Anda di halaman 1dari 4

BAB 2.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung
sisi kiri dan kanan (Kasron 2012).

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika
disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI 2015). Perbedaan antara jantung
normal dengan gagal jantung kongestif dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jantung Normal dan Gagal Jantung Kongestif (http://obat


gangguanjantung.blogspot.co.id)

Pada jantung yang normal, tidak terdapat kelainan ataupun gangguan struktur dan
fungsi jantung sehingga jantung dapat memompa darah dengan normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme, sedangkan pada gagal jantung kongestif, terdapat kelainan ataupun
gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.
2.2 Klasifikasi Gagal Jantung

Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan beratnya keluhan dan kapasitas latihan.


Klasifikasi yang banyak dipergunakan adalah dari New York Heart Association Classification
(NYHA). Klasifikasi gagal jantung menurut American College of Cardiology (ACC)/
American Heart Association (AHA) dan NYHA ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi menurut ACC/AHA Klasifikasi menurut NYHA


Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk Kelas I Pasien dengan penyakit jantung
berkembang menjadi gagal jantung. Tidak tetapi tidak ada pembatasan ak tivitas fisik.
terdapat gangguan struktural atau tanpa Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan
gejala gagal jantung. kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea atau
nyeri angina.
Stadium B terdapat gangguan jantung Kelas II Pasien dengan penyakit jantung
struktural tetapi tanpa tanda dan gejala gagal dengan sedikit pembatasan aktivitas fisik.
jantung. Merasa nyaman saat istirahat. Hasil aktivitas
normal fisik kelelahan, palpitasi, dispnea
atau nyeri angina.
Stadium C terdapat gangguan jantung Kelas III Pasien dengan penyakit jantung
struktural dengan gejala awal atau yang terdapat pembatasan aktivitas fisik.
mengalami gejala gagal jantung. Merasa nyaman saat istirahat. Aktifitas fisik
ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi,
dispnea atau nyeri angina.
Stadium D terdapat gangguan jantung Kelas IV Pasien dengan penyakit jantung
struktural yang lanjut serta muncul gejala yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
gagal jantung saat istirahat walaupun telah melakukan aktivitas fisik apapun tanpa
mendapat terapi. ketidaknyamanan. Gejala gagal jantung
dapat muncul bahkan pada saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
(St. Luke’s Health Partners, 2016).
2.3 Penyebab Gagal Jantung

Penyebab gagal jantung antara lain infark miokard, miopati jantung, kelainan katup
jantung, dan malformasi kongenital. Jika kebutuhan oksigen ventrikel yang meningkat tidak
dapat dipenuhi dengan peningkatan aliran darah (biasanya karena aterosklerosis koroner),
kontraksi ventrikel akan berkurang. Pada kasus ini, disfungsi diastolik dan sistolik, keduanya
terjadi. Penyebab lain gagal jantung yaitu hipertensi sistemik atau paru kronis, gagal ginjal atau
intoksikasi air (jarang terjadi), akan meningkatkan volume plasma sampai pada derajat tertentu
sehingga volume diastolik akhir meregangkan serabut ventrikel melebihi panjang optimalnya
(Corwin, 2009).

Gejala gagal jantung dapat ditimbulkan oleh beberapa penyakit. Di negara-negara


berkembang, penyebab tersering adalah penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark
miokard dan tidak berfungsinya miokardium (kardiomiopati sistemik) (Tierney, et al., 2002).

2.4 Gejala dan Tanda Gagal Jantung Kongestif

Tanda dan gejala gagal jantung kongestif meliputi:

a. Kelelahan dan kelemahan.

b. Dispnea (peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri menyebabkan penumpukan cairan ke


dalam paru, sehingga terjadinya peningkatan kerja pernafasan). Dispne dapat dialami pada saat
beraktivitas maupun istirahat.

c. Ortopnea (sesak nafas yang timbul beberapa saat setelah berbaring).

d. Dispne nokturna paroksimal (sesak nafas pada malam hari).

e. Batuk; terjadi edema batang bronkus disebabkan oleh peningkatan tekanan atrium kiri.

f. Nokturia dan oliguria (retensi garam dan air yang timbul dalam gagal jantung kongestif
menyebabkan pengurangan produksi urin).

g. Gallop S3; bunyi yang di dengar kira-kira sepertiga jalan diastolik, terjadi pada awal
diastolik selama fase pengisian cepat dalam ventrikel atau pada akhir kontraksi atrium

h. Anoreksia, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

i. Takikardi (peningkatan frekuensi denyut jantung)

j. Nyeri dada dan palpitasi.


k. Ascites (penumpukan cairan pada rongga perut).

l. Hepatomegali (pembesaran hati).

m. Edema paru (penumpukan cairan pada paru-paru) (Dumitru, 2016).

2.5 Drug Related Problems

Drug Related Problems (DRP) atau masalah terkait obat adalah peristiwa atau keadaan
yang melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi mengganggu hasil kesehatan
yang diinginkan (Syafrida 2018). Identifikasi DRP pada pengobatan penting dalam rangka
mengurangi morbiditas, mortalitas, dan biaya terapi obat (Fajriansyah 2016).

Adapun kategori DRPs berdasarkan Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE)


(2006) dapat dilihat pada Tabel 2.2

Kode Domain Primer


Masalah P1 Reaksi merugikan
Pasien menderita dari suatu peristiwa obat yang
merugikan
P2 Masalah Pilihan Obat
Pasien mendapat atau akan mendapatkan
kesalahan pada pemilihan obat untuk penyakitnya
P3 Masalah dosis
Pasien mendapat lebih atau kurang dari jumlah
dosis obat yang dia butuhkan.
P4 Masalah Penggunaan Obat
Kesalahan atau tidak adanya obat yang diambil
atau diberikan.
P5 Interaksi
Adanya manifestasi atau potensial interaksi obat-
obat atau obat-makanan
Tabel 2.2 Klasifikasi DRPs Secara Umum Menurut Pharmaceutical Care Network Europe
(PCNE) (2006).

Anda mungkin juga menyukai