Anda di halaman 1dari 3

Resume Antro Perdesaan

Sejarah Pembentukan Desa, Desa di Zaman Belanda dan Desa di Zaman Jepang

Nama : Yulia Salsabila Putri


NIM : 0720117332028

Sejarah Terbentuknya Desa


Desa di tiap daerah awalnya memiki rupa aturan dan nama yang berbeda. Ada yang
menyebutnya desa, nagari, kampung. Hal trersebut berubah ketika masa orde baru
dikeluarkan UU nomor 5 tahun1979 yang menyeragamkan struktur desa kepada
pemerintahan indonesia. Desa sendiri memiliki dua unsur utama yaitu dai penduduk danb
lingkungan sekelilingnya. Kedua unsur ini saling bergantung untuk membantu manusia
mempertahankan hidupnya. Orang yang lahir dan hidup desa pasti akan memioliki ikatan
kuat dengan desanya sejauh apapun kakinya melangkah.
Asal usul desa tidak lepas dengan naluri manusia sebagai makhluk sosial yang mana
dia membuthkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Manusia hidup berkelompok
dan bersama untuk memmenuhi kebutuhan hidup utamnya dalam mencukupi kebutuhan
tempat tinggal, makanan dan pakaian. Hal tersebut juga dipengaruhi dorongan manusia untuk
segregasi atau membentuk kelompok hdiup sesuai sifat dan kebuthan yang sama. Dimana
akhirnya manusia menciptakan lembaga sosial sederhana seperti desa. Lingkungan yang
makin lama ditinggali manusia akan membentuk desa secara alami. Jenis desa dapat dibagi
menjadi desa pertanian, desa pasar atau desa keramat.
Istilah Desa berasal dari kata desi yang bermakna kesatuan manusia yang memiliki
landasan hukum dalam interaksi, komunikasi dan kerja sama dalam kesatuan wilayah
tertentu. Kata desa pertamakali muncul dalam prasasti kawali yang ditemukan di daerah jawa
barat yang berisi pengaturan kerajaan sebagai pemerintah pusat dan desa sebagai pemerintah
daerah, yang mana kerajaan bertugas mengatur urusan yang diluar lingkup pemerintah desa.
Kemudian kemunculan desa dipertegas dengan adanya prasasti walandit yang ditemukan di
daerah tengger.
Istilah desa digunakan dimasyaralat jawa, madura dan bali. Pada dearah lain seperti
maluku disebut dati, di aceh disebut gampong, dan di batak disebut huta. Dalam masyarakat
jawa sejak adanya keraton struktur tata pemerintahan dibagi empat yaitu raja raja, bupati,
kepala desa dan kemudian kampung kampung. Sehingga di jawa juga dikenal istilah
kampung atau perdukuhan yang kesatuannya membentuk sebuah desa.
Bentuk desa sendiri terdiri dalam beberapa macam, yaitu desa genealogis atau desa
yang dibentuk atas dasar hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang sama. Bentuk desa
ini dapat ditemukan di wilayah kanekes yang merupakan tempat tinggal masyarakat badui. Di
desa ini masih mempertahankan aturan dan tata cara kehidupan seperti zaman kerajaab
pajajaran. Selanjutnya adalah desa teritorial dimana dalam desa ini tidak ada hubungan darah
antar penduduknya melainkan mereka disatukan atas dasar kepentingan yang sama untuk
mempertahankan hidupnya.

