Pembimbing :
dr. Viora Rianda Piscaloka, Sp. M
Disusun oleh :
Muhammad Thoriq Zulhaj
122810092
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Trauma Kimia Asam Basa”.
Referat ini ditulis untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan mengenai trauma
kimia asam basa merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing dr. Viora Rianda Piscaloka, Sp. M yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan referat ini dari awal
hingga selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun
dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga referat ini dapat berguna
bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma bahan kimia pada mