Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PEMANTAUAN

KUALITAS AIR SUNGAI


TAHUN 2013
Program Pengendalian Pencemaran dan
Pengrusakan Lingkungan Hidup
Kegiatan Pemantauan Kualitas
Lingkungan Hidup

KANTOR LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN KETAPANG
Jl. HOS Cokroaminoto, No. 1, Ketapang
Telp / Fax : (0534) 3037605
www.lingkunganhidup.ketapangkab.go.id
email : lh.ketapang@gmail.com
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

KATA PENGANTAR

Laporan Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013 merupakan dokumen
laporan pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup yang merupakan
bagian dari pelaksanaan Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan
Hidup yang dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang.

Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Air Sungai merupakan salah satu kewajiban dari
Pemerintah Kabupaten Ketapang sebagaimana diamanat oleh Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pemantauan Kualitas Air Sungai merupakan bagian penting untuk melihat informasi
atau gambaran kualitas air sungai di Kabupaten Ketapang sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan kebijakan Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam perencanaan
pengelolaan kualitas air dan pengembangan standar kualitas air dan peraturan pembuangan
limbah cair dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan dengan sumber air yang bersih
dan sehat.

Apabila dalam penyusunan Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Kabupaten


Ketapang tahun 2013, masih terdapat kekurangan atau kesalahan baik dalam penyusunan
dokumen maupun penulisannya, maka kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak
untuk penyempurnaan pada tahun berikutnya.

Semoga melalui Kegiatan Pemantauan Kualitas Air Sungai, visi Kabupaten Ketapang
untuk “Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup” dapat terwujud.

Ketapang, Desember 2013


Kepala Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Ketapang

KHAIRANI, SH, M.SI


NIP. 19580715 199003 1 004

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


i
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................ ii

RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Permasalahan ............................................................................................................... 1
C. Maksud dan Tujuan Kegiatan ........................................................................................................
D. Ruang Lingkup Kegiatan ...............................................................................................................

BAB II GAMBARAN LOKASI PEMANTAUAN DAN PARAMETER YANG DIPANTAU


A. Lokasi Pemantauan ......................................................................................................................
B. Parameter yang Dipantau .............................................................................................................

BAB III M E T O D O L O G I
A. Penentuan Segmen Sungai dan Titik Sampling ............................................................................
B. Metode Sampling ..........................................................................................................................
C. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Hasil Pemantauan ................................................................................................................
B. Hasil Analisis Kualitas Air ..............................................................................................................
1. Sungai Laur .............................................................................................................................
2. Sungai Pawan ........................................................................................................................
3. Sungai Keriau (Pawan Hulu) ...................................................................................................
4. Sungai Kendawangan .............................................................................................................
5. Sungai Pesaguan ....................................................................................................................
6. Sungai Jelai .............................................................................................................................
7. Sungai Tayap ..........................................................................................................................
C. Pembahasan .................................................................................................................................

BAB V P E N U T U P
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................................
C. Rekomendasi ................................................................................................................................

REFERENSI

LAMPIRAN

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


ii
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013 merupakan dokumen laporan kegiatan tentang
pelaksanaan rutin pemantauan kualitas air sungai tahun 2013 yang disusun oleh Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Ketapang untuk keperluan pelaksanaan pemantauan kualitas air sungai yang terdapat di Kabupaten
Ketapang sebagai bentuk pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kegiatan pemantauan ini
mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, serta Peraturan Bupati Ketapang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian
Tugas dan Tata Kerja Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang.

Salah satu upaya pengelolaan kualitas air yang penting dilakukan adalah pelaksanaan pemantauan kualitas
air. Pemantauan kualitas air berfungsi untuk memberikan informasi faktual tentang kondisi (status) kualitas air
masa sekarang, kecenderungan masa lalu dan prediksi perubahan lingkungan masa depan. Informasi dasar yang
dihasilkan dari kegiatan pemantauan dapat dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan, evaluasi, pengendalian
dan pengawasan lingkungan, rencana tata ruang, ijin lokasi untuk usaha atau kegiatan, serta penentuan baku mutu
air dan air limbah. Data hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan, penyusunan kebijakan
ataupun pengambilan keputusan dan evaluasi kebijakan pengelolaan lingkungan dalam peraturan perundangan
lingkungan hidup didaerah.

Kegiatan Pemantauan air sungai ini dilaksanakan di sungai-sungai yang terdapat di kecamatan dalam
wilayah administrasi Kabupaten Ketapang. Hal ini sangat penting untuk mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten
Ketapang dalam upaya mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran air sebagai sumber kehidupan
demi terciptanya pembangunan daerah yang sinergis dan berbasis lingkungan demi keberlangsungan kehidupan di
masa depan.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


iii
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


iv
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari
bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung curah hujan dan
mengalirkannya ke laut. Berdasarkan fungsinya untuk mengalirkan air, sungai disebut pula sebagai drainase
alam. Untuk dapat menggambarkan secara lebih luas, daerah dari mana sungai memperoleh air yang
merupakan tangkapan hujan, sungai disebut dengan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk berikut dan kebutuhannya menyebabkan peningkatan
kuantitas produksi. Untuk dapat memenuhi peningkatan kuantitas produksi, maka otomatis kebutuhan
penggunaan sumber daya alam juga akan meningkat, yang pada akhirnya menimbulkan beban pada
lingkungan hidup seperti turunnya daya dukung lingkungan. Sebagai contohnya turunnya daya dukung sungai
dimana badan air ini sering digunakan sebagai media akhir pembuangan limbah dari segala kegiatan
manusia. Dengan semakin bertambahnya jumlah kegiatan atau industri kecil serta berkembangnya hasil
produksi di beberapa kegiatan atau industri di Kabupaten Ketapang tentunya akan beresiko terhadap
turunnya daya dukung sungai.

untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini masih merupakan tulang punggung
pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan sungai yang utama adalah untuk pengairan lahan
pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Seiring dengan pertambahan penduduk dan
perkembangan berbagai industri, maka pencemaran air sungai telah menjadi masalah serius yang dihadapi
oleh manusia. Meskipun udara, tanah, dan air tidak terlepas dari masalah pencemaran, tidak dapat dipungkiri
bahwa lingkungan yang paling terancam dewasa ini adalah lingkungan perairan terutama sungai karena air
sungai merupakan kebutuhan utama industri dan rumah tangga, dan pada akhirnya sebagian besar air yang
telah digunakan oleh industri dan rumah tangga akan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan
berbagai jenis polutan yang terkandung di dalamnya.

Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air, yang dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, sebagaimana PP No. 82 Tahun 2001,
maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian melalui upaya pemeliharaan kualitas dan fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya dan/atau sesuai baku mutu.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


1
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang letaknya paling selatan di Propinsi
Kalimantan Barat dengan luas wilayah 31.588 Km2, terdiri dari 20 Kecamatan dan merupakan kabupaten
terluas di Kalimantan Barat. Di Kabupaten Ketapang banyak terdapat sungai-sungai yang merupakan urat
nadi kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya.

Sungai-sungai tersebut merupakan sarana dan prasarana yang vital bagi masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sarana transportasi maupun sebagai bahan baku air minum, mandi dan cuci serta
berbagai kegiatan seperti industri, perikanan, perkebunan, pertambangan dan kegiatan lainnya dan juga
sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah berbagai kegiatan yang ada di sekitar.

Sungai-sungai tersebut oleh masyarakat saat ini diduga telah mengalami penurunan kualitas air sebagai
akibat dari buangan limbah berbagai kegiatan seperti perkebunan, perindustrian domestik, ilegal logging dan
penambangan emas tanpa izin (PETI) serta kegiatan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat.

Untuk mengetahui kondisi lingkungan akibat berbagai kegiatan tersebut di atas, maka perlu dilakukan
pemantauan/pengujian terutama terhadap lingkungan yang diduga mengalami perubahan pencemaran
tersebut.

Adapun dasar dari pelaksanaan pemantauan terhadap lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air

3. Peraturan Bupati Ketapang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang

Di dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air dinyatakan bahwa Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Baku mutu air adalah ukuran batas atau nilai makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat (4) kelas, yaitu:

1. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


2
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

2. Kelas II (dua), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III (tiga), air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV (empat), air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
menyatakan bahwa Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan idup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan bahwa Pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehinga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Dari definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek,
yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat. Walaupun fenomena alam seperti
gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini
tidak dianggap sebagai pencemaran.

Indikator bahwa air lingkungan telah tercemar adalah ditandai dengan adanya perubahan atau tanda-
tanda yang dapat diamati melalui: (1) Adanya perubahan suhu air, (2) Adanya perubahan nilai pH atau
konsentrasi ion hidrogen, (3) Adanya perubahan warna, bau dan rasa air, (4) Timbulnya endapan, koloid,
bahan terlarut, (5) Adanya mikroorganisme, dan (6) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Metode pemantauan kualitas air yang telah ada dapat digunakan untuk menentukan kualitas air, apakah
air bersifat tidak tercemar, tercemar ringan, tercemar sedang atau tercemar berat. Diantaranya adalah
metode fisik kimia, di mana metode ini merupakan penentuan kualitas air yang didasarkan pada Dissolved
Oxygent (DO), Biologycal Oxygent Demand (BOD), Chemical Oxygent Demand (COD) dan sebagainya.
Selanjutnya pemantauan kualitas lingkungan dapat menggunakan indeks diversitas dengan menggunakan
kumpulan data makroinvertebrata bentos. Masuknya bahan pencemar ke dalam air permukaan merubah
struktur komunitas organisme yang hidup di dalamnya.

Indikator atau tanda bahwa air pada lingkungan telah tercemar menurut Anonim (2008) terdiri dari tiga
jenis, yaitu sumber pencemar yang berasal dari sumber fisik, sumber kimia dan sumber biologis. Sumber fisik

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


3
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

berasal dari kegiatan rumah tangga, pasar jalan dan lain-lain yang biasanya membuang sampah di
sembarang tempat. Sumber kimia berasal dari kegiatan-kegiatan industri yang membuang limbah industrinya
yang mengandung bahan-bahan kimia tanpa pengolahan lebih lanjut, atau sudah diolah tetapi buangannya
tidak sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan sumber biologis berasal
dari adanya kehidupan mikroba (jasad renik, mikroorganisme) seperti bakteri, fungi dan algae. Adanya
kehidupan mikroba tersebut di dalam air, banyak menimbulkan kerugian, walaupun juga banyak mempunyai
manfaat dan keuntungan.

Sungai merupakan badan air mengalir (flowing water atau lentik). Lebih kurang 69% air sungai ini
berasal dari ratusan air tanah (base flow) dan sisanya berasal dari hujan yang mengalir sebagai aliran
permukaan (surface run off). Kondisi kritis sungai dapat dinilai dari parameter kuantitas (debit) alirannya dan
kualitas airnya.

Dampak dari bahan pencemar pada sungai sangat tergantung dari sifat alamiahdan karakteristik dari
sungai itu sendiri. Beberapa yang termasuk karakteristik sungai antara lain volume dan kecepatan air yang
mengalir pada sungai, kedalaman sungai dan jenis dasar sungai. Secara teoritis, aliran dan dispersi bahan
pencemar dalam lingkungan perairan dikendalikan oleh pergerakan massa (advection) dan pencampuran
atau difusi. Ketika massa bahan kimia dibuang ke sungai, massa dari bahan kimia tersebut akan mengalir
dengan kecepatan rata-rata aliran sungai. Bahan kimia yang mengalir dapat tersebar dalam badan sungai,
akibat dari difusi turbulensi dan kecepatan yang tidak seragam sepanjang sungai. Kecepatan aliran air pada
sungai biasanya bernilai maksimum di dekat pusat sungai dan di bawah permukaan, sedangkan air di dekat
dasar dan di tepi sungai diperlambat oleh adanya pengaruh aliran sehingga pencampuran menjadi semakin
besar.

B. Rumusan Permasalahan

Sungai mempunyai sifat dinamis dimana dapat berubah dalam dimensi ruang dan waktu maka dalam
pemanfaatan potensinya perubahan sifat dapat mengurangi nilai manfaat sungai dan membahayakan
lingkungan sekitar. Adapun perubahan di lingkungan sekitar sungai dapat diakibatkan oleh penyempitan
palung sungai, permukiman liar, pembuangan sampah atau limbah padat dan sedimentasi. Selain itu, adanya
polusi akibat pembuangan limbah kimia industri, pertanian, limbah domestik dan limbah organik. Disamping
itu, terjadinya perubahan warna air sungai yang berubah menjadi keruh kehitaman dapat diakibatkan oleh
adanya bahan organik mengalami yang mengalami proses pembusukan dan mengeluarkan bau busuk ke
lingkungan. Sementara itu, bahan Anorganik yang dihasilkan banyak mengendap di dasar sungai atau
terapung di air menutup permukaan sungai. Di samping itu adanya limbah domestik seperti busa detergent
dan bahan beracun lainnya dapat mempengaruhi berubahnya kualitas air sungai. Oleh karena itu
pemantauan kualitas sungai sangat diperlukan.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


4
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud dari program kegiatan pemantauan kualitas air sungai adalah untuk mengetahui kualitas air
maupun kuantitasnya. Mendapatkan informasi atau gambaran kualitas air sungai di Kabupaten Ketapang
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan kebijakan Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam
perencanaan pengelolaan kualitas air dan pengembangan standar kualitas air dan peraturan pembuangan
limbah cair dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan dengan sumber air yang bersih dan sehat.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pemantauan ini adalah:

1. Melakukan inventarisasi data di lapangan akibat kegiatan pertambangan, industri dan lain-lain yang
diduga mengakibatkan adanya penurunan kualitas air/pencemaran dan kekeruhan.

2. Mengetahui kualitas air sungai yang diperuntukkan sebagai sumber air minum, mandi, dan cuci bagi
masyarakat dengan melalui pengambilan sampel air sungai, penelitian data dan analisa pada
Laboratorium Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang.

3. Studi lingkungan dan penanganan kasus lingkungan hidup.

4. Mengetahui aktivitas pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilakukan serta sebagai bahan evaluasi
perubahan keadaan lingkungan.

5. Mencari data dan fakta di lapangan dalam rangka menindaklanjuti keluhan masyarakat terhadap
beberapa dugaan pencemaran lingkungan pada sungai-sungai di Kabupaten Ketapang sebagai dampak
kegiatan perkebunan, penambangan, industri dan lain-lain.

D. Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten
Ketapang adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, merupakan studi literatur, interpretasi titik-titik pengambilan sampel air sungai dengan
menggunakan peta skala 1:100.000, persiapan administrasi dan perlengkapan lapangan.
2. Pengamatan lapangan, meliputi kegiatan pendataan lokasi sekitar pengambilan sampel air sungai seperti
titik koordinat sampling, vegetasi sekitar lokasi sampling, waktu sampling dan lain sebagainya sebagai
data lapangan. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan masyarakat di sekitar lokasi untuk
mengetahui keadaan sungai yang dipantau.
3. Pengambilan sampel permukaan air sungai, meliputi kegiatan pengambilan sampel air sungai di masing-
masing titik yang telah ditentukan. Pengambilan sampel air diambil menggunakan metode grab (sesaat)
dengan menggunakan depth integrated volume water.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


5
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

4. Pengukuran parameter lapangan dilakukan pada saat pengambilan sampel disetiap titik koordinat yang
telah ditentukan dengan menggunakan peralatan parameter lapangan, adapun parameter yang langsung
diukur dilapangan adalah Temperatur, pH, TDS, Salinitas dan DHL.
5. Penyimpanan dan pengawetan sampel air sungai. Tahapan ini dilakukan untuk mempertahankan kondisi
sampel agar tidak mengalami perubahan selama transportasi menuju laboratorium. Adapun tempat
penyimpanan dan pengawet yang digunakan sebagai berikut, yaitu :
- 1 (satu) buah botol Polyetilen Dengan pengawet H2SO4 sampai pH < 2 untuk pengukuran parameter
COD, Amoniak, Fenol, TOC, IC, TC dan parameter lain yang juga diawetkan dengan H2SO4.
- 1 (satu) buah botol Polyetilen yang ditambahkan larutan pengawet HNO3 pekat sampai pH < 2 untuk
pemeriksaan logam-logam berat.
- 1 (satu) buah botol Polyetilen yang tanpa pengawet untuk pengukuran parameter BOD, TDS Nitrit
dan parameter lain yang didinginkan .
Kemudian ketiga wadah sampel tersebut ditempatkan dalam ice cool box dengan tujuan agar tidak terjadi
perubahan kondisi air antara kondisi air sungai sebenarnya dengan pada saat pengukuran atau
penganalisaan di laboratorium.
6. Preparasi dan analisis sampel di laboratorium
Parameter yang diuji di laboratorium melalui beberapa tahapan sebelum dianalisa. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan adalah pemberian kode analisa, kemudian dipreparasi sesuai dengan metode uji
standar yang tertelusur, pengukuran menggunakan instrumentasi sesuai dengan parameter yang
dianalisis dan terakhir pengolahan data hasil pengukuran.

