Kelompok :4
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.4 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian........................................................................................................3
2.1 Pengertian Akhlak......................................................................................3
2.2 Pengertian Moral........................................................................................6
2.3 Pengertian Etika..........................................................................................7
B. Ciri-ciri Akhlak dalam Islam...........................................................................9
C. Implementasi Akhlak dalam Islam................................................................12
1. Akhlak Terhadap Allah Swt....................................................................12
2. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw...........................................................15
3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri.................................................................17
4. Akhlak Terhadap Keluarga.....................................................................19
5. Akhlak Terhadap Masyarakat.................................................................20
6. Akhlak Terhadap Tetangga.....................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
1. Kesimpulan.................................................................................................22
2. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Kurangnya implementasi tentang akhlak, moral, dan etika dalam
kehidupan sehari-hari.
1.4 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini ialah
a. Mengetahui definisi akhlak, etika, dan moral.
b. Mengetahui pengetahuan tentang akhlak, etika, dan moral dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengetahui cara implementasi akhlak, etika, dan moral dalam kehidupan
sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
2.1 Pengertian Akhlak
Definisi ilmu akhlak itu ada dua pendekatan:”Pendekatan linguistik
(kebahasaan), dan pendekatan secara terminologi (peristilahan). Dari sudut
kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab,jama’ dari bentuk mufradnya, “
Khuluqun” sedangkan menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan
perkataan “khalkun “ yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
“khaliq” yang berarti pencipta dan “ Makhlukm” yang berarti yang di ciptakan.
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita (manusia).
Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata“ Akhlak “ karena perkataan
akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas
dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk diartikan secara bahasa maupun
istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata “akhlak” tidak sebatas
kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar, dilakukan, tetapi sekaligus
dipahami secara filosofis, terutama makna subtansialnya.
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “khuluqun”
yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal
dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya
dengan “ Khaliq “, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana
terdapat kata “al-khaliq”, pencipta dan “ makhluq “, artinya yang diciptakan.
Sebenarnya, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kata
“ akhlak “, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan ). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata “ al-akhlaqa- yukhliqu-ikhlaqan “, sesuai
dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af ‘ala- yuf’’ilu-if’alan, berarti as-sajiyah
( perangai ). Ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar ), al-adat (kebiasaan,
kelaziman ), al-maru’ah ( peradaban yang baik ), dan ad-din (agama).kata “ akhlak
“ juga isim masdar dari kata “akhlaqa”, yaitu “ikhlaq”.
3
Adapun pengertian akhlak yang dikemukakan oleh para ahli ilmu
akhlaq.bahwa Sekalipun kalimatnya berbeda namun tetap terpaku pada satu titik
point yaitu tingkah laku. Akhlak menurut arti bahasa sama dengan adab, sopan
santun, budi pekerti atau juga etika. Berikut beberapa pengertian akhlak.
1. Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan[4].
2. Imam Ghazali, mengartikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Quraish Shihab, Akhlak Islami lebih luas maknanya daripada yang
telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah.yang berkaitan batin dan maupun pikiran.
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartiakan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau Akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang akhlak menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian
akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya yang disandarkan pada ajaran Islam. Akhlak
Islami bersifat universal, namun dalam rangka penjabaran hukum Islam yang
bersifat universal tersebut dibutuhkan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
4
Kata “menyempurnakan ” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu
disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam, dari akhlak
sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah
sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak
sempurna. Perhatikan firman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam [68]: 4 :
5
rusak jika akarya rusak. Oleh karena itu akar, pohon, dan buah harus dipelihara
dengan baik.
Bagi Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an sebagai cerminan berakhlak. Orang
yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah. Oleh karena itu setiap
mukmin hendaknya selalu membaca Al-Qur’an kapan ada waktunya sebagai
pedoman dan menjadi tuntunan yang baik dalam berperilaku sehari-hari, insya
Allah akan terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.
