Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI II

SIKLUS KONVERSI
(Diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi II)
Dosen Pengampu : Itat Tatmimah, S.E., M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 6:


1. Istiqomah Nur Rizki (200121079)
2. Moch Ganjar Maulana (200121088)
3. Mualimah Fikriani (200121016)
4. Putri Utari (211121007)
5. Yunika (200121011)
Kelas: Semester 5 (AK20C)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Siklus Konversi".
Shalawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad shalallahu‘alaihi wa salam.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya, khusunya
kepada Ibu Itat Tatmimah, S.E., M.Si. sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi
Akuntansi II.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi
II. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Siklus Konversi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun, merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 26 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Siklus Konversi .......................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Siklus Konversi .......................................................................................... 3
2.3 Pola Siklus Konversi Pengendalian Dalam Lingkungan Tradisional ........................... 7
2.4 Kegiatan Pokok Siklus Konversi .................................................................................. 17
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami
perubahan yang begitu pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh sebab itu, perusahaan-
perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien
untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang
sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang
berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu sehingga keputusan yang
tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di masing-
masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem informasi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena bentuk operasional perusahaan yang beragam,
maka sasaran sistem informasi akuntansi juga beragam bentuknya.
Misal suatu perusahaan manufaktur akan memerlukan sistem informasi akuntansi
yang dapat menghasilkan informasi biaya produksi dan besarnya harga jual produk, jenis
produk, kuantitas dan kualitas produk, biaya-biaya yang berhubungan dengan produk misal
biaya pembelian bahan, biaya transportasi pengantaran, dan sebagainya. Sistem informasi
juga diperlukan dalam pengadaan bahan baku untuk kelancaran proses pembelian bahan baku
dari pemasok serta kepada pembeli. Prosedur pembelian bahan baku melibatkan beberapa
bagian dalam perusahaan dengan maksud agar pelaksanaan pembelian bahan baku dapat
diawasi dengan baik. Salah satu penyebab terjadinya kekacauan-kekacauan dalam prosedur
pembelian bahan baku adalah lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang
mengatur suatu transaksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu
menyusun suatu sistem dan prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik
dalam mengatur pelaksanaan transaksi perusahaan.
Lingkup (scope) sistem informasi akuntansi adalah memberikan informasi untuk
tujuan akuntansi yaitu tujuan eksternal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
otoritas dan tujuan internal untuk tujuan pengambilan keputusan manajemen. Menurut
Bodnard dan Hopwood (2000:23) sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya
seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Menurut
Baridwan (1996:4) sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang

1
mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan komunikasikan informasi
keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti
inspeksi pajak, investor dan kreditur) dan pihak-pihak dalam (terutama manajemen). Untuk
tujuan eksternal biasanya didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh otoritas. Misal
penyajian laporan keuangan untuk publik, sehingga dibutuhkan sistem informasi akuntansi
keuangan. Sebaliknya manajemen sering pula membutuhkan informasi akuntansi yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk tujuan tertentu, sehingga dibutuhkan suatu
sistem informasi akuntansi manajerial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Siklus Konversi?
2. Apa jenis-jenis Siklus Konversi?
3. Bagaimana Pola Siklus Konversi dari Pengendalian dalam Lingkungan Tradisional?
4. Bagaimana Kegiatan Pokok Siklus Konversi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Sebagai Syarat untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi II.
2. Dapat mengetahui pengertian dari Siklus Konversi.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis Siklus Konversi.
4. Dapat mengetahui Pola Siklus Konversi Pengendalian dalam Lingkungan Tradisional.
5. Mampu memahami Kegiatan Pokok Siklus Konversi.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat menambah wawasan penulis dan khalayak tentang hal-hal yang berhubungan
dengan siklus konversi.
2. Sebagai bahan referensi untuk pembaca.
3. Dapat melatih mahasiswa pada umumnya dan penulis khususnya dalam mengembangkan
wawasan diri untuk menyusun buah pikiran secara sistematis dalam bentuk makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Siklus Konversi


Siklus Konversi adalah sekelompok kegiatan berulang pada aktivitas bisnis dan
operasi pemrosesan data yang berhubungan dengan pengkonversian sumber daya input,
seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead menjadi barang jadi atau jasa untuk dijual
(Romney, Steinbart, Cushing, 1997). Siklus konversi berisi transaksi yang benar-benar ada
ketika input diubah menjadi barang atau pelayanan dapat dijual. Proses yang digunakan
dalam siklus konversi adalah bahan, tenaga kerja, dan ongkos eksploitasi.

2.2 Jenis-Jenis Siklus Konversi


1. Sistem Produksi
Melibatkan perencanaan, penjadwalan, dan kontrol produk fisik melalui proses
manufaktur dalam hal ini termasuk juga menentukan kebutuhan bahan baku, otorisasi
pelepasan bahan baku ke produksi dan pekerjaan yang harus dilakukan, serta
mengarahkan pergerakan WIP ke berbagai tahap proses manufaktur. Bergantung pada
produk yang sedang di manufaktur, suatu perusahaan akan menerapkan satu dari
metode produksi berikut ini:
a. Proses Berkelanjutan. Menciptakan produk yang homogeny melalui serangkaian
prosedur standar yang berkelanjutan. Semen dan petrokimia di produksi dengan
metode manufaktur ini biasanya menurut pendekatan ini perusahaan berusaha
untuk memelihara persediaan barang jadi pada tingkat yang dibutuhkan untuk
memenuhi harapan penjualan yang ditetapkan. Taksiran penjualan yang berkaitan
dengan informasi tingkat persediaan saat ini memicu proses ini.

b. Pemrosesan Batch. Menghasilkan kelompok-kelompok (batch) produk terpisah.


Setiap item dalam batch adalah sama, membutuhkan bahan baku dan operasi yang
sama untuk menjustifikasi biaya perencanaan dan menyusun kembali peralatan
untuk menjalankan setiap batch, jumlah item dalam batch biasanya besar. Hal ini
merupakan metode paling umum dari produksi. Metode ini digunakan untuk
memanufaktur produk seperti: Mobil, peralatan rumah tangga, dan komputer.
Penggerak mekanisme proses ini adalah kebutuhan untuk mempertahankan tingkat

3
persediaan barang sesuai dengan kebutuhan penjualan yang diproyeksikan.
Adapun berbagai dokumen yang memicu serta mendukung aktivitas batch, antara
lain:
a) Prakiraan Penjualan (Sales Forecast). Menunjukkan perkiraan permintaan
barang jadi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Fungsi pemasaran
biasanya menghasilkan perkiraan permintaan tahunan berdasarkan produk.
b) Jadwal Produksi (Production Schedule). Adalah rencana dan otorisasi
formal untuk memulai produksi. Dokumen ini menjelaskan berbagai produk
yang akan dibuat, jumlah yang akan dirpoduksi dalam tiap batch, serta jadwal
produksi untuk memulai serta menyelesaikan produksinya.
c) Daftar Kebutuhan Bahan Baku (Bill of Material-BOM). Yang
menspesifikasikan berbagai jenis dan jumlah bahan baku serta berbagai sub
perakitan yang digunakan dalam memproduksi sebuah unit barang jadi.
Kebutuhan bahan baku untuk seluruh batch ditetapkan dengan mengalikan
BOM dengan jumlah barang dalam batch.
d) Lembar Proses Kerja (Route Sheet). Menunjukkan alur produksi suatu batch
produk yang harus diikuti selama proses produksi. Secara konseptual lembar
proses kerja ini sama dengan BOM.
e) Perintah Kerja, atau Perintah Produksi (Work Order/Production Order).
Dibuat berdasarkan BOM dan lembar proses kerja untuk menspesifikasikan
bahan baku dan produksi (mesin, perakitan, dan lain-lain) untuk tiap batch.
f) Lembar Perpindahan (Move Ticket). Mencatat pekerjaan yang dilakukan di
tiap tempat kerja serta mengotorisasi perpindahan pekerjaan atau batch dari
satu tempat kerja ke tempat berikutnya.
g) Permintaan Bahan Baku (Material Requistion). Mengotorisasi karyawan
gudang untuk mengeluarkan bahan baku (dan superakitan) ke orang-orang
atau tempat kerja dalam proses produksi.
Adapun Proses dari Produksi Batch antara lain:
a) Perencanaan Produksi dan Pengendalian. Terdiri dari dua aktivitas utama
yaitu pertama, menentukan material dan permintaan kebutuhan dalam
pengerjaan proses dan kedua, penjadwalan produksi.
b) Permintaan Pengerjaan dan Material. Permintaan bahan baku untuk setiap
batch produk tertentu adalah selisih antara apa yang dibutuhkan dengan apa
yang tersedia di inventori bahan baku. Informasi ini didapatkan dari analisa

4
inventori yang tersedia, prediksi penjualan, spesifikasi engineering (jika ada),
dan BOM. Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan (dokumen) permintaan
pembelian untuk tambahan bahan baku. Kebutuhan pengerjaan untuk setiap
batch melibatkan aktivitas-aktivitas manufaktur atau assembly yang akan
diterapkan terhadap produk yang sedang dibuat. Hal ini ditentukan dengan
melihat spesifikasi-spesifikasi dalam route sheet.
c) Penjadwalan Produksi. Jadwal induk untuk setiap giliran produksi
mengoordinasikan produksi dari banyak batch yang berbeda-beda. Jadwal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti batasan waktu, ukuran batch, dan
spesifikasi-spesifikasi yang diturunkan dari BOM’s dan route sheets. Tugas
penjadwalan juga menghasilkan dokumen-dokumen: work orders, move
tickets, dan material requisitions untuk setiap batch yang sedang dalam giliran
proses produksi. Satu buah copy dari masing-masing work order disampaikan
ke bagian akuntansi biaya untuk menetapkan catatan/akun work-in-process
yang baru untuk setiap batch. Dokumen-dokumen work orders, move tickets,
dan materials requisitions mengikuti proses produksi dan mengalir melalui
berbagai work center seperti yang ada dalam route sheet.
d) Work Centers (Pusat-Pusat Kerja) dan Penyimpanan Material. Proses
produksi yang sebenarnya terjadi adalah dimulai ketika pekerja mendapatkan
bahan baku dari tempat penyimpanan material yang ditukarkan dengan
dokumen permintaan material. Material-material tersebut dan proses
pengerjaan dengan mesin dan buruh yang ditugaskan dalam mengerjakan
produk tersebut diatur menurut dokumen work order. Setelah menerima
dokumen move ticket yang terakhir, status file open work order di tutup atau di
update statusnya menjadi closed yang artinya dinyatakan selesai. Barang jadi
yang disertai dengan satu copy dokumen work order dikirim ke bagian gudang
untuk barang jadi.
e) Pengendalian Inventori. Fungsi ini terdiri dari tiga aktivitas utama. Pertama,
memberikan perencanaan produksi dan pengendalian dengan laporan status
atas barang jadi dan inventori bahan baku. Kedua, fungsi pengendalian
inventori secara kontinu terlibat dalam mengupdate catatan inventori bahan
baku dari dokumen permintaan material, dokumen untuk permintaan material
tambahan, dan dokumen untuk pengembalian kelebihan material. Terakhir,
setelah menerima work order dari work center yang terakhir, pengendalian

5
inventori mencatat produksi yang sudah selesai dengan mengupdate catatan
inventori barang jadi. Tujuan pengendalian inventori adalah untuk
meminimalkan biaya inventori total sambil memastikan bahwa inventori
mencukupi untuk kebutuhan saat ini. Permodelan inventori yang biasa dipakai
adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Tujuan dari model EOQ
adalah untuk mengurangi biaya inventori total. Namun, model ini lebih
berdasarkan asumsi yang sederhana dan barangkali tidak mencerminkan
realitas ekonomi. Asumsi-asumsinya adalah:
 Kebutuhan terhadap produk adalah konstan dan bisa diketahui dengan
pasti.
 Lead time selisih waktu antara ketika membuat pemesanan terhadap
inventori yang akan dibeli dan waktu kedatangannya bisa diketahui dan
konstan.
 Semua inventori yang dipesan tiba tepat waktu.
 Biaya total ketika membuat pemesanan pertahun adalah turun ketika
kuantitas yang dipesan meningkat. Biaya pemesanan meliputi biaya
menyiapkan dokumen, mengontak vendor-vendor, memroses penerimaan
inventori, menjaga akun-akun vendor, dan menuliskan cek.
 Biaya total menyimpan inventori pertahun adalah naik ketika kuantitas
yang dipesan meningkat. Biaya ini meliputi biaya opportunity dari dana-
dana yang diinvestasikan, biaya penyimpanan, pajak property, dan
asuransi.
 Tidak ada diskon terhadap kuantitas. Karena itu harga pembelian
inventori total selama setahun adalah konstan.

c. Pemrosesan Berdasarkan Pesanan. Melibatkan pembuatan berbagai produk


yang berbeda sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Proses ini diawali oleh pesanan
penjualan, bukan oleh tingkat persediaan yang menurun.

2. Sistem Akuntansi Biaya


Aktivitas-aktivitas akuntansi biaya dalam siklus konversi mencatat efek-efek finansial
yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi selama proses produksi. Proses
akuntansi biaya untuk satu putaran tertentu dalam produksi diawali ketika
departement perencanaan dan pengendalian memberikan copy dokumen work order

6
ke departement akuntansi biaya. Ini menandai awal aktivitas produksi yang
meyebabkan adanya catatan baru untuk diinputkan ke file work-in-process (WIP),
yang sekaligus merupakan subsidiary ledger untuk catatan kendali WIP dalam
General Ledger.

2.3 Pola Siklus Konversi Pengendalian Dalam Lingkungan Tradisional


Berbagai pengendalian internal untuk konversi terdiri dari beberapa aktivitas yaitu:
1. Otorisasi Transaksi. Memiliki prosedur sebagai berikut:
 Dalam lingkungan manufaktur tradisional, aktivitas produksi diotorisasikan oleh
bagian perencanaan dan pengendalian produksi melalui perintah kerja yang
formal. Dokumen ini mencerminkan kebutuhan produksi, yang merupakan
selisih antara perkiraan permintaan atas produk (didasarkan pada perkiraan
penjualan) dan persediaan barang jadi yang dimiliki.
 Lembar perpindahan ditandatangani oleh supervisor tiap tempat bekerja untuk
mengotorisasi berbagai aktivitas di tiap batch dan untuk perpindahan produk
melalui berbagai tempat kerja.
 Permintaan bahan baku dan permintaan tambahan bahan baku mengotorisasi staf
gudang untuk mengeluarkan bahan baku ke berbagai tempat kerja.

2. Pemisahan Tugas. Tujuannya untuk memisahkan tugas antara orang yang


memberikan otorisasi transaksi dan yang memproses transaksi. Hasilnya, departement
perencanaan dan pengendalian produksi secara organisasi dipisahkan dengan work
centers. Berikut ini pemisahan yang berlaku meliputi:
 Bagian pengendalian persediaan memelihara record akuntansi atas persediaan
bahan baku (raw material-RM) dan barang jadi (FG). Akivitas ini tetap
dipisahkan dari fungsi penyimpanan bahan baku di gudang dan dari
penggudangan barang jadi, yang memiliki kewajiban penyimpanan untuk
berbagi aktiva ini.
 Begitu pula, fungsi akuntansi biaya untuk barang dalam proses seharusnya
dipisahkan dari tempat kerja dalam proses produksi.
 Terakhir untuk mempertahankan independensi fungsi buku besar sebagai tahap
verifikasi, departemen buku besar (general ledger) harus terpisah dari
departemen yang mencatat buku pembantu berbagai akun. Oleh karenanya,
departemen GL secara organisasional terpisah dari pengendalian persediaan dan

7
akuntansi biaya.

3. Supervisi. Berikut ini adalah prosedur supervisi yang berlaku dalam siklus konversi:
 Supervisor dalam berbagai tempat kerja mengawasi penggunaan bahan baku
dalam proses produksi.
 Supervisor juga mengamati dan melihat kembali aktivitas pencatatan waktu
kerja.

4. Pengendalian Akses.
a. Akses Langsung ke Aset. Sifat dasar barang fisik dan proses produksi
berpengaruh pada jenis pengendalian akses yang diperlukan meliputi:
 Perusahaan seringkali membatasi akses ke tempat-tempat yang sensitif
seperti ruang penyimpanan material, work centers produksi, dan gudang
penyimpanan barang jadi. Metode yang digunakan untuk pengontrol antara
lain meliputi: Identifikasi tanda pengenal, petugas penjaga (satpam),
peralatan pemantau (kamera), dan berbagai macam peralatan sensor
elektronik dan alarm.
 Penerapan biaya-biaya standard memberikan suatu jenis kontrol akses.
Dengan menetapkan kuantitas material dan tenaga kerja yang diberi
wewenang untuk setiap produk, maka perusahaan membatasi akses tak
berwenang terhadap berbagai macam sumber daya tersebut. Untuk
mengajukan tambahan kuantitas perlu adanya otorisasi dan dokumen formal.
b. Akses Tak Langsung ke Aset. Aset, seperti cash dan inventori, bisa dimanipulasi
melalui berbagai dokumen-dokumen yang mengaturnya. Di dalam siklus konversi,
yang termasuk dokumen-dokumen penting adalah material requisitions (dokumen
untuk permintaan bahan baku), excess materials requisitions (dokumen untuk
meminta tambahan bahan baku), dan time cards karyawan. Metode untuk
mengontrol yang juga bisa membantu jejak audit adalah penerapan dokumen yang
bernomor urut.

5. Pencatatan Akuntansi. Tujuannya adalah untuk menyusun jejak audit untuk setiap
transaksi. Di dalam siklus konversi, hal ini dicapai dengan penggunaan dokumen-
dokumen work orders, cost sheets, move tickets, job tickets, material requisitions,
WIP file, dan file inventori barang jadi. Dengan memberi nomor urut, dokumen-

8
dokumen sumber dan mereferensikannya ke catatan-catatan WIP, perusahaan dapat
melacak balik setiap item inventori barang jadi ke proses produksinya hingga ke
sumber asalnya. Hal ini penting untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam produksi
dan penjagaan data, menemukan batch/kelompok material yang hilang dalam proses
produksi, dan untuk melakukan audit secara periodik.

6. Verifikasi Independen. Langkah-langkah verifikasi dalam siklus konversi adalah


sebagai berikut:
 Department akuntansi biaya melakukan pencocokan penggunaan material dan
pekerja yang diambil dari dokumen-dokumen material requisitions dan job
tickets terhadap standar yang sudah ditetapkan. Karyawan bagian akuntansi biaya
kemudian bisa mengidentifikasi adanya perbedaan terhadap standar yang telah
ditetapkan, yang secara formal dilaporkan sebagai varians. Dalam lingkungan
proses manufaktur tradisional, varians yang sudah dihitung merupakan sumber
data yang penting bagi management reporting system (MRS).
 Department GL juga melakukan fungsi verifikasi dengan melakukan pengecekan
perpindahan produk-produk dari WIP ke FG. Hal ini dilakukan dengan
mencocokkan jurnal vouchers dari department akuntansi biaya dengan ringkasan
subsidiary ledger untuk invenori dari department inventory control
(pengendalian inventori).
 Secara periodik para auditor internal dan eksternal melakukan verifikasi bahan
baku dan barang jadi yang tersedia melalui hitungan secara manual. Kemudian
mencocokkan kuantitas riil tersebut dengan catatan inventori dan membuat
penyesuaian terhadap catatan inventori bila diperlukan.

7. Lingkungan Manufaktur Kelas Dunia. Fitur-fitur berikut adalah yang mencirikan


perusahaan kelas dunia:
 Perusahaan kelas dunia harus mempertahankan kelincahan strategis dan mampu
menghidupkan sesuatu yang kecil. Manajemen puncak harus secara dekat
menyadari kebutuhan pelanggan dan tidak kaku dan anti terhadap perubahan
paradigma.
 Perusahaan kelas dunia harus memotivasi dan memperlakukan karyawan seperti
menghargai aset-aset. Untuk mengaktivasikan talenta setiap orang, keputusan
harus didorong hingga ke level terbawah organisasi. Hasilnya adalah struktur

9
organisasi yang datar dan responsif.
 Perusahaan kelas dunia harus memenuhi kebutuhan para pelanggannya secara
menguntungkan. Tujuannya tidak hanya untuk memuaskan para pelanggan,
tetapi juga untuk menyenangkan mereka secara positif. Hal ini bukanlah sesuatu
yang bisa dilakukan satu kali dan kemudian dilupakan begitu saja. Dengan para
kompetitor yang selalu agresif mencari cara-cara baru untuk meningkatkan
market share, perusahaan kelas dunia harus terus menyenangkan para
pelanggannya.
 Filosofi memberi kepuasan terhadap pelanggan memasuki perusahaan kelas
dunia. Semua aktivitasnya, mulai dari pembelian bahan baku hingga menjual
barang jadi, membentuk suatu rantai pelanggan. Setiap aktivitas diarahkan untuk
melayani pelanggannya, yang merupakan aktivitas berikutnya dalam suatu
proses. Pelanggan yang membayar terakhir adalah posisi yang terakhir dalam
rantai tersebut.
 Perusahaan manufaktur yang mencapai status kelas dunia melakukan hal tersebut
dengan mengikuti filosofi manufaktur ramping (lean manufacturing). Hal ini
berarti melakukan lebih banyak dengan upaya yang lebih sedikit (efisien),
menghilangkan pemborosan, dan mengurangi waktu siklus produksi.

8. Fleksibilitas Produksi. Para pelanggan modern menginginkan produk berkualitas,


mereka menginginkannnya dengan segera dan ingin ada berbagai pilihan. Profil
permintaan ini membebankan konflik dasar bagi produsen tradisional, yang orientasi
pada lingkungan terstruktur dan tidak fleksibelnya, menghambat sehingga tidak
efektif dalam lingkungan ini. Sebaliknya, para pesaing kelas dunia memenuhi
berbagai tantangan konsumerisme modern melalui sistem produksi fleksibel.
Mencapai fleksibilitas produksi (manufacturing flexibility) menggabungkan 4
karakteristik antara lain:
 Reorganisasi fisik pabrik.
 Otomatisasi proses produksi.
 Pengurangan persediaan.
 Kualitas produk yang tinggi.

9. Reorganisasi Fisik Fasilitas Produksi. Proses produksi tradisional cenderung


berubah sedikit-sedikit selama beberapa tahun menjadi aktivitas yang berurutan.

10
Produk bergerak dan mundur serta melintasi ruang pabrik, serta naik dan turun
melalui berbagai aktivitas yang berbeda. Ketidakefisienan yang inheren dalam tata
letak pabrik tradisional menambah biaya penanganan, waktu konversi dan bahkan
persediaan dalam proses produksi. Selain itu, karena aktivitas produksi biasanya
diatur di sepanjang garis fungsional, terdapat tendensi adanya kecurigaan antar
karyawan.

10. Otomatisasi Proses Produksi. Otomatisasi adalah inti dari lingkungan produksi
yang berfungsi dengan baik. Melalui penggantian tenaga kerja dengan otomatisasi,
perusahaan dapat menjadi lebih efisien dan karenanya menjadi lebih kompetitif.
Otomatisasi juga dapat berkontribusi secara langsung pada karakteristik operasi
lainnya yaitu pengurangan persediaan dan peningkatan kualitas:
a. Produksi Tradisional. Lingkungan produksi tradisional terdiri atas berbagai jenis
mesin, yang masing-masing dikendalikan oleh seorang operator. Mesin-mesin ini
dan operatornya diatur menjadi berbagai bagian fungsional, seperti pencampuran,
pemotongan, dan pengelasan. Teknologi yang berdiri sendiri menggambarkan
lingkungan dengan keberadaan otomatisasi dalam bentuk (pulau) yang terpisah-
pisah dan yang berdiri sendiri dalam lingkungan tradisional. Teknologi yang
berdiri sendiri ini menggunakan mesin yang dikendalikan Numerik Komputer
(Computer Numerical Controlled-CNC) yang dapat melakukan beberapa operasi
dangan keterlibatan manusia yang lebih sedikit. Mesin CNC berisi berbagai
program komputer untuk semua bagian yang diproduksi oleh mesin tersebut.

b. Penyederhanaan Proses. Berfokus pada pengurangan kompleksitas tata letak


fisik produksi di lantai pabrik. Berbagai jenis mesin CNC akan diatur dalam sel
untuk menghasilkan sebuah bagian lengkap dari awal hingga akhir di satu lokasi.

c. Produksi yang Diintegrasikan dengan Komputer. Adalah lingkungan yang


terotomatisasi penuh. Pabrik CIM diatur menjadi dua sel teknologi yang tidak
menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksi antara lain:
 Sistem Penyimpanan dan Penarikan Otomatis. Banyak perusahaan dapat
meningkatkan produktifitas dan profitabilitasnya dengan mengganti forklif
beserta operator manusianya dengan sistem penyimpanan dan penarikan
otomatis. Manfaat operasional dari teknologi AS/RS ini jika dibandingkan
dengan sistem manual meliputi penurunan kesalahan, perbaikan,

11
pengandalian persediaan, dan biaya penyimpanan yang lebih rendah.
 Robotica. Melibatkan penggunaan robot, mesin CNC khusus yang digunakan
dalam lingkungan berbahaya atau untuk melakukan berbagai pekerjaan
berbahaya dan monoton yang cenderung dapat menyebabkan kecelakaan.

d. Desain Berbantuan Komputer. Para teknisi menggunakan desain berbantuan


komputer (computer aided design-CAD) untuk mendesain produk yang lebih baik
secara lebih cepat. Sistem CAD meningkatkan produktivitas teknisi,
meningkatkan akurasi dengan otomatisasi pekerjaan desain yang berulang,
memungkinkan perusahaan untuk menjadi lebih responsif pada permintaan pasar,
dan menghubungkan sistem CAM dan MRP II, serta lingkungan eksternal.
Teknologi CAD telah sangat banyak mempersingkat waktu antara desain awal
dengan akhir. Hal ini memungkinkan perusahaan menyesuaikan produksinya
secara cepat dengan perubahan dalam permintaan pasar. Komunikasi ini juga
memungkinkan produsen kelas dunia untuk menerima spesifikasi desain secara
elektronik dari para pelanggan dan pemasoknya untuk dipertimbangkan.

e. Produksi Berbantuan Komputer. Berfokus pada pabrik dan penggunaan


komputer untuk mengendalikan proses produksi secara fisik. Kini, CAM
memberikan presisi, kecepatan, dan pengendalian yang lebih baik daripada proses
produksi oleh manusia. Tujuan dibalik CAM adalah untuk menggantikan tenaga
kerja melalui otomatisasi. Sistem CAM memonitor dan mengendalikan proses
produksi serta urutan pekerjaan melalui penggunaan pengendali proses,
pengendali numerik, dan perlengkapan robot. Beberapa keuntungan dari
penggunaan sistem CAM yaitu peningkatan produktivitas proses, perbaikan
perkiraan biaya dan waktu, perbaikan pengawasan proses, perbaikan kualitas
proses, penurunan waktu penyetelan, dan pengurangan biaya tenaga kerja.

f. MRP II, EDI, dan ERP. Perencanaan sumber daya produksi (manufacturing
resources planning-MRP II) adalah perluasan dari konsep sederhana yang masih
digunakan dan disebut sebagai sistem perencanaan permintaan bahan baku
(materials requirements planning-MRP). MRP hanyalah versi otomatis dari
proses perencanaan dan pengendalian proses produksi yang tradisional. MRP II
adalah sistem dan filosofi untuk mengoordinasikan berbagai aktivitas seluruh
perusahaan. Oleh karenanya, MRP II menggabungkan berbagai teknik untuk

12
melaksanakan perencanaan produksi, memberikan umpan balik, dan
mengendalikan proses. Sejumlah manfaat dari sistem MRP II yang sangat
terintegrasi, dalam hal-hal berikut ini:
 Perbaikan layanan pelanggan.
 Pengurangan investasi pada persediaan.
 Peningkatan produktivitas.
 Perbaikan arus kas.
 Bantuan dalam mencapai tujuan strategis jangka panjang.
 Bantuan dalam mengelola perubahan.
 Fleksibilitas dalam proses produksi.
MRP II telah berubah perlahan menjadi piranti lunak canggih yang disebut sistem

perencanaan sumber daya perusahaan (enterprise resource planning-ERP). ERP


dapat menghitung kebutuhan sumber daya, pembuatan jadwal, mengelola
perubahan konfigurasi produk, memungkinkan perubahan terencana di masa
mendatang dalam hal produk, dan memonitor produksi di pabrik. Selain itu, ERP
menyediakan fungsi entri pesanan, penerimaan kas, pengadaan, dan pengeluaran
kas bersama dengan kemampuan pelaporan keuangan serta manajerial penuh.
Perusahaan kelas dunia akan memiliki sistem ERP yang dapat berkomunikasi
secara eksternal dengan para pelanggan dan pemasoknya melalui pertukaran data
elektronik (electronic data interchange-EDI). EDI adalah elemen penting dalam
banyak sistem perdagangan elektronik.

g. Pengurangan Persediaan. Simbol dari perusahaan kelas dunia adalah


keberhasilannya dalam mengurangi persediaan. Perusahaan kelas dunia hanya
memiliki persediaan untuk beberapa hari atau kadang hanya untuk beberapa jam.
Ada 3 alasan penting mengapa perusahaan lebih baik mengurangi persediaanya:
 Persediaan membutuhkan biaya. Persediaan mewakili investasi dalam bahan
baku, tenaga kerja, dan overhead yang tidak dapat direalisasikan sampai
dijual.
 Persediaan menyamarkan masalah produksi.
 Kemauan untuk menyimpan persediaan dapat menimbulkan kelebihan
produksi.

13
Perusahaan Perusahaan yang telah berhasil mengurangi persediaan mengadopsi
model produksi just-in-time (JIT). JIT adalah filosofi yang menyerang berbagai
masalah produksi yang sebelumnya dijelaskan, melalui penyederhanaan proses
serta pengurangan persediaan.

11. Kualitas Produk. Terdapat dua alasan dasar mengapa kualitas penting bagi produsen
kelas dunia. Pertama, kualitas yang buruk sangat mahal untuk perusahaan, Kedua,
kualitas adalah dasar persaingan produsen kelas dunia. Perusahaan dapat
meningkatkan kualitas melalui deteksi masalah secara dini, perusahaan dapat
mengelola dengan lebih baik situasi tersebut. Alternatifnya adalah prosedur
pengendalian kualitas akhir proses yang tradisional. Produsen dapat menemukan,
walaupun terlambat, bahwa seluruh batch produknya harus dibuang. Pengendalian
proses secara statistik (statistical process control) adalah metode untuk
mengendalikan sistem produksi otomatis.

12. Perubahan dalam Teknik Akuntansi. Berikut adalah berbagai kelemahan sistem
akuntansi tradisional yang paling banyak disebutkan:
a. Alokasi Biaya yang Tidak Akurat. Sistem akuntansi tradisional tidak secara
akurat menelusur biaya ke produk dalam proses. Dalam lingkungan manufaktur
tradisional, tenaga kerja langsung adalah komponen yang jauh lebih besar dalam
harga pokok produksi daripada dalam lingkungan CIM. Di pihak lain, overhead
merupakan elemen biaya yang jauh lebih signifikan dalam produksi berteknologi
tinggi. Agar alokasi tradisional benar, maka harus ada hubungan langsung antara
tenaga kerja dengan teknologi. Ketika pula biaya besar dan metode alokasi
bersifat ambigu, kesalahan perhitungan dalam membebankan tenaga kerja akan
makin besar dalam perhitungan overhead. Tanpa informasi biaya yang akurat,
perusahaan tidak dapat:
 Berfokus pada pasar yang menguntungkan.
 Melayani pelanggan yang menguntungkan
 Secara akurat mengukur biaya desain produk.
 Secara akurat mengukur biaya desain proses.

b. Ketinggalan Waktu. Data akuntansi tradisional untuk pelaporan manajemen pada

14
dasarnya adalah data historis. Akan tetapi, para manajer pabrik dalam latar
belakang JIT membutuhkan informasi segera mengenai penyimpangan yang
abnormal. Mereka harus mengetahui secara real time kerusakan mesin atau robot
yang tidak terkendali. Informasi setelah kejadian adalah terlalu terlambat dan
tidak berguna.