Adapun peralatan laboratorium yang dimiliki oleh Kantor Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan
adalah sebagai berikut:
a. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) merk Shimadzu type AA-6800 untuk mengukur parameter
logam berat. Khusus logam As menggunakan alat optional HVG dan logam Hg menggunakan MVU.
b. TOC Analyzer merk Shimadzu untuk mengukur TOC, IC dan TC.
c. Spectrophotometer UV-VIS merk Shimadzu type 1800 untuk mengukur parameter COD.
d. Beberapa parameter yang lain dianalisa menggunakan teknik titrimetri dan gravimetri.
Adapun Parameter yang dianalisa di laboratorium meliputi : Fisika (TSS) dan Kimia (Zn, Cu, Fe, Pb, Cd,
TOC, IC, TC, Amoniak, Nitrit, Fenol, BOD, COD) dan lain-lain. Kegiatan Preparasi dan Analisa ini dilakukan di
laboratorium Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang dan sebagian di Laboratorium BARISTAND
Pontianak dan Laboratorium SUCOFINDO Pontianak.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


6
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

BAB II

GAMBARAN LOKASI PEMANTAUAN DAN


PARAMETER YANG DIPANTAU

A. Lokasi Pemantauan

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang letaknya paling selatan di Propinsi
Kalimantan Barat dengan luas wilayah 31.588 Km2, terdiri dari 20 Kecamatan dan merupakan kabupaten
terluas di Kalimantan Barat. Di Kabupaten Ketapang banyak terdapat sungai-sungai yang merupakan urat
nadi kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya.

Sungai-sungai tersebut merupakan sarana dan prasarana yang vital bagi masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sarana transportasi maupun sebagai bahan baku air minum, mandi dan cuci serta
berbagai kegiatan seperti industri, perikanan, perkebunan, pertambangan dan kegiatan lainnya dan juga
sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah berbagai kegiatan yang ada di sekitar.

Sungai-sungai tersebut oleh masyarakat saat ini diduga telah mengalami penurunan kualitas air sebagai
akibat dari buangan limbah berbagai kegiatan seperti perkebunan, perindustrian domestik, illegal logging dan
penambangan emas tanpa izin (PETI) serta kegiatan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat.

Adapun lokasi pemantauan dalam rangka mengetahui kualitas air sungai dilakukan di beberapa
Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut:

No Sungai yang dipantau Kecamatan Frekuensi Pemantauan


1. Sungai Laur Sungai Laur 2 kali
Delta Pawan, Benua Kayong,
2. Sungai Pawan Muara Pawan, Nanga Tayap, 2 kali
Sandai dan Hulu Sungai
3. Sungai Keriau Hulu Sungai 2 kali
4. Sungai Kendawangan Kendawangan dan Marau 2 kali

Tumbang Titi, Kecamatan Matan


5. Sungai Pesaguan Hilir Selatan dan Sungai Melayu 2 kali
Rayak

6. Sungai Jelai Jelai Hulu dan Manis mata 2 kali


7. Sungai Tayap Nanga Tayap 2 kali

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


7
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

B. Parameter yang Dipantau

1. Temperatur / Suhu
Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air yang diukur pada skala definitif seperti
derajat celsius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF). Temperatur air merupakan regulator utama proses-
proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Ia dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan
berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya
mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan
aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan; dapat menyebabkan kematian
kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Air yang lebih dingin lazimnya menghambat
perkembangan; air yang lebih panas umumnya mempercepat aktivitas. Temperatur air juga
mempengaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik.
Temperatur / Suhu merupakan salah satu variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik.
Rentang toleransi serta suhu optimum kultur berbeda untuk setiap jenis / spesies ikan, hingga stadia
pertumbuhan yang berbeda. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan, dimana peningkatan suhu
mempengaruhi peningkatan aktivitas metabolisme ikan, penurunan gas (oksigen) terlarut, memberi efek
pada proses reproduksi ikan. Perubahan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kematian organisme
sungai. Suhu air yang optimal bagi pertumbuhan biota air berkisar: 28-32°C .

2. Salinitas
Salinitas adalah kadar garam atau tingkat keasinan yang terkadung pada air, salinitas juga
terdapat pada tanah. Salinitas yang terkandung pada air danau dan sungai terhitung rendah maka air
pada danau dan sungai dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air sungai dan danau
kurang dari 0,05%. Jika melebihi itu atau sekitar 0,05 % sampai 3% maka air tersebut dikategorikan
sebagai air payau. Dan jika tingkat salinitasnya diantara 3% sampai 5% air tersebut dikategorikan sebagai
air saline dan jika melebihi 5% maka dikategorikan sebagai brine.
Indonesia memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Perbedaan musim
tersebut mengakibatkan perubahan debit air dari waktu ke waktu. Pada musim kemarau debit air kecil,
kecilnya debit sungai pada musim kemarau dapat pula menyebabkan adanya intrusi air asin karena
kecilnya debit air sungai tidak cukup kuat menahan arus pasang air laut di muara sungai.
Mekanisme intrusi air asin antara lain disebabkan oleh debit air sungai yang kecil pada musim
kemarau dan tidak cukup kuat untuk menahan arus pasang air laut di muara sungai, sehingga berakibat
terjadinya penyusupan air laut ke dalam air sungai. Adanya penyusupan air laut akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar garam dalam air, sehingga berpengaruh pada kualitas air sungai. Faktor lain
yang berpengaruh diantaranya adalah kedalaman sungai di muara dan pasang surut. Dimana semakin
dalam sungai, maka penyusupan air laut yang mempunyai berat jenis yang lebih besar, mudah menyusup

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


8
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

ke arah hulu melalui dasar sungai. Untuk faktor pasang surut, pasang surut yang lebih besar daripada
kecepatan aliran sungai pada musim kemarau akan mendesak air sungai ke arah hulu. Kalau faktor
kedalaman sungai dan pasang surut dianggap tetap, maka penyusupan air laut akan dipengaruhi oleh
debit sungai. Semakin kecil debit sungai, maka semakin jauh pengaruh penyusupan ke arah hulu.

3. Total Padatan Tersuspensi (TDS)


Total padatan tersuspensi (TDS) merupakan agregat dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat,
fosfat, nitrat dan garam-garam lainnya dari Ca, Mg, Na, K, dan senyawa lainnya. TDS dipisahkan dari SS
melalui teknik filtrasi laboratorium. Satuannya adalah mg/liter. TDS sangat penting karena pengaruhnya
terhadap palatabilitas dan efeknya untuk menyebabkan reaksi fisiologis yang buruk. Air yang kaya
mineral juga kurang bagus bagi aplikasi industri, dan juga kualitasnya untuk irigasi agak terbatas.

4. Residu Tersuspensi (TSS)


Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS) adalah semua zat padat (pasir,
lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk
endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan.
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif
akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna.
Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari
darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat
pengikisan.
Residu Tersuspensi adalah berat zat padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan kertas
saring yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan
dalam satuan mg/L.
Residu Terlarut adalah berat zat padat dalam air yang lolos pada penyaring dengan kertas saring
yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam
satuan mg/L
Residu Total terurai adalah bagian berat dari residu total yang terurai menjadi gas pada
pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L. Residu Tersuspensi Terurai adalah
bagian berat dari residu tersuspensi yang terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan
dinyatakan dalam satuan mg/L. Residu Terikat adalah bagian berat residu total atau residu tersuspensi

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


9
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

yang tidak terurai menjadi gas pada pemanasan dengan suhu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mg/L
Residu Mengendap adalah zat padat yang dapat mengendap selama waktu tertentu dan dinyatakan
dalam satuan mg/L atau mL/L.

5. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan di samping
parameter lain seperti kob dan kod.
Oksigen terlarut adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup dalam air
tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan
untuk kehidupannya. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupannya.
Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya
tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atsmosfer (udara) yang masuk ke dalam air
dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari
suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Misalnya danau
di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 % kurang daripada danau pada
permukaan laut.

6. COD (Chemical Oxygen Demand)


COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat dalam air. Mengenai baku mutu air minum golongan B (air yang dipakai sebagai bahan baku air
minum melalui suatu pengolahan) maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi
batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik
dalam sampel air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. Penetapan ini sangat
penting untuk dapat diuraikan secara kimiawi. Maka dapat dikatakan COD adalah banyaknya oksidator
kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai mg/l O2. Beberapa zat

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


10
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

organik yang tidak terurai secara biologik antara lain asam asetat, asam sitrat, selulosa dan lignin (zat
kayu).
Penggunaan teknik yang benar-benar sama antara sampel dan blanko pada setiap penetapan
sangat penting karena hanya sebagian dari bahan organik yang terhitung, tergantung dari oksidator kimia
yang dipakai, susunan dari senyawa organiknya dan prosedur yang dipakai. Cara refluks dengan dikromat
dipilih untuk penetapan COD karena kemampuannya untuk mengoksidasi, pemakaiannya luas terhadap
berbagai jenis sampel dan mudah dilakukan.
Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena parameter ini juga
merupakan salah satu indikator pencemaran air. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik
ataupun limbah industri pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak
tercemar mempunyai COD yang rendah.

7. BOD (Biochemical Oxygen Demand)


BOD (Biochemical Oxygen Demand) Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk memecah bahan – bahan buangan di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan
organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan.
Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik
menggunakan bahan organik. Makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik.
Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku
mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l.
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua
zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. BOD penting untuk
mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak zat organik,
makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik,
gerakan air dan kadar oksigen.
Dalam air limbah, bahan pencemar organik akan diuraikan secara alami oleh bakteri yang ada.
Bakteri dalam air dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan aerob ialah mereka yang memerlukan
oksigen bebas untuk kehidupannya dan golongan anaerob ialah yang tidak memerlukan oksigen bebas
tetapi dapat mempergunakan oksigen yang didapat dari pemecahan senyawa lain. Ada golongan ketiga
yang dinamakan golongan fakultatif yang dapat berlaku sebagai aerob maupun anaerob tergantung
keadaan lingkungannya. Kebanyakan bakteri dalam air kotor adalah saprofit, hidup dari zat organik mati.
Air badan air mempunyai daya pemurnian alami (self purification), bila kemasukan bahan pencemar akan
diuraikan secara biologik oleh mikroorganisme yang ada di dalam air dengan bantuan oksigen terlarut
menjadi hasil uraian yang stabil. Dari zat organik diuraikan menjadi senyawa nitrat, sulfat, karbonat, fosfat
dan sebagainya oleh bakteri aerob. Akan tetapi bila bahan pencemar organiknya terlalu tinggi, oksigen

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


11
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

terlarut yang ada akan makin berkurang sampai menjadi nol. Akibatnya yang bekerja adalah bakteri
anaerob dengan hasil akhir nitrit, amonia, asam sulfida dan sebagainya yang menimbulkan bau.
Kalau DO yang cukup banyak, bakteri aeron akan melakukan oksidasi dan terbentuklah senyawa
nitrit yang selanjutnya menjadi nitrat. Kalau kehabisan DO selama proses inim maka nitrat akan direduksi
menjadi nitrit oleh bakteri anaerob. Ini akan terjadi bila sebagian besar zat organik tersebut telah
dioksidasi menjadi nitrat. Kalau persediaan oksigen tidak cukup, zat organik akan diuraikan oleh bakteri
anaerob membentuk amoniak. Jadi bila ada pencemar organik dalam air limbah, DO yang ada akan
dipergunakan oleh bakteri untuk menguraikannya, sehingga cepat habis. Sebaliknya bila ada air limbah
yang mengandung bahan pencemar organik diberi oksigen secukupnya (dilakukan aerasi), akan terjadi
peruraian aerobik sampai mencapai keadaan stabil. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mencapai
keadaan stabil ini yang disebut BOD.
Dalam studi kualitas air parameter BOD sangat penting sekali karena parameter ini merupakan
salah satu indikator pencemaran air. Air yang tercemar biasanya mempunyai BOD yang tinggi, sebaliknya
air yang tidak tercemar mempunyai BOD yang rendah. BOD merupakan petunjuk penting untuk
mengetahui banyaknya zat organik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak kandungan zat
organik makin tinggi BODnya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya matahari, pertumbuhan biologik,
gerakan air dan kadar oksigen.

8. Amoniak (NH3-N)
Amoniak (NH3) adalah salah satu jenis polutan yang terdapat dalam sungai yang tercemar. Amonia
adalah gas berbau tajam yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C. Secara fisik cairan amonia mirip
dengan air, ikatan antara amoniak dan air sangat kuat karena termasuk ikatan hydrogen. Amonia
merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut ammonium. Amoniak
umumnya bersifat basa (pH>8) namun pada keadaan tertentu bersifat asam lemah.
Ammonia dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja maupun oksidasi senyawa organik oleh
mikroba. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan pada areal persawahan turut berkontribusi
pada peningkatan kadar amoniak pada aliran sungai. Pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea
(CO(NH2)2) dan ZA (NH4SO4) apabila terurai dapat menyebabkan excess yang kemudian terurai di alam
membentuk nitrogen amoniak.
Konsentrasi amoniak yang tinggi pada permukaan air sungai dapat menyebabkan kematian pada
biota kecil misalnya ikan. Bahkan pada pH tinggi, amoniak dengan konsentrasi kecil sudah bersifat racun.
Karena sifat toksisitas tersebut, kandungan amoniak pada air minum harus nol dan pada air sungai di
bawah 0,5 mg/L.
Terdapat dua hal prinsip mengapa amoniak berbahaya apabila terkandung dalam air. Pertama,
semakin tinggi konsentrasi amoniak dalam air, oksigen terlarut semakin menurun karena digunakan untuk

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


12
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

mendisosiasi amoniak. Kedua, Amoniak yang terdisosiasi dalam bentuk ion NH4+ dikategorikan sebagai
radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (karsinogen). Bahaya lain dari kandungan nitrogen dalam
senyawa amoniak adalah adanya sindrome blue baby yang dapat menyebabkan kematian. Dinamakan
blue baby karena bayi yang terkena sindrome ini kulitnya berwarna biru. Sindrom ini disebabkan karena
air yang dikonsumsi bayi terkontaminasi nitrogen dan nitrate. Nitrogen yang tertelan akan mengubah
haemaglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi methamoglobin.
Methamoglobin tidak dapat mengikat oksigen dan mentransportasikan ke tubuh, sehingga tubuh
kekurangan oksigen.

9. Daya Hantar Listrik (DHL)


Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin
dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan
arusnya tergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor
kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Daya hantar (Konduktivitas) listrik air secara langsung
berkaitan dengan konsentrasi padatan terlarut terionisasi dalam air Ion dari padatan terlarut dalam air
menciptakan kemampuan untuk air yang untuk melakukan arus listrik. Pengukuran daya hantar listrik ini
untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.

10. Timbal (Pb)


Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi. Keberadaan
timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak
dibandingkan Pb alami yang terdapat pada kerak bumi. Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih logam.
Unsur Pb digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi,
bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun)
terhadap manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman,
udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal diantaranya :
1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb)
2. Meningkatnya kadar asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan kadar protoporphin dalam sel
darah merah
3. Memperpendek umur sel darah merah
4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan kandungan logam Fe dalam
plasma darah.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


13
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah adalah 35 hari, dalam
jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30 hari.
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga
menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi,
kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta
menyebabkan aminosiduria.
4. Sistem pencernaan; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
5. Sistem kardiovaskular; di mana Pb dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
6. Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan keguguran, tidak berkembangnya sel otak
embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 µg/dL pada orang dewasa
dan 70 µg/dL pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol dan kapiler , edeme otak,
meningkatkanya tekanan zalir serebrospinal, degenerasi neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang
disertai dengan munculnya ataksia, koma, kejang-kejang, dan hiperaktivitas.
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar
Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali
batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan kecerdasan intelektual.
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat
kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga
bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian
kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya
lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Adanya Timbal (Pb) dalam peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis
Hemoglobin darah, gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi,
penyakit Akut atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ
pada anak kecil jika terdapat 10-20 myugram/dl dalam darah.

11. Kadmium (Cd)


Kadmium (Cd) jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat kerja paru-
paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis,

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


14
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula
merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan
Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk - batuk, dan lemah.

12. Tembaga (Cu)


Tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk
manusia. Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu
harus selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam
tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Tembaga terlibat dalam berbagai reaksi biokimia di dalam sel manusia. Tembaga merupakan
komponen beberapa enzim, yang terlibat dengan regulasi ekspresi gen, fungsi mitokondria / metabolisme
sel, pembentukan jaringan ikat, serta penyerapan, penyimpanan, dan metabolisme dari zat besi.
Cemaran tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan pestisida
secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk membasmi siput dan cacing pada
tanaman sayur dan buah.
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak
terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan keracunan dan bahkan dihubungkan dengan dengan penyakit Wilson yaitu gangguan
genetik di mana tubuh tidak dapat melepaskan diri dari tembaga, mengakibatkan deposisi pada organ-
organ dan konsekuensi serius seperti gagal hati dan kerusakan neurologis. Potensi bahaya lainnya
termasuk obstruksi aliran empedu, kontaminasi cairan dialisis (pada pasien yang menerima hemodialisis
untuk gagal ginjal), dan sirosis anak.

13. Seng (Zn)


Seng (Zn) adalah salah satu elemen yang paling umum dalam kerak bumi. Ini ditemukan di udara,
tanah, dan air, dan hadir di semua makanan. Seng murni adalah logam putih kebiruan mengkilap. Seng
memiliki kegunaan komersial sebagai lapisan untuk mencegah karat, dalam baterai sel kering, dan
dicampur dengan logam lain untuk membuat paduan seperti kuningan dan perunggu.
Senyawa seng yang banyak digunakan dalam industri untuk membuat cat, karet, pewarna,
pengawet kayu, dan salep. Beberapa seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam, tetapi sebagian
besar berasal dari aktivitas orang-orang seperti pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan
pembakaran limbah. Senyawa seng dapat pindah ke tanah dan ke danau, sungai, dan sungai. Sebagian
besar seng dalam tanah tetap terikat pada partikel tanah. Ini berakumulasi di tubuh ikan dan organisme
lain, tetapi tidak membangun dalam tanaman.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


15
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Terlalu kecil kadar seng dalam tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan, namun terlalu
banyak seng juga berbahaya. Kelebihan kadar seng di dalam tubuh dapat menyebabkan kram perut,
mual, dan muntah. Selain itu keracunan seng dapat menyebabkan anemia, kerusakan pankreas, dan
menurunkan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL - bentuk kolesterol baik).

14. Besi (Fe)


Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan
unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat
jenis 7.86g.cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang
dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi,
campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi
baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan
logam, terutama karbon). (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di sungai sekitar 0.7 mg/l, di
air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3 ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air
permukaan biasanya kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L sedangkan
konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan + 25 mg/l. Di alam
biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite, taconite, limonite, goethite, siderite dan
pyrite (FeS), sedangkan di dalam air umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe-)
atau garam ferro (Fe2+); tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar seperti,
Fe(OH)3; dan tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti tanah liat dan partikel
halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O,
FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3,
Fe(OH)3. (Eaton Et.al, 2005; Said, 2003; Perpamsi, 2002; Alaerts,1987 dan www.lenntech.com).
Pada air yang tidak mengandung oksigen O2, seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai
Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+
teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa m g/l),
bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan
bisa mengendap. (Alaerts,1987)
Konsentrasi besi dalam air minum dibatasi maksimum 0.3 mg/l (sesuai Kepmenkes RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002), hal ini berdasarkan alasan masalah warna, rasa serta timbulnya kerak yang
menempel pada sistem perpipaan. Manusia dan mahluk hidup lainnya dalam kadar tertentu memerlukan
zat besi sebagai nutrient tetapi untuk kadar yang berlebihan perlu dihindari. Garam ferro misalnya
(FeSO4) dengan konsentrasi 0.1 – 0.2 mg/L dapat menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum.
Dengan dasar ini standar air minum WHO untuk Eropa menetapkan kadar besi dalam air minum maksium

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


16
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

0.1 mg/l sedangkan USEPA menetapkan kadar maksimum dalam air yaitu 0.3 mg/l. (Arifin, 2007; Eaton
Et.al, 2005 dan Said, 2003).
Unsur besi mempunyai sifat – sifat yang sangat mirip dengan mangan sehingga pengaruhnya juga
hampir sama meskipun beberapa hal berbeda terutama nilai ambang batas. Di dalam air minum besi (Fe)
dan mangan dapat berpengaruh seperti tersebut dibawah ini :
- Menimbulkan penyumbatan pada pipa disebabkan :
Secara langsung oleh deposit (tubercule) yang disebabkan oleh endapan besi sedangkan secara
tidak langsung, disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di dalam pipa, karena air yang
mengandung besi, disukai oleh bakteri besi.
- Selain itu kumpulan bakteri ini dapat meninggikan gaya gesek (losses) yang juga berakibat
meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut mengalami degradasi dapat
menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.
- Besi dan mangan sendiri dalam konsentrasi yang lebih besar dan beberapa mg/l, akan memberikan
suatu rasa pada air yang menggambarkan rasa logam, atau rasa obat.
- Keberadaan besi dan mangan juga dapat memberikan kenampakan keruh dan berwarna pada air
dan meninggalkan noda pada pakaian yang dicuci dengan menggunakan air ini, oleh karena itu
sangat tidak diharapkan pada industri kertas, pencelupan/textil dan pabrik minuman.
- Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda kecoklatan disebabkan
oleh besi dan kehitaman oleh mangan).
- Endapan logam ini juga yang dapat memberikan masalah pada sistem penyediaan air secara individu
(sumur).
- Pada ion exchanger endapan besi dan mangan yang terbentuk, seringkali mengakibatkan
penyumbatan atau menyelubungi media pertukaran ion (resin), yang mengakibatkan hilangnya
kapasitas pertukaran ion.
- Menyebabkan keluhan pada konsumen (seperti kasus “red water”) bila endapan besi dan mangan
yang terakumulasi di dalam pipa, tersuspensi kembali disebabkan oleh adanya kenaikan debit atau
kenaikan tekanan di dalam pipa/sistem distribusi, sehingga akan terbawa ke konsumen.
- Fe2+ juga menimbulkan corrosive yang disebabkan oleh bakteri golongan Crenothric dan Clonothrix.
(Oktiawan, dkk., 2007. Saifudin, 2005 ; Said, 2003 dan Perpamsi, 2002).

15. Nitrit sebagai N


Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat
dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari
0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


17
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang
rendah.
Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah
tidak dapat mengangkut oksigen, di samping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air
buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan
sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan
menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di
permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik
hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat
di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah.

16. Fenol
Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa organik yang mempunyai sifat racun. Bila
mencemari perairan dapat membuat rasa dan bau tidak sedap, dan pada nilai konsentrasi tertentu dapat
menyebabkan kematian organisme di perairan tersebut.
Fenol bersifat Toksik (racun) jika masuk lewat pernapasan, termasuk kontak dengan kulit dan jika
fenol tertelan manusia. Fenol akan sangat cepat masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan, dan gesekan
dengan kulit dan melalui rongga mulut. Gejala keracunan fenol diantaranya adalah muntah-muntah,
kejang kejang, terkejut, aktivitas jantung yang tidaknormal, ketidaksadaran, kesulitan dalam bernapas,
berhentinya pernapasan sampai pada kematian manusia. Kemungkinan juga memiliki efek pada: sistem
saraf pusat, jantung, hati, ginjal, air seni.

17. Total Organik Carbon (TOC), Total Carbon (TC) dan Inorganic Carbon (IC)
Total organik karbon (TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan
sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air atau kebersihan peralatan pabrik
farmasi. TOC dalam sumber air berasal dari pembusukan bahan organik alami (NOM : natural organic
matter) dan dari sintetis sumber. Humik asam, fulvic asam, amina, dan urea merupakan jenis NOM.
Deterjen, pestisida, pupuk, herbisida, kimia industri, dan diklorinasi organik adalah contoh sumber sintetis.
Sebelum air sumber diperlakukan untuk desinfeksi, TOC memberikan peran penting dalam mengukur
jumlah NOM dalam sumber air. Ketika air baku mengandung kaporit, senyawa klor aktif (bereaksi dengan
diklorinasi NOM untuk menghasilkan produk samping desinfeksi (DBPs). Banyak peneliti telah
menentukan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari sumber NOM dalam air selama proses desinfeksi akan

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


18
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

meningkatkan jumlah karsinogenik (suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan kanker) dalam
air minum yang diproses.
TOC adalah analisis kimia pertama yang akan dilaksanakan pada minyak bumi potensi sumber
batu di eksplorasi minyak. Hal ini sangat penting dalam mendeteksi kontaminan dalam air minum,
pendingin air, air yang digunakan dalam manufaktur semikonduktor, dan air untuk farmasi digunakan.
Analisis dapat dilakukan baik sebagai pengukuran kontinu secara online atau sebuah laboratorium
berbasis pengukuran.
TOC deteksi adalah pengukuran penting karena efek hal itu mungkin karena pada lingkungan,
kesehatan manusia, dan proses manufaktur. TOC adalah sangat sensitif, tidak spesifik organik
pengukuran dari semua hadir dalam sampel. Karena itu, dapat digunakan untuk mengatur kimia organik
dibuang ke lingkungan dalam pabrik. Selain itu, TOC rendah dapat mengkonfirmasi adanya bahan kimia
organik yang berpotensi berbahaya dalam air yang digunakan untuk memproduksi produk farmasi. TOC
juga kepentingan di bidang minum pemurnian air karena produk samping desinfeksi.
Karena hanya analisis TOC benar-benar mengukur total karbon, analisis TOC selalu memerlukan
beberapa akuntansi untuk karbon anorganik yang selalu hadir. Salah satu teknik analisis melibatkan
proses dua tahap yang biasanya disebut sebagai TC-IC. Ini mengukur jumlah karbon anorganik (IC)
berevolusi dari diasamkan alikuot dari sampel dan juga jumlah total karbon (TC) hadir dalam sampel. TOC
dihitung dengan pengurangan dari nilai IC dari TC sampel. Varian lain menggunakan peningkatan
keasaman dari sampel untuk berevolusi karbon dioksida dan mengukur sebagai karbon anorganik (IC),
kemudian mengoksidasi dan mengukur sisanya purgeable non-organik karbon (NPOC). Metode yang
lebih umum secara langsung langkah-langkah TOC dalam sampel oleh lagi acidifying sampel ke sebuah
pH nilai dari dua atau kurang untuk melepaskan gas IC tetapi dalam hal ini tidak udara untuk pengukuran.
Tersisa purgeable non-CO 2 gas (NPOC) yang terkandung dalam cairan alikuot ini kemudian teroksidasi
melepaskan gas. Gas-gas ini kemudian dikirim ke detektor untuk pengukuran.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


19
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

BAB III

METODOLOGI

A. Penentuan Segmen Sungai dan Titik Sampling

Penentuan segmen sungai dan titik sampling bertujuan agar dapat diperoleh sampel air yang dapat
mewakili sehingga dapat memenuhi tujuan pemantauan yang ditargetkan. Sehingga alam penentuan titik
sampling perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Proses yang mempengaruhi kualitas air.


2. Pengetahuan tentang geografi, penggunaan air dan pembuangan limbah.
3. Kemungkinan variasi musim dan variasi lokasi terhadap parameter yang diukur.
4. Meminimalkan intervensi manusia yang bukan merupakan bagian dari program pemantauan demikian
juga hindari struktur di badan air yang dapat mengganggu flow atau kondisi kimia bila keberadaan
struktur tersebut bukan fokus pemantauan. Untuk itu titik sampling perlu ditempatkan jauh ke arah hilir
dari struktur tersebut bila kualitas air pada aliran bebas yang dijadikan fokus pemantauan.
5. Lokasi harus diidentifikasi dengan tepat sehingga pengulangan pengambilan sampel dapat dilakukan
ulang

Agar diperoleh gambaran mengenai kualitas air sungai maka penentuan titik sampling di sungai
dilakukan dengan pertimbangan bahwa air sungai pada titik tersebut telah betul-betul homogen atau
tercampur dengan baik. Untuk memverifikasi bahwa pada titik sampling tersebut sudah terjadi percampuran
air sungai yang baik maka perlu dilakukan pemeriksaan homogenitas dengan cara pengambilan beberapa
sampel pada titik sepanjang lebar dan kedalaman sungai untuk dianalisis beberapa parameter yang khas
seperti pH, temperatur dan oksigen terlarut. Jika hasil yang diperoleh tidak berbeda secara signifikan maka
suatu titik sampling dapat ditentukan di tengah aliran atau titik lain yang mudah pengambilannya. Bila hasil
analisis berbeda nyata dari satu titik dengan yang lainnya maka perlu diambil sampel dari beberapa titik yang
dilalui aliran. Umumnya semakin banyak sampel yang dikumpulkan akan semakin mewakili.

B. Metode Sampling

Metodologi yang digunakan dalam kegiatan pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Ketapang
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7016-2004 tentang tata cara pengambilan sampel dalam
rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai. Sedangkan teknik sampling air sungai

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


20
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.57 : 2008 tentang Air dan Air Limbah-Bagian 57:
Metoda Pengambilan Sampel Air Permukaan.

Teknik pengambilan contoh harus disesuaikan dengan tujuan pengambilan contoh yaitu pengambilan
contoh sesaat (grab sample) adalah contoh yang menunjukkan sifat contoh pada saat contoh diambil. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah:

1. Contoh air sungai sebaiknya diambil dari bagian yang mengalir dan dekat dengan permukaan.
2. Bagian sungai yang diam sebaiknya dihindari.
3. Untuk sungai yang lebar dan lurus, contoh diambil dari tepi tetapi pada jarak paling sedikit 1 m dari
tepi sungai.
4. Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan, contoh air dapat diambil dengan botol
pemberat

Cara pengolahan dalam pengawetan contoh Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan
apabila pemeriksaan tidak dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh. Jenis bahan pengawet
yang digunakan dan lama penyimpanan berbeda-beda tergantung pada jenis parameter yang akan diperiksa.
Adapun cara pengawetan ada 2 (dua) macam yaitu dengan cara fisika dan kimia. Pengawetan secara fisika
dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada suhu 40C atau pembekuan, sedangkan pengawetan dengan
cara kimia dapat dilakukan sebagai berikut :

b. Pengasaman yaitu penambahan HNO3 pekat atau HCl pekat atau H2SO4 pekat ke dalam contoh air
sampai pH <2.
c. Pendinginan pada kondisi suhu ± 4 0C

C. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, salah satu metode yang digunakan untuk menentukan status mutu kualitas air
sungai adalah dengan metode STORET. Dengan metode STORET ini dapat diketahui parameter yang telah
memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara
data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status
mutu air.

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga membentuk data dari
waktu ke waktu (time series data).

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


21
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang
sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air atau (hasil pengukuran >baku mutu) maka
diberi skor sesuai dengan Tabel 1 berikut :

Tabel : Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air dengan Metode STORET

Jumlah Nilai Parameter


Contoh Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
<10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
>10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang
didapat dengan menggunakan sistem nilai

6. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (United
State - Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas seperti
pada Tabel 3.2, yaitu :

Tabel : Sistem Nilai Penentuan Status Mutu Air

No Kategori Skor Status


1 Kelas A Baik sekali 0 Memenuhi BML
2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Cemar ringan
3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Cemar sedang
4 Kelas D Buruk >-31 Cemar berat

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


22
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pemantauan

Berdasarkan gambaran lokasi pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Ketapang , yaitu sebanyak
15 Kecamatan yang memiliki 7 sungai dengan beberapa lokasi titik sampling per sungai. Pemantauan kualitas
air sungai dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat musim kemarau dan musim hujan. Periode waktu
ini dipilih karena sebagian besar sungai yang dipantau adalah badan air yang berfungsi sebagai badan air
penerima limbah cair baik dari kegiatan domestik, industri maupun pertanian. Pada saat musim kemarau,
seperti kebanyakan karakteristik sungai di Indonesia, debit air cenderung kecil sehingga ikut mempengaruhi
kualitas air sungai. Pada musim kemarau kualitas badan air cenderung lebih buruk karena faktor pengencer
dari air hujan berkurang.

Pemilihan sungai yang dipantau sesuai dengan prioritas masing-masing yang rawan atau berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan, seperti sungai yang berada di sekitar daerah industri, industri rumah
tangga, dan permukiman penduduk. Adapun data laboratorium kualitas air sungai yang dipantau dilampirkan
pada bagian akhir laporan ini.

B. Hasil Analisis Kualitas Air

Metode untuk menentukan status mutu air adalah dengan metode STORET dimana prinsipnya metode
ini adalah dengan membandingkan antara data kualitas air yang diambil secara series dan baku mutu air
yang disesuaikan dengan peruntukannya, guna menentukan status mutu air.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sungai di Kabupaten Ketapang diklasifikasikan sebagai badan air kelas II.
Dimana badan air tersebut adalah sebagai air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

1. Sungai Laur
Sungai Laur merupakan salah satu cabang sungai Pawan, sungai ini melintasi Kecamatan Sungai
Laur dan Kecamatan Sandai, muara sungai Laur terletak di Desa Penjawaan Kecamatan Sandai. Di
daerah aliran sungai laur terdapat kegiatan perkebunan kelapa sawit antara lain PT. Prakarsa Tani Sejati
(PTS) dan PT. Swadaya Mukti Prakarsa (SMP).

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


23
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Laur selain kegiatan perkebunan kelapa sawit (yang
berada di sekitar Desa Sungai Air Putih), antara lain adalah aktivitas dermaga, pemukiman penduduk.
Keberadaan Sungai Laur selain untuk sarana transportasi sungai, juga berfungsi sebagai aktivitas
kehidupan sehari-hari bagi masyarakat yang berada di sepanjang sungai Laur (mencuci, memasak,
sanitasi). Pada daerah hulu Sungai Laur terdapat aktivitas kegiatan penambangan ilegal (penambangan
emas) Daerah hulu dari Sungai Laur.
Pemantauan sampel air sungai Laur dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Laur dilaksanakan di 8 (Delapan) titik pengambilan di Sungai
Laur Kecamatan Sungai Laur Kabupaten Ketapang dimana yang 2 titik (*) dikirim dan dianalisis di
BARISTAND Pontianak dan 6 titik dianalisis di Laboratorium Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Ketapang. Lokasi ke 8 (delapan) titik pengamatan sebagai berikut:

Tabel : Titik Pengambilan Sampel Sungai Laur


AKTIFITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT
SEKITAR LOKASI (Administrasi)
Sungai Laur E = 1100 28’ 20,0”
1 TK-1 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kuala Laur/Jembatan Laur) S = 010 19’ 06,1”
Sungai Laur E = 1100 28’ 14,6”
2 SL-1 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kuala Laur) S = 010 18’ 49,3”
Sungai Laur E = 1100 28’ 09,3”
3 SL-2 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kuala Laur) S = 010 18’ 40,6”
Sungai Laur E = 1100 27’ 42,0”
4 SL-3 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kuala Laur) S = 010 18’ 30,7”
Sungai Laur E = 1100 27’ 19,0”
5 SL-4 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kampung Penyengkuang) S = 010 18’ 16,5”
Sungai Laur E = 1100 27’ 24,9”
6 SL-5 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kampung Penyengkuang) S = 010 17’ 57,3”
Sungai Laur E = 1100 27’ 00,4”
7 SL-6 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Kampung Penyengkuang) S = 010 17’ 33,8”
Sungai Laur E = 1100 27’ 03,2”
8 TK-2 Pemukiman Kec. Sungai Laur
(Desa Spiso) S = 010 17’ 10,8”

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


24
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 1 (TK-1)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 26,00 29,40 ±3 29,4 26,0 27,70 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 15,00 14,47 1000 15,0 14,5 0,00 0 0 0 0

3 pH - 7,30 7,10 6–9 7,3 7,1 7,20 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 4,00 3 4,0 4,0 4,00 -2 -2 -6 -10

5 COD mg/L 30,00 34,19 25 34,2 30,0 0,00 -2 -2 0 -4

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 0,07 0,06 0,1 0,1 0,07 -2 -2 -6 -10

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 0,07 - 0,1 0,1 0,06 - - - 0

8 Besi mg/L 1,30 - - 1,3 1,3 1,30 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,57 4,82 0,01 4,8 0,6 2,70 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -35

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 1 adalah
sebesar -35, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


25
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (TK-2)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 26,00 29,00 ±3 29,0 26,0 27,50 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 15,00 15,67 1000 15,7 15,0 15,34 0 0 0 0

3 pH - 7,30 7,80 6–9 7,8 7,3 7,55 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 6,00 3 6,0 6,0 6,00 -2 -2 -6 -10

5 COD mg/L 33,00 16,43 25 33,0 16,4 24,72 -2 0 0 -2

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,06 <0,02 - 0,1 0,1 0,06 - - - 0

8 Besi mg/L 1,20 - - 1,2 1,2 1,20 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,79 <0,1 0,01 0,8 0,8 0,79 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -23

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 2 adalah
sebesar -23, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


26
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (TK-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 27,6 29,80 ±3 29,8 27,6 28,70 -1 0 -3 -4

2 TDS mg/L 16,0 15,10 1000 16,0 15,1 15,55 0 0 0 0

3 pH - 7,4 7,40 6–9 7,4 7,4 7,40 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 3,00 3 3,0 3,0 3,00 0 0 0 0

5 COD mg/L 18,0 29,72 25 29,7 18,0 23,86 -2 0 0 -2

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,1 <0,02 - 0,1 0,1 0,05 - - - 0

8 Besi mg/L 1,2 - - 1,2 1,2 1,20 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,3 <0,1 0,01 0,3 0,3 0,27 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -16

Kelas Air C

CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 3 adalah
sebesar -16, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


27
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (TK-4)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 27,60 30,10 ±3 30,1 27,6 28,85 -1 0 -3 -4

2 TDS mg/L 20,00 14,04 1000 20,0 14,0 17,02 0 0 0 0

3 pH - 7,60 7,40 6–9 7,6 7,4 7,50 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 4,00 3 4,0 4,0 4,00 -2 -2 -6 -10

5 COD mg/L 38,00 39,24 25 39,2 38,0 38,62 -2 -2 -6 -10

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 0,06 - 0,1 0,1 0,06 - - - 0

8 Besi mg/L 1,60 - - 1,6 1,6 1,60 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 1,11 0,29 0,01 1,1 0,3 0,70 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -34

Kelas Air D

Status Mutu Air CEMAR BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 4adalah
sebesar -34, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


28
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (TK-5)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 27,40 28,40 ±3 28,4 27,4 27,90 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 18,00 17,27 1000 18,0 17,3 17,64 0 0 0 0

3 pH - 7,40 7,60 6–9 7,6 7,4 7,50 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 1,00 3 1,0 1,0 1,00 0 0 0 0

5 COD mg/L 17,00 23,33 25 23,3 17,0 20,17 0 0 0 0

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,09 <0,02 - 0,1 0,1 0,09 - - - 0

8 Besi mg/L 1,40 - - 1,4 1,4 1,40 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 1,42 0,11 0,01 1,4 0,1 0,77 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -11

Kelas Air C

Status Mutu Air CEMAR SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 5adalah
sebesar -11, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah temperatur dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


29
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 6 (TK-6)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Laur Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 29,70 29,90 ±3 29,9 29,7 29,80 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L 17,00 16,00 1000 17,0 16,0 16,50 0 0 0 0

3 pH - 7,20 7,60 6–9 7,6 7,2 7,40 0 0 0 0

4 BOD mg/L <2 2,00 3 2,0 2,0 2,00 0 0 0 0

5 COD mg/L 21,00 38,47 25 38,5 21,0 29,74 -2 0 -6 -8

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,07 0,04 - 0,1 0,0 0,05 - - - 0

8 Besi mg/L 0,80 - - 0,8 0,8 0,80 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 - 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,25 0,64 0,01 0,6 0,3 0,45 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -23

Kelas Air C

Status Mutu Air CEMAR SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 6adalah
sebesar -23, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


30
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 7 (TK-7)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Laur mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I* II** II
1 Temperatur °C 29,40 25,10 ±3 29,4 25,1 27,25 -1 0 0 -1
2 TDS mg/L 107,00 116,00 1000 116,0 107,0 111,50 0 0 0 0
3 TSS mg/L 124,00 298,00 50 298,0 124,0 0,00 -2 -2 0 -4
4 pH - 7,58 6,56 6–9 7,6 6,6 7,07 0 0 0 0
5 BOD mg/L 2,55 1,52 3 2,6 1,5 2,04 0 0 0 0
6 COD mg/L 3,86 6,83 25 6,8 3,9 5,35 0 0 0 0
7 DO mg/L 6,99 10,22 4 10,2 7,0 0,00 0 0 -6 -6
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,02 0,13 0,2 0,1 0,0 0,00 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,96 0,02 10 1,0 0,0 0,00 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 8,49 0,06 8,5 0,0 4,25 -2 0 -6 -8
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,06 0,98 - 1,0 0,1 0,52 - - - 0
12 Besi mg/L 2,76 2,68 - 2,8 2,7 2,72 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 < 0,001 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 < 0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 < 0,001 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 < 0,001 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 4,48 11,80 600 11,8 4,5 0,00 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L <0,002 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,15 0,01 0,03 0,2 0,0 0,00 -2 0 0 -2
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 0,00 - 0,0 0,0 0,00 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L - <0,0002 0,002 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
22 Belerang (H2S) 0,04 <0,002 0,0 0,0 0,00
23 Minyak dan Lemak mg/L 0,19 - 1 0,2 0,2 0,00 0 0 0 0
24 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,01 - 0,2 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
25 Fenol mg/L <0,001 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
koloni/100
26 Fecal Coliform 0,00 10,00 1000 10,0 0,0 0,00 0 0 0 0
mL
koloni/100
27 Total Coliform 0,00 24,00 5000 24,0 0,0 0,00 0 0 0 0
mL
Jumlah skor -21
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 7adalah
sebesar -21, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TSS, DO, nitrit dan klorida bebas (Cl2).

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


31
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 8 (TK-8)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Laur mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I* II** II
1 Temperatur °C 29,70 24,40 ±3 29,7 24,4 27,05 -1 0 0 -1
2 TDS mg/L 101,00 96,00 1000 101,0 96,0 98,50 0 0 0 0
3 TSS mg/L 35,20 204,00 50 204,0 35,2 0,00 -2 0 0 -2
4 pH - 6,98 6,92 6–9 7,0 6,9 6,95 0 0 0 0
5 BOD mg/L 2,87 6,07 3 6,1 2,9 4,47 -2 0 -6 -8
6 COD mg/L 9,77 27,33 25 27,3 9,8 18,55 -2 0 0 -2
7 DO mg/L 7,19 10,15 4 10,2 7,2 0,00 0 0 -6 -6
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,02 0,13 0,2 0,1 0,0 0,00 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,94 6,75 10 6,8 0,9 0,00 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 0,02 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,06 1,14 - 1,1 0,1 0,60 - - - 0
12 Besi mg/L 1,89 1,46 - 1,9 1,5 1,68 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 < 0,001 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 < 0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 < 0,001 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 < 0,001 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 5,87 11,88 600 11,9 5,9 0,00 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L <0,002 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,14 0,01 0,03 0,1 0,0 0,00 -2 0 0 -2
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 14,94 - 14,9 14,9 0,00 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L - <0,0002 0,002 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
22 Belerang (H2S) 0,03 <0,0002 0,0 0,0 0,00
23 Minyak dan Lemak mg/L 0,23 - 1 0,2 0,2 0,00 0 0 0 0
24 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,01 - 0,2 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
25 Fenol mg/L <0,001 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
koloni/100
26 Fecal Coliform 0,00 8,00 1000 8,0 0,0 0,00 0 0 0 0
mL
koloni/100
27 Total Coliform 0,00 20,00 5000 20,0 0,0 0,00 0 0 0 0
mL
Jumlah skor -21
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Laur pada titik 8adalah
sebesar -21, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TSS, COD, BOD, DO dan klorida
bebas (Cl2).

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


32
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

2. Sungai Pawan
Sungai Pawan merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Kabupaten Ketapang, dimana sungai ini
melintasi Kecamatan Delta Pawan, Benua Kayong, Muara Pawan, Nanga Tayap, Sandai dan Hulu Sungai.
Aktivitas yang berada di daerah aliran sungai Pawan antara lain Perkebunan Kepala Sawit (PT. Agrolestari
Mandiri, PT. Sepanjang Inti Surya Mulia, PT. SMA, PT. GY Plantation), Logpond PT. Suka Jaya Makmur
(Alas Kusuma), pemukiman penduduk dan pertanian penduduk.
Pemantauan sampel air sungai Pawan dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Pawan dilaksanakan di 8 (Delapan) titik pengambilan, 2 titik
lokasi pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak dan 6 titik dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke 8 (delapan) titik
pengamatan sebagai berikut:

AKTIFITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT SEKITAR
LOKASI (Administrasi)

E = 1100 31’ 58,5”


1 S.PW-01 Jembatan Sandai Pemukiman Kec. Sandai
S = 010 13’ 56,9”

E = 1090 59’ 05,9”


2 S.PW-02 Intake PDAM Pemukiman Kec. Delta Pawan
S = 010 51’ 06,7”

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


33
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 1 (S.PW-01)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Pawan mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 27,3 26,4 ±3 26,4 26,4 26,4 0 0 0 0
2 TDS mg/L 22 35 1000 35 35 35,0 0 0 0 0
3 TSS mg/L 12,2 32,7 50 32,7 32,7 32,7 0 0 0 0
4 pH - 7,12 6,82 6–9 6,82 6,82 6,8 0 0 0 0
5 BOD mg/L 1,82 2,97 3 2,97 2,97 3,0 0 0 0 0
6 COD mg/L 10,7 23,8 25 23,8 23,8 23,8 0 0 0 0
7 DO mg/L 7,27 5,66 4 5,66 5,66 5,7 0 0 0 0
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,01 0,022 0,2 0,022 0,022 0,0 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,862 0,7 10 0,7 0,7 0,7 0 0 0 0
10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,006 0,009 0,06 0,009 0,009 0,0 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,143 <0,001 - 0 0 0,0 - - - -
12 Besi mg/L 0,744 0,602 - 0,602 0,602 0,6 - - - -
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 <0,001 0,05 0 0 0,0 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0 0 0,0 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,002 0,03 0 0 0,0 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 - 0,01 0 0 0,0 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 18,4 5,16 600 5,16 5,16 5,2 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L <0,002 0,007 0,02 0,007 0,007 0,0 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,02 0,08 0,03 0,08 0,08 0,1 -2 -2 -6 -10
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 <0,001 - 0 0 0,0 - - - -
21 Merkuri (Hg) mg/L <0,0002 <0,0002 0,002 0 0 0,0 0 0 0 0
22 Minyak dan Lemak mg/L 0,245 0,345 1 0,345 0,345 0,3 0 0 0 0
23 Deterjen sbg MBAS mg/L <0,001 0,009 0,2 0,009 0,009 0,0 0 0 0 0
24 Fenol mg/L <0,001 0,015 0,01 0,015 0,015 0,0 -2 -2 0 -4
koloni/
25 Fecal Coliform 0 60 1000 60 60 60,0 0 0 0 0
100 mL
koloni/
26 Total Coliform 20 140 5000 140 140 140,0 0 0 0 0
100 mL
Jumlah skor -14
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pawan adalah sebesar -14,
sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu badan air kelas
II). Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah klorida bebas dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


34
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (S.PW-02)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No
Parameter Uji Satuan Sungai Pawan mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 27,8 26,2 ±3 26,2 26,2 26,2 0 0 0 0
2 TDS mg/L 39 35 1000 35 35 35,0 0 0 0 0
3 TSS mg/L 22 26,3 50 26,3 26,3 26,3 0 0 0 0
4 pH - 7,93 6,63 6–9 6,63 6,63 6,6 0 0 0 0
5 BOD mg/L 1,21 1,27 3 1,27 1,27 1,3 0 0 0 0
6 COD mg/L 13,9 20,8 25 20,8 20,8 20,8 0 0 0 0
7 DO mg/L 6,79 3,17 4 3,17 3,17 3,2 -2 -2 -6 -10
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,022 0,038 0,2 0,038 0,038 0,0 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 1,12 1 10 1 1 1,0 0 0 0 0
10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,014 0,007 0,06 0,007 0,007 0,0 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,15 <0,002 - 0 0 0,0 - - - -
12 Besi mg/L 2,27 1,06 - 1,06 1,06 1,1 - - - -
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 <0,001 0,05 0 0 0,0 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0 0 0,0 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,002 0,03 0 0 0,0 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L < 0,003 - 0,01 0 0 0,0 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 23 4,81 600 4,81 4,81 4,8 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L <0,002 0,005 0,02 0,005 0,005 0,0 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,0009 0,1 0,03 0,1 0,1 0,1 -2 -2 -6 -10
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 <0,001 - 0 0 0,0 - - - -
21 Merkuri (Hg) mg/L <0,0002 <0,0002 0,002 0 0 0,0 0 0 0 0
22 Minyak dan Lemak mg/L 0,282 0,335 1 0,335 0,335 0,3 0 0 0 0
23 Deterjen sbg MBAS mg/L <0,001 0,005 0,2 0,005 0,005 0,0 0 0 0 0
24 Fenol mg/L <0,001 0,038 0,01 0,038 0,038 0,0 -2 -2 0 -4
koloni/
25 Fecal Coliform 0 0 1000 0 0 0,0 0 0 0 0
100 mL
koloni/
26 Total Coliform 0 0 5000 0 0 0,0 0 0 0 0
100 mL
Jumlah skor -24
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pawan adalah sebesar -24,
sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu badan air kelas
II). Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah DO, klorida bebas dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


35
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

3. Sungai Keriau (Pawan Hulu)


Sungai Keriau merupakan hulunya Sungai Pawan yang terletak di Kecamatan Hulu Sungai. Pada
daerah sekitar sungai Keriau masih terdapat hutan sekunder dan khususnya daerah sempadan sungai
sudah banyak ditanami pohon karet oleh masyarakat setempat. Aktivitas yang berada di daerah aliran
sungai Keriau antara lain: pemukiman dan perkebunan masyarakat. Dilihat dari peta kawasan hutan, di
tepian sungai Keriau terdapat Kawasan Hutan Lindung. Saat ini kegiatan perkebunan kelapa sawit milik PT.
Sawit Makmur Sejahtera belum memulai kegiatan, dan masih pada tahapan sosialisasi dan pembebasan
lahan.
Pada beberapa lokasi di Sungai Keriau masih terdapat kegiatan penambangan emas di dalam aliran
sungai Keriau, dengan bentuk ponton terapung. Menurut informasi masyarakat setempat (masyarakat
Menyumbung, Sandai dan sekitarnya) pada daerah hulu sungai Keriau masih beroperasi kegiatan
penambangan emas ilegal yang dikelola oleh masyarakat lokal maupun pendatang.
Pemantauan sampel air sungai Keriau dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Keriau dilaksanakan di 8 (Delapan) titik pengambilan, 2 titik
lokasi pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak untuk semester 1 dan
SUCOFINDO Pontianak untuk semester 2 dan 6 titik dianalisis di Laboratorium Lingkungan Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke 8 (delapan) titik pengamatan sebagai berikut:

AKTIFITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT
SEKITAR LOKASI (Administrasi)
Sungai Keriau E = 1100 45’ 46,1”
1 HS -2 Pemukiman Kecamatan Hulu Sungai
(Desa Menyumbung) S = 010 02’ 56,3”
Sungai Keriau E = 1100 42’ 01,3”
2 HS -4 Pemukiman Kecamatan Hulu Sungai
(Desa Randau Jungkal) S = 010 10’ 30,0”
Sungai Keriau E = 1100 39’ 40,5”
3 HS -5 Pemukiman Kecamatan Hulu Sungai
(Desa Demit) S = 010 10’ 40,2”
Sungai Keriau E = 1100 34’ 22,7”
4 HS -6 Pemukiman Kecamatan Hulu Sungai
(Desa Patai Patah) S = 010 12’ 08,9”
Jembatan Muara Cekak E = 1100 33’ 09,9”
5 HS -7 Pemukiman Kecamatan Hulu Sungai
(Sungai Cekak) S = 010 12’25,5”

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


36
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 1 (HS-1)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Keriau Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 29,00 ±3 29,0 25,0 27,00 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 13,00 17,06 1000 17,1 13,0 15,03 0 0 0 0

3 pH - 8,10 7,70 6–9 8,1 7,7 7,90 0 0 0 0

4 BOD mg/L 1,20 4,00 3 4,0 1,2 2,60 -2 0 0 -2

5 COD mg/L 44,80 12,32 25 44,8 12,3 28,56 -2 0 -6 -8

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 0,04 - 0,1 0,0 0,04 - - - 0

8 Besi mg/L 0,80 - - 0,8 0,8 0,80 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 - 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L <0,1 0,12 0,01 0,1 0,1 0,12 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -21

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 1adalah
sebesar -21, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


37
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (HS-2)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Keriau Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 29,10 ±3 29,1 25,0 27,05 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 18,00 13,34 1000 18,0 13,3 15,67 0 0 0 0

3 pH - 8,10 7,90 6–9 8,1 7,9 8,00 0 0 0 0

4 BOD mg/L 1,20 5,00 3 5,0 1,2 3,10 -2 0 -6 -8

5 COD mg/L 34,60 34,73 25 34,7 34,6 34,67 -2 -2 -6 -10

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,03 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,03 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,10 0,05 - 0,1 0,0 0,07 - - - 0

8 Besi mg/L 0,60 - - 0,6 0,6 0,60 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 - 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,30 <0,02 0,01 0,3 0,3 0,30 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -29

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 2adalah
sebesar -29, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


38
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (HS-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Keriau Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 29,70 ±3 29,7 25,0 27,35 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 8,00 17,36 1000 17,4 8,0 12,68 0 0 0 0

3 pH - 8,30 7,90 6–9 8,3 7,9 8,10 0 0 0 0

4 BOD mg/L 1,20 3,00 3 3,0 1,2 2,10 0 0 0 0

5 COD mg/L 40,70 21,65 25 40,7 21,7 31,18 -2 0 -6 -8

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,10 - - 0,1 0,1 0,10 - - - 0

8 Besi mg/L 0,50 - - 0,5 0,5 0,50 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 - 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 - 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 - 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,37 0,02 0,01 0,4 0,0 0,20 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -19

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 3adalah
sebesar -19, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


39
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (HS-4)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Keriau mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 26,20 24,30 ±3 26,2 24,3 25,25 0 0 0 0
2 TDS mg/L 81,00 68,00 1000 81,0 68,0 74,50 0 0 0 0
3 TSS mg/L 88,20 224,00 50 224,0 88,2 156,10 -2 -2 -6 -10
4 pH - 7,23 6,45 6–9 7,2 6,5 6,84 0 0 0 0
5 BOD mg/L 3,03 7,59 3 7,6 3,0 5,31 -2 -2 -6 -10
6 COD mg/L 25,10 34,16 25 34,2 25,1 29,63 -2 -2 -6 -10
7 DO mg/L 6,79 10,52 4 10,5 6,8 8,66 0 0 0 0
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,08 0,13 0,2 0,1 0,1 0,10 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,32 7,23 10 7,2 0,3 3,78 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 <0,02 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,13 1,31 - 1,3 0,1 0,72 - - - 0
12 Besi mg/L 1,89 0,99 - 1,9 1,0 1,44 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 <0,001 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,001 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,001 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 13,50 11,26 600 13,5 11,3 12,38 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L 0,01 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,06 0,01 0,03 0,1 0,0 0,03 -2 0 -6 -8
20 Sulfat (SO4) mg/L 0,37 13,00 - 13,0 0,4 6,68 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L <0,0002 <0,0002 0,002 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
22 Minyak dan Lemak mg/L 0,41 - 1 0,4 0,4 0,41 0 0 0 0
23 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,01 - 0,2 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
24 Fenol mg/L <0,001 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
25 Fecal Coliform koloni/100 mL 10,00 8,00 1000 10,0 8,0 9,00 0 0 0 0
26 Total Coliform koloni/100 mL 80,00 16,00 5000 80,0 16,0 48,00 0 0 0 0
Jumlah skor -38
Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 4adalah
sebesar -38, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TSS, BOD dan COD.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


40
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (HS-5)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Keriau mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 25,90 24,20 ±3 25,9 24,2 25,05 0 0 0 0
2 TDS mg/L 69,00 40,90 1000 69,0 40,9 54,95 0 0 0 0
3 TSS mg/L 61,30 134,00 50 134,0 61,3 97,65 -2 -2 -6 -10
4 pH - 7,06 6,72 6–9 7,1 6,7 6,89 0 0 0 0
5 BOD mg/L 2,95 7,59 3 7,6 3,0 5,27 -2 0 -6 -8
6 COD mg/L 28,70 34,16 25 34,2 28,7 31,43 -2 -2 -6 -10
7 DO mg/L 6,79 10,61 4 10,6 6,8 8,70 0 0 0 0
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,05 0,14 0,2 0,1 0,0 0,09 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,57 7,89 10 7,9 0,6 4,23 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 <0,02 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,10 0,82 - 0,8 0,1 0,46 - - - 0
12 Besi mg/L 1,18 0,83 - 1,2 0,8 1,01 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L <0,001 <0,001 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,001 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,001 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 11,70 9,38 600 11,7 9,4 10,54 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L 0,01 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,07 0,00 0,03 0,1 0,0 0,04 -2 0 -6 -8
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 13,48 - 13,5 13,5 13,48 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L <0,0002 <0,0002 0,002 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
22 Minyak dan Lemak mg/L 0,41 - 1 0,4 0,4 0,41 0 0 0 0
23 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,02 - 0,2 0,0 0,0 0,02 0 0 0 0
24 Fenol mg/L <0,001 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
25 Fecal Coliform koloni/100 mL 0,00 8,00 1000 8,0 0,0 4,00 0 0 0 0
26 Total Coliform koloni/100 mL 30,00 16,00 5000 30,0 16,0 23,00 0 0 0 0
Jumlah skor -36
Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 5 adalah
sebesar -36, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah TSS, BOD, COD dan klorida bebas .

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


41
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

4. Sungai Kendawangan

Sungai Kendawangan yang merupakan tumpuan aktivitas masyarakat yang berada pinggiran sungai
dan masuk dalam 2 (dua) wilayah Kecamatan. Wilayah yang masuk dalam 2 Kecamatan yaitu Wilayah
Kecamatan Marau dan Kecamatan Kendawangan.
Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Kendawangan, yaitu kegiatan perkebunan kelapa sawit
(Golden Hope Group, Sinar Mas Group), aktivitas dermaga (pelabuhan CPO Golden Hope, pelabuhan
bongkar muat kegiatan penambangan bauksit PT. Harita Prima Abadi Mineral), penambangan bauksit (PT.
Harita Prima Abadi Mineral), penambangan bijih besi (PT. Putra Alam Lestari dan PT. Kendawangan Putra
Lestari), penambangan pasir zirkon, pemukiman penduduk. Keberadaan Sungai Kendawangan selain untuk
sarana transportasi sungai, juga berfungsi sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari bagi masyarakat yang
berada di sepanjang sungai Kendawangan (Mencuci, memasak, sanitasi). Daerah hulu dari Sungai
Kendawangan berada di Kecamatan Marau.
Pemantauan sampel air sungai Kendawangan dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Kendawangan dilaksanakan di 8 (Delapan) titik pengambilan, 2 titik
lokasi pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak dan 6 titik dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke 8 (delapan) titik
pengamatan sebagai berikut:

AKTIVITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT
SEKITAR LOKASI (Administrasi)
Muara Sungai E = 1100 16’39” Kec.
1 S.KDW-1 Muara Anak Sungai
Membuluh S = 020 31’07” Kendawangan
E = 1100 18’ 01” Kec.
2 S.KDW-2 Sungai Membuluh Kebun Kelapa Sawit
S = 020 31’39” Kendawangan
Sebelum Muara Sungai E = 1100 17’35” Kec.
3 S.KDW-3 Kebun Kelapa Sawit
Membuluh S = 020 29’ 07” Kendawangan
Pelabuhan PT. HPAM E = 1100 17’ 36,4” Kec.
4 S.KDW-4 Pertambangan Bauksit
Kendawangan S = 02029’06,9” Kendawangan
E = 1100 20’50,4” Pelabuhan, Pertambangan Kec.
5 S.KDW-5 Dermaga PT. PAL
S = 020 26’ 50,4” Bijih Besi Kendawangan
Pelabuhan PT. HPAM E = 1100 23’37,7” Kec.
6 S.KDW-6 Pertambangan Bauksit
Air Upas S = 020 19’ 06,9” Kendawangan
E = 110022’13,4” Pemukiman Penduduk, Kec.
7 S.KDW-7 Jembatan Kelampai
S = 020 17’59,1” Tranportasi Penyebrangan Kendawangan
E = 1100 29’ 33,0” Pemukiman Penduduk,
8 S.KDW-8 Dermaga Desa Bakung Kec. Marau
S = 020 09’34,1” Pelabuhan CPO

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


42
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 1 (S.KDW-1)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 29,20 28,00 ±3 29,2 28,00 28,60 -1 0 -3 -4

2 TDS mg/L - 14,70 1000 14,7 14,70 14,70 0 0 0 0

3 TSS mg/L 41,80 41,80 50 41,8 41,80 41,80 0 0 0 0

4 pH - 5,90 6,90 6–9 6,9 5,90 6,40 0 -2 0 -2

5 BOD mg/L 1,80 5,00 3 5,0 1,80 3,40 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 26,93 62,69 25 62,7 26,93 44,81 -2 -2 -6 -10

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 0,17 - 0,2 0,17 0,17 - - - 0

9 Besi mg/L 0,22 0,92 - 0,9 0,22 0,57 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,004 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,01 0,02 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,18 0,14 0,01 0,2 0,14 0,16 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -34

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
1adalah sebesar -34, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


43
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (S.KDW-2)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 30,00 29,00 ±3 30,0 29,00 29,50 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L - 406,00 1000 406,0 406,00 406,00 0 0 0 0

3 TSS mg/L 1145,00 1145,00 50 1145,0 1145,00 1145,00 -2 -2 -6 -10

4 pH - 6,60 6,80 6–9 6,8 6,60 6,70 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,80 3,00 3 3,0 0,80 1,90 0 0 0 0

6 COD mg/L 45,67 28,37 25 45,7 28,37 37,02 -2 -2 -6 -10

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 0,03 0,06 0,0 0,03 0,03 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 0,13 - 0,1 0,13 0,13 - - - 0

9 Besi mg/L 0,11 0,08 - 0,1 0,08 0,10 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L < 0,1 <0,1 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

Jumlah skor -25

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
2adalah sebesar -25, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TSS dan COD.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


44
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (S.KDW-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 31,00 29,50 ±3 31,0 29,50 30,25 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L - 502,00 1000 502,0 502,00 502,00 0 0 0 0

3 TSS mg/L 6,84 6,84 50 6,8 6,84 6,84 0 0 0 0

4 pH - 7,06 7,50 6–9 7,5 7,06 7,28 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,70 3,00 3 3,0 0,70 1,85 0 0 0 0

6 COD mg/L 30,38 40,13 25 40,1 30,38 35,25 -2 -2 -6 -10

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L < 0,01 <0,01 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,15 <0,1 0,01 0,2 0,15 0,15 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -25

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
3adalah sebesar -25, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


45
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (S.KDW-4)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 31,20 29,00 ±3 31,2 29,00 30,10 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L - 7,56 1000 7,6 7,56 7,56 0 0 0 0

3 TSS mg/L 9,89 9,89 50 9,9 9,89 9,89 0 0 0 0

4 pH - 6,70 7,00 6–9 7,0 6,70 6,85 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,40 10,00 3 10,0 0,40 5,20 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 23,26 34,92 25 34,9 23,26 29,09 -2 0 -6 -8

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L < 0,01 <0,01 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,15 0,27 0,01 0,3 0,15 0,21 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -31

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
4adalah sebesar -31, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


46
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (S.KDW-5)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 31,10 28,90 ±3 31,1 28,90 30,00 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L - 1769,00 1000 1769,0 1769,00 1769,00 -2 -2 -6 -10

3 TSS mg/L 13,88 13,88 50 13,9 13,88 13,88 0 0 0 0

4 pH - 6,40 7,50 6–9 7,5 6,40 6,95 0 0 0 0

5 BOD mg/L 1,90 3,00 3 3,0 1,90 2,45 0 0 0 0

6 COD mg/L 18,24 16,67 25 18,2 16,67 17,45 0 0 0 0

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L < 0,01 0,12 - 0,1 0,12 0,12 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 -2 -2 -6 -10

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,10 0,12 0,01 0,1 0,10 0,11 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -35

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
5adalah sebesar -35, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TDS, Cu dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


47
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 6 (S.KDW-6)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 30,90 29,00 ±3 30,9 29,00 29,95 -1 -1 -3 -5

2 TDS mg/L - 933,00 1000 933,0 933,00 933,00 0 0 0 0

3 TSS mg/L 12,50 12,50 50 12,5 12,50 12,50 0 0 0 0

4 pH - 6,40 7,00 6–9 7,0 6,40 6,70 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,70 9,00 3 9,0 0,70 4,85 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 28,69 13,82 25 28,7 13,82 21,26 -2 0 0 -2

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L < 0,01 <0,01 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 -2 -2 -6 -10

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L < 0,1 1,56 0,01 1,6 1,56 1,56 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -35

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
6adalah sebesar -35, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, Cu dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


48
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 7 (S.KDW-7)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 24,40 29,85 ±3 29,9 24,40 27,13 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 52,00 8,10 1000 52,0 8,10 30,05 0 0 0 0

3 TSS mg/L 9,84 - 50 9,8 9,84 9,84 0 0 0 0

4 pH - 5,63 7,50 6–9 7,5 5,63 6,57 0 -2 0 -2

5 BOD mg/L 0,65 8,00 3 8,0 0,65 4,33 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 15,40 41,39 25 41,4 15,40 28,40 -2 0 -6 -8

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,17 <0,02 - 0,2 0,17 0,17 - - - 0

9 Besi mg/L 0,92 <0,01 - 0,9 0,92 0,92 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L 0,11 <0,005 0,05 0,1 0,11 0,11 -2 -2 -6 -10

11 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 0,02 0,02 0,0 0,02 0,02 -2 -2 -6 -10

12 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,003 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,02 <0,1 0,01 0,0 0,02 0,02 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -49

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
7adalah sebesar -49, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, Zn, Cu dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


49
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 8 (S.KDW-8)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Kendawangan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 24,60 28,00 ±3 28,0 24,60 26,30 0 0 0 0

2 TDS mg/L 18386,00 651,00 1000 18386,0 651,00 9518,50 -2 0 -6 -8

3 TSS mg/L 9,40 - 50 9,4 9,40 9,40 0 0 0 0

4 pH - 6,70 7,00 6–9 7,0 6,70 6,85 0 0 0 0

5 BOD mg/L 3,19 5,00 3 5,0 3,19 4,10 -2 -2 -6 -10

6 COD mg/L 62,50 42,77 25 62,5 42,77 52,64 -2 -2 -6 -10

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,001 <0,01 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,02 <0,02 - 0,0 0,02 0,02 - - - 0

9 Besi mg/L 0,21 <0,01 - 0,2 0,21 0,21 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,15 0,05 0,2 0,02 0,09 -2 0 -6 -8

11 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 0,03 0,02 0,0 0,03 0,03 -2 -2 -6 -10

12 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L < 0,004 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,04 <0,1 0,01 0,0 0,04 0,04 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -56

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Kendawangan pada titik
8adalah sebesar -56, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TDS, BOD, COD, Zn, Cu dan
fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


50
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

5. Sungai Pesaguan

Sungai Pesaguan berada di wilayah administrasi Kecamatan Tumbang Titi, Kecamatan Matan Hilir
Selatan dan Sungai Melayu Rayak. Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Pesaguan adalah perkebunan
dan ladang (Karet) yang dikelola oleh masyarakat sekitar, perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh
perusahaan (Poliplant group dan Artuu Group), HTI yang dikelola oleh PT. Warna Hijau Pesaguan, dan
kegiatan penambangan (emas, zirkon, maupun timah). Untuk masyarakat yang berada di daerah muara
Sungai Pesaguan aktivitas yang dilakukan masyarakat adalah pertanian, perkebunan dan perdagangan.
Daerah sekitar Sungai Pesaguan, sebagian besar kebun karet, semak belukar, dan hutan sekunder. Untuk
aktivitas kegiatan perkebunan masih pada tahap pembersihan lahan (land clearing).

Pemantauan sampel air sungai Pesaguan dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Pesaguan dilaksanakan di 8 (Delapan) titik pengambilan, 2 titik
lokasi pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak dan 6 titik dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke 8 (delapan) titik
pengamatan sebagai berikut:

AKTIVITAS SEKITAR WILAYAH


NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT
LOKASI (Administrasi)
E : 110°07’24”
1 SPG-01 Jembatan Pesaguan Pemukiman Kec. MHS
S : 02°02’01”
E : 110°08’30”
2 SPG-02 S. Tapah Hutan / Semak Belukar Kec. MHS
S : 02°01’40”
E : 110°08’53”
3 SPG-03 S. Kepuluk Hutan / Semak Belukar Kec. MHS
S : 01°59’19”
E : 110°10’03”
4 SPG-04 S. Pesaguan Hutan / Semak Belukar Kec. MHS
S : 02°00’24”
E : 110°36’47”
5 SPG-05 Jembatan. Lama tumbang Titi Kebun Karet, Pemukiman Kec. Tb. Titi
S : 01°49’40”
E : 110°38’41” Pemukiman, Tambang
6 SPG-06 Belakang SD PL suka Damai Kec. Tb. Titi
S : 01°48’53” Emas
Jembatan Gantung Batu E : 110°42’15” Pemukiman, Tambang
7 SPG-07 Kec. Tb. Titi
Beransah S : 01°47’40” Emas
Jembatan Gantung desa E : 110°42’19”
8 SPG-08 Kebun Karet, Pemukiman Kec. Tb. Titi
Serangkah S : 01°46’44”

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


51
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 1 (SPG-1)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 26,90 25,80 ±3 26,9 25,80 26,35 0 0 0 0
2 TDS mg/L 265,00 29770,00 1000 29770,0 265,00 15017,50 -2 0 -6 -8
3 TSS mg/L 98,00 37,30 50 98,0 37,30 67,65 -2 0 -6 -8
4 pH - 5,43 6,92 6–9 6,9 5,43 6,18 0 -2 0 -2
5 BOD mg/L 4,66 2,63 3 4,7 2,63 3,65 -2 0 -6 -8
6 COD mg/L 16,60 66,50 25 66,5 16,60 41,55 -2 0 -6 -8
7 DO mg/L 3,84 6,08 4 6,1 3,84 4,96 0 -2 0 -2
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,16 0,04 0,2 0,2 0,04 0,10 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,80 0,18 10 0,8 0,18 0,49 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,001 <0,001 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,57 0,10 - 0,6 0,10 0,34 - - - 0
12 Besi mg/L 3,19 0,40 - 3,2 0,40 1,80 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L 0,03 <0,001 0,05 0,0 0,03 0,03 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 0,06 0,03 0,1 0,06 0,06 -2 -2 -6 -10
16 Kadmium (Cd) mg/L - <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 8,94 25370,00 600 25370,0 8,94 12689,47 -2 0 -6 -8
18 Sianida (CN) mg/L 0,01 0,01 0,02 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,42 0,02 0,03 0,4 0,02 0,22 -2 0 -6 -8
20 Sulfat (SO4) mg/L 31,10 250,00 - 250,0 31,10 140,55 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L - <0,0002 0,002 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
22 Belerang (H2S) 0,03 - 0,0 0,03 0,03
23 Minyak dan Lemak mg/L 0,31 0,51 1 0,5 0,31 0,41 0 0 0 0
24 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,02 0,04 0,2 0,0 0,02 0,03 0 0 0 0
25 Fenol mg/L 0,03 <0,001 0,01 0,0 0,03 0,03 -2 -2 -6 -10
koloni/
26 Fecal Coliform 10,00 0,00 1000 10,0 0,00 5,00 0 0 0 0
100 mL
koloni/
27 Total Coliform 30,00 30,00 5000 30,0 30,00 30,00 0 0 0 0
100 mL
Jumlah skor -72
Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air
BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
1adalah sebesar -72, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TDS, TSS, pH, BOD, COD, DO,
Pb, klorida, klorida bebas dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


52
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (SPG-2)
Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 26,90 25,90 ±3 26,9 25,90 26,40 0 0 0 0
2 TDS mg/L 74,00 49,00 1000 74,0 49,00 61,50 0 0 0 0
3 TSS mg/L 52,00 4,67 50 52,0 4,67 28,34 -2 0 0 -2
4 pH - 5,65 7,57 6–9 7,6 5,65 6,61 0 -2 0 -2
5 BOD mg/L 4,66 1,80 3 4,7 1,80 3,23 -2 0 -6 -8
6 COD mg/L 11,10 21,70 25 21,7 11,10 16,40 0 0 0 0
7 DO mg/L 2,80 7,13 4 7,1 2,80 4,97 0 -2 0 -2
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,06 0,02 0,2 0,1 0,02 0,04 0 0 0 0
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,78 0,05 10 0,8 0,05 0,41 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,001 0,00 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,15 0,08 - 0,1 0,08 0,12 - - - 0
12 Besi mg/L 2,92 0,41 - 2,9 0,41 1,67 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L 0,01 <0,001 0,05 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 < 0,002 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L - <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 5,96 18,30 600 18,3 5,96 12,13 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L 0,01 0,00 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,07 0,03 0,03 0,1 0,03 0,05 -2 0 -6 -8
20 Sulfat (SO4) mg/L 6,57 6,46 - 6,6 6,46 6,52 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L - <0,0002 0,002 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
22 Belerang (H2S) 0,00 - 0,0 0,00 0,00
23 Minyak dan Lemak mg/L 0,29 0,34 1 0,3 0,29 0,31 0 0 0 0
24 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,00 0,02 0,2 0,0 0,00 0,01 0 0 0 0
25 Fenol mg/L <0,001 <0,001 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0
koloni/
26 Fecal Coliform 430,00 10,00 1000 430,0 10,00 220,00 0 0 0 0
100 mL
koloni/
27 Total Coliform 720,00 110,00 5000 720,0 110,00 415,00 0 0 0 0
100 mL
Jumlah skor -22
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
2adalah sebesar -22, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah TDS, TSS, pH, BOD, DO dan
klorida bebas.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


53
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (SPG-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 30,40 25,10 ±3 30,4 25,10 27,75 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L - 3,40 1000 3,4 3,40 3,40 0 0 0 0

3 TSS mg/L 32,00 - 50 32,0 32,00 32,00 0 0 0 0

4 pH - 8,10 6,00 6–9 8,1 6,00 7,05 0 0 0 0

5 BOD mg/L 1,30 12,00 3 12,0 1,30 6,65 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L - 7,37 25 7,4 7,37 7,37 0 0 0 0

7 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,07 0,14 0,06 0,1 0,07 0,10 -2 -2 -6 -10

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 <0,005 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 1,18 4,05 0,01 4,1 1,18 2,62 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -29

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
3adalah sebesar -29, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


54
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (SPG-4)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 30,70 25,00 ±3 30,7 25,00 27,85 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L - 7,80 1000 7,8 7,80 7,80 0 0 0 0

3 TSS mg/L 32,60 - 50 32,6 32,60 32,60 0 0 0 0

4 pH - - 7,00 6–9 7,0 7,00 7,00 0 0 0 0

5 BOD mg/L 1.0 9,00 3 9,0 9,00 9,00 -2 -2 -6 -10

6 COD mg/L - 34,32 25 34,3 34,32 34,32 -2 -2 -6 -10

7 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,07 0,00 0,06 0,1 0,00 0,03 -2 0 0 -2

9 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,02 <0,02 - 0,0 0,02 0,02 - - - 0

10 Besi mg/L 0,11 0,39 - 0,4 0,11 0,25 - - - 0

11 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,006 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 <0,005 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

15 Fenol mg/L 1,22 0,29 0,01 1,2 0,29 0,76 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -33

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
4adalah sebesar -33, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


55
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (SPG-5)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
Sungai mutu
No Parameter Uji Satuan Skor
Pesaguan
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 30,10 25,10 ±3 30,1 25,10 27,60 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L - 9,50 1000 9,5 9,50 9,50 0 0 0 0

3 TSS mg/L 18,14 - 50 18,1 18,14 18,14 0 0 0 0

4 pH - 12,70 7,00 6–9 12,7 7,00 9,85 -2 0 -6 -8

5 BOD mg/L 1,60 11,00 3 11,0 1,60 6,30 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L - 71,42 25 71,4 71,42 0,00 -2 -2 0 -4

7 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,1 0,06 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

9 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,04 <0,02 - 0,0 0,04 0,04 - - - 0

10 Besi mg/L 0,98 1,20 - 1,2 0,98 1,09 - - - 0

11 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 <0,005 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

15 Fenol mg/L 1,55 0,35 0,01 1,6 0,35 0,95 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -31

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
5adalah sebesar -31, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah pH, BOD, COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


56
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 6 (SPG-6)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 28,80 25,00 ±3 28,8 25,00 26,90 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L - 10,70 1000 10,7 10,70 10,70 0 0 0 0

3 TSS mg/L 17,40 - 50 17,4 17,40 17,40 0 0 0 0

4 pH - - 7,00 6–9 7,0 7,00 7,00 0 0 0 0

5 BOD mg/L 1,50 15,00 3 15,0 1,50 8,25 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L - 56,71 25 56,7 56,71 56,71 -2 -2 -6 -10

7 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 0,27 0,06 0,3 0,27 0,27 -2 -2 -6 -10

9 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,002 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

10 Besi mg/L 0,69 1,28 - 1,3 0,69 0,98 - - - 0

11 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 <0,005 0,02 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

13 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

15 Fenol mg/L 0,48 0,15 0,01 0,5 0,15 0,32 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -39

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
6adalah sebesar -39, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


57
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 7 (SPG-7)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 28,80 25,00 ±3 28,8 25,00 26,90 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L - 10,50 1000 10,5 10,50 10,50 0 0 0 0

3 TSS mg/L 8,80 - 50 8,8 8,80 0,00 0 0 0 0

4 pH - 9,20 7,00 6–9 9,2 7,00 8,10 -2 0 0 -2

5 BOD mg/L 0,60 5,00 3 5,0 0,60 2,80 -2 0 0 -2

6 COD mg/L - 52,61 25 52,6 52,61 52,61 -2 -2 -6 -10

7 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

8 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 0,12 0,06 0,1 0,12 0,12 -2 -2 -6 -10

9 Amoniak (NH3-N) mg/L < 0,02 <0,02 - 0,0 0,00 0,00 - - - 0

10 Besi mg/L 0,64 0,51 - 0,6 0,51 0,58 - - - 0

11 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 0,01 0,02 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0

13 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

14 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

15 Fenol mg/L 0,58 0,45 0,01 0,6 0,45 0,52 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -35

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
7adalah sebesar -35, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


58
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 8 (SPG-8)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Pesaguan Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 28,50 25,00 ±3 28,5 25,00 26,75 -1 0 0 -1

2 pH - 6,00 7,00 6–9 7,0 6,00 6,50 0 0 0 0

3 BOD mg/L 0,70 5,00 3 5,0 0,70 2,85 -2 0 0 -2

4 COD mg/L - 41,11 25 41,1 41,11 41,11 -2 -2 -6 -10

5 Nitrat sbg NO3-N mg/L - <0,01 10 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L < 0,01 1,56 0,06 1,6 1,56 1,56 -2 -2 -6 -10

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 <0,02 - 0,0 0,05 0,00 - - - 0

8 Besi mg/L 0,46 0,41 - 0,5 0,41 0,43 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L < 0,005 <0,005 0,05 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L < 0,005 0,01 0,02 0,0 0,01 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,00 0,00 0 0 0 0

12 Fenol mg/L < 0,1 0,18 0,01 0,2 0,18 0,18 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -33

Kelas Air D
CEMAR
Status Mutu Air BERAT

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Pesaguan pada titik
8adalah sebesar -33, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR BERAT (dibandingkan dengan baku
mutu badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


59
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

6. Sungai Jelai
Sungai Jelai yang merupakan tumpuan aktivitas masyarakat yang berada pinggiran sungai dan
masuk dalam 2 (dua) wilayah Kecamatan. Wilayah yang masuk dalam 2 Kecamatan yaitu Wilayah
Kecamatan Jelai Hulu dan Kecamatan Manis Mata.
Sungai Jelai berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Tengah, Hulu Sungai Jelai berada di
Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan hilir Sungai Jelai berada di Kuala Jelai / Natai Kuini. Daerah
Sungai Jelai yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Sukamara dan wilayah
terdekat yang masuk di Kabupaten Ketapang adalah Sukaramai, yang bersebelahan langsung dengan
Sukamara.
Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Jelai di wilayah Kecamatan Manis Mata adalah kegiatan
perkebunan kelapa sawit (PT. Harapan Sawit Lestari, PT. Harapan Hibrida Kalbar, PT. UAI), aktivitas
dermaga (pelabuhan CPO PT. Harapan Sawit Lestari yang berada di daerah Jambi). Untuk kegiatan yang
berada di wilayah Kecamatan Jelai Hulu yaitu Perkebunan Kelapa Sawit (PT. Fangiono, di daerah
Pangkalan Suka).
Pemantauan sampel air sungai Jelai dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Jelai dilaksanakan di 6 (Enam) titik pengambilan, 2 titik lokasi
pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak untuk semseter 1 dan
SUCOFINDO Pontianak untuk semester 2, sedangkan 4 titik dianalisis di Laboratorium Lingkungan Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke di 6 (Enam) titik pengamatan sebagai berikut:

AKTIFITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT SEKITAR
LOKASI (Administrasi)

E = 110º45’ 26,0”
1 S.J-01 Jembatan Lama Tanjung Pemukiman Kec. Jelai Hulu
S = 001º59’ 24,0”
Jembatan gantung E = 110º50’ 48,7”
2 S.J-02 Pemukiman Kec. Jelai Hulu
Riam Danau S = 001º56’ 45,1”
Jembatan gantung E = 110º52’ 36,1”
3 S.J-03 Pemukiman Kec. Jelai Hulu
Riam Kota S = 002º03’ 39,6”
E = 111º01’ 09,0”
4 S.J-04 Dermaga Manis Mata Pemukiman Kec. Manis Mata
S = 002º01’ 52,0”
Dermaga PT. HSL E = 111º03’ 52,1” Pemukiman dan
5 S.J-05 Kec. Manis Mata
Desa Jambi S = 002º39’ 54,0” Pelabuhan

E = 111º10’ 12,1”
6 S.J-06 Dermaga Sukamara Pemukiman Kec. Manis Mata
S = 002º42’ 26,1”

