Makalah Kel Viii
Makalah Kel Viii
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi
Dosen Pengampu :
Awatif Tiana
Disusun Oleh :
AKUNTANSI SYARI‟AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok “Wadi‟ah Dan
„Ariyah”.Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW.
Penulis menyadari jika makalah yang disajikan ini belumlah sempurna. Untuk
itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
I.III Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
II.I Wadi‟ah...............................................................................................3
II.IV Al-„Ariyah........................................................................................6
III.I Kesimpulan..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kedua, ulama Mazhab Maliki, Mazhab Syafi‟I dan Mazhab Hanbali (jumhur
ulama) mendefinisikan wadi‟ah dengan “Mewakilkan orang lain untuk
memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.”
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Wadi‟ah
Wadiah dalam bahasa fiqih adalah barang titipan atau memberikan, juga
diartikan i‟tha‟u al-mal liyahfadzahu wa fi qabulihi yaitu memberikan harta
untuk dijaganya dan pada penerimaannya. Karena itu, istilah wadi‟ah sering
disebut sebagai ma wudi‟a „inda ghair malikihi liyahfadzuhu yang artinya
sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaga. Seperti
dikatakan qabiltu minhu dzalika al- malliyakuna wadi‟ah „indi yang berarti aku
menerima harta tersebut darinya. Sedangkan Al-Qur‟an memberikan arti wadi‟ah
sebagai amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib
mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali.
Ada dua definisi wadi‟ah yang dikemukakan ahli fikih. Pertama, ulama
Mazhab Hanafi mendifinisikan wadi‟ah dengan,“mengikutsertakan orang lain
dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan,
maupun melalui isyarat.” Misalnya, seseorang berkata kepada orang lain, “Saya
titipkan tas saya ini kepada Anda,” lalu orang itu menjawab, “Saya terima.”
Maka sempurnalah akadwadi‟ah. Atau seseorang menitipkan buku kepada orang
lain dengan mengatakan, “Sayatitipkan buku saya ini kepada Anda,” lalu orang
yang dititipi diam saja (tanda setuju). Kedua, ulama Mazhab Maliki, Mazhab
Syafi‟I dan Mazhab Hanbali (jumhur ulama) mendefinisikan wadi‟ah dengan
“Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.”
Oleh sebab itu, wadi‟ah yang oleh para ahli fiqih disifati dengan yad Al-
3
Amanah (titipan murni tanpa ganti rugi) dimodifikasi dalam bentuk yad ad
dhamanah (dengan resiko ganti rugi). Konsekuensinya adalah jika uang itu
dikelola pihak BMI dan mendapat keuntungan, maka seluruh keuntungan
menjadi milik bank.
Akad berpola titipan (wadi‟ah) ada dua, yaitu Wadi‟ah yad Amanah dan
Wadi‟ah yad Dhamanah. Pada awalnya, Wadi‟ah muncul dalam bentuk yad al-
amanah “tangan amanah”, yang kemudian dalam perkembangan memunculkan
yadh-dhamanah“tangan penanggung”. Akad Wadi‟ah yad Dhamanah ini
akhirnya banyak dipergunakan dalam aplikasi perbankan syariah dalam produk-
produk pendanaan. Dalam Islam wadi‟ah dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Wadi‟ah yad Amanah yaitu barang yang dititipkan sama sekali tidak
bolehdigunakan oleh pihak yang menerima titipan
4
II.III Landasan Hukum Wadiah
b. Hadist
Sabda Nabi Saw:”Serahkanlah amanat kepada orang yang
mempercayai anda dan janganlah anda mengkhianati orang
yang mengkhianati anda”
Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
5
bersabda: “Tunaikanlah amanat (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan janganlah membalas khianat kepada orang
yang telah mengkhianatimu.” (H.R. ABU DAUD dan
TIRMIDZI).
Kemudian, dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda: “Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang
tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tiada bersuci.” (H.R
THABRANI).
Dan diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau
mempunyai (tanggung jawab) titipan. Ketika beliau akan
berangkat hijrah, beliau menyerahkannya kepada Ummu `Aiman
dan ia (Ummu `Aiman) menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk
menyerahkannya kepada yang berhak.”
II.IV Al-„Ariyah
Kata Al-aariyyah terambil dari kata „aara yang artinya pergi dan datang.
Ada juga yang mengatakan bahwa „aariyyah terambil dari kata at-tadawur, yang
artinya tadaawul atau saling bergantian.
Al- „Aariyyah ialah sesuatu yang diberikan kepada orang yang bisa
memanfaatkannya hingga waktu tertentu kemudian dikembalikan kepada
pemiliknya. Menurut para ulama madzhab Syafi‟I dan Hambali „aariyyah
merupakan pemberian izin kepada orang lain untuk mengambil manfaat dari suatu
6
benda yang dimiliki tanpa adanya imbalan. „Aariyyah merupakan sebuah
kebaikan yang diperintahkan oleh Alloh sebagaimana firmanNya:
يهKِْ سن
ال ُي ِح ْح سُنوا ۛ ِإKَوأ
ُمح ََّ َّن ل
ب ا
Al-Kurkhi, para ulama madzhab Syafi‟I dan para ulama madzhab Hanbali
mengatakan bahwa konsekuensi dari akad pinjam-meminjam adalah peminjam
boleh memanfaatkan benda yang ia pinjam.
7
Dan menurut madzhab yang kedua, peminjam tidak boleh meminjamkannya
8
kembali barang pinjaman itu. karena akadnya hanya pinjam meminjam saja,
sehingga peminjam tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan kebolehan
kepada orang lain.
9
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Landasan hukum wadi‟ah tertera pada Q.S. An-Nisa‟ : 58 dan Q.S. Al-
Baqarah:283 dan ada juga di dalam hadis dari Nabi. Adapun aplikasi dari
masing- masing wadi‟ahyaitu :
1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38334979/makalah_ARIYAH_pinjam_meminjam_
https://www.studoc.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-kalijaga-
yogyakarta/fiih-ibadah-dan-muamalah/makalah-fikih-4-akad-
wadiah-qord-dan-ariyah-1/46633612