c. Orientasi Keuangan. Orientasi informasi akuntansi tradisional tidak secara


memadai mengidentifikasi produk atau proses yang tidak benar. Data akuntansi
menggunakan nilai uang sebagai unit standar pengukuran dalam perbandingan
antar berbagai bagian yang dievaluasi. Keputusan untuk menghubungkan berbagai
area fungsional dan tingkat manajemen yang berbeda dalam perusahaan
membutuhkan informasi yang pada dasarnya tidak sama. Kebutuhan ini meliputi
fungsionalitas produk atau proses, peningkatan kualitas produk, dan penurunan
waktu pengiriman. Berbagai usaha untuk memaksa agar data ini masuk ke dalam
ukuran keuangan biasa dapat membiaskan masalah dan mendorong timbulnya
keputusan yang kurang baik.

d. Penekanan Pada Biaya Standar. Akuntansi yang konvensional menekankan


pada biaya standar dan analisis varian. Tujuan yang mendasari konvensi ini tidak
lagi relevan dalam lingkungan manufaktur yang baru, seperti yang dapat dilihat,
metode produksi modern banyak menggunakan modal dan mengasumsikan
tingkat kecacatan nol dalam bahan baku dan proses. Dalam situasi ini, varian
tradisional tidak penting. Ketika cacat, penyimpangan, atau aktivitas tidak
terkendali terjadi, para manajer perlu mengetahuinya dengan segera.

13. Perubahan dalam Pelaporan Informasi.


a. Manajemen Aktivitas. Manajemen aktivitas harus merupakan usaha tanpa henti
dan berkelanjutan untuk perbaikan. Terdapat dua tujuan dasar yan mengarahkan
para manajer dalam tantangan ini:
 Para manajer harus menggunakan berbagai sumber daya ke aktivitas yang
menghasilkan manfaat maksimal.
 Para manajer harus mencari cara untuk memperbaiki berbagai faktor yang
paling penting bagi para pelanggannya.

b. Mengevaluasi Aktivitas Produksi. Kebutuhan informasi mengenai informasi

15
telah mengarahkan pada perkembangan generasi kedua ABC. Dimensi yang
vertikal adalah model pembebanan biaya. Dimensi ini menunjukkan dahulu
alokasi biaya ke aktivitas baru ke objek biaya. Dimensi horizontal adalah model
proses. Dimensi ini mencerminkan kebutuhan perusahaan akan kategori informasi
baru mengenai penyebab timbulnya aktivitas dan pengukuran kinerja untuk
berbagai aktivitas tersebut.

c. Mengidentifikasi Aktivitas yang Tidak Penting. Aktivitas tidak penting tidak


menambah nilai dan seharusnya ditiadakan. Contohnya, dalam lingkungan
produksi tingkat cacat nol, aktivitas pengendalian kualitas tradisional pada akhir
proses menjadi tidak penting. Begitu pula dalam latar belakang ini, aktivitas
akuntansi tradisional untuk menghitung varian penggunaan bahan baku dan
akuntansi untuk menghitung pembuangan tidak memiliki nilai bagi perusahaan.

d. Mengidentifikasi Penggerak Biaya. Pengurangan Aktivitas yang tidak penting


tergantung pada Identifikasi Penggerak Biaya secara tepat. Penggerak biaya (cost
driver) adalah penyebab timbulnya biaya. Para manajer tidak dapat mengelola
aktivitas yang tidak penting kecuali mereka memahami tekanan penggeraknya.

e. Membandingkan Aktivitas dengan Baku Mutu. Dalam menilai tambahan nilai


aktivitas, para manajer sering kali membandingkan berbagai aktivitas utama
dengan aktivitas yang sama di perusahaan tersebut atau di perusahaan lain. Hal ini
disebut sebagai penentuan baku mutu (benchmarking).

f. Membuat Hubungan antara Aktivitas Utama. Koordinasi yang efektif


membutuhkkan informasi yang menghubungkan pengambilan keputusan dan
ukuran kinerja dengan faktor kunci keberhasilan (critical succes factor-CSF)
perusahaan. CSF adalah bagian-bagian yang begitu penting hingga kegagalan
dalam memenuhi salah satu diantaranya akan menyebabkan perusahaan gagal.
Walaupun CSF dapat berbeda antar perusahaan, berbagai kategori umum berikut
ini berlaku dikebanyakan perusahaan.

14. Sistem Informasi Kelas Dunia. Kunci dari sistem informasi kelas dunia (world class
information system-WCIS) adalah integrasi semua komponen fungsi dan teknologi
sistem. Integrasi adalah perekat yang mengikat berbagai sistem bersama dan meliputi

16
aplikasi akuntansi dasar, perhitungan biaya bedasarkan aktivitas, perencanaan bahan
baku, perencanaan kapasitas, pengendalian persediaan, daftar kebutuhan bahan baku,
jadwal produksi induk, perkiraan, entri pesanan, CAD, CAM, dan saluran komunikasi
EDI.

15. Karakteristik Sistem Informasi Tradisional. Lingkungan produksi tradisional,


teknologi umumnya digunakan secara tidak beraturan dan tanpa rencana. Hasilnya
adalah berbagai teknologi berdiri sendiri yang tidak terintegrasi dan sering kali dapat
diintegrasikan hanya dengan biaya yang tinggi. Teknologi informasi yamg digunakan,
oleh produsen tradisional biasanya akan terdiri atas sebuah mainframe yang
menangani berbagai fungsi utama akuntansi. Mainframe mungkin akan memiliki
beberapa jenis perhitungan biaya pekerjaan dan sistem pengendalian persediaan untuk
barang jadi dan bahan baku. Akan tetapi dalam banyak lingkungan produksi
traadisional, sistem akuntansi biaya tetap dalam komputer pribadi (personal
computer-PC) terpisah. Produsen tradisional menggunakan PC untuk mengatasi
masalah bisnis independen, dam konektivitas ke mainframe melalui jaringan adalah
hal terakhir yang diperkirakan dan dianggap menyulitkan. Sistem informasi produsen
tradisional sangat tergantung pada transaksi berbasis kertas, yang harus dimasukkan
dan dimasukan kembali ke komputer sejalan dengan perpindahan dokumen kertasnya
dari satu bagian ke tempat kerja, atau ke bagian berikutnya. Jaringan telekomunikasi
produsen tradisional biasanya dibatasi untuk lingkungan internal perusahaan.

2.4 Kegiatan Pokok Siklus Konversi


1. Perencanaan Produksi.
 Menetapkan jadwal produksi, jenis barang yang akan diproduksi, banyak unit
yang diproduksi, dan anggaran biaya produksi.
 Membuat rancangan barang-barang yang akan diproduksi.
 Menyusun bill of materials atau rincian bahan baku.
 Membuat MRP (Material Requirement Plan) yaitu kebutuhan bahan baku
selama proses produksi.
 Menyiapkan penugasan karyawan.
 Pemrosesan Berdasarkan Pesanan.

2. Permintaan Bahan Baku.

17
 Menyiapkan bahan baku dan bahan penolong kepada bagian gudang dengan
menggunakan Material Requisition Form.
 Dalam Material Requisition Form, informasi yang paling penting adalah kode
dan nama barang, jumlah unit barang yang diminta dan yang dapat dipenuhi oleh
bagian gudang, tanda tangan.

3. Penugasan Karyawan.
 Penugasan karyawan dengan baik agar tercipta iklim kerja yang stabil.
 Masing-masing head Department harus dapat memperhitungkan penugasan dan
pendapatan karyawannya, hal ini bisa dikontrol dengan menggunakan Kartu
Kerja Karyawan, didalam kartu tersebut terdapat Jadwal Penugasan, Perhitungan
pendapatan yang diterima dalam periode tertentu.
 Pada akhir bulan dari Kartu Karyawan ini dibuatkan Laporan Penugasan
Karyawan.

4. Akuntansi Biaya.
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses
pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan
aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan
sebagai waktu dan sumberdaya yang dibutuhkan dan menurut konversi diukur dengan
satuan mata uang. Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis
terpakai. Manfaat biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan
oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan
pengendalian laba, penentuan harga pokok produk dan jasa, serta bagi pengambilan
keputusan oleh manajemen. Sistem dalam akuntansi biaya meliputi:
 Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Sistem Pembebanan
harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga
pokok yang sesungguhnya.
 Standart Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Sistem pembebanan harga
pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok yang
telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siklus Konversi adalah sekelompok kegiatan berulang pada aktivitas bisnis dan
operasi pemrosesan data yang berhubungan dengan pengkonversian sumber daya input
seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead menjadi barang jadi atau jasa untuk dijual.
Siklus konversi berisi transaksi yang benar-benar ada ketika input diubah menjadi barang
atau pelayanan dapat dijual. Proses yang digunakan dalam siklus konversi adalah bahan,
tenaga kerja, dan ongkos eksploitasi. Siklus konversi tradisional terdiri atas dua jenis, yaitu:
Sistem produksi dan sistem akuntasi biaya. Sistem Produksi (production system) melibatkan
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian produk fisik di sepanjang proses produksi.
Sistem Akuntansi Biaya (cost accounting system) memonitor arus informasi biaya yang
berkaitan dengan produksi.
Tujuan utamanya adalah menekankan pada lingkungan produksi yang berubah dalam
dunia bisnis kontemporer dan untuk menunjukkan bagaimana hal tersebut membutuhkan
pergeseran dan berbagai bentuk tradisional perusahaan dan aktivitasnya ke cara menjalankan
bisnis yang “berkelas dunia”. Dalam kaitannya dunia telah mengadopsi perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas, yang memberikan alokasi biaya ke produk secara lebih tepat dan
akurat. Perusahaan kelas dunia (world-class company) adalah perusahaan yang telah
mencapai standar tinggi dan yang telah mengalami berbagai perubahan fundamental dari
bentuk serta manajemen perusahaan tradisional. Jenis perusahaan semacam ini secara terus
menerus akan mengejar peningkatan dalam segala aspek operasinya, termasuk dalam
prosedur manufakturnya.
Kunci dari sistem informasi kelas dunia adalah integrasi semua komponen fungsi dan
teknologi sistem. Integrasi adalah perekat yang mengikat berbagai sistem bersama dan
meliputi aplikasi akuntansi dasar, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, perencanaan
kebutuhan bahan baku, jadwal produksi induk, perkiraan, entri pesanan, CAD, CAM, dan
saluran komunikasi EDI.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Siklus Konversi. Tentunya

19
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada berhubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak
berharap bagi para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami selaku penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. https://tugasdanbelajar.blogspot.com/2012/11/sistem-informasi-akuntansi-bab-7-
siklus.html
2. https://dista246.blogspot.com/2016/12/siklus-konversi-dalam-siklus-pokok-sia.html
3. https://farida-datakuliah.blogspot.com/2018/02/siklus-konversi.html
4. https://rosdianaz.blogspot.com/2017/05/makalah-sistem-informasi-akuntansi.html

21

Anda mungkin juga menyukai