkan ayah membangunkan aku dan adikku yg
tak sengaja tertidur sebab lelah bernyanyi. Di pelabuhan banyak mobil yg sudah berkumpul dan
diperiksa satu persatu. "Maaf pak, ibu anda terkena virus tersebut anda harus meninggalkan ia
disini" ucap seorang petugas pada bapak - bapak yg kelihatannya cukup kaya. "Enak saja, ibuku
tidak terkena penyakit itu" bapak itu mencoba membuktikan bahwa ibunya tak bersalah. Tapi sangat
kelihatan sekali bahwa nenek itu saat ini sedang menderita virus tersebut. Matanya menjadi biru
dan berputar - putar mirip seekor burung dan mulai bersuara bagaikan burung, sama seperti yg
dialami nenek ku. "Tenanglah bu, huaaaaa" bapak itu menangis melihat keadaan ibunya. "Tenanglah
pak biarkan kami yg mengurus ibu anda, sekarang masuklah kedalam mobil sebelum anda ikut
tertular." Bapak itu pasrah dan membiarkan petugas kesehatan membawa ibunya yg sudah menggila
bagaikan burung yg terjebak disangkar. "Sebentar pak, anda harus disemprotkan anti virus dulu."
Petugas tadi menyemprot bapak itu dengan sebuah cairan yg ia sebut anti virus. Lalu mobil yg
mengantri dibelakang bapak tadi juga ikut diperiksa dan disemprotkan anti virus juga. Dan giliran
mobil kami pun datang. "ini giliran kita nak" ayah tampak ketakutan tapi ibu memegang tangan ayah
seolah menyakinkan semuanya akan baik - baik saja. Petugas pun memeriksa kami satu persatu
dengan sebuah alat. "Aku sangat gugup kak" ucap adikku, sepertinya dia juga takut kalau dia
tertular virus itu dan dibawa jauh dari keluarga kami. "Kakak juga takut tapi kuatkan dirimu, kau tak
apa - apa" Jawabku menyakinkan dirinya yg hampir seperti berbisik. "Okey, kalian sekeluarga aman
dari virus itu" ucap salah satu petugas dan petugas yg lain mulai menyemprotkan cairan anti virus
pada kami. Ayah pun mulai menjalankan mobil dengan perlahan, tampak ia sangat bersyukur
keluarganya tak ada yg terkena virus itu. "Syukurlah, kita sekeluarga tak ada yg kena" ucap ibu
sambil mengelus dada nya. "Ibu jangan nangis" aku mengatakan itu sebab terlihat mata ibu mulai
mengeluarkan air matanya. "Iya nak" jawab ibu sambil menoleh padaku dengan senyumnya. Ayah
mulai menaikkan mobilnya ke kapal pengangkut barang, sekitar 30 menit kemudian kapal mulai
bergerak. Terdengar nahkoda berkata,"pada penumpang sekalian jangan khawatir dan tetap tenang
saat ini pemerintah kita sedang melakukan yg terbaik untuk merawat keluarga kalian yg terkena
virus." Ucapnya yg bisa didengar oleh seluruh penghuni kapalnya ini. "Kapal akan melaju kearah
kutub selatan, kami sudah menyiapkan beberapa makanan dan itu cukup untuk seluruh penumpang
yg ada" dia berkata lagi, kali ini orang - orang bersorak senang. Terdengar kabar bahwa di kutub
selatan sudah dibuat tempat khusus menampung untuk para imigran yg tempatnya terkena wabah
virus Burung-z ini. "Akhirnya kita bisa makanan enak selain mie" ucap adikku yg tampak sangat
senang. "Iya" jawabku singkat. Sekitar 1 hari perjalanan kapal pun sampai di kutub selatan. Semua
penumpang keluar dengan mobil mereka masing - masing secara teratur. "Akhirnya kita sampai"
ucap ayah yg menuju kearah tempat khusus yg disiapkan untuk para imigran. Kami sekeluarga
tinggal di kutub selatan selama 1 bulan bersama imigran dari negara yg lain. Hingga terdengar
kabar bahwa kami sudah boleh pulang ke negara kami masing - masing sebab vaksin sudah
ditemukan. Dan juga yg terkena virus sudah ditemukan obatnya. Ingat lah ini teman - teman tetaplah
tenang dan ikuti arahan yg diarahkan pemerintah, aku tau kalian takut sama sepertiku tapi selalu
berpikir positif bahwa wabah ini akan segera berlalu. Salam dariku untuk kalian semua ~Nerina.

Anda mungkin juga menyukai