Desa pada Masa Penjajahan Belanda


Desa pada zaman belanda diatur dalam regeling reglemen 1854 yang berbunyi Bahwa
desa, yang dalam peraturan ini disebut Inlandsche Gemeente (masyarakat pribumi) atas
pengesahan kepala daerah (residen, berhak untuk memilih kepalanya dan pemerintah desanya
sendiri). Dengan adanya peraturan ini, desa secara resmi diakui keberasannya dan memiliki
hak menjalankan demokrasi serta otonomi desa. Peraturan ini berlaku di wilayah jawa dan
madura terkecuali wilayah keraton surakarta dan yogyakarta serta tanah partikelir yang
dimiliki oleh orang inggris. Pada zaman ini desa dapat memilih kepala desanya sendiri atas
persetujuan residen. Namun pada desa desa perdikan atau desa khusus kepala desa tetap
dipilih oleh residen. Pada tahun 1941 kediluarkan undang undang tentang desa yang
menambah ruang gerak kepala desa dalam menjalankan tugasnya.Dimana desa dibebaskan
dari aturan aturan yang mengikat serta dapat mengelola sendori dengan adanya dewan desa.
Kepala desa merupakan penguasa tunggal dalam pemerintahan desa. Peraturan desa
dibuat oleh kepala desa dengan pertimnbgan aspiraso seluruh masyarakat desa yang
disampaikan melalui rapat desa. Urusan rumah tangga seperti pemeliharaan masjid,
pembangunan jalan serta sumber usaha desa menjadi tanggung jawab dari seorang kepala
desa. Lebih lanjut lagi, seorang kepala desa juga bertanggung jawab melaksanakan urusan
urusan pemerintahan desa, yang mana membuatnya dapat membuat perjanjian, mengadakan
tuntutan huluk serta meminjam uang dari tempat lain. Hal tersebut dilakukan untuk dapat
menaikkan taraf hidup masyarakat desa, utamnaya dalam bidang kesejahteraan, kebahagiaan
serta kemakmuran kolektif.
Pamong desa merupakan orang orang yang bertugas untuk membantyu kepala desa
dalam menjalankan tuga s dan wwewenang untuk mengolal rumah tangga desa dan urusan
pemerintahan. Berbeda dengan kepala desa yang dipilih secara langsung oleh warga desa,
para pamong desa ditunjuk oleh kepala desa sendiri yang didasarkan pada kecakapan di
bidang administratif. Dalam pamong desa terdapat pembagian struktur terkait dengan peran
yang diemban. Urutan teratas diduduki oleh wakil kepala desa yang disebut kamituwo.
Kemduain dilanjutkan ketua masing masing kampung yaitu padukuhan. Ada juga pengurus
pengairan seperti kepala banyu, pengurus hutan, pemburu binatang, pengurus jalan desa,
penarik pajak, pengurus agama atau modin, serta juru tulis desa yang disebut carik.
Rapat desa merupakan rapat yangt diselenggarakan apabila terdapat suatu urusan
penting yang menyangkut seluruh atau sebagian desa. Orang yang dapat mengikuti rapat desa
adalah kepala desa, pamong desa, serta orang orang yang berhak memilih kepala desa. Bila
perlu akan ada orang orang yang dipanggil untuk memberikan kerangan pada rapat desa.
Setiap keputusan kepala desa hendaknya mengacu pada keputusan rapat desa, utamanya pada
keputusan yang berhubungan dengan pinjaman uang atas tanggungan desa, perjanjian desa,
serta tuntutan hukum. Rapat desa memiliki kedudukan paling tinggi di desa yang juga
disesuaikan dengan hukum adat daerah setempat.

Desa pada Masa Penjajahan Jepang

Pada zaman penjajahan jepang di tahun 1942 mereka membagi wilayah indonesia
menjadi tiga bagian yaitu jawa madura yang dipimpin terpusat dari jakarta, daerah sumatera
yang dip[impin oleh pemerintahan bukit tinggi serta kepulauan kepulauan lain yang dipimpin
melalui makassar. Mereka juga mengeluarkan peraturan Osamu Seirei 1942 No. 1. Dalam
Pasal 3 yang mana pemerintahan dan bada hukum belanda masih diterapkan sementara waktu
selama tidak melanggar ketentuan dari pemerintah jepang. Mereka membagi wilayah
administratif dalam berbagai istilah yaitu 1. Syu (yang dapat disamakan dengan Karisidenan).
Syu terbagi dalam Ken dan Si. 2. Ken dan Si (masing-masing dapat disamakan dengan
kabupaten dan kotamadya). 3. Gun (dapat disamakan dengan kawedanaan). Gun terbagi atas
Son. 4. Son (dapat disamakan dengan kecamatan). Son terbagi atas Ku. 5. Ku (dapat
disamakan dengan desa).
Sifat demokrasi yang telah ada pada zaman belanda mulai dihapuskan dan digantikan
oleh pemerintahan yang tersentralisasi untuk mempermudah pengawasan pemerintah.
Pemerintah jepang juga mulai menarik masyarakat indonesia untuk memnduduki jabatan
pemerintahan antaranya dewan kepulauan) yang anggota-anggotanya terdiri dari bangsa
Indonesia, yang dipilih oleh Dewan Keresidenan dan kotapraja luar biasa. Dewan kepulauan
ini mirip seperti wakil dalam dewan perwakilan rakyat akan tetapi mereka hanya
diperbolehkan menjalankan perintah yang sesuai dengan kemampuan pemerintah jepang.
Jelas dalam pemilihan dewan kepulauan tidak terlihat serius untuk menghadirkan suara
masyarakat indonesia, namun lebih kepada cara menarik simpati rakyat Indonesia.
Dalam pengelolaan desa, pemerintah jepang masih mengarah pada IGO no. 83 Tahun
1906 bentukan belanda. Hal tersebut terjadi karena pada masa penjajahan jepang hal yang
difokuskan adalah optimalisasi sumberdaya dalam mendukung peperangan. Namun ada juga
beberapa perbedaan pengelolaan desa dari masa belanda ke masa jepang, seperti
ditentukannya masa jabatan seorang kepala desa yaitu 4 tahun. Dalam peraturan Osamu
Seirei juga dijelaskan bahwa seorang camat diharuskan untuk menentukan tanggal pemilihan
kepala desa dan diumumkan selambat lambatnya 20 hari sebelum hari pemilihan. Camat
jugalah yang mengonfirmasi siapa nama calon calon dari kepala desa. Apabila kepala desa
tidak dapaty menjalankan perannya untuk mengusahakan kebutuhan perang pemerintah
jepang maka kepala desa akan dicopot dari jabatannya. Hal tersebut menegaskan peran vital
desa sebagai sarana logistik perang. Kebijakan ini membebani rakyat dengan menambah
kewajibannya untuk dapat menyediakan kebutuhan bala tentara jepang.

Anda mungkin juga menyukai