6
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa
substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah
laku. Akan tetapi bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama
dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran
tentang tingkah laku. Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri
Pada batasan pertama dan kedua, moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih
merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat dipahami
sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat dipahami sebagai nilai-
nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat
dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian
semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral
sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau
norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah
berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran,
nilai, prinsip, atau norma.
7
Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang
tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau
nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi
atau kajian secara sistematis dan metodis.
Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran
moral. Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-
khotbah, patokan-patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia harus
bertindak, tentang bagaimana harus hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia
yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah orang-orang dalam berbagai
kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan
tulisan-tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Paku
Buwana IV.
Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama-
agama atau ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika bukan suatu sumber
tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral
tidak berada pada tingkat yang sama. Yang mengatakan, bagimana kita harus
hidup bukan etika, melainkan ajaran moral. (Magnis Suseno, 1987; 14).
Pendapat Magnis bahwa etika merupakan ilmu tidak berbeda dengan
Bertens, sebagaimana terminologinya yang ketiga tersebut, di samping pada
bagian lain juga menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 1993: 4). Namun menurut
Bertens, pengertian etika selain sebagai ilmu, juga mencakup moral, baik arti
nilai-nilai moral, norma-norma moral, maupun kode etik. Adapun pendapat
Magnis yang menyatakan etika sebagai filsafat juga sesuai dengan pandangan
umum yang menempatkan etika sebagi salah satu dari enam cabang filsafat, yakni
metafisika, epistemologi, metodologi, logika, rtika, dan estetika. Bahkan. oleh
filsuf besar Yunani, Aristoteles (384-322 s.M.), etika sudah digunakan dalam
pengertian filsafat moral.
Etika sebagai ilmu biasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu etika
deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika deskriptif mempelajari tingkah
8
laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, pandangan tentang baik dan
buruk, perbuatan yang diwajibkan, diperbolehkan, atau dilarang dalam suatu
masyarakat, lingkungan budaya, atau periode sejarah. Sebagai contoh, pengenalan
terhadap adat kawin lari di kalangan masyarakat Bali, yang disebut mrangkat atau
ngrorod (Koetjaraningrat, 1980: 288). Di sini, etika deskriptif tugasnya sebatas
menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak memberikan
penilaian moral. Pada masa sekarang obyek kajian etika deskpiptif lebih banyak
dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang
empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu
pengetahuan dan bukan filsafat.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertangung-jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan
nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral,
melainkan memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-
norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar mendeskripsikan atau
menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk mengenai
baik atau tidak baik, boleh atau tidak boleh-nya suatu perbuatan. Untuk itu di
dalamnya dikemukakan argument-argumen atau diskusi-diskusi yang mendalam,
dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika.
Adapun meta etika tidak membahas persoalan moral dalam arti baik atau
buruk-nya suatu tingkah laku, melainkan membahas bahasa-bahasa moral.
Sebagai contoh, jika suatu perbuatan dianggap baik, maka pertanyaannya adalah :
apakah arti “baik” dalam perbuatan itu, apa ukuran-ukuran atau syarat-syaratnya
untuk disebut baik, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat
juga dikemukakan secara kritis dan mendalam tentang makna dan ukuran adil,
beradab, manusiawi, persatuan, kerakyatan, kebijaksanaan, keadilan,
kesejahteraan dan sebagainya. Meta 5 etika seolah-olah bergerak pada taraf yang
lebih tinggi dari pada perilaku etis, dengan begerak pada taraf bahasa etis (meta
artinya melebihi atau melampui).
9
1. Akhlak Rabbani
Sifat rabbani dari akhlak dari sisi tujuannya adalah untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat nantinya. Ciri rabbani juga menegaskan bahwa
akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi
akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Sebagaimana yang
termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah yang menjadi sumber dari ajaran akhlak
dalam Islam baik yang bersifat teoretis maupun praktis
2. Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran
akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki atau bukan kebahagiaan yang semu.
Akhlak dalam Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara ekisistensi
manusia sebagai makhluk terhormat yang sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang berifat
universal dan mencakup segala aspek hidup manusia baik yang dimensina vertikal
maupun horizontal. Sebagai contoh al-Quran dalam surah Al-An’am ayat 151-152
menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang.
Berikut firman Tuhan dalam QS. Al-An’am (6: 151).
۞ ه َشئًْـاyٖ yِ ِر ُك ْوا بy َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْشy ُل َما َحy اَ ْتyقُلْ تَ َعالَ ْوا
رْ ُزقُ ُك ْمyyyَق نَحْ ُن ن ْٓ ُانً ۚا َواَل تَ ْقتُلyyy َدي ِْن اِحْ َسyyyَِّوبِ ْال َوال
ٍ ۗ اَ ْواَل َد ُك ْم ِّم ْن اِ ْماَلyواyyy
واyyُر ِم ْنهَا َو َما بَطَ ۚ َن َواَل تَ ْقتُلyy َ َش َما ظَه yَ اح ِ وyyَ َوا ْالفyyَُواِيَّاهُ ْم َۚواَل تَ ْق َرب
صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُ ْو َن ِّ ۗ س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح
ّ ٰ ق ٰذلِ ُك ْم َو َ النَّ ْف
Terjemahnya:
Katakanlah "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
10
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).
واyyُ َّد ٗه َۚواَ ْوفy ال ْاليَتِي ِْم اِاَّل بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُن َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ اَ ُش
َ َواَل تَ ْق َرب ُْوا َم
y ِدلُ ْواyف نَ ْفسًا اِاَّل ُو ْس َعهَ ۚا َواِ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِۚ ان بِ ْالقِس
ُ ِّْط اَل نُ َكل yَ ْال َكي َْل َو ْال ِمي َْز
ّ ٰ ان َذا قُرْ ٰب ۚى َوبِ َع ْه ِد هّٰللا ِ اَ ْوفُ ْو ۗا ٰذلِ ُك ْم َو
صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو ۙ َن َ و َكyْ ََول
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
4. Akhlak Keseimbangan
Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang menghayalkan
manusia sebagai malaikat yang menitikberatkan pada segi kebaikannya dan
begitupun sebaliknya yaitu sisi keburukannya yang diumpamakan sebagai
binatang. Jadi pada dasarnya menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan
yaitu baik dan buruk, serta memiliki unsur rohani dan jamani yang membutuhkan
pelayanan secara seimbang. Akhlak dalam Islam memenuhi tuntutan kebutuhan
manusia, jasmani dan rohani secara seimbang begitupun dengan persoalan dunia
dan akhirat.
5. Akhlak realistik
Ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia
meskipun manusia sendiri telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki
11
kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lainnya, tetapi manusia mempunyai
kelemahan-kelemahan serta memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai
macam kebutuhan akan hal-hal material dan spiritual. Kelemahan atau
kekurangan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri sangat memungkinkan
12
4) Khusyuk, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan
yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan sungguh-
sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan pada orang
yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan
dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup. Ciri-ciri Khusyu’ yaitu
adanya perasaan nikmat ketika melaksanakannya. Shalat perlu dilakukan
dengan khusyu’. Jika orang melakukan shalat tetapi belum khusyu’. Agar
khusyu’ dalam shalat, sejak niat kita harus sunguh-sungguh hanya terpusat
pada perbuatan yang berkaitan dengan shalat. Apa yang dibacakan oleh
lidah, dimaknai oleh pikran, diresapi oleh hati dan difokuskan pada Allah
yang sedang kita hadapi.
5) Huznudz dzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang
diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia.
Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan
kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa saja yan diterimanya
dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu,
seorang yang huznuzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus
asa yang berlebihan.
6) Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan
suatu rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari sabar dan
menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan
suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilkan keinginan yang
diharapkan atau gagal dari harapan yang semestinya, ia akan mampu
menerimanya tanpa penyesalan.
7) Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang
telah diberikan-Nya.Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan
perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan
hamdalah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan
dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai dengan semestinya.
Misalnya nikmat diberi mata,maka bersyukur terhadap nikmat itu
dilakukan dengan menggunakan mata untuk melihat hal-hal yan baik,
13
seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang mendatangkan
manfaat.
8) Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang
menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam
menjalankan ibadah kepada Allah .Sesungguhnya Allah bersama orang-
orang yang sabar. Oleh karena itu, perintah bersabar bukan perintah
berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.
9) Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu dengan
memperbanyak mengucapkan subhanallah ( maha suci Allah ) serta
menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
10) Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yan perna
dibuat dengan mengucapkan “ astagfirullahal ‘adzim ’’ (aku memohon
ampun kepada Allah yang Maha Agung ). Sedangkan istighfar melalui
perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan
yan telah dilakukan.
11) Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar ( Allah
Maha Besar ).Mengagungkan Allah melalui perilaku adalah
mengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan
sesuatu melebihi keagunggan Allah. Tidak mengagungkan yang lain
melampaui keagunggan Allah dalam berbagai konsep kehidupan, baik
melalui kata-kata maupun dalam tindakan.
12) Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara
yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Do’a adalah
cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu berdoa
merupakan inti dari beribadah. Orang yang tidak suka berdo’a adalah
orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan dirinya
dihadapan Allah, merasa mampu dengan ushanya sendiri. Ia tidak sadar
bahwa semua itu berkat izin dari Allah. Jadi, doa merupakan etika bagi
seorang hamba dihadapan Allah swt. Firman Allah sebagai berikut:
تَ ْكبِر ُْو َن َع ْنyyْن يَ ْسyَ تَ ِجبْ لَ ُك ْم ۗاِ َّن الَّ ِذيyyونِ ْٓي اَ ْسyy
ْ ال َربُّ ُك ُم ا ْد ُعyy
َ ََوق
ِ ن َجهَنَّ َم َدyَ ࣖ ِعبَا َدتِ ْي َسيَ ْد ُخلُ ْو
اخ ِري َْن
14
“ Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-
orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku,
akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina dina ”.
( Q.S. Ghafur : 60)
ز ِّك ْي ِه ْمy َ yُه َويyٖ yِوا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتyْ yُ ْواًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلyث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّ َن َر ُس َ هُ َو الَّ ِذيْ بَ َع
ض ٰل ٍل ُّمبِي ۙ ٍْنَ ب َو ْال ِح ْك َمةَ َواِ ْن َكانُ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي َ َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِك ٰت
Artinya : “ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
( Q.S. Al- Jumu’ah : 2 )
15
d. Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat
mulia dalam berbagai bidang kehidupan.
16
“ Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku, tetapi ia tidak
bershalawat kepada ku ” . ( H.R. Ahmad )
“ Barang siapa yang bershalawat kepada ku satu kali, Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat ” . ( H.R. Ahmad )
“ Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan ku pada hari kiamat,
ialah orang yang paling banyak bershalawat kepada ku ” .
( H.R.Tirmidzi )
5. Melanjutkan misi Rasulullah.
Misi Rasulullah adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai
islam. Dan inilah tugas kita selanjutnya sebagai seorang muslim.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“ Sampaikanlah dari ku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah
tentang bani israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
( nama ) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat
duduknya dineraka” .
( H.R. Ahmad,Bukhari dan Tarmidzi dari Ibnu Umar )
17
kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak
akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya”. ( H.R.Bukhari dan Muslim )
“Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak
boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga
pergelangan” (H.R. Abu Daud)
Memang berat untuk mengenakan busana Muslimah yang baik dan sesuai
ajaran Islam. Karena mungkin busana muslim yang baik itu seperti ibu-ibu, tidak
modis, tidak seksi, dan sebagainya tetapi itulah yang benar. Dan pada saat ini
sudah banyak busana muslim yang baik dan tetap terlihat modis dan
anggun.Tetapi juga harus diingat jangan berlebihan.
Ajaran islam tentang menjaga kehormatan diri baik laki-laki maupun
perempuan ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada ajaran agama lain yang
mengatur demikian cermatnya. Jika ini dilaksanakan, tidak mungkin ada
perzinaan, prostitusi, dan perselingkuhan suami istri. Orang islam tidak boleh hina
dina, tetapi sebaliknya harus suci dan mulia. Berakhlak Terhadap Diri Sendiri
antara lain :
a. Setia ( al-Amanah ), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur
dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa
harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
b. Benar ( as-Shidqatu ), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
c. Adil ( al-‘adlu ), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
d. Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yaitu menjaga dan memelihara kesucian
dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat
mengotori dirinya.
e. Malu ( al-Haya ), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan
melanggar perintah Allah
f. Keberanian ( as-Syajaah ), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu
dan berbuat semestinya.
g. Kekuatan ( al-Quwwah ), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan
pikiran atau kecerdasan.
18
h. Kesabaran ( ash-Shabrul ), yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan dalam
mengerjakan sesuatu. Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yaitu sifat mengasihi
terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk.
i. Hemat ( al-iqtishad ) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan
waktu
19
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
( Q.S Al-Ahqaf :15 )
Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :
1. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadap kerabat yang lain.
2. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan
3. Merendahkan diri di hadapannya.
4. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka
5. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.
6. Berterima kasih kepada mereka
20
hendaklah engkau beri ucapan selamat, kalau ia dapat kesusahan hendaklah
engkau hibur, kalau ia meninggal hendaklah engkau antarkan jenazahnya.
Janganlah engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya dan janganlah engkau
susahkan ia dengan bau masakanmu kecuali engkau hadiahkan kepadanya, dan
kalau tidak engkau beri bawalah masuk kedalam rumahmu dengan sembunyi, dan
jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah-buahan itu, kecuali nanti anaknya
inginkan buahan itu. ( H.R. Abu Syaikh )
Dengan pernyataan hadits rasulullah swa diatas menunjukkan kepada kita
bahwa orang muslim sangat dianjurkan untuk berbuat baik terhadap tetangganya.
Orang yang selalu baik terhadap tetangganya berarti dia telah menjalankan
perintah rasulullah. Sebagaimana sabdanya: “Man aamana billaahi walyaumil
aakhiri falyukrim jaarahu” (HR. Bukhari). Artinya: Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya
21
22
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Akhlak menyangkut hal yang berhubungan dengan perbuatan baik, buruk,
benar dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang panutannya bersumber
dari Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila. Sedangkan etika adalah sistem nilai yang dianut oleh
sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Ciri-ciri akhlak yaitu akhlak rabani, manusiawi,universal,keseimbangan, dan
realistic. Implementasi akhlak terbagi menjadi beberapa, diantaranya terhadap
Allah SWT yaitu beriman, taat, ikhlas, khusyuk, huznudzon, tawakal, syukur,
sabar, dll. Akhlak terhadap Rasullullah diantaranya ridha dan beriman pada rasul,
mentaati dan mengikuti rasul, mencintai dan memuliakan rasul. Akhlak terhadap
diri sendiri ialah setia, benar, adil, memelihara kesucian, malu, keberanian, dll.
Akhlak terhadap keluarga ialah mencintai mereka, lemah lembut dalam perkataan,
merendakan hati di hadapan mereka. Akhlak terhadap masyarakat ialah
memuliakan tamu, memberi makan fakir miskin, menepati janji. Akhlak terhadap
tetangga ialah berbuat baik kepada tetangga.
2. Saran
Sebagai manusia seharusnya dapat mengimplementasikan akhlak, moral,
dan etika dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
23
DAFTAR PUSTAKA
24