Anda di halaman 1dari 1

HIV/AIDS

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019
2. Alwi Idrus et al. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
InternaPublishing. 2019


Stadium Klinis menurut WHO
Uji Diagnostik:
* Anak < 18 bulan à Pemeriksaan virologis (PCR DNA dan RNA HIV)
1. Statium 1 terdeteksi HIV. WHO merekomendasikan uji virologis pertama pada usia 4-6
- Asimtomatik dengan atau tanpa limfadenopati generalisata minggu
persisten * Anak > 18 bulan, remaja, dan dewasa:
2. Stadium 2 - Tiga hasil pemeriksaan serologis (Rapid test atau EIA/Enzyme
- Berat badan turun <10% Immunoassay) dengan tiga metode atau reagen berbeda menunjukkan
- ISPA berulang misalnya sinusitis atau otitis
- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir hasil reaktif
- Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif terdeteksi HIV
- Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi
jamur kuku, ulkus oral berulang, luka di sekitar bibir/Angular

cheilitis)
3. Stadium 3

-
-
Berat badan turun >10%
Diare yang tidak diketahui penyebabnya > 1 bulan

- Demam berkepanjangan (intermiten/konstan) tidak diketahui
penyebabnya > 1 bulan
- Kandidiasis oral persisten
- Oral hairy leucoplakia
- Tuberkulosis paru
-
-
Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis, periodontitis
Infeksi bakteri berat (pneumonia)
- Anemia, neutropenia, trombositopenia tidak jelas
4. Stadium 4

-
-
HIV-related wasting syndrome
Pneumonia pneumocystis carinii

- Toksoplasma serebral
- Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan
- Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa, atau kelenjar getah
bening
- Infeksi herpes simpleks kronik >1 bulan (orolabial, genital atau
viscera, atau anorectal)
- Kandidiasis esophagus, trakea, dan bronkus
-
-
Bakterimia nontyphoidal salmonella berulang
Tuberkulosis ekstrapulmonar

-
-
Limfoma
Sarkoma Kaposi

- Ensefalopati HIV




Memulai Terapi ARV:
• Terapi ARV harus diberikan kepada semua ODHA (remaja, dewasa, ibu hamil dan menyusui) tanpa melihat stadium klinis dan nilai CD4 dan dilanjutkan seumur hidup
• Terapi ARV harus diberikan pada seluruh anak (<1 tahun dan 1-10 tahun) terinfeksi HIV tanpa melihat stadium klinis dan status imunosupresi
• Pada ODHA yang datang tanpa infeksi oportunistik (IO), ARV dimulai segera dalam 7 hari setelah diagnosis dan penilaian klinis
• Pada ODHA dengan TB, pengobatan TB dimulai lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera mungkin dalam 8 minggu pertama pengobatan TB
• ODHA dengan TB yang dalam keadaan imunosupresi berat (CD4 < 50 sel/µL) harus mendapat terapi ARV dalam 2 minggu pertama pengobatan TB
• Terapi ARV dini pada meningitis kriptokokus tidak direkomendasikan pada pasien dewasa, remaja, anak-anak dengan HIV dan meningitis kriptokokus karena dapat meningkatkan
mortalitas. Terapi ARV sebaiknya ditunda hingga 4-6 minggu pasca pemberian terapi antijamur.

Paduan Terapi ARV lini pertama:


Paduan terapi ARV lini pertama pada orang dewasa, termasuk ibu hamil dan menyusui, terdiri atas 3 paduan ARV yaitu 2 obat kelompok
NRTIs (Nucleoside reverse-transcriptase inhibitors) + 1 obat kelompok NNRTIs (Non-nucleoside reverse-transcriptase inhibitors):
1. Paduan Pilihan: TDF + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDT 1x/hari Golongan NRTIs:
2. Paduan Alternatif: - TDF: Tenofovir Disoproxil Fumarat
- AZT + 3TC + NVP (300 mg)
- AZT + 3TC + EFV - 3TC: Lamivudine
- TDF + 3TC (atau FTC) + NVP - FTC: Emtricitabine
- AZT: Azidothymidine/Zidovudin(ZDV)

Paduan Terapi ARV lini kedua: Golongan NNRTIs:
Paduan obat lini kedua (untuk pasien resistensi ARV lini pertama) pada remaja dan orang dewasa menggunakan kombinasi 2 NRTI dan 1 - NVP: Nevirapine (200 mg)
boosted-PI (protease inhibitors): - EVF: Efavirenz (600 mg)
1. Dewasa dan remaja (≥10 tahun):
- Jika sebelumnya AZT digunakan sebagai lini pertama à TDF + 3TC (atau FTC) + LPV/r Golongan PI:
- Jika sebelumnya TDF digunakan sebagai lini pertama à AZT + 3TC + LPV/r - LPV/r: Lopinavir/ritonavir (200
2. HIV dan koinfeksi TB: mg/50 mg)
- Jika sebelumnya AZT digunakan sebagai lini pertama à TDF + 3TC (atau FTC) + LPV/r dosis ganda
- Jika sebelumnya TDF digunakan sebagai lini pertama à AZT + 3TC + LPV/r dosis ganda
3. HIV dan koinfeksi Hepatitis B à AZT + TDF + 3TC (atau FTC) + LPV/r

Profilaksis:
• Profilaksis kotrimoksazol (1 x 980 mg) direkomendasikan pada ODHA (termasuk wanita hamil) dengan stadium WHO 3 atau 4 dan/atau jumlah CD4 ≤ 200 sel/µL
• Profilaksis kotrimoksazol (1 x 980 mg) direkomendasikan pada ODHA dengan TB berapapun jumlah CD4
• Pasien HIV yang tidak terbukti TB aktif, harus diberikan profilaksis Isoniazid (INH) selama 6 bulan (180 dosis). INH 300 mg/hari + vitamin B6 25 mg/hari
• Rekomendasi untuk pengobatan TB HIV pada fase intensif dan lanjutan diberikan setiap hari, tidak direkomendasikan terapi intermiten. Dosis OAT sama dengan TB tanpa HIV
• Pencegahan pasca-pajanan (PPP) sebaiknya diberikan pada semua kejadian pajanan yang berisiko penularan HIV idealnya dalam waktu 72 jam setelah pajanan selama 28 hari.
- Pilihan: TDF + 3TC/FTC + LPV/r
- Alternatif: TDF + 3TC/FTC + EFV atau AZT + 3TC + LPV/r atau AZT + 3TC + EFV

Anda mungkin juga menyukai