Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Wibowo, M.S
Titis Pury Purboningtyas, SP., M.Pd
Penyusun:
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA
MANUSIA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Paradigma dan Perspektif Agroekologi”. Laporan praktikum “Paradigma
dan Perspektif Agroekologi” disusun guna memenuhi tugas praktikum yang
diberikan oleh dosen pada mata kuliah Agroekologi. Selain itu, penulis berharap
agar laporan praktikum ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Ir. Soesilo
Wibowo, M.S. selaku dosen pengampu mata kuliah Agroekologi program studi
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan kelas A atas bimbingan dan arahan yang
diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua
yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma ekologi yang mendasari keharmonisan hubungan antara manusia
dan alam adalah sebagai berikut: (1) keberadaan lingkungan alam mendahului
keberadaan manusia maka manusia harus bersyukur kepada pendahulunya; (2)
semua makhluk di lingkungan alam memiliki jiwa, sama seperti manusia, sehingga
mereka setara; (3) keberlanjutan manusia sangat bergantung pada keutuhan
lingkungan alam. Paradigma ekologi yang mendasari keharmonisan hubungan
antara manusia dan alam adalah sebagai berikut: (1) keberadaan lingkungan alam
mendahului keberadaan manusia maka manusia harus bersyukur kepada
pendahulunya; (2) semua makhluk di lingkungan alam memiliki jiwa, sama seperti
manusia, sehingga mereka setara.
1
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
memanfaatkannya untuk kepentingan masing-masing, seperti sungai, padang
rumput, udara dan laut).
Politik dan tata nilai moral
Sebagian pakar berpendapat bahwa timbulnya masalah-masalah lingkungan
disebabkan oleh tata nilai yang berlaku menempatkan kepentingan manusia sebagai
pusat dari segala-galanya dalam alam semesta. Nilai dari segala sesuatu yang ada
di alam semesta dilihat dari kepentingan manusia semata. Tata nilai ini dikenal
dikenal dengan istilah anthropocentric atau homocentric.
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
6
a. Oleh Pemerintah
Dibuatnya Tempat
Pengolahan Sampah Berhasil
Sembarangan.
c. Oleh Masyarakat
Penanaman kembali
dan pemeliharaan Berhasil
penghijauan di
lingkungan sekitar
7
1) Tindakan yang sebaiknya dilakukan
8
c) Keanekaragaman, pada prinsip ketiga ini hal akan menjadi suatu penentu
dalam pengembangan di lahan kering. Perkembangan budaya dan
kebiasaan masyarakat yang beragam akan menghasilkan beberapa cara
dalam memberikan pengembangan di lahan kering. Semakin banyak
masyarakat dengan perbedaan pendapat, suku, budaya, dan kebiasaan
maka akan semakin banyak variasi dalam perkembangan di lahan kering.
d) Jejaring Kerja, kerja sama dalam lingkungan masyarakat juga sangat
penting dalam pengembangan iptek di lahan kering. Memiliki sifat
kerjasama, kemitraan, dan manajemen kaloborasi yang tinggi pada
masyrakat maka pengembangan iptek di lahan kering juga akan cepat
terlaksana dengan baik dan cepat.
e) Saling ketergantungan, tidak terlepas dengan tujuan pengembangan iptek
di lahan kering. Setiap masyarakat tidak bisa hidup dan bekerja sendiri,
namun pentingnya kerjasama dalam komunitas itu akan menghasilkan
tujuan yang sesuai. Keberhasilan dari suatu komonitas tergantung pada
anggotanya.
2) Paradigma Cartesian dan Ekologi pada Lahan Kering
9
Teknologi dan ekologi tidak Penekanan pada realita
mengenal batas (limit). fisik dan metafisik.
Ekologi menjadi penentu
keterbatasan teknologi.
Karakter Sekunder
Kekuatan yang bersifat sentralistik. Kekuatan yang bertumpuk
Penekanan pada kompetisi. pada desentralisasi.
Homogenis dan disintegrasi Penekanan pada kerjasama.
meningkat. Kemajemukan dan
Penekanan pada kuantitatif. integrase meningkat.
Pendekatan persoalan secara parsial. Penekanan pada kualitatif.
Pendekatan persoalan
secara multidimensi.
10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada pelaksanaan praktikum ini, penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Paradigma merupakan suatu pandangan dunia atau world view yang mana
teori, praktek, ilmu, pengetahuan, dan pola fikir itu dikonseptualisasikan.
2. Permasalahan atau krisis ekologi di lingkungan penulis yaitu perbahan alih
fungsi lahan kosong menjadi permukiman, kebiasaan masyarakat membuang
sampah semabarangan, dan terjadinya longsor akibat kurangnya penghijauan
di sebgaian wilayah Imbanagara Raya.
3. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan atau krisis ekologi hampir
sebgaian berhasil dan sebagian lagi gagal dikarenakan terdapat suatu kendala
dalam pelaksanaan upaya tersebut.
4. Tindakan yang baik dalam mengatasi permasalahan atau krisis ekologi yang
dapat dilakukan ialah pembuatan lahan penghijauan dan penanamantanaman
hijau serta tanaman tahunan untuk menopang agar tidak terjadinya longsor.
Kemudian mendaur ulang sampah juga menjadi salah satu tindakan yang baik
yang outputnya akan menghasilkan suatu barang yang bermanfaat.
B. Saran
Setelah mengetahui akar permasalahan/krisis ekologi dilingkungan kita,
penulis memberikan saran agar lingkungan kita itu agar meminimalisir terjadi
permasalahan/kiris ekologi, antara lain:
1. Perlunya kesadaran pada masyarakat dari hal yang sepele seperti
membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah
sembarangan apalagi membuangnya ke sungai yang dapat mengakibatkan
banjir.
2. Perlunya kerjasama semua stakeholder antara pemerintah, pihak swasta,
dan masyarakat mengenai pelestarian lingkungan.
11
DAFTAR PUSTAKA
dum, Eugene P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi, edisi ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
12