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


60
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:
• Titik 1 (S.J-1)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C - 28,00 ±3 28,0 28,0 28,00 0 0 0 0

2 TDS mg/L 6,00 10,85 1000 10,9 6,0 8,43 0 0 0 0

3 pH - 7,60 7,47 6–9 7,6 7,5 7,54 0 0 0 0

4 BOD mg/L 0,80 - 3 0,8 0,8 0,80 0 0 0 0

5 COD mg/L 31,00 27,70 25 31,0 27,7 29,35 -2 -2 -6 -10

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 0,07 0,06 0,1 0,1 0,07 -2 -2 -6 -10

7 Amoniak (NH3-N) mg/L <0,02 0,02 - 0,0 0,0 0,02 - - - 0

8 Besi mg/L 0,06 0,27 - 0,3 0,1 0,16 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,01 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,20 - 0,01 0,2 0,2 0,20 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -30

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 1adalah
sebesar -30, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah COD, nitrit dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


61
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (S.J-2)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 25,70 ±3 25,7 25,0 25,35 0 0 0 0

2 TDS mg/L 5,00 43,00 1000 43,0 5,0 24,00 0 0 0 0

3 pH - 7,60 6,98 6–9 7,6 7,0 7,29 0 0 0 0

4 BOD mg/L 0,80 3,84 3 3,8 0,8 2,32 -2 0 0 -2

5 COD mg/L 25,00 9,09 25 25,0 9,1 17,05 0 0 0 0

6 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 0,00 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

7 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,10 0,09 - 0,1 0,1 0,10 - - - 0

8 Besi mg/L 1,80 0,41 - 1,8 0,4 1,11 - - - 0

9 Seng (Zn) mg/L <0,005 0,02 0,05 0,0 0,0 0,02 0 0 0 0

10 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 <0,002 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Fenol mg/L 0,55 <0,001 0,01 0,6 0,6 0,55 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -12

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 2adalah
sebesar -12, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


62
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (S.J-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 27,80 ±3 27,8 25,0 26,40 0 0 0 0

2 TDS mg/L 5,00 14,54 1000 14,5 5,0 9,77 0 0 0 0

3 TSS mg/L - 32.0 50 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

4 pH - 7,00 7,50 6–9 7,5 7,0 7,25 0 0 0 0

5 BOD mg/L 2,40 1.3 3 2,4 2,4 2,40 0 0 0 0

6 COD mg/L 33,20 26,90 25 33,2 26,9 30,05 -2 -2 -6 -10

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L <0,02 <0,02 - 0,0 0,0 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L 0,90 0,33 - 0,9 0,3 0,61 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 < 0,01 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,17 - 0,01 0,2 0,2 0,17 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -20

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 3adalah
sebesar -20, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


63
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (S.J-4)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 28,10 ±3 28,1 25,0 26,55 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 4,00 18,19 1000 18,2 4,0 11,10 0 0 0 0

3 TSS mg/L - 32.6 50 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

4 pH - 6,70 7,13 6–9 7,1 6,7 6,92 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,80 1.0 3 0,8 0,8 0,80 0 0 0 0

6 COD mg/L 45,40 15,40 25 45,4 15,4 30,40 -2 0 -6 -8

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L <0,02 <0,02 - 0,0 0,0 0,00 - - - 0

9 Besi mg/L 0,70 0,27 - 0,7 0,3 0,49 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 < 0,01 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Fenol mg/L 0,15 - 0,01 0,2 0,2 0,15 -2 -2 -6 -10

Jumlah skor -19

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 5adalah
sebesar -19, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah COD dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


64
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (S.J-5)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 26,50 27,80 ±3 27,8 26,5 27,15 0 0 0 0

2 TDS mg/L 47,00 8,54 1000 47,0 8,5 27,77 0 0 0 0

3 TSS mg/L 16,40 18.14 50 16,4 16,4 16,40 0 0 0 0

4 pH - 6,36 5,15 6–9 6,4 5,2 5,76 0 -2 -6 -8

5 BOD mg/L 1,82 1.6 3 1,8 1,8 1,82 0 0 0 0

6 COD mg/L 20,80 31,60 25 31,6 20,8 26,20 -2 0 -6 -8

7 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

8 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,06 <0,02 - 0,1 0,1 0,06 - - - 0

9 Besi mg/L 0,76 0,35 - 0,8 0,4 0,56 - - - 0

10 Seng (Zn) mg/L 0,04 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,04 0 0 0 0

11 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

12 Timbal (Pb) mg/L <0,002 < 0,01 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

13 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

Jumlah skor -16

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 5adalah
sebesar -16, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah pH dan COD.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


65
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 6 (S.J-6)

Hasil Uji Baku Hasil Pengukuran Rincian skor


No Parameter Uji Satuan Sungai Jelai mutu Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II
1 Temperatur °C 26,40 28.5 ±3 26,4 26,4 26,40 0 0 0 0
2 TDS mg/L 41,00 37,00 1000 41,0 37,0 39,00 0 0 0 0
3 TSS mg/L 8,40 12,30 50 12,3 8,4 10,35 0 0 0 0
4 pH - 6,55 6,68 6–9 6,7 6,6 6,62 0 0 0 0
5 BOD mg/L 1.5 4,00 3 4,0 4,0 4,00 -2 -2 -6 -10
6 COD mg/L 5,19 21,50 25 21,5 5,2 13,35 0 0 0 0
7 DO mg/L 6,54 6,38 4 6,5 6,4 6,46 0 0 0 0
8 Total Fosfat Sbg P mg/L 0,02 0,23 0,2 0,2 0,0 0,12 -2 0 0 -2
9 Nitrat sbg NO3-N mg/L 0,22 0,40 10 0,4 0,2 0,31 0 0 0 0
10 Nitrit Sbg NO2-N mg/L 0,00 0,00 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,04 0,08 - 0,1 0,0 0,06 - - - 0
12 Besi mg/L 0,34 0,65 - 0,7 0,3 0,50 - - - 0
13 Seng (Zn) mg/L < 0,005 0,02 0,05 0,0 0,0 0,02 0 0 0 0
14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,001 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,002 0,03 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
16 Kadmium (Cd) mg/L < 0,003 - 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
17 Khlorida (Cl) mg/L 19,60 10,70 600 19,6 10,7 15,15 0 0 0 0
18 Sianida (CN) mg/L 0,00 0,02 0,02 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
19 Khlorida Bebas (Cl2) mg/L 0,03 0,08 0,03 0,1 0,0 0,06 -2 0 -6 -8
20 Sulfat (SO4) mg/L <0,001 2,36 - 2,4 2,4 2,36 - - - 0
21 Merkuri (Hg) mg/L <0,0002 <0,0002 0,002 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0
22 Minyak dan Lemak mg/L 0,21 0,25 1 0,2 0,2 0,23 0 0 0 0
23 Deterjen sbg MBAS mg/L 0,01 0,00 0,2 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0
24 Fenol mg/L <0,002 0,01 0,01 0,0 0,0 0,01 -2 -2 -6 -10
25 Fecal Coliform koloni/100 mL 120,00 0,00 1000 120,0 0,0 60,00 0 0 0 0
26 Total Coliform koloni/100 mL 220,00 0,00 5000 220,0 0,0 110,00 0 0 0 0
Jumlah skor -30
Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air
SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Jelai pada titik 6adalah
sebesar -30, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, Total Posfat, klorida bebas dan
fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


66
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

7. Sungai Tayap

Kecamatan Nanga Tayap merupakan salah satu kecamatan yang banyak memiliki aktivitas perusahaan
di dalam kawasannya. Aktivitas perusahaan yang berada di wilayah Kecamatan Nanga Tayap antara lain
kegiatan Pemanfaatan Hasil Hutan Alam (PT. Sukajaya Makmur), Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman
(PT. Wana Hijau Pesaguan), Perkebunan Kelapa Sawit (PT. Agrolestari Mandiri, PT. Sepanjang Inti Surya
Mulia, PT. Sawit Makmur Abadi, BGA Group, PT. GY Plantation, dll), Kegiatan Pertambangan Bauksit
(PT. Harita Prima Abadi Mineral) dan kegiatan lainnya.

Selain aktivitas perusahaan-perusahaan tersebut, pada anak-anak sungai Kayong dan Sungai Tayap
yang merupakan sungai terbesar di Kec. Nanga Tayap selain sungai Pawan, banyak terdapat kegiatan
penambangan emas tanpa ijin (PETI) dan penambangan pasir, antara lain terdapat di sungai Segagap
dan Sungai Demit.

Pemantauan sampel air sungai Tayap dilaksanakan dalam 2 (dua) kegiatan yang dibagi dalam 2
semester. Pengambilan sampel air sungai Tayap dilaksanakan di 6 (Enam) titik pengambilan, 2 titik lokasi
pengambilan sampel (*) dikirim dan dianalisis di BARISTAND Pontianak, sedangkan 4 titik dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang. Lokasi ke di 6 (Enam) titik
pengamatan sebagai berikut:

AKTIVITAS WILAYAH
NO KODE LOKASI SAMPEL KOORDINAT
SEKITAR LOKASI (Administrasi)
E = 1100 35’02” Dusun Engkadin
1 S.TY-1 Sungai Engkadin Perkebunan Sawit PT. SISM
S = 010 27’21” Desa Sepakat Jaya
Dusun Segagap
E = 1100 34’ 11” Pemukiman Penduduk, PETI,
2 S.TY-2 Sungai Segagap Desa Naanga
S = 010 30’55” Perkebunan Sawit BGA Grup
Tayap

Jembatan Nanga E = 110034’03” Desa Nanga Tayap


3 S.TY-3 Pemukiman Penduduk
Tayap S = 010 31’55” Ibukota Kecamatan
Sungai Demit, Tepi E = 1100 36’ 58” Penambangan pasir,
4 S.TY-4 Jalan Desa Desa Sekembar
S= 01035’51” pemukiman penduduk
Sekembar
Sungai Demit, E = 110037’09”
5 S.TY-5 Jembatan Desa PETI, Pemukiman Penduduk Desa Betenung
Betenung S = 010 35’ 42”

Dusun Muara
Muara Sungai E = 1100 21’22” Muara Sungai, Perkebunan
6 S.TY-6 Kayung
Kayung S = 010 37’37” Sawit PT. ALM
Desa Sungai Kelik

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


67
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Berikut status Mutu Air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metode storet diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut:
• Titik 1 (S.TY-1)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 27,00 ±3 27,0 25,0 26,00 0 0 0 0

2 TDS mg/L 3,00 6,20 1000 6,2 3,0 4,60 0 0 0 0

4 pH - 7,80 6,60 6–9 7,8 6,6 7,20 0 0 0 0

5 BOD mg/L 2,40 9,00 3 9,0 2,4 5,70 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 3,50 7,01 25 7,0 3,5 5,26 0 0 0 0

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,03 0,03 0,06 0,0 0,0 0,03 0 0 0 0

11 Amoniak (NH3-N) mg/L <0,02 0,02 - 0,0 0,0 0,02 - - - 0

12 Besi mg/L 0,40 0,19 - 0,4 0,2 0,30 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 0,05 0,03 0,0 0,0 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 < ,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L 0,13 <0,1 0,2 0,1 0,1 0,00 0 0 0 0

Jumlah skor -12

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 1adalah
sebesar -12, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD dan timbal.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


68
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 2 (S.TY-2)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 29,90 ±3 29,9 25,0 27,45 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 7,00 12,30 1000 12,3 7,0 9,65 0 0 0 0

4 pH - 8,00 6,80 6–9 8,0 6,8 7,40 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,80 20,00 3 20,0 0,8 10,40 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 19,40 21,64 25 21,6 19,4 20,52 0 0 0 0

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L <0,01 0,07 0,06 0,1 0,1 0,07 -2 -2 -6 -10

11 Amoniak (NH3-N) mg/L <0,02 0,04 - 0,0 0,0 0,04 - - - 0

12 Besi mg/L 0,40 1,97 - 2,0 0,4 1,19 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L <0,005 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Tembaga (Cu) mg/L <0,005 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 0,06 0,03 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L < 0,002 < 0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L 0,37 0,11 0,2 0,4 0,1 0,00 -2 0 0 -2

Jumlah skor -25

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 2adalah
sebesar -25, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, nitrit, timbal,dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


69
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 3 (S.TY-3)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 29,40 ±3 29,4 25,0 27,20 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 7,00 10,60 1000 10,6 7,0 8,80 0 0 0 0

4 pH - 7,90 6,90 6–9 7,5 6,9 7,20 0 0 0 0

5 BOD mg/L 2,40 19,00 3 19,0 2,4 10,70 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 11,33 20,91 25 20,9 11,3 16,12 0 0 0 0

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L <0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 0,02 - 0,1 0,0 0,04 - - - 0

12 Besi mg/L 0,40 0,96 - 1,0 0,4 0,68 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L 0,08 <0,005 0,05 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

14 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L <0,01 0,06 0,03 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L 0,42 <0,1 0,2 0,4 0,4 0,00 -2 -2 0 -4

Jumlah skor -21

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 3 adalah
sebesar -21, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, seng, timbal dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


70
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 4 (S.TY-4)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 25,00 27,70 ±3 27,7 25,0 26,35 0 0 0 0

2 TDS mg/L 7,30 10,22 1000 10,2 7,3 8,76 0 0 0 0

4 pH - 7,80 6,80 6–9 7,8 6,8 7,30 0 0 0 0

5 BOD mg/L 0,80 15,00 3 15,0 0,8 7,90 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 23,00 8,44 25 23,0 8,4 15,72 0 0 0 0

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,07 <0,01 0,06 0,1 0,1 0,07 -2 -2 -6 -10

11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,03 <0,02 - 0,0 0,0 0,03 - - - 0

12 Besi mg/L 0,40 0,95 - 0,9 0,4 0,67 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L 0,39 <0,005 0,05 0,4 0,4 0,00 -2 -2 0 -4

14 Tembaga (Cu) mg/L 0,01 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L < 0,01 0,07 0,03 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L <0,002 <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L 0,33 <0,1 0,2 0,3 0,3 0,00 -2 -2 0 -4

Jumlah skor -30

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 4 adalah
sebesar -30, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, seng, timbal dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


71
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 5 (S.TY-5)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 26,60 27,10 ±3 27,1 26,6 26,85 0 0 0 0

2 TDS mg/L 55,00 10,59 1000 55,0 10,6 32,80 0 0 0 0

3 TSS mg/L 10,00 18.14 50 10,0 10,0 0,00 0 0 0 0

4 pH - 6,63 6,80 6–9 6,8 6,6 6,72 0 0 0 0

5 BOD mg/L 2,42 15,00 3 15,0 2,4 8,71 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 15,00 14,94 25 15,0 14,9 14,97 0 0 0 0

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,05 <0,02 - 0,1 0,1 0,05 - - - 0

12 Besi mg/L 0,82 1,02 - 1,0 0,8 0,92 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L 0,04 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 0,06 0,03 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L - <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L <0,001 2,76 0,2 2,8 2,8 0,00 -2 -2 0 -4

Jumlah skor -16

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 5 adalah
sebesar -16, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, timbal, dan fenol.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


72
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

• Titik 6 (S.TY-6)

Hasil Uji Hasil Pengukuran Rincian skor


Baku
mutu
No Parameter Uji Satuan Sungai Tayap Skor
Mak Min Rata2 Mak Min Rata2
I II II

1 Temperatur °C 26,60 29,10 ±3 29,1 26,6 27,85 -1 0 0 -1

2 TDS mg/L 45,00 11,61 1000 45,0 11,6 28,31 0 0 0 0

3 TSS mg/L 17,00 17.4 50 17,0 17,0 0,00 0 0 0 0

4 pH - 6,50 7,50 6–9 7,5 6,5 7,00 0 0 0 0

5 BOD mg/L 2,02 8,00 3 8,0 2,0 5,01 -2 0 -6 -8

6 COD mg/L 6,03 72,92 25 72,9 6,0 39,48 -2 0 -6 -8

10 Nitrit Sebagai NO2-N mg/L 0,01 <0,01 0,06 0,0 0,0 0,01 0 0 0 0

11 Amoniak (NH3-N) mg/L 0,08 <0,02 - 0,1 0,1 0,08 - - - 0

12 Besi mg/L 0,67 1,17 - 1,2 0,7 0,92 - - - 0

13 Seng (Zn) mg/L <0,001 <0,005 0,05 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

14 Tembaga (Cu) mg/L <0,001 <0,005 0,02 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

15 Timbal (Pb) mg/L <0,002 0,10 0,03 0,1 0,1 0,00 -2 -2 0 -4

16 Kadmium (Cd) mg/L - <0,002 0,01 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

24 Fenol mg/L <0,001 <0,1 0,2 0,0 0,0 0,00 0 0 0 0

Jumlah skor -21

Kelas Air C
CEMAR
Status Mutu Air SEDANG

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor kualitas air sungai Tayap pada titik 2adalah
sebesar -25, sehingga status mutu airnya adalah TERCEMAR SEDANG (dibandingkan dengan baku mutu
badan air kelas II). Parameter yang perlu mendapat perhatian adalah BOD, COD, dan timbal.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


73
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

C. Pembahasan
Berdasarkan definisinya, pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan
tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk
menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan
dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran air (PP No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air).
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated beneficial water uses), juga
didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Oleh karena itu, penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkannya perlu disesuaikan
dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dalam laporan ini, klasifikasi kualitas air
mengacu pada kelas II.

Berdasarkan hasil pemantauan sungai yang berada di Kabupaten Ketapang seluruhnya melebihi baku
mutu air Kelas II dengan status yang bervariasi, dari 7 (tujuh) sungai di beberapa kecamatan di Kabupaten
Ketapang dengan titik pemantauan disepanjang aliran sungai diperoleh status air sungai sebagai berikut:

Tabel. Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Ketapang


Tahun 2013

Titik
No Sungai yang dipantau Kecamatan Frekuensi Status
Pantau
Titik 1 2 kali Cemar Berat
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Titik 3 2 kali Cemar Sedang
Titik 4 2 kali Cemar Berat
1. Sungai Laur Sungai Laur
Titik 5 2 kali Cemar Sedang
Titik 6 2 kali Cemar Sedang
Titik 7 2 kali Cemar Sedang
Titik 8 2 kali Cemar Sedang
Delta Pawan, Benua Titik 1 2 kali Cemar Sedang
2. Sungai Pawan Kayong, Nanga Tayap
dan Sandai Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Titik 1 2 kali Cemar Sedang
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
3. Sungai Keriau Hulu Sungai Titik 3 2 kali Cemar Sedang
Titik 4 2 kali Cemar Berat
Titik 5 2 kali Cemar Berat

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


74
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

Titik
No Sungai yang dipantau Kecamatan Frekuensi Status
Pantau
Titik 1 2 kali Cemar Berat
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Titik 3 2 kali Cemar Sedang
Kendawangan dan Titik 4 2 kali Cemar Berat
4. Sungai Kendawangan
Marau Titik 5 2 kali Cemar Berat
Titik 6 2 kali Cemar Berat
Titik 7 2 kali Cemar Berat
Titik 8 2 kali Cemar Berat
Titik 1 2 kali Cemar Berat
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Titik 3 2 kali Cemar Sedang
Tumbang Titi,
Kecamatan Matan Titik 4 2 kali Cemar Berat
5. Sungai Pesaguan
Hilir Selatan dan Titik 5 2 kali Cemar Berat
Sungai Melayu Rayak
Titik 6 2 kali Cemar Berat
Titik 7 2 kali Cemar Berat
Titik 8 2 kali Cemar Berat
Titik 1 2 kali Cemar Sedang
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Jelai Hulu dan Manis Titik 3 2 kali Cemar Sedang
6. Sungai Jelai
mata Titik 4 2 kali Cemar Sedang
Titik 5 2 kali Cemar Sedang
Titik 6 2 kali Cemar Sedang
Titik 1 2 kali Cemar Sedang
Titik 2 2 kali Cemar Sedang
Titik 3 2 kali Cemar Sedang
7. Sungai Nanga Tayap Nanga Tayap
Titik 4 2 kali Cemar Sedang
Titik 5 2 kali Cemar Sedang
Titik 6 2 kali Cemar Sedang

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan di beberapa titik lokasi pemantauan tampak bahwa
sungai yang dipantau tidak memenuhi baku mutu sebagai badan air kelas II dengan status yang bervariasi
dimulai dari TERCEMAR SEDANG hingga TERCEMAR BERAT. Parameter yang tidak memenuhi baku mutu
antara lain adalah TSS, BOD, COD, DO, nitrit, Total Posfat, logam Zn, Logam Pb, khlorida bebas dan fenol.

Sungai di Kabupaten Ketapang secara umum dimanfaatkan oleh penduduk sebagai irigasi pertanian,
transportasi air (penumpang dan barang). Di lain pihak sumber daya air juga dimanfaatkan sebagai badan air

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


75
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

penerima limbah dari kegiatan industri ataupun kegiatan domestik yang berpotensi untuk menurunkan
kualitas dari badan air tersebut. Pencemaran badan air dapat terjadi akibat limbah industri, limbah rumah
tangga/domestik maupun limbah pertanian. Berdasarkan sumbernya, pencemaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu pencemaran yang bersumber dari rumah tangga (domestik), limbah industri dari
perusahaan, dan limbah pertanian/perkebunan. Berbagai macam sumber pencemar menunjukkan bahwa
konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena sumber air limbah juga
bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan sampling sangat mempengaruhi besarnya
konsentrasi.

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap kualitas air sungai di Kabupaten Ketapang tampak bahwa
sungai dalam keadaan TERCEMAR SEDANG dan berat. Dilihat dari parameter yang melampaui baku mutu,
tampak bahwa bahan pencemar merupakan bahan organik. Hal ini ditandai dengan tingginya nilai BOD dan
rendahnya kadar oksigen yang terlarut dalam air (parameter DO). Kemungkinan bahan organik tersebut
berasal dari kegiatan domestik dan home industry yang bergerak diberbagai bidang Industri.

Secara fisik kondisi sebagian air sungai yang dilihat dari parameter Residu terlarut (TDS) dan Residu
tersuspensi (TSS ) keruh. Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air beberapa sungai, terdapat sungai
yang memiliki nilai TSS di atas baku mutu air kelas II yang dipersyaratkan. Hal ini dikarenakan kondisi air
sungai tersebut yang mulai mengalami perubahan fungsi dikarenakan banyaknya aktivitas yang terjadi di
sepanjang sungai sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi fisik air yang jelas tampak dari jumlah total
padatan yang tersuspensi di sungai tersebut.

Parameter air Sungai lain yang melebihi baku Mutu Air Kelas II adanya kadar COD di beberapa titik
pemantauan kualitas air sungai. Parameter COD ini adalah parameter yang sangat penting karena parameter
ini juga merupakan salah satu indikator pencemaran air, yang menunjukkan kandungan oksigen yang terdapat
di sungai. COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat
dalam sungai dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber oksigen. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam sungai. Salah satu parameter Sungai
yang tercemar dapat dilihat dari parameter COD. Tingginya parameter COD dapat disebabkan oleh limbah
industri ataupun limbah domestik pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak
tercemar mempunyai COD yang rendah.

Parameter air Sungai lain yang juga melebihi baku Mutu Air Kelas II adalah khlorida bebas yang
terdapat di beberapa sungai. Adanya kandungan khlorida bebas dapat diakibatkan oleh kondisi alamiah.
Secara alamiah, Keberadaan klorida pada sungai sangat banyak jumlahnya. Karena itu, sungai memiliki
tingkat klorida yang tinggi. Dalam jumlah yang kecil parameter khlorida tidak berpengaruh. Jumlah
konsentrasi yang berlebihan dari khlorida bebas tentu akan membuat air jadi tidak enak diminum dan

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


76
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

berbahaya. Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan
beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut
dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida.
Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam
konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia.
Parameter pencemaran air yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingginya kandungan logam di
salah satu sungai, yaitu logam Zn dan Pb. Untuk logam Zn Konsentrasinya dalam air secara alami umumnya
rendah, tetapi dalam beberapa tempat ditemukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Seng dalam
konsentrasi yang tinggi selalu ditemukan dalam air yang tercemar atau air yang mengalir melalui sistem
batuan dasar (bedrock) yang mengandung deposit seng. Dan rendahnya kandungan logam Zn di perairan
kemungkinan disebabkan oleh sifat logam Zn dalam lingkungan perairan dan sangat dipengaruhi oleh bentuk
senyawanya. Sedangkan logam Pb konsentrasinya dalam air dapat berasal dari kegiatan industri ataupun
pertanian yang menggunakan bahan bakar, dan lokasi yang sering dilalui transportasi air mengingat air
sungai yang berada di Kabupaten Ketapang juga digunakan sebagai jalur transportasi. Logam berat
merupakan salah satu komponen alami pada bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan.
Munculnya Logam berat dapat terjadi secara alamiah sebagai hasil dalam siklus biogeokimia. Logam berat
dalam aplikasinya dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, termasuk aktivitas domestik maupun
industri.

Parameter pencemaran air yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingginya kandungan nitrit, Fenol
dan Fosfat. Kondisi ini dapat ditemui pada semua badan air di Kabupaten Ketapang. Kemungkinan ketiga
parameter ini dapat berasal dari kegiatan industri ataupun pertanian, mengingat air sungai yang berada di
Kabupaten Ketapang juga digunakan sebagai air irigasi pertanian. Munculnya nitrit ataupun phospat dapat
terjadi karena pemakaian pupuk organik buatan yang berlebihan. Keberadaan Fenol dalam air dapat
membahayakan kehidupan biota air, misalnya ikan. Fenol merupakan senyawa organik dari golongan
senyawa aromatik yang dirumuskan dengan rumus kimia C6H5OH.Fenol banyak dijumpai sebagai polutan
dalam industri, terutama industri kimia. Kegiatan atau aktivitas rumah tangga, industri dan aktivitas alamiah
dapat menghasilkan limbah cair yang mengandung Fenol.

Sumber air limbah domestik adalah seluruh buangan air yang berasal dari seluruh kegiatan
Permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, penginapan dan industri skala rumah tangga yang
bergerak dibidangnya masing-masing. Limbah cair ini meliputi limbah buangan kamar mandi, toilet, dapur dan
air bekas pencucian pakaian. Sedangkan limbah dari industri berasal dari aktivitas perusahaan-perusahaan
yang ada di sekitar sungai baik yang bergerak dibidang perkebunan ataupun pertambangan.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


77
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

BAB V
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pemantauan Kualitas air di lapangan dan hasil pemeriksaan di laboratorium
pada sungai-sungai penting di Kabupaten Ketapang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar sungai-sungai di Kabupaten Ketapang sudah tercemar akibat adanya aktivitas
pemanfaatan lahan di daerah aliran sungai tersebut seperti perkebunan kelapa sawit dan pertambangan
serta adanya kegiatan penambangan emas ilegal, baik yang dilakukan oleh masyarakat setempat
maupun pendatang.

2. Pencemaran yang terjadi di sungai-sungai tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi ekosistem dan
dapat membahayakan kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut untuk kebutuhan
hidupnya sehari-hari.

3. Dari hasil pengujian sampel air di laboratorium didapatkan bahwa rata-rata kualitas air sungai di
Kabupaten Ketapang termasuk dalam Kelas III (tiga), dimana air tersebut dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

B. Saran
Sebagai tindak lanjut hasil kegiatan pemantauan kualitas air pada sungai-sungai di Kabupaten
Ketapang sesuai dengan hasil pemantauan dan pemeriksaan di laboratorium maka dapat disarankan sebagai
berikut:

1. Bahwa kepada masyarakat yang berada di sekitar sungai-sungai yang tercemar tersebut untuk tidak
mempergunakan air sungai sebagai bahan baku air minum. Untuk kebutuhan lainnya seperti: mandi dan
cuci dapat terus dipergunakan tetapi perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut seperti pengendapan dan
penyaringan terlebih dahulu.

2. Di samping itu disarankan kepada masyarakat setempat yang belum mempunyai sumur gali agar
mengupayakan membuat sumur gali tersebut sebagai alternatif sumber air baku.

3. Sebagai upaya untuk melindungi kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui secara dini terjadinya
pencemaran sungai maka perlu dilakukan pemantauan dan penyuluhan kepada masyarakat secara
berkala di lapangan oleh instansi terkait.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


78
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

4. Untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi sebagai akibat pencemaran air sungai di Kabupaten
Ketapang maka perlu dilakukan penelitian terhadap masyarakat pengguna air sungai dengan cara
pemeriksaan laboratorium terhadap darah, kuku dan rambut masyarakat setempat serta melakukan
pemeriksaan terhadap sedimen dan ikan konsumsi yang berada di daerah aliran sungai.

5. Dengan berkembangnya pembangunan sektor industri, pertambangan dan perkebunan di Kabupaten


Ketapang saat ini yang dampaknya akan mempengaruhi Daerah Aliran Sungai (DAS) maka perlu
dilakukan inventarisasi kegiatan-kegiatan yang ada di sepanjang DAS serta identifikasi limbah yang
dihasilkan dan dibuang ke sungai.

6. Perlu diambil langkah-langkah dalam upaya mensosialisasikan semua peraturan perundang-undangan


yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat sekitar sehingga semua sanksi-sanksi dan penegakan
hukum lingkungan dengan sendirinya dapat diketahui masyarakat.

7. Mengingat keterbatasan Laboratorium Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang, perlu adanya
peningkatan sarana dan sumber daya manusia, sehingga Laboratorium tersebut dapat berfungsi secara
maksimal.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sungai di beberapa kecamatan di Kabupaten Ketapang maka
direkomendasikan bahwa pentingnya pengawasan kualitas air sungai sebagai badan penerima (beban
pencemaran yang masuk ke lingkungan per satuan area) dan daya dukung lingkungan, maka sangat
diperlukan pengelolaan dan penanganan air limbah di Kabupaten Ketapang segera dilaksanakan pada
daerah perkebunan dan pertambangan serta daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena lokasi tersebut merupakan faktor yang paling mungkin untuk terjadinya pencemaran air
sungai.

Kepemilikan sarana dan prasarana fasilitas sanitasi kesehatan khususnya jamban dan tangki septik
serta bangunan resapan terutama didaerah Permukiman padat, bantaran sungai di beberapa kecamatan di
Kabupaten Ketapang merupakan kebutuhan yang harus dilakukan karena bila tidak dilakukan menimbulkan
dampak terhadap kehidupan biota air, kualitas air tanah, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan.

Semakin bertumbuhkembangnya keberadaan industri dan perusahaan-perusahaan di Kabupaten


Ketapang, seperti perhotelan, rumah makan, perusahaan sawit, pertambangan dan perusahaan lainnya,
selain menghasilkan produk yang mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi, juga menghasilkan limbah yang
dapat menimbulkan pencemaran air apabila tidak dikelola dengan benar. Terdapat beberapa industri/usaha di
Kabupaten Ketapang yang berpotensi mencemari air antara lain pencucian mobil, pabrik karet, rumah potong
hewan, pabrik tahu dan penggalian pasir di sungai. Serta adanya perusahaan-perusahaan perkebunan dan

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


79
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

pertambangan yang beraktivitas di daerah hulu sungai di beberapa kecamatan di Kabupaten Ketapang.
Dimana, industri tersebut di samping menghasilkan air limbah dalam jumlah besar juga membutuhkan air
dalam jumlah besar untuk proses produksi. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengelolaan dan penerapan
teknologi bersih dalam proses produksi untuk mengurangi volume limbah.

Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam Penanggulangan Pencemaran Air adalah sebagai
berikut:

1. Usaha reboisasi atau penghijauan serta pengelolaan daerah air sungai (DAS) untuk mengurangi
intensitas dan volume erosi.

2. Memonitor segala perubahan komposisi biotik dan abiotik dan ekosistem air yang menunjukkan telah
terjadinya pencemaran, kerusakan dan gangguan.

3. Menjaga kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air
agar tidak tercemar.

4. Tidak membuang sampah ke sungai.

5. Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan memadai. Hal ini mutlak dilakukan agar
sistem pembuangan sampah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sampah menjadi kontribusi
tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah sampah dapat segera teratasi maka pencemaran air pun
juga akan teratasi dengan cepat.

6. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.

7. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah
limbah yang merusak ekosistem. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air
bersih lainnya tidak tercemar.

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air
adalah melakukan usaha pencegahan pencemaran air. Usaha pencegahan pencemaran air ini bukan
merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air
limbah yang telah ditetapkan pemerintah.

2. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan.

3. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk mencegah
pencemaran air oleh bakteri.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


80
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

4. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di
perairan.

5. Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas mikroba
tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum.

6. Semua ketentuan di atas bila tidak dapat dipenuhi dapat dikenakan sanksi.

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


81
Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2013

REFERENSI

http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/11/pencemaran-air-di-sungai-oleh-logam-berat-2/

http://uphilunyue.blogspot.com/2013/03/penanggulangan-pencemaran-air.html
http://www.kajianpustaka.com/2012/11/sumber-dan-dampak-pencemaran-air.html#.UXEpk6IXE8o
http://irwantoshut.net/pencemaran_air.html
http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=99

Kantor Lingkungan Hidup Kab. Ketapang


82
LAMPIRAN

PETA LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUNGAI


DI KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2013
1. Sungai Laur
2. Sungai Pawan
3. Sungai Pesaguan

4. Sungai Tayap
5. Sungai Keriau
6. Sungai Kendawangan
7. Sungai Jelai

Anda mungkin juga menyukai