Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama


Islam dan Budi Pekerti

Dosen Pengampu : Bapak Salman

Kelompok :4

1. Qoni’ah Royhanah ( 210103018 )


2. Resty Guru Loka ( 210103020 )
3. Fiqih Indrayanto Putra ( 210103011 )

JURUSAN D3 TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.4 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian........................................................................................................3
2.1 Pengertian Akhlak......................................................................................3
2.2 Pengertian Moral........................................................................................6
2.3 Pengertian Etika..........................................................................................7
B. Ciri-ciri Akhlak dalam Islam...........................................................................9
C. Implementasi Akhlak dalam Islam................................................................12
1. Akhlak Terhadap Allah Swt....................................................................12
2. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw...........................................................15
3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri.................................................................17
4. Akhlak Terhadap Keluarga.....................................................................19
5. Akhlak Terhadap Masyarakat.................................................................20
6. Akhlak Terhadap Tetangga.....................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
1. Kesimpulan.................................................................................................22
2. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkah laku manusia, ( masyarakat ), terus berkembang yang secara tidak
sengaja mempengaruhi perubahan dari setiap generasi. Sebagaimana perilaku
orang tua yang diwariskan kepada anak-anaknya, atau anaknya sendiri meniru
akhlak kedua orang tuanya. Sebagaimana pula lingkungan sekitar yang
mempengaruhi baik buruknya akhlak seseorang[1].
Generasi sekarang sudah kurang memperhatikan bagaimana
mengimplementasikan akhlak yang mulia dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini
dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut. Akhlak dan
etika merupakan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang telah
melekat pada diri seseorang. Akhlak menyangkut hal yang berhubungan dengan
perbuatan baik, buruk, benar dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang
panutannya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw. Sedangkan etika
yang bersumber dari hasil budaya dan adat istiadat suatu tempat yang berlaku
dalam suatu masyarakat[2]. Moral adalah kondisi, pikiran, ucapan, dan perilaku
manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk[3].
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akhlak, moral, dan etika
seseorang. Diantaranya faktor internal dan eksternal, yaitu naluri, kehendak,
keturunan, kebiasaan, lingkungan, dan pendidikan . Oleh karena itu, diperlukan
[3]

pengetahuan tentang akhlak, moral, dan etika serta cara mengimplementasikannya


dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut;
a. Tingkah laku manusia, ( masyarakat ), terus berkembang yang secara tidak
sengaja mempengaruhi perubahan dari setiap generasi.
b. Kurangnya pengetahuan tentang akhlak, moral, dan etika dalam kehidupan
sehari-hari.

1
c. Kurangnya implementasi tentang akhlak, moral, dan etika dalam
kehidupan sehari-hari.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat ditentukan
batasan masalah yaitu pengertian akhlak, etika, dan moral, serta pentingnya
implementasi dalam kehidupan.

1.4 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini ialah
a. Mengetahui definisi akhlak, etika, dan moral.
b. Mengetahui pengetahuan tentang akhlak, etika, dan moral dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengetahui cara implementasi akhlak, etika, dan moral dalam kehidupan
sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
2.1 Pengertian Akhlak
Definisi ilmu akhlak itu ada dua pendekatan:”Pendekatan linguistik
(kebahasaan), dan pendekatan secara terminologi (peristilahan). Dari sudut
kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab,jama’ dari bentuk mufradnya, “
Khuluqun” sedangkan menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan
perkataan “khalkun “ yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
“khaliq” yang berarti pencipta dan “ Makhlukm” yang berarti yang di ciptakan.
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita (manusia).
Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata“ Akhlak “ karena perkataan
akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas
dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk diartikan secara bahasa maupun
istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata “akhlak” tidak sebatas
kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar, dilakukan, tetapi sekaligus
dipahami secara filosofis, terutama makna subtansialnya.
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “khuluqun”
yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal
dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya
dengan “ Khaliq “, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana
terdapat kata “al-khaliq”, pencipta dan “ makhluq “, artinya yang diciptakan.
Sebenarnya, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kata
“ akhlak “, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan ). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata “ al-akhlaqa- yukhliqu-ikhlaqan “, sesuai
dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af ‘ala- yuf’’ilu-if’alan, berarti as-sajiyah
( perangai ). Ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar ), al-adat (kebiasaan,
kelaziman ), al-maru’ah ( peradaban yang baik ), dan ad-din (agama).kata “ akhlak
“ juga isim masdar dari kata “akhlaqa”, yaitu “ikhlaq”.

3
Adapun pengertian akhlak yang dikemukakan oleh para ahli ilmu
akhlaq.bahwa Sekalipun kalimatnya berbeda namun tetap terpaku pada satu titik
point yaitu tingkah laku. Akhlak menurut arti bahasa sama dengan adab, sopan
santun, budi pekerti atau juga etika. Berikut beberapa pengertian akhlak.
1. Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan[4].
2. Imam Ghazali, mengartikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Quraish Shihab, Akhlak Islami lebih luas maknanya daripada yang
telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah.yang berkaitan batin dan maupun pikiran.
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartiakan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran Islam atau Akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang
berada di belakang akhlak menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian
akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya yang disandarkan pada ajaran Islam. Akhlak
Islami bersifat universal, namun dalam rangka penjabaran hukum Islam yang
bersifat universal tersebut dibutuhkan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

2.1.1 Akhlak Menurut Islam


Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal
perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang
apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari
akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan
kejadian manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk
memperbaiki hubungan makhluq ( manusia ) dengan khaliq ( Allah Ta’ala ) dan
hubungan baik antara makhluq dengan makhluq.

4
Kata “menyempurnakan ” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu
disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam, dari akhlak
sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah
sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak
sempurna. Perhatikan firman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam [68]: 4 :

ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظي ٍْم‬ َ َّ‫َواِن‬
Artinya :“ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti
yang agung”
Dalam ayat diatas, Allah Swt. sudah menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw.
mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa pun yang
bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya, tidak mungkin bisa
memperbaiki akhlak orang lain kecuali dirinya sendiri sudah baik akhlaknya.
Karena akhlak yang sempurna itu, Rasulullah Saw patut dijadikan uswah al-
hasanah ( teladan yang baik ). Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab [33] : 21 :

ْ َ‫ان يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْالي‬


‫و َم‬yy َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

Artinya : “ Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk


kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhirat dan
mengingat Allah sebanyak-banyaknya”.
Berdasarkan ayat di atas, orang yang benar-benar ingin bertemu dengan
Allah dan mendapatkan kemenangan di akhirat, maka Rasulullah Saw adalah
contoh dan teladan yang paling baik untuknya. Tampak jelas bahwa akhlak itu
memiliki dua sasaran : Pertama, akhlak dengan Allah. Kedua, akhlak dengan
sesama makhluk. Oleh karena itu, tidak benar kalau masalah akhlak hanya
dikaitkan dengan masalah hubungan antara manusia saja. Atas dasar itu, maka
benar akar akhlak adalah akidah dan pohonya adalah syariah. Akhlak itu sudah
menjadi buahnya. Buah itu akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya akan

5
rusak jika akarya rusak. Oleh karena itu akar, pohon, dan buah harus dipelihara
dengan baik.
Bagi Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an sebagai cerminan berakhlak. Orang
yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah. Oleh karena itu setiap
mukmin hendaknya selalu membaca Al-Qur’an kapan ada waktunya sebagai
pedoman dan menjadi tuntunan yang baik dalam berperilaku sehari-hari, insya
Allah akan terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.

2.2 Pengertian Moral


Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian
moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi
bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah
ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994:
31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai
perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa
perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.
Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso
(1986: 22) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan
formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

6
Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa
substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah
laku. Akan tetapi bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama
dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran
tentang tingkah laku. Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri
Pada batasan pertama dan kedua, moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih
merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat dipahami
sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat dipahami sebagai nilai-
nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat
dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian
semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral
sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau
norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah
berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran,
nilai, prinsip, atau norma.

2.3 Pengertian Etika


Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata
ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:
237) etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
Sementara itu Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam
kamus tersebut. Pertama, etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan sebagai sistem nilai yang
dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan, Etika Masyarakat Badui dan
sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau
biasa disebut kode etik. Sebagai contoh Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, 3

7
Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang
tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau
nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi
atau kajian secara sistematis dan metodis.
Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran
moral. Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-
khotbah, patokan-patokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia harus
bertindak, tentang bagaimana harus hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia
yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah orang-orang dalam berbagai
kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan
tulisan-tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Paku
Buwana IV.
Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama-
agama atau ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika bukan suatu sumber
tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral
tidak berada pada tingkat yang sama. Yang mengatakan, bagimana kita harus
hidup bukan etika, melainkan ajaran moral. (Magnis Suseno, 1987; 14).
Pendapat Magnis bahwa etika merupakan ilmu tidak berbeda dengan
Bertens, sebagaimana terminologinya yang ketiga tersebut, di samping pada
bagian lain juga menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 1993: 4). Namun menurut
Bertens, pengertian etika selain sebagai ilmu, juga mencakup moral, baik arti
nilai-nilai moral, norma-norma moral, maupun kode etik. Adapun pendapat
Magnis yang menyatakan etika sebagai filsafat juga sesuai dengan pandangan
umum yang menempatkan etika sebagi salah satu dari enam cabang filsafat, yakni
metafisika, epistemologi, metodologi, logika, rtika, dan estetika. Bahkan. oleh
filsuf besar Yunani, Aristoteles (384-322 s.M.), etika sudah digunakan dalam
pengertian filsafat moral.
Etika sebagai ilmu biasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu etika
deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika deskriptif mempelajari tingkah

8
laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, pandangan tentang baik dan
buruk, perbuatan yang diwajibkan, diperbolehkan, atau dilarang dalam suatu
masyarakat, lingkungan budaya, atau periode sejarah. Sebagai contoh, pengenalan
terhadap adat kawin lari di kalangan masyarakat Bali, yang disebut mrangkat atau
ngrorod (Koetjaraningrat, 1980: 288). Di sini, etika deskriptif tugasnya sebatas
menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak memberikan
penilaian moral. Pada masa sekarang obyek kajian etika deskpiptif lebih banyak
dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang
empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu
pengetahuan dan bukan filsafat.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertangung-jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan
nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral,
melainkan memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-
norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar mendeskripsikan atau
menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk mengenai
baik atau tidak baik, boleh atau tidak boleh-nya suatu perbuatan. Untuk itu di
dalamnya dikemukakan argument-argumen atau diskusi-diskusi yang mendalam,
dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika.
Adapun meta etika tidak membahas persoalan moral dalam arti baik atau
buruk-nya suatu tingkah laku, melainkan membahas bahasa-bahasa moral.
Sebagai contoh, jika suatu perbuatan dianggap baik, maka pertanyaannya adalah :
apakah arti “baik” dalam perbuatan itu, apa ukuran-ukuran atau syarat-syaratnya
untuk disebut baik, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat
juga dikemukakan secara kritis dan mendalam tentang makna dan ukuran adil,
beradab, manusiawi, persatuan, kerakyatan, kebijaksanaan, keadilan,
kesejahteraan dan sebagainya. Meta 5 etika seolah-olah bergerak pada taraf yang
lebih tinggi dari pada perilaku etis, dengan begerak pada taraf bahasa etis (meta
artinya melebihi atau melampui).

B. Ciri-ciri Akhlak dalam Islam


Akhlak dalam Islam setidaknya memiliki lima ciri-ciri yaitu sebagai berikut.

9
1. Akhlak Rabbani
Sifat rabbani dari akhlak dari sisi tujuannya adalah untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat nantinya. Ciri rabbani juga menegaskan bahwa
akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi
akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Sebagaimana yang
termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah yang menjadi sumber dari ajaran akhlak
dalam Islam baik yang bersifat teoretis maupun praktis
2. Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran
akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki atau bukan kebahagiaan yang semu.
Akhlak dalam Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara ekisistensi
manusia sebagai makhluk terhormat yang sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang berifat
universal dan mencakup segala aspek hidup manusia baik yang dimensina vertikal
maupun horizontal. Sebagai contoh al-Quran dalam surah Al-An’am ayat 151-152
menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang.
Berikut firman Tuhan dalam QS. Al-An’am (6: 151).

۞ ‫ه َشئًْـا‬yٖ yِ‫ ِر ُك ْوا ب‬y‫ َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش‬y‫ ُل َما َح‬y‫ اَ ْت‬y‫قُلْ تَ َعالَ ْوا‬
‫رْ ُزقُ ُك ْم‬yyyَ‫ق نَحْ ُن ن‬ ْٓ ُ‫انً ۚا َواَل تَ ْقتُل‬yyy‫ َدي ِْن اِحْ َس‬yyyِ‫َّوبِ ْال َوال‬
ٍ ۗ ‫ اَ ْواَل َد ُك ْم ِّم ْن اِ ْماَل‬y‫وا‬yyy
‫وا‬yyُ‫ر ِم ْنهَا َو َما بَطَ ۚ َن َواَل تَ ْقتُل‬yy َ َ‫ش َما ظَه‬ yَ ‫اح‬ ِ ‫و‬yyَ َ‫وا ْالف‬yyُ‫َواِيَّاهُ ْم َۚواَل تَ ْق َرب‬
‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُ ْو َن‬ ِّ ۗ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح‬
ّ ٰ ‫ق ٰذلِ ُك ْم َو‬ َ ‫النَّ ْف‬
Terjemahnya:

Katakanlah "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada

10
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya).

Selanjutnya dijelaskan tentang harta anak yatim QS,Al-An’am (6 : 152)

‫وا‬yyُ‫ َّد ٗه َۚواَ ْوف‬y ‫ال ْاليَتِي ِْم اِاَّل بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ُن َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ اَ ُش‬
َ ‫َواَل تَ ْق َرب ُْوا َم‬
y‫ ِدلُ ْوا‬y‫ف نَ ْفسًا اِاَّل ُو ْس َعهَ ۚا َواِ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع‬ ِۚ ‫ان بِ ْالقِس‬
ُ ِّ‫ْط اَل نُ َكل‬ yَ ‫ْال َكي َْل َو ْال ِمي َْز‬
ّ ٰ ‫ان َذا قُرْ ٰب ۚى َوبِ َع ْه ِد هّٰللا ِ اَ ْوفُ ْو ۗا ٰذلِ ُك ْم َو‬
‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو ۙ َن‬ َ ‫و َك‬yْ َ‫َول‬
Terjemahnya:

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

4. Akhlak Keseimbangan
Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang menghayalkan
manusia sebagai malaikat yang menitikberatkan pada segi kebaikannya dan
begitupun sebaliknya yaitu sisi keburukannya yang diumpamakan sebagai
binatang. Jadi pada dasarnya menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan
yaitu baik dan buruk, serta memiliki unsur rohani dan jamani yang membutuhkan
pelayanan secara seimbang. Akhlak dalam Islam memenuhi tuntutan kebutuhan
manusia, jasmani dan rohani secara seimbang begitupun dengan persoalan dunia
dan akhirat.
5. Akhlak realistik
Ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia
meskipun manusia sendiri telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki

11
kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lainnya, tetapi manusia mempunyai
kelemahan-kelemahan serta memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai
macam kebutuhan akan hal-hal material dan spiritual. Kelemahan atau
kekurangan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri sangat memungkinkan

C. Implementasi Akhlak dalam Islam


Dalam implementasi akhlak ada beberapa ada beberapa aspek yaitu diantaranya:

1. Akhlak Terhadap Allah Swt.


Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji
terhadap Allah Swt.baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat,
puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang
mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu. Allah
Swt telah mengatur hidup manusia dengan adanya hukum perintah dan larangan.
Hukum ini, tidak lain adalah untuk menegakkan keteraturan dan kelancaran hidup
manusia itu sendiri. Dalam setiap pelaksanaan hukum tersebut terkandung nilai-
nilai akhlak terhadap Allah Swt. Berikut ini beberapa akhlak terhadap Allah Swt :
1) Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa
yang difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-
rasul, hari kiamat dan qadha dan qadhar. Beriman merupakan fondamen
dari seluruh bangunan akhlak islam. Jika iman telah tertanam didada,
maka ia akan memancar kepada seluruh perilaku sehingga membentuk
kepribadian yang menggambarkan akhlak islam yaitu akhlak yang mulia.
2) Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang
mendasar setelah beriman, ia merupakan gambaran langsung dari adanya
iman di dalam hati.
3) Ikhlas,yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa
mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah. Jadi ikhlas itu bukan
tanpa pamrih.Tetapi pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa
keridhaan-Nya. Oleh karena itu, dalam melaksanakannya harus menjaga
akhlak sebagai bukti keikhlasan menerima hukum-hukum tersebut.

12
4) Khusyuk, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan
yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan sungguh-
sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan pada orang
yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan
dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup. Ciri-ciri Khusyu’ yaitu
adanya perasaan nikmat ketika melaksanakannya. Shalat perlu dilakukan
dengan khusyu’. Jika orang melakukan shalat tetapi belum khusyu’. Agar
khusyu’ dalam shalat, sejak niat kita harus sunguh-sungguh hanya terpusat
pada perbuatan yang berkaitan dengan shalat. Apa yang dibacakan oleh
lidah, dimaknai oleh pikran, diresapi oleh hati dan difokuskan pada Allah
yang sedang kita hadapi.
5) Huznudz dzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang
diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia.
Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan
kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa saja yan diterimanya
dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu,
seorang yang huznuzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus
asa yang berlebihan.
6) Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan
suatu rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari sabar dan
menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan
suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilkan keinginan yang
diharapkan atau gagal dari harapan yang semestinya, ia akan mampu
menerimanya tanpa penyesalan.
7) Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang
telah diberikan-Nya.Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan
perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan
hamdalah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan
dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai dengan semestinya.
Misalnya nikmat diberi mata,maka bersyukur terhadap nikmat itu
dilakukan dengan menggunakan mata untuk melihat hal-hal yan baik,

13
seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang mendatangkan
manfaat.
8) Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang
menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam
menjalankan ibadah kepada Allah .Sesungguhnya Allah bersama orang-
orang yang sabar. Oleh karena itu, perintah bersabar bukan perintah
berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.
9) Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu dengan
memperbanyak mengucapkan subhanallah ( maha suci Allah ) serta
menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
10) Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yan perna
dibuat dengan mengucapkan “ astagfirullahal ‘adzim ’’ (aku memohon
ampun kepada Allah yang Maha Agung ). Sedangkan istighfar melalui
perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan
yan telah dilakukan.
11) Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar ( Allah
Maha Besar ).Mengagungkan Allah melalui perilaku adalah
mengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan
sesuatu melebihi keagunggan Allah. Tidak mengagungkan yang lain
melampaui keagunggan Allah dalam berbagai konsep kehidupan, baik
melalui kata-kata maupun dalam tindakan.
12) Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara
yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Do’a adalah
cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu berdoa
merupakan inti dari beribadah. Orang yang tidak suka berdo’a adalah
orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan dirinya
dihadapan Allah, merasa mampu dengan ushanya sendiri. Ia tidak sadar
bahwa semua itu berkat izin dari Allah. Jadi, doa merupakan etika bagi
seorang hamba dihadapan Allah swt. Firman Allah sebagai berikut:

‫تَ ْكبِر ُْو َن َع ْن‬yy‫ْن يَ ْس‬yَ ‫تَ ِجبْ لَ ُك ْم ۗاِ َّن الَّ ِذي‬yy‫ونِ ْٓي اَ ْس‬yy
ْ ‫ال َربُّ ُك ُم ا ْد ُع‬yy
َ َ‫َوق‬
ِ ‫ن َجهَنَّ َم َد‬yَ ‫ࣖ ِعبَا َدتِ ْي َسيَ ْد ُخلُ ْو‬
‫اخ ِري َْن‬

14
“ Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-
orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku,
akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina dina ”.
( Q.S. Ghafur : 60)

2. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw


Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat
dermawan paling dermawan diantara manusia. Beliau sangat menghindari
perbuatan dosa, sangat sabar, sangat pemalu melebihi gadis pingitan, berbicara
sangat fasih dan jelas, beliau sangat pemberi, beliau juga jujur dan amanah, sangat
tawadhu’, tidak sombong, tepati janji, penyayang, lembut, suka memaafkan, dan
lapang dada. Beliau mencintai orang miskin dan duduk bersama mereka, beliau
banyak diam dan tawa beliau adalah senyuman. Maka oleh sebab itu sepatutnya
kita meneladani akhlak rasulullah. Berakhlak kepada rasulullah dapat diartikan
suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda Rasulullah saw.
sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia ke jalan
yang benar. Berakhlak kepada Rasullullah perlu kita lakukan atas dasar :
a. Rasullullah Saw.sangat besar jasanya dalam menyelamatkan manusia dari
kehancuran. Beliau banyak mengalami penderitaan lahir batin, namun semua itu
diterima dengan ridha.
b. Rasulullah sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinan ini
dilakukan dengan memerikan contoh teladan yang baik kepada umat manusia.
c. Rasulullah berjasa dalam menjelaskan Al-Qur’an kepada manusia sehingga
jelas dan mudah dilaksanakan. Allah berfirman :

‫ز ِّك ْي ِه ْم‬y َ yُ‫ه َوي‬yٖ yِ‫وا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيت‬yْ yُ‫ ْواًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتل‬y‫ث فِى ااْل ُ ِّم ٖيّ َن َر ُس‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذيْ بَ َع‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِي ۙ ٍْن‬َ ‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َواِ ْن َكانُ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي‬ َ ‫َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِك ٰت‬
Artinya : “ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
( Q.S. Al- Jumu’ah : 2 )

15
d. Rasulullah telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat
mulia dalam berbagai bidang kehidupan.

Cara Berakhlak Kepada Rasulullah Saw :


1. Ridha dan beriman kepada Rasulullah. Ridha dan beriman kepada
rasulullah merupakan sesuatu yang harus kita nyatakan. Kita mengakui
kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.
2. Mentaati dan mengikuti Rasulullah. Mentaati dan mengikuti
Rasulullah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang- orang
yang beriman. Allah Swt. akan menempati orang-orang yang mentaati
Allah dan Rasul kedalam derajat yang tinggi dan mulia. Disamping itu
juga dicintai Allah Swt sehingga Allah mudah mengampuni dosa
orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul. Barang siapa yang
mentaati Rasul berarti juga mentaati Allah Swt.
3. Mencintai dan memuliakan Rasulullah.
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
rasul adalah mencintai beliau dan ahlul baitnya setelah kecintaan kita
kepada Allah Swt. sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Tidak beriman salah seorang dari mu, apabila ia tidak mencintaiku
melebihi dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia
semuanya” . ( H.R. Bukhari Muslim ).
“Barang siapa mencintai ahlul baitku, berarti mencintai aku, mencintai
aku, berarti mencintai Allah”. (H.R. Bukhari Muslim).
Terbukti umat Islam seluruh dunia didalam shalat lima waktu sehari
semalam dalam duduk tahyat terakhir mengucapkan: “ Allahumma
shalli a’laa Muhammad wa’ala ali Muhammad”.
4. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.
Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah merupakan
sebagai tanda ucapan terima kasih dan sukses dalam perjuangannya.
Rasulullah bersabda :

16
“ Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku, tetapi ia tidak
bershalawat kepada ku ” . ( H.R. Ahmad )
“ Barang siapa yang bershalawat kepada ku satu kali, Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat ” . ( H.R. Ahmad )
“ Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan ku pada hari kiamat,
ialah orang yang paling banyak bershalawat kepada ku ” .
( H.R.Tirmidzi )
5. Melanjutkan misi Rasulullah.
Misi Rasulullah adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai
islam. Dan inilah tugas kita selanjutnya sebagai seorang muslim.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“ Sampaikanlah dari ku walau hanya satu ayat, dan ceritakanlah
tentang bani israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
( nama ) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat
duduknya dineraka” .
( H.R. Ahmad,Bukhari dan Tarmidzi dari Ibnu Umar )

3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani.
Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi makanan yang
halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik,
berarti kita telah merusak diri sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan dijaga
agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus disucikan agar menjadi orang yang
beruntung. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Asy - Syam [91] : 9-10 :

َ ‫قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َز ٰ ّكىهَ ۖا َوقَ ْد َخ‬


‫اب َم ْن َد ٰ ّسىهَ ۗا‬
Artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” . Kemudian menahan
pandangan dan memelihara kemaluan juga termasuk berakhlak terhadap diri
sendiri.
Sebagaimana Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebilangan ahli neraka
ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi yang telanjang yang condong

17
kepada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak
akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya”. ( H.R.Bukhari dan Muslim )
“Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak
boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga
pergelangan” (H.R. Abu Daud)
Memang berat untuk mengenakan busana Muslimah yang baik dan sesuai
ajaran Islam. Karena mungkin busana muslim yang baik itu seperti ibu-ibu, tidak
modis, tidak seksi, dan sebagainya tetapi itulah yang benar. Dan pada saat ini
sudah banyak busana muslim yang baik dan tetap terlihat modis dan
anggun.Tetapi juga harus diingat jangan berlebihan.
Ajaran islam tentang menjaga kehormatan diri baik laki-laki maupun
perempuan ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada ajaran agama lain yang
mengatur demikian cermatnya. Jika ini dilaksanakan, tidak mungkin ada
perzinaan, prostitusi, dan perselingkuhan suami istri. Orang islam tidak boleh hina
dina, tetapi sebaliknya harus suci dan mulia. Berakhlak Terhadap Diri Sendiri
antara lain :
a. Setia ( al-Amanah ), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur
dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa
harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
b. Benar ( as-Shidqatu ), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
c. Adil ( al-‘adlu ), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
d. Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yaitu menjaga dan memelihara kesucian
dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat
mengotori dirinya.
e. Malu ( al-Haya ), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan
melanggar perintah Allah
f. Keberanian ( as-Syajaah ), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu
dan berbuat semestinya.
g. Kekuatan ( al-Quwwah ), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan
pikiran atau kecerdasan.

18
h. Kesabaran ( ash-Shabrul ), yaitu sabar ketika ditimpa musibah dan dalam
mengerjakan sesuatu.  Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yaitu sifat mengasihi
terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk.
i. Hemat ( al-iqtishad ) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan
waktu

4. Akhlak Terhadap Keluarga


Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan keturunannya. Kita
harus berbuat baik kepada anggota keluarga terutama orang tua. Ibu yang telah
mengandung kita dalam keadaan lemah, menyusui dan mengasuh kita
memberikan kasih sayang yang tiada tara. Ketika kita lapar, tangan ibu yang
menyuapi, ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita
menangis, tangan ibu yang mengusap air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu
yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata bahagia. Ketika
kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan, membersihkan segala
kotoran. Tangan ibu, tangan ajaib, sentuhan ibu, sentuhan kasih, dapat membawa
ke Surga Firdaus.
Begitu juga ayah dialah sosok seorang pria yang hebat dalam hidup yang
telah menafkahi kita tanpa memperdulikan panasnya terik matahari, maut yang
akan menghadang demi anak apapun akan dilakukan, mendidik kita tanpa lelah
meski terkadang kita melawan perintahnya ia tak pernah bosan memberi yang
terbaik agar anaknya selamat dunia dan akhirat, menyekolahkan anaknya hingga
sukses. Tak pernah lupa dalam doa mereka untuk kita. Begitulah perjuangan orang
tua maka sudahkah kita berbakti, mendoakan mereka disetiap selesai shalat, ingat
kepada mereka setiap saat, maka sepatutnya lah kita patuh kepada kedua mereka
dalam hidup kita ini .
Firman Allah :
“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susahpayah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau

19
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
( Q.S Al-Ahqaf :15 )
Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :
1. Mencintai mereka melebihi rasa cinta kita terhadap kerabat yang lain.
2. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan
3. Merendahkan diri di hadapannya.
4. Berdoa kepada mereka dan meminta doa kepada mereka
5. Berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya.
6. Berterima kasih kepada mereka

5. Akhlak Terhadap Masyarakat


Akhlak terhadap masyarakat antara lain :
1. Memuliakan tamu
2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa.
4. Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan mencegah perbuatan
jahat.
5. Memberi makan fakir miskin.
6. Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan Bersama.
7. Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita.
8. Menepati janji.

6. Akhlak Terhadap Tetangga


Akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji. Berbuat baik
kepada tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana sabda
Rasulullah :
“Kalau ia ingin meminjam hendaklah engkau pinjamkan, kalau ia minta
tolong hendaklah engkau tolong, kalau ia sakit hendaklah engkau rawat, kalau ia
ada keperluan hendaklah engkau beri bantuan, kalau ia mendapat kesenangan

20
hendaklah engkau beri ucapan selamat, kalau ia dapat kesusahan hendaklah
engkau hibur, kalau ia meninggal hendaklah engkau antarkan jenazahnya.
Janganlah engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya dan janganlah engkau
susahkan ia dengan bau masakanmu kecuali engkau hadiahkan kepadanya, dan
kalau tidak engkau beri bawalah masuk kedalam rumahmu dengan sembunyi, dan
jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah-buahan itu, kecuali nanti anaknya
inginkan buahan itu. ( H.R. Abu Syaikh )
Dengan pernyataan hadits rasulullah swa diatas menunjukkan kepada kita
bahwa orang muslim sangat dianjurkan untuk berbuat baik terhadap tetangganya.
Orang yang selalu baik terhadap tetangganya berarti dia telah menjalankan
perintah rasulullah. Sebagaimana sabdanya: “Man aamana billaahi walyaumil
aakhiri falyukrim jaarahu” (HR. Bukhari). Artinya: Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya

21
22
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Akhlak menyangkut hal yang berhubungan dengan perbuatan baik, buruk,
benar dan salah dalam tindakan seseorang manusia yang panutannya bersumber
dari Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila. Sedangkan etika adalah sistem nilai yang dianut oleh
sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Ciri-ciri akhlak yaitu akhlak rabani, manusiawi,universal,keseimbangan, dan
realistic. Implementasi akhlak terbagi menjadi beberapa, diantaranya terhadap
Allah SWT yaitu beriman, taat, ikhlas, khusyuk, huznudzon, tawakal, syukur,
sabar, dll. Akhlak terhadap Rasullullah diantaranya ridha dan beriman pada rasul,
mentaati dan mengikuti rasul, mencintai dan memuliakan rasul. Akhlak terhadap
diri sendiri ialah setia, benar, adil, memelihara kesucian, malu, keberanian, dll.
Akhlak terhadap keluarga ialah mencintai mereka, lemah lembut dalam perkataan,
merendakan hati di hadapan mereka. Akhlak terhadap masyarakat ialah
memuliakan tamu, memberi makan fakir miskin, menepati janji. Akhlak terhadap
tetangga ialah berbuat baik kepada tetangga.

2. Saran
Sebagai manusia seharusnya dapat mengimplementasikan akhlak, moral,
dan etika dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

23
DAFTAR PUSTAKA

[1] Akilah Mahmud.2019.CIRI DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM


ISLAM.Sulesana, Vol 13 No 1 tahun 2019
[2] Habibab, Syarif, 2015, AKHLAK DAN ETIKA DALAM ISLAM, Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) JURNAL PESONA DASAR Universitas Syiah
Kuala, Vol. 1 No. 4, Oktober 2015, hal 73 - 87 ISSN: 2337-9227
[3] Erma, Suriani, 2016, KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DAN MORAL
DALAM ISLAM, El-Tsaqâfah. Vol. XVI No. 2 Juli – Dosember 2016
[4] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2005), hal. 1-2. 32 Sulesana Volume 13 Nomor 1 Tahun 2019

24

Anda mungkin juga menyukai