Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI

“TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF”

Dosen Pengampu : Nukhbatul Bidayati Haka, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Herindiah 2011060283

Icha Tiara Melisa 2011060396

PENDDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa
sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Biologi” dengan dosen pengampu Ibu
Nukhbatul Bidayati Haka, M.Pd. penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif”. Disamping itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bias diperbaiki
seperlunya. Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Aamiin Yaa Robbal’Alamin.

Wassalamualaikum warahmatullahi Wabarokatuh

Bandar Lampung, 16 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................


B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan .......................................................... .....................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Kompetensi Pengetahuan .................................................


B. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................
C. Teknik dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan ..................
D. Penelaahan Soal .................................................................................................
E. Analisis Butir Soal .............................................................................................
F. Kunci Jawaban dan pedoman Peskoran .............................................................
G. Pemanfaatan Hasil Belajar Peserta Didik ..........................................................
H. Pengembangan Tes Objektif dan Tes Subjektif .................................................
I. Apa Saja Komponen yang Diperhatikan Dalam Menyusun Tes .......................
J. Bagaimana Menyusun Tes Kognitif dan Teknik Peskorannya ..........................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk memperoleh
sejumlah informasi mengenai perkembangan siswa selama kegiatan pembelajaran sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk mengetahui dan memperbaiki
proses maupun hasil belajar peserta didik. Dalam konteks pendidikan, pelaksanaan
asesmen di sekolah merupakan bagian dari proses pembelajaran yakni refleksi
pemahaman terhadap perkembangan atau kemajuan siswa secara individual. Tujuan
dalam pendidikan dari Taksonomi Bloom telah menjadi salah satu arah dalam
pengembangan para guru dalam mencapai suatu proses dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai peserta didik. terdapat tiga tingkatan Taksonomi Bloom yaitu kognitif,
afektif, psikomotorik. Ranah kognitif menjadi aspek yang mayoritas diharapkan dalam
pembelajaran.
Salah satu objek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah
kognitif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental. Hasil belajar
ranah ini merupakan segala upaya yang meyangkut aktivitas otak. Penilaian juga segala
upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kuliner maupun intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belalajar. Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan
dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau
bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian penilaian kompetensi pengetahuan ?
2. Apa saja ruang lingkup penilaian ?
3. Bagaimana teknik dan contoh instrument penilaian kompetensi pengetahuan ?
4. Mengapa di perlukan penelaahan soal ?
5. Bagaimana menganalisis butir soal ?
6. Bagaimana kunci jawaban dan pedoman pensekoran ?
7. Bagaimana pemanfaatan hasil belajar peserta didik ?
8. Bagaimana pengembangan tes objektif dan tes subjektif ?
9. Apa saja komponen yang di perhatikan dalam menyusun tes ?
10. Bagaimana menyusun tes kognitif dan teknik peskorannya ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini untuk mengetahui :
1. Pengertian penilaian kompetensi pengetahuan
2. Ruang lingkup penilaian
3. Teknik dan contoh instrument penilaian kompetensi pengetahuan
4. Penelaahan soal
5. Analisis butir soal
6. Kunci jawaban dan pedoman peskoran
7. Pemanfaatan hasil belajar peserta didik
8. Pengembangan tes objektif dan tes subjektif
9. Apa saja komponen yang diperhatikan dalam menyusun tes
10. Bagaimana menyusun tes kognitif dan teknik peskorannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi . Kunandar (2015) menyatakan
bahwa,“Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik
dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan
atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Setiap menyelesaikan pembelajaran
guru akan melakukan penilaian untuk memperoleh informasi siswa dalam mencapai
kompetensi yang telah ditentukan. Hasil dari penilaian ini akan dijadikan dasar
pengambilan keputusan yang akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Penilaian
kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai.

Menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016 pasal 12 ayat 2 mengenai penilaian


aspek pengetahuan, penilaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi
B. Ruang Lingkup Penilaian
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud
adalah :
1. Pengetahuan (knowledge)
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berfikir yang paling
rendah. Salah satu contohnya hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan
adalah peserta didik dapat menghafal QS. al-’Ashr, menerjemahkan dan
menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
kedisplinan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam di sekolah.
2. Pemahaman (comprehension)
adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang
pernah diterimanya. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi
dari ingatan atau hafalan. Salah satu contohnya hasil belajar ranah kognitif pada
jenjang pemahaman misalnya adalah peserta didik atas pertanyaan guru disuruh
menguraikan tentang makna kedisplinan yang terkandung dalam QS. Al-‘Ashr
secara lancar dan jelas.
3. Penerapan atau aplikasi (application)
adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-
teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau
penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman. salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya
adalah peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan
yang diajarkan Islamdalam kehidupan sehari-hari, baik lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
4. Analisis (analysis)
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-
faktor yang lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan
baik tentang wujud nyata dari kedisplinan seorang siswa di rumah, di sekolah dan
dalam kehidupan sehari-hari ditengan-tengah masyarakat, sebagai bagian dari
ajaran Islam.
5. Sintesis (synthesis)
adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
undur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur
atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang analisis. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang
sintesis adalah peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisplinan sebagaimana telah diajarkan oleh Islam.
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut
Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia mampu memilih satu pilihan
yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Keenam
jenjang kognitif tersebut bersifat berkesinambungan. Maksudnya, kategori yang
paling tinggi mencakup pula kategori yang dibawahnya. Anderson dan krathwohl
merevisi aspek kognitif pada taxonomy bloom. Dalam hasil revisi tersebut,
Anderson dan Krathwohl membagi aspek kognitif menjadi dua dimensi. Yaitu
dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

C. Teknik Dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui dengan teknik yang digunakan adalah:
1. Tes Tertulis
a. Pengertian tes tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan, tes tertulis merupakan kelompok tes yang
verbal artinya soal dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik berupa bahasa
tulisan. Tes tertulis objektifitasnya relative tinggi dibandingkan dengan tes
lainnya. Bentuk penilaian tertulis dipergunakan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik yang sifatnya pengetahuan.
Bentuk soal test tertulis terdiri dari bentuk objektif dan non objektif. Tes objektif,
meliputi :
1) Pilihan ganda (multiple choice item)
Item tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang sering digunakan
oleh pendidik. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dan domain
yang bervariasi. Item tes ini pilihan ganda memiliki semua persyaratan
sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, realibilitas, dan daya
pembeda antar siswa.1

1
Sukardi,Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Modelnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),h.125.
Kelebihan tes pilihan ganda:2
a. Memeliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa.
Karakteristik yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi
dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.
b. Dapat mencakup hamper seluruh bahan pembelajaran yang disampaikan guru
dikelas.
c. Tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
d. Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah.
e. Hasil jawaban dapat dikoreksi bersama oleh siswa dan guru.3
f. Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif.
g. Reliabilitas soal pilihan ganda lebih tinggi disbanding dengan soal uraian.4

Kekurangan tes pilihan ganda:5


a. Kontruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lama.
Seperti kesulitan dalam menyusun item tes yang mengandung pokok persoalan
dengan tepat, dan menyusun alternative jawaban penjebak yang baik.
b. Kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil
pembelajaran.
c. Memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.
d. Tidak cocok digunakan untuk mengukur kemampuan problem solving.6

Model-model tes pilihan ganda

Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam evaluasi hasil
belajar, yaitu :
a) Model pilihan ganda biasa
Yaitu model pilihan ganda yang terdiri dari kalimat pertanyaan atau
pernyataan dan diikuti oleh 3, 4, atau 5 jawaban.
b) Model assosiasi
Model pilihan ganda yang terdiri dari 4 atau 5 pilihan, kemudian
diikuti beberapa kalimat pertanyaan atau pernyataan dan tugas siswa adalah
memilih pasangan jawaban yang paling tepat.

2
Ibid.,

3
Ibid.,
4
Sukiman,Pengembangan Evaluasi Sistem…,h.89-90

5
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Modelnya…,h.126
6
Sukiman,Pengembangan Evaluasi system…,h.90.
c) Model melengkapi berganda Model pilihan ganda yang terdiri dari kalimat
pertanyaan atau pernyataan dan diikuti oleh beberapa alternatif jawaban, dimana
jawaban yang benar bisa lebih dari satu.
d) Model hubungan antar hal Yaitu soal model pilihan ganda yang terdiri dari atas
kalimat pertanyaan dan diikuti oleh satu kalimat keterangan/alasan. Testee
diminta menganalisis kebenaran dan hubungan kedua kalimat tersebut.
e) Model analisis kasus Model soal ini berangkat dari sebuah kasus baik bersifat kasus
buatan (fiktif) ataupun kasus yang sesungguhnya terjadi dimasayarakat. Dari kasus
tersebut kemudian kepada peserta ujian diajukan satu atau beberapa pertanyaan
terkait dengan kasus tersebut.
f) Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar. Model pilihan ganda ini
biasanya alternatif jawaban itu dimunculkan dalam diagram, grafik, peta, atau gambar
dengan menggunakan tanda huruf. Kemudian kepada peserta ujian ditanyakan tentang
sifat/keadaan/ hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tes pilihan ganda:


a. Instruksi pengerjaannya harus jelas dan bila dipandang perlu baik disertai
contohnya.
b. Hanya ada satu jawaban benar
c. Hendaknya kalimat pokok mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang
dapat dipilih
d. Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
e. Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.7
f. Pokok soal harus ditulis lengkap, menggambarkan pilihan jawaban dan seluruh
pengecoh yang disajikan.
g. Setiap pilihan jawaban menggunakan struktur bahasa atau kalimat yang konsisten
(sama panjang atau pendeknya)
h. Tidak mencantumkan pilihan jawaban “semua jawaban diatas benar” atau “semua
pilihan jawaban diatas salah”.

7
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), h. 115.
i. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu diurutkan berdasarkan besar
kecil nya angka atau urutan kronologisnya.8

2) Isian singkat
Tes jawaban singkat atau isian singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat
pertanyaan yang harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang
harus dikerjakan atau kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga testee harus
mengisikan kata untuk melengkapi kalimat tersebut. Bentuk tes ini tepat digunakan
untuk mengetahui tingkat ingatan atau hafalan dan pemahaman peserta didik. Tes ini
juga dapat memuat materi dalam jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir
yang diukur cenderung rendah.9

3) Menjodohkan
Soal menjodohkan atau biasa disebut dengan matching test item adalah bentuk soal
yang terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama merupakan stimulus
atau permis yang berupa kalimat diletakkan pada lajur sebelah kiri. Kelompok kedua
merupakan respon atau jawaban dari kelompok pertama dan ditulis pada lajur
kanan.10 Jenis soal menjodohkan dapat mengukur kemampuan siswa menganalisis
hubungan antar kata, istilah, definisi, peristiwa, atau kategori tertentu. Bentuk soal
menjodohkan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pada
kategori mengingat, memahami/mengerti, dan menganalisis. 11

Kelebihan item tes menjodohkan:12


a. Luasnya materi yang dapat dicakup
b. Relatif lebih mudah dibuat butir soal, khususnya jika dibandingkan dengan soal
bentuk pilihan ganda.
c. Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi cara memberikan jawaban
d. Dapat dilakukan dengancepat dan mudah dalam penskorannya.
8
Herman Y.S. Endrayanto dan Yustiana W. Harumurti, Penilaian Belajar ..., h.87-89
9
Sukiman, Pengembangan Evaluasi Sistem..., h. 99.
10
Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pebelajaran…,h.115
11
Herman Y.S. Endrayanto dan Yustiana W. Harumurti, Penilaian Belajar ..., h
12
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran..., h. 116.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:13
e. Cenderung untuk mengukur kemampuan mengingat. Kurang tepat
f. digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi.
g. Sukarnya menjaga kehomogenan isi premis dan respon.
h. Kemungkinan menebak dengan benar relatif lebih tinggi.

4) Tes benar – salah


Item tes benar-salah berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut
ada yang benar dan salah. Tugas siswa adalah menandai pernyataan
tersebut benar atau salah. Bentuk soal benar-salah terbatas untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan
yang sederhana.14 Bentuk benar-salah ada dua macam, yaitu dengan pembetulan,
apabila siswa diminta membetulkan pernyataan yang salah dan tanpa
pembetulan jika siswa hanya diminta untuk melingkari atau memilih B
atau S.
Kelebihan tes benar-salah:
a. Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan banyak tempat
b. Mudah menyusunnya
c. Dapat digunakan berkali-kali
d. Dapat dilihat secara cepat dan objektif
e. Petunjuk cara mengerjakannya mudah dan objektif.

Kekurangan:
a. Sering membingungkan
b. Mudah ditebak
c. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan
benar/salah.
d. Hanya mengungkap daya ingatan dan daya pengenalan kembali.
e. Terbatas pada kemampuan pengetahuan saja.

13
Ibid.,
14
Ibid,.
5) Uraian
Tes esai lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi
dalam kawasan kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan berpikir
kreatif. Sebab melalui tes tipe ini siswa diajak untuk dapat menerangkan,
mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu objek
evaluasi. Tes uraian menyediakan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan
responnya terhadap materi yang ditanyakan.15 (Muri Yusuf, hal. 207)
Tes uraian dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:16
a. Tes uraian bebas
b. Tes uraian tersturuktur

Kelebihan tes uraian adalah:


a. Pendidik mudah menyusun pertanyaan yang diberikan
b. Menghemat waktu dalam menyusun pertanyaan
c. Mampu mengukur kawasan kognitif yang lebih tinggi
d. Tidak membutuhkan fasilitas yang banyak.

Kekurangan tes uraian adalah:


a. Sering disertai unsur-unsur subjektif dalam penilaian
b. Kurangnya kemampuan peserta didik dalam isi suatu butir soal.
c. Jawaban yang mudah dibaca, sering dihargai lebih tinggi nilainya dari jawaban
yang sukar dibaca.
d. Tidak dapat mewakili semua bahan yang diajarkan.
e. Membutuhkan waktu yang lama dalam menskor.
Kemudian untuk teknik non tes, ada beberapa teknik non tes yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar kognitif yaitu portofolio, proyek (penugasan), dan
produk. Teknik non tes ini sifatnya untuk melengkapi teknik tes.17

15
A. Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015),h.207
16
Ibid
17
Sukiman, Pengembangan Evaluasi Sistem..., h.109
1. Portofolio
Penilaian berbasis portofolio ini dilaksanakan dengan cara “mengumpulkan secara
terencana berbagai hasil karya atau rekaman tingkah laku yang bersama-sama
memberikan gambaran komprehensif tentang pencapaian seseorang dalam suatu
keahlian”. Artinya, portofolio merupakan sebuah kumpulan terencana dari murid
yang mampu mengisahkan tentang usaha, kemajuan, atau prestasi murid dalam
bidang pelajaran atau keahlian tertentu.18
i. Penilaian Proyek (penugasan)
Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan “scientific
inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan dalam merencanakan, mengorganisasi
penyelidikan, kerja sama, mengidentifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis dan menginterpretasikan serta mengkomunikasikan temuannya
dalam bentuk laporan tulisan.19
j. Penilaian Produk
Penilaian terhadap hasil artikel atau benda yang dihasilkan peserta didik dalam
periode tertentu.20

D. Penelaahan Soal
Ada beberapa Teknik yang dapat untuk menganalisis butir soal secara kuantitatif
diantara Teknik moderator dan Teknik panel.
1. Teknik moderator
Merupakan Teknik berdiskusi yang didalam nya terdapat satu orang sebagai
penengah berdasarkan Teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara Bersama-sama
dengan beberapa ahli guru yang mengajarkan ahli materi, penyusunan atau
pengembangan kurikulum, ahli penilaian, ahli Bahasa, berlatar belakang pisikologi.
Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara Bersama-sama
berdasarkan kaidah penulisannya.

18
1A. Supratiknya, Penilaian Hasil Belajar dengan Non tes, (Yogyakarta: Sanata Dharma, 2012), h. 57
19
Sukiman, Pengembangan Evaluasi Sistem..., h. 117.
20
Ibid,h.118
2. Teknik panel
Merupakan suatu Teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal
kaidah itu diantaranya materi, konstruksi, Bahasa dan budaya, kebenaran kunci jawaban
atau pedoman penskoran. Cara nya beberapa penelaah diberikan butir-butir soal yang
akan ditelaah, format penelaahan dan pedoman penilaian atau penelaahan.

E. Analisis Butir Soal


a. Pengertian
Analisis butir soal (Item analysis) adalah suatu kegiatan dalam menentukan tingkat
kebaikan butir-butir soal sebuah tes, sehingga informasi yang didapatkan dari kegiatan
tersebut bias digunakan untuk memperbaiki butir soal yang sudah disusun. Analisis butir
soal bisa dilakukan apabila suatu tes sudah selesai dilaksanakan dan didapatkan jawaban
terhadap butir-butir soal yang diteskan. Identifikasi terhadap setiap butir item soal harus
dilakukan untuk penyempurnaan kembali terhadap butir-butir soal yang dibuat oleh guru,
sehingga akan tersusun soal yang memiliki fungsi sebagai alat pengukur hasil belajar
dengan kualitas tinggi. Analisis butir soal bisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis butir soal secara kualitatif berkaitan dengan isi dan bentuk soal (validitas isi dan
validitas konstruk). Sementara analisi butir soal kuantitatif berkaitan dengan ciri-ciri
statistiknya (pengukuran validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran butir
soal).
b. Tujuan Kegiatan Analisis Butir Soal
1. Mengkaji dan menelaah setiap butir soal supaya didapatkan soal yang bermutu
2. Dapat meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang
tidak efektif (tidak valid)
3. Mengetahui informasi diagnostic peserta didik mengenai pemahaman materi yang
telah diajarkan.
c. Langkah-langkah Penulisan Butir Soal
a. Penentuan tujuan/penyusunan blueprint
Dalam melakukan pengetesan pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini
dapat berupa tujuan khusus, 16egati untuk mengetahui penguasaan materi, tes
16negative16t, atau tes seleksi; dan tujuan umum, 16egati untuk mengetahui
pengetahuan umum dari sekelompok responden atau sekelompok orang. Dalam
kesempatan ini, tujuan pemberian tes adalah untuk mengetahui penguasaan
peserta didik pada kompetensi/sub kompetensi tertentu setelah diajarkan.
Penguasaan ini dapat diartikan, sejauh mana peserta didik memahami atau
mungkin menganalisis materi tertentu yang telah dibahas di ruang kelas. Dengan
kata lain, pada tingkat kognitif mana mereka menguasai materi yang telah
diberikan, ditugaskan, atau dibahas, yang biasanya direncanakan dalam bentuk
blue print. Tujuan tes harus jelas agar arah dan ruang lingkup pengembangan tes
selanjutnya juga jelas.

b. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi


adalah panduan atau acuan dalam menyiapkan bahan ajar, menyelenggarakan
pembelajaran, dan mengembangkan butir-butir soal uji. Kisi-kisi soal tes yang
merupakan bagian dari silabus ini biasanya berisi standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, waktu, dan sumber belajar.
Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi adalah 17egative17 jabaran
dari kempetensi dasar (KD), kompetensi dasar jabaran dari standar kompetensi
(SK), standar kompetensi jabaran dari standar kompetensi lulusan mata pelajaran
(SKL-MP), dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran jabaran dari standar
kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-P), dan standar kompetensi lulusan
satuan pendidikan jabaran dari Tujuan Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan
dijabarkan ke dalam subkompetensi, selanjutnya subkompetensi dijabarkan
menjadi 17egative17 esensial dan 17egative17t. Sama halnya pada kompetensi dan
subkompetensi, kata utama dalam 17egative17 esensial dan 17egative17t juga kata
kerja, hanya saja skope nya sama atau lebih sempit dan peringkat kognitifnya
sama atau lebih rendah.

c. Penulisan butir-butir soal/tes


Penulisan butir-butir soal merupakan langkah penting dalam upaya
pengembangan alat ukur kemampuan atau tes yang baik. Penulisan soal adalah
penjabaran 17egative17 jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam
kisi-kisi. Butir soal merupakan jabaran atau dapat juga ujud dari 18egative18,
Dengan demikian setiap pernyataan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa
sehingga jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diminta. Mutu
setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes secara keseluruhan. Butir-butir
soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau memiliki Higher Order Thinking
(HOT).
d. Telaah Soal atau Analisis Kualitatif Soal
Telaah soal atau analisis kualitatif soal adalah mengkaji secara teoritik soal tes
yang telah tersusun. Telaah ini dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu
aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
e. Ujicoba Soal
Ujicoba soal pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui kualitas soal tes
berdasarkan pada 18egativ atau respon dari peserta tes. Hal ini dapat terwujud
manakala dilakukan analisis 18egativ atau analisis kuantitatif, baik menggunakan
teori klasik maupun teori modern.
f. Analisis Empirik
Untuk mengetahui kualitas butir soal, maka hasil uji coba harus dianalisis secara
18egativ. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis 18egativ
ini, yaitu: teori klasik dan teori respon. Masing-masing pendekatan ada kelebihan
dan kekurangannya. Untuk responden yang kecil (kurang dari 100) lebih cocok
menggunakan teori klasik, sebaliknya untuk
responden yang besar (lebih besar dari 200) lebih cocok menggunakan teori
respon butir.
g. Perakitan Soal Tes
Agar skor tes yang diperoleh tepat dan dapat dipercaya maka soal tes harus valid
dan 18egative. Butir-butir soal perlu dirakit menjadi alat ukur yang yang terpadu.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas skor tes adalah urutan nomor soal,
pengelompokan bentuk-bentuk soal, tata letak soal, dan sebagainya.
b. Penulisan Butir Soal yang HOT
Sebelum penulisan butir-butir soal dimulai, terlebih dulu perlu dicermati peringkat
kognitif atau Taksonomi Bloom yang mencakup mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Selanjutnya, taksonomi
ini direvisi (Anderson, L.W., dan Krathwoh, D.R , 2001), yakni evaluasi berada pada
tingkat 5, sedangkan sintesis ditiadakan diganti dengan kreasi yang ditempatkan pada
peringkat 6. Contoh soal pada
masing-masing tingkat kognitif Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.
Butir Soal Uraian Butir Soal Pilihan Ganda
Mengingat
Sebutkan Ibukota Republik 1. Ibu Kota Republik Indonesia
Indonesia adalah…
a. Bandung
b. Surabaya
c. Jakarta
d. Medan

Memahami
Berilah Contoh Binatang Kelas Berikut ini termasuk binatang kelas
herbivora herbivore, kecuali:
a. Sapi
b. Kambing
c. Harimau
d. Kerbau
Aplikasi
Sebuah pensil diameter 1.5 cm, Sebuah pensil diameter 1.5 cm, panjang
panjang 10cm dicelupkan 10cm dicelupkan seluruhnya kesebuah
seluruhnya kesebuah gelas yang gelas yang penuh air. Jumlah air yang
penuh air. Berapa cc air yang tumpah sebanyak…
tumpah? a. 15,675 cc
Atau: b. 150,674 cc
Hitunglah pengurangan berikut. c. 441,964 cc
643 d. 492.705 cc
278 –
…..
Analisis
Bandingkan kelebihan dan kelemahan buku-buku biologi SMP yang ada
dipasaran, terutama buku karangan osama, Obama, ogama dan oalahmak.
Bagian mana dari ke empat buku itu yang memiliki kesamaan dan bagian
mana yang memiliki perbedaan?
Atau
Mengapa buku biologi SMP karangan Obama dapat digantikan buku
karangan ogama?
Evaluasi Untuk mata pelajaran biologi SMP, dari berbagai buku yang ada,
buku yang dapat menggantikan buku karangan Obama adalah buku
karangan:
a. Osama
b. Otama
c. Ogama
d. oalahmak
Dari sekian siswa bapak/ibu, Dari sekian siswa bapak/ibu, siapakah
siapakah yang paling pintar? yang paling pintar adalah:
a. Badu
b. Beda
c. Budi
d. Bada
Kreasi
Orang yang cinta perdamaian Orang yang cinta perdamaian merupakan
merupakan warga negara yang warga 21egati yang baik kebanyakan
baik kebanyakan orang terdidik orang terdidik lebih cinta perdamaian
lebih cinta perdamaian karena karena tertarik pada kemajuan.
tertarik pada kemajuan. Kesimpulan dari alinea ini adalah…
Kesimpulan dari alinea ini a. Banyak orang yang cinta perdamaian
adalah… tetapi tidak terdidik
b. Kebanyakan orang yang terdidik
bukan warga Negara yang baik
c. Warga Negara yang baik pada
umumnya orang yang terdidik
d. Orang yang cinta perdamaian belum
tentu orang yang terdidik
e. Warga Negara yang baik hanyalah
orang-orang terdidik

Syarat Soal Tes yang baik Seperti 21egative21t lainnya, soal tes juga harus baik,
yakni memiliki validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasan validitas dan reliabilitas
adalah sebagai berikut. A. Validitas Validi tas suatu alat ukur adalah sejauhmana alat
ukur itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Nunnally, 1978). Sementara itu,
Linn dan Gronlund (1995) menjelaskan validitas mengacu pada kecukupan dan
kelayakan interpretasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus.
Sedangkan Azwar (1996) menjelaskan suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Sisi lain yang
sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan pengukuran, yakni kemampuan
untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil sekalipun yang ada pada atribut yang
diukurnya. Dalam pengukuran terhadap atribut psikologis, validitas sangat sulit dicapai.
Hal ini dapat difahami karena pengukuran terhadap variabel psikologis dan 22egati
mengandung kesalahan yang lebih banyak daripada pengukuran variabel yang bersifat
fisik. Oleh karena sulitnya menentukan validitas yang sebenarnya, maka yang dapat
dilakukan adalah mengestimasi validitas 22egative22t dengan perhitungan tertentu.
Pengukuran psikologi itu mempunyai fungsi : (1) penegakan suatu hubungan 22egative22
dengan variabel khusus, (2) representasi isi dari sesuatu, dan (3) pengukuran sifat-sifat
psikologis. Oleh karenanya, validitas itu dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:
(1) validitas kriteria, (2) validitas isi, dan (3) validitas konstruk (Nunnally, 1978, Allen &
Yen, 1979, Fernandes, 1984, Woolfolk & McCane, 1984, dan Lawrence, 1994). Validitas
berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua, yaitu validitas prediktif dan validitas
konkuren. Fernandes (1984) mengatakan validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan
untuk menjawab pertanyaan: “How well test performance predicts future performance
(predictive validity) or estimate current performance on some valued measure other than
the test itself (concurrent validity)?”. Hal senada juga disampaikan oleh Lawrence (1994)
yang mengatakan bahwa tes dikatakan memiliki validitas prediktif bila tes itu mampu
memprediksikan kemampuan yang akan 22egati. Dalam analisis validitas prediktif,
performansi yang hendak diprediksikan disebut dengan kriteria. Besar kecilnya harga
estimasi validitas prediktif suatu 22egative22t digambarkan dengan keofisien korelasi
antara 22egative22 dengan kriteria tersebut. Validitas isi suatu 22egative22t adalah
sejauhmana butir-butir dalam 22egative22t itu mewakili komponen-komponen dalam
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Fernandes, 1984; Nunnally, 1978).
Sementara itu Lawrence (1994) menjelaskan bahwa validitas isi itu representativitas
pertanyaan terhadap kemampuan khusus yang harus diukur. Validitas konstruk adalah
validitas yang menunjukkan sejauhmana 22egative22t mengungkap suatu trait atau
konstruk teoretis yang hendak diukurnya (Fernandes, 1984; Nunnally, 1978). Prosedur
validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang
hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai
variabel tersebut. Dari teori ini ditarik suatu konskuensi praktis mengenai hasil
pengukuran pada kondisi tertentu, dan konskuensi inilah yang akan dibuktikan secara
empiris. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka 23egative23t itu dianggap
memiliki validitas konstruk yang baik. Untuk tes hasil belajar, yang utama adalah
validitas isi, yakni butir-butir soal yang ditanyakan kepada peserta didik sesuai dan
mewakili kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
sejauh mana butir-butir soal itu sesuai dengan 23egative23 yang merupakan jbaran dari
kompetensi dasar. B. Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan sebagai keajegan atau
kestabilan hasil pengukuran. Alat ukur yang 23egative adalah alat ukur yang mampu
membuahkan hasil pengukuran yang stabil (Lawrence, 1994). Artinya suatu alat ukur
dikatakan memiliki reliabilitas tinggi manakala digunakan untuk mengukur hal yang
sama pada waktu berbeda hasilnya sama atau mendekati sama. Reliabilitas alat ukur yang
juga menunjukkan derajat kesalahan pengukuran tidak dapat ditentukan dengan pasti,
melainkan hanya dapat diestimasi. Menurut Nunnally (1978) ada tiga cara mengestimasi
reliabilitas, yaitu: (1) konsistensi internal, (2) tes 23egative, dan (3) belah dua. Dalam
cara konsistensi internal tes dilakukan hanya sekali pada sekelompok subjek kemudian
dilakukan analisis atau diestimasi besarnya reliabilitas. Secara umum rumus untuk
mengestimasi reliabilitas ini dapat digunakan rumus Koefisien Alpha. Namun apabila
pilihan jawaban butir-butir pertanyaan/ pernyataan yang ada dalam 23egative23t/tes itu
dikotomi maka dapat digunakan persamaan KR 20. Tipe tes lainnya yang sering
digunakan untuk mengestimasi reliabilitas adalah tipe tes 23egative. Dalam tipe ini, tes
dilakukan dua kali pada subjek yang sama namun tesnya berbeda meskipun 23egative.
Seperti yang telah dijelaskan di muka jarak antara ke dua tes ini sekitar dua minggu.
Hasil kedua tes ini dikorelasikan, apabila koefisien korelasi ini kecil berarti tes itu kurang
23egative. Selain konsistensi internal dan tes bentuk 23egative, ada cara lain untuk
mengestimasi reliabilitas, yaitu belah dua. Cara ini hanya menuntut satu kali tes untuk
subjek yang sama kemudian hasilnya dibelah dua. Idealnya pembelahan ini harus
dilakukan secara random, namun adakalanya yang menggunakan cara skor dari butir-
butir pertanyaan/pernyataan bernomor ganjil dipisahkan dengan skor dari butir-butir
pertanyaan/pernyataan yang ber-nomor genap. Skor dari kelompok ini kemudian
dikorelasikan dan selanjutnya digunakan rumus Spearman – Brown. Salah satu cara
untuk meningkatkan besarnya koefisien reliabilitas adalah memperpanjang tes, asalkan
butir-butir yang ditambahkan harus 24egative atau mengukur hal yang sama. Apabila
butir yang ditambahkan tidak 24egative maka reliabilitas tes tidak meningkat tetapi
sebaliknya, malah menurun. A. Analisis Soal Tes Untuk mencapai butir-butir soal yang
valid dan 24egative maka butir soal perlu dianalisis, yakni analisis secara teoritik atau
telaah butir dan analisis kuantitatif untuk melihat tingkat kesulitan butir, daya beda butir,
dan keberfungsian 24egative24t. Penjelasan analisis butir, baik kualitatif maupun
kuantitatif adalah sebagai berikut. 1) Analisis Kualitatif ( Telaah Butir ) Telaah kualitatif
atau analisis teoritik dilakukan sebelum butir-butir soal diuji-cobakan dan di analisis
secara 24egativ. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam telaah kualitatif adalah aspek
materi, konstruksi, dan bahasa/budaya ditelaah berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan. Menurut Tim Pusbangsisjian, (1997/ 1998) kaidah-kaidah yang harus
diperhatikan dalam menelaah butir soal yang berbentuk objektif pilihan ganda dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel:
Aspek materi
1) Soal sesuai dengan 24egative24;
2) Distraktor berfungsi;
3) Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat
Aspek konstruksi
1) Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas;
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pertanyaan yang
diperlukan
3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban;
4) Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat 24egative ganda;
5) Gambar, grafik, 24egat, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal jelas dan berfungsi;
6) Panjang pilihan jawaban 24egative sama;
7) Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “Semua jawaban di
atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar” dan sejenisnya;
8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka tersebut atau kronologis;
9) Butir-butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya;
Aspek bahasa/budaya
1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia;
2) Menggunakan bahasa yang komunikatif;
3) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (bias budaya);
4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama

Dalam analisis soal tes secara teoritik yang dikaji adalah kesesuaian antara butir-
butir soal dengan tujuan atau 25egative25 dan apakah soal tes sudah memenuhi validitas
isinya. Soal tes juga dicermati penggunaan bahasa, kejelasan dan kesingkatannya, juga
dilihat kejelasan dan kefungsian 25egat dan atau gambar. Pilihan jawaban juga dicermati
homogenitas dan kejelasannya. Selain kaidah untuk telaah butir secara teoritik, pedoman
penyekoran juga harus jelas agar objektifitas pemberian skor oleh guru dapat
dipertanggung-jawabkan. Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus
disusun sesegera mungkin setelah kalimat-kalimat butir soal tersebut selesai dirumuskan.
Pedoman pemberian skor tidak boleh disusun saat koreksi akan dimulai. Ada perbedaan
pedoman penyekoran antara soal bentuk pilihan ganda dan soal bentuk uraian.

F. Kunci Jawaban dan Pedoman Persekoran


Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk untuk penskor, dibuat dalam
bentuk matriks berisi kolom kata kunci/kriteria jawaban, dan kolom skor. Pedoman ini
disusun setelah soal ditulis. Soal uraian objektif memuat batasan/ kata-kata kunci/
konsep, sedangkan untuk soal uraian non objektif memuat kemungkinan-kemungkinan
jawaban/kriteria-kriteria jawaban. Sebagai seorang guru proses persiapan rancangan
pembelajaran sangat dibutuhkan. Proses tersebut dapat dilihat sejauh mana guru dalam
merancang pembelajaran semakin baik termasuk diantaranya pembuatan butir-butir soal.
Dalam melakasanakan proses penilaian seorang guru dapat menggunakan tes. Tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan guru untuk mengukur hasil belajar siswa.
Dengan tes, guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang
diajarakan serta sejauh mana tujuan pembelajaran yang ditetapkann dapat tercapai.
Dengan demikian, agar tes dapat mengukur hasil belajar siswa dengan tepat, maka tes
tersebut harus dikembangkan dengan baik.

Pengetahuan (Knowledge) / C1
Pada jenjang ini, siswa lebih ditekankan pada kemampuan mengingat kembali materi
yang telah dipelajari seperti pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari siswa. Di jenjang ini dalam menjawab pertanyaan, siswa lebih
mengingat dan mengutamakan hafalan saja. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
dalam membuat soal diantaranya adalah: menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan,
membilang, mengidentifikasi, menghafal, mencatat, menamai, menggambarkan,
menandai dan menulis.

Pemahaman (Comprehension) / C2
Pada jenjang ini, diharapkan siswa mampu memahami materi-materi tertentu yang sudah
dipelajari. Seperti kemampuan dalam memahami sebuah fakta, konsep dan prinsip. Di
jenjang ini, kata operasional yang dapat digunakan dalam membuat soal diantaranya
adalah: memperkirakan, menjelaskan, mengaosiasikan, menghitung, membandingkan,
membedakan, menyimpulkan, merangkum dan menjabarkan.

Contoh soal:

Berikut adalah ciri-ciri dari segi banyak kecuali:

1. memiliki banyak sudut


2. sudutnya hanya 1
3. memiliki sisi yang banyak
4. tidak memiliki sudut

Dari penjelasan ciri-ciri di atas yang merupakan bukan ciri-ciri segi banyak yang benar
ditunjukkan oleh nomor…
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 3 dan 4
d. 1 dan 4

Jawaban : d
Penerapan (Application) / C3
Jenjang penerapan diartikan sebagai kemamapuan siswa dalam menerapkan informasi
pada sistuasi yang kongkrit, dimana siswa mampu menerapkan pemahamanya secara
nyata. Di jenjang ini, siswa diharapkan mampu menerapkan konsep dan prinsip yang
diketahui pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya. Kata operasional
yang digunakan dalam membuat soal seperti : menentukan, menerapkan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengkaifikasi, menghitung, mengemukakan, mengoperasikan,
memecahkan, mengaitkan, menyusun dan mentabulasi.

Contoh soal :

Jika diketahui panjang sisi sebuah persegi adalah 12 cm, maka kelilingnya adalah….cm

a. 49
b. 48
c. 46
d. 46

Jawaban: b

Pembahasan

dik : s = 12 cm

dit : K = ⋯?

Penyelesaian

K=4×s

= 4 × 12 cm

= 48 cm

Suatu persegi panjang memiliki panjang 12 cm dan lebar 6 cm, maka luasnya
adalah....cm²

a. 73
b. 74
c. 72
d. 71

Jawaban: c
Nomor Kunci jawaban skor Bobot
soal
4.1 1. Bergotong royong dalam kerja bakti 1
PPKN
KD. 3.1
2. Saling menghargai dan menghormati perbedaan teman 1
lain daerah
3. Menjaga kerukunan dengan teman-teman sekelas dan 1 15
seluruh warga sekolah
4. Tidak berkelahi dengan teman atau tetangga
5. Bersedia berteman dengan orang lain daerah, agama
atau lain suku
Skor maksimum 3
4.2 1. Berupa pikiran utama atau gagasan utama 1
B. Indo
Kd 3.1
2. Mengandung pokok persoalan atau inti persoalan 1
30
3. Letak ide pokok terletak diawal paragraph 1
(deduktif), akhir paragraph (induktif), awal dan
akhir paragraph (deduktif-induktif),menyeba
(paragraph narasi dan deskripsi)
Skor maksimum 4
4.3 1. Skoilosis 1
IPA
KD 3.1
2. Osteoporosis 1 30
3. Lordosis 1
4. Kiposis 1
5. Rakitis 1
6. Patang tulang 1
7. Retak tulang 1
Skor maksimum 7
G. Pemanfaatan Hasil Belajar Peserta Didik
Penilaian oleh guru dan satuan pendidikan merupakan suatu proses yang
dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,
pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti unjuk
kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya
peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.
Manfaat Penilaian

Manfaat penilaian oleh guru dan satuan pendidikan antara lain sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
b. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
c. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
d. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar.
e. Untuk memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan.
f. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam
mempertimbagkan konsep penilaian kelas yang baik untuk digunakan (Muhson,
2007:2)

Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa
manfaat yang lain diantaranya :
1. Perbaikan (29egative) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM.
Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria
ketuntasan bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan
bantuan sesuai dengan gaya belajarnya sehingga kesulitan dan kegagalan tidak
menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai
kompetensi yang harus dikuasai.
2. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari
waktu yang disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi
tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk
memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan
pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran
bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar
jam efektif.
3. Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil
penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru
dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal
kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam
kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi
pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya.
4. Pelaporan. Hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai
kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.

H. Pengembangan Tes Objektif dan Tes Subjekif


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran dengan mempertimbangkan
hasil penilaian peserta didik oleh pendidik. Penilaian hasil belajar pada Kurikulum
2013 ini dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidik melalui tahapan mengkaji
silabus sebagai acuan perencanaan penilaian, pembuatan kisi-kisi 30egative30t dan
penetapan kriteria penilaian, pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran,
menganalisis hasil penilaian dan memberi tindak lanjut atas penilaian yang dilakukan
oleh pendidik, menyusun laporan hasil penilaian dalam bentuk deskripsi pencapaian
kompetensi dan deskripsi sikap. Ada dua bentuk alat evaluasi bidang kognitif, yaitu
tes dan non tes. Teknik tes sendiri memiliki dua bentuk yaitu tes objektif dan tes
uraian. Yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes dengan pertanyaan tertutup.
Kata tertutup di sini maksudnya adalah bahwa jawaban benar telah tersedia. Soal tes
objektif terdiri atas dua bagian. Bagian pertama disebut stem atau batang tubuh yang
berisi pertanyaan dan sering pula disertai gambar atau bagan untuk disimak. Bagian
kedua berupa options atau pilihan jawaban. Pilihan jawaban ini bervariasi dari dua
sampai lima pilihan bahkan mungkin lebih. Apabila perlu, soal dapat memuat
stimulus atau dasar pertanyaan (Howe & Jones, 1993).

Disebut pula “short answer” atau “new type” tes. Tes objektif terdiri dari item-
item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternative yang benar dari
sejumlah 30egative30t30 yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar
dengan beberapa perkataan atau 30egati. (Zaenal, 2016) dalam bukunya Evaluasi
Pembelajaran, menyatakan tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif
karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif
hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.
Sifat dan kegunaan tes objektif adalah:
• Dapat digunakan untuk mengukur 31egati semua aspek kemampuan siswa.
• Dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar.
• Dapat mencakup sasaran belajar yang luas dalam waktu yang 31egative singkat.
• Memiliki reliabilitas yang tinggi.
• Sangat berguna untuk ujian seleksi dari siswa yang sangat banyak jumlahnya karena
pemeriksaannya cepat, mudah, dan dapat dilakukan oleh orang lain.
• Sulit dan lama membuatnya.
• Ada kemungkinan siswa menjawab benar karena menembak.
• Tidak memungkinkan siswa mengeluarkan pendapatnya secara bebas.

Beberapa saran pengembangan tes objektif adalah:


• Stem menggunakan kalimat singkat dan jelas.
• Stem menggunakan kalimat positif.
• Stem menghindari menggunakan TIDAK atau KECUALI, namun apabiladigunakan
tulis dengan huruf besar.
• Stem tidak menggunakan kata bilangan tak tentu, misalnya sering kali, kadang-
kadang, kira-kira.
• Stem tidak menggunakan kata-kata ekstrem, misalnya selalu, pasti.
• Kunci jawaban hendaknya tidak terletak pada tempat yang sama atau memiliki pola
tertentu supaya tidak tertebak.
• Nomor soal yang satu hendaknya bebas/tidak tergantung dari nomor soal yang lain.
• Soal harus sesuai dengan 31egative31 yang dirumuskan.

Di samping dua bentuk tes tersebut, beberapa bentuk tes kognitif yang lain. Di antaranya
adalah tes penjodohan, tes benar-salah, tes isian, tes jawaban singkat, dan sebagainya.
Karena bentuk-bentuk tes tersebut memiliki kelemahan masing-masing, guru disarankan
untuk tidak selalu menggunakan salah satu bentuk tes saja dalam proses belajar sehari-
hari, tetapi dapat membuat kombinasi di antara tes tersebut. Alat evaluasi bukanlah
sekedar kumpulan dari butir-butir soal tetapi merupakan suatu perangkat soal yang
dirancang untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar tertentu. Syarat utama dari alat
evaluasi yang baik adalah dapat mengukur yang hendak diukur. Hal inilah yang disebut
valid atau sahih. Dalam hal ini, sahih berarti sahih terhadap isi/ KD-nya. Supaya rakitan
soal itu sahih, soal perlu dirancang dengan membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu.
Kelebihan Tes Objektif
yaitu lebih 32egative32t3232ve mewakili isi dan luas bahan, Lebih mudah dan cepat cara
memeriksannya karena dapat menggunakan kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan
alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner, Pemeriksaannya dapat diserahkan
kepada orang lain, Dalam pemeriksaannya maupun penskoran, tidak ada unsur subjektif
yang memengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.

Kelemahan Tes Objektif


yaitu Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes karena butir soal tesnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan lain, Butir-butir soal
cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali saja, dan sukar untuk
mengukur kemampuan berpikir yang tinggi seperti sintesis maupun kreativitas, Banyak
kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-untungan dalam jawaban soal tes,
Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka. Jenis tes objektif
dibagi menjadi 4 bagian yaitu Tes pilihan ganda, Tes benar salah, Tes jawaban singkat
atau isian singkat, dan Tes menjodohkan.

TES SUBJEKTIF
Tes subjektif pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah sejenis
tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata (Zaenul dan Nasution: 2001). Tes bentuk uraian adalah butir soal yang
mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Tes subjektif atau essay
adalah soal-soal bentuk uraian yang pertanyaannya di awali dengan kata-kata seperti:
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, dibandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Menurut Sukardi (2008) tes subyektif adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunanya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang
merefleksikan kemampuan berfikir siswaBerdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa tes Subyektif adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang
mengutamakan kemampuan berfikir peserta didik dalam merangkai jawaban.
Ciri-ciri Tes Subjektif
1. Jumlah soal yang disusun tidak terlalu banyak.
2. Hasil yang diperoleh kurang mewadahi karena jangkauan bahannya tidak terlalu luas.
3. Banyak dipengaruhi oleh faktor: bahasa yang digunakan oleh testi, kerapatan tulisan
yang dibuat oleh testi, sikap penilai terhadap testi, penyekoran bersifat 32egative,
jawaban sangat panjang, dipengaruhi oleh emosi pemeriksa, pertanyaan yang
diajukan luas dan rumit, sedangkan waktu yang tersedia terbatas.

Jenis-jenis Tes Objektif


Ada 3 jenis-jenis tes objektif, diantaranya adalah:
1. Menjodohkan Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang jawabannya
dijodohkan dengan seri jawaban.Dengan kata lain, tugas peserta tes hanya
menjodohkan premis dengan salah satu seri jawaban. Tes menjodohkan adalah tes
yang terdiri dari kolom pertama adalah soal dan kolom kedua adalah jawaban. Pada
kolom jawaban harus lebih banyak dari kolom soal. Tugas peserta didik adalah
menjodohkan pertanyaan dengan pernyataan yang terdapat pada kolom jawaban.
2. Pilihan Ganda Tes pilihan ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih
dari 33egative33t33 yang lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar
antara 4 (empat) dan 5 (lima). Nitko (2007) menjelaskan tujuan dasar dari tugas
penilaian, soal pilihan ganda adalah untuk mengidentifikasi siswa yang telah
mencapai tingkat (atau diperlukan) pengetahuan (keterampilan, kemampuan, atau
kinerja) cukup dari target pembelajaran yang dinilai. Tes pilihan ganda adalah tes
dimana pada setiap soalnya memiliki lebih dari satu 33egative33t33 jawaban.Tes
bentuk pilihan ganda ini juga memudahkan peserta didik dalam menjawab dan tidak
membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk menentukan penilaiannya.

I. Apa Saja Komponen yang diperhatikan dalam menyusun tes


Masalah penyusunan tes perlu diingat fungsi mana yang dipentingkan oleh si anak
didik dan sebuah tes sebaiknya mencakup kebulatan, yang artinya meliputi berbagai
aspek yang menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan ( kecerdasan, sikap,
pribadi, perasaan, 33egati dan sebagainya).

Langkah-Langkah Penyusunan Tes

a. Menentukan tujuan mengadakan tes


b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua TIK dalam 33egat persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku dalam terkandung TIK itu, 33egat digunakan untuk identifikasi
terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.

Menyusun 33egat spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur
beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian penjelasan tentang 33egat
spesifikasi I akan kami jelaskan di sub bab berikutnya). Menuliskan butir-butir soal,
didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada 33egat TIK dan aspek tingkah
laku yang dicakup
1. Definisi Penskoran
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban
34egative34t menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban
terhadap item dalam 34egative34t. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses
menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka)
yang diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar,
dengan mempertimbangkan bobot jawaban yang benar. Maka dapat disimpulkan bahwa
Penskoran (skoring) adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi
angka-angka. Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Skor maksimum
tidak selalu tetap, karena ditentukan berdasarkan atas banyak serta bobot soal-soal tesnya.
Dalam menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu :[1]
a. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban
b. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring
c. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian
d. Penyusunan Tes Kognitif dan teknik Penskorannya
e. Bentuk Tes
f. Tes Lisan di Kelas

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah
yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas harus jelas, dan
semua siswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas
prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian
menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban siswa,
jawaban siswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.
Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan
dan pemahan. [2]

Bentuk Pilihan Ganda


Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:
• Pilihan jawaban 34 negative dalam arti isi.
• Panjang kalimat pilihan jawaban 34egative sama.
• Tidak ada petunjuk jawaban benar.
• Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
• Pilihan jawaban angka diurutkan.
• Semua pilihan jawaban logis.
• Jangan menggunakan 34egative ganda.
• Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari materi tentang Tehnik dan Instrumen
Kognitif ini yaitu :
1. Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi .
2. Ruang lingkup penilaian kognitif diantaraanya meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, evaluasi
3. Ada dua teknik penilaian ranah kognitif, yaitu teknik tes dan non tes. Dari segi
caranya dibedakan menjadi dua macam , yaitu tes lisan dan tes tertulis. Sedangkan
dari segi bentuknya, tes dibedakan menjadi dua macam yaitu tes objektif dan tes
subjektif (uraian).

Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu


1. tes model pilihan ganda, tes isisan singkat, tes menjodohkan, tes benar-salah. Tes
subjektif (uraian) ada dua bentuk, yaitu tes uraian terbatas dan uraian bebas.
2. Penelaahan soal
3. Analisis butir soal (Item analysis) adalah suatu kegiatan dalam menentukan tingkat
kebaikan butir-butir soal sebuah tes, sehingga informasi yang didapatkan dari
kegiatan tersebut bias digunakan untuk memperbaiki butir soal yang sudah disusun.
Analisis butir soal bisa dilakukan apabila suatu tes sudah selesai dilaksanakan dan
didapatkan jawaban terhadap butir-butir soal yang di teskan.
4. Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk untuk penskor, dibuat dalam
bentuk matriks berisi kolom kata kunci/kriteria jawaban, dan kolom skor. Pedoman
ini disusun setelah soal ditulis. Soal uraian objektif memuat batasan/ kata-kata kunci/
konsep, sedangkan untuk soal uraian non objektif memuat kemungkinan-
kemungkinan jawaban/kriteria-kriteria jawaban.
5. Pemanfaatan hasil belajar peserta didik merupakan mengetahui sejauh mana
siswadapat menyerap materi pembelajaran dan untuk laporan kepada wali
kelas,beberapa pemanfaatan diantaranya ; perbaikan remedial bagi peserta didik yang
nilainya belum mencapai KKM, pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria
ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, perbaikan program dan proses
pembelajaran,pelaporan.
6. Pengembangan tes objektip dan tes subjektif, tehnik tes sendiri memliki dua bentuk
yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif terdiri dari item item yang dapat di
jawab dengan jalan memilih salah alternative yang benar yang bener dari sejumblah
alternatife yang tersedia

Komponen yang di perhatikan dalam menyusun tes Buku tes, yakni lembaran atau
buku yang memuat butir-butir soal yang mesti dikerjakan oleh siswa Lembar
jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi testee untuk
mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor dan huruf A, B,
C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan, Kunci jawaban tes, berisi
jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf atau
kalimat. Untuk test bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci atau kalimat
seingkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Pedoman penilaian, pedoman
penilaian atau pedoman skoring, berisi tentang pedoman perincian tentang skor atau
angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.bagaimana
cara menyusun tes kognitif dan teknik penskorannya
10 bagaimana menyusun tes kognitif dan tehnik peskoranya pada hakikatnya
pemberian skor scoring adalah peroses pengubahan jawaban instrumen menjadi
angka yang menjadi nilai kuantitatif dari suatu item adalah instrument menjadi nilai
nilai atau grade.sedangkan penskoran adalah hasil perkerjaan menyekor memberikan
angka yang di peroleh dari dari angka angka dari setiap butir soal yang telah di jawab
dengan benar

B. Saran
Dalam Penulisan makalah penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dari segi materi, penulisan dan lainnya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangundari para pembaca agar
kedepannyapenulis dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah.
DAPTAR PUSTAKA

Arliyanti desi,hery kresnandi,dkk. Deskripsi penilaian kognitif dalam pembelajaran


tematik siswa kelas V SD negeri 27 pontianak utara

Febyronita dessy, giyanto.2016, survei tingkat kemampuan siswa dalam mengerjakan tes
berbentuk jawaban singkat (short answer test) pada mata pelajaran ips terpadu (
geografi ) kelas VII di smp negeri 1 mesuji tahun pembelajaran 2015, jurnal Swarna
bhumi

Kartowagiran badrun, 2012, penulisan butir soal, universitas negeri Yogyakarta

Saputra adi agus putu I, I nyoman jampel, dkk, 2021, pengembangan instrument
penilaian kopetensi pengetahuan ipa siswa sekolah dasar, jurnal for lesson and learning
studies. Volume 4

Tamrin, faridathul munawwarah, tehnik dan instrumen assessment ranah kognitif peserta
didik dalam pembelajaran PAI, jurnal al-liqo, volume 4

Putri hellin, desty susiani, dkk, 2020, instrument hasil pembelajaran kognitif pada tes
uraian dan tes objektif, jurnal papeda, volume 4

Wardhani pebria diyah, suratno, dkk, 2019, analisis model butir soal pada instrument
penilaian kognitif ilmu Pendidikan alam (IPA) sekolah menengah pertama, jurnal
Indonesia, volume 8 (2)

Sudaryono, 2012, dasar-dasar evaluasi pembelajaran, Yogyakarta : Graha menu

Sukardi, 2008, evaluasi Pendidikan prinsip dan model nya, Jakarta : Bumi aksara

Sukiman, 2011, pengembangan sistem evaluasi, Yogyakarta : Insan madani

Anda mungkin juga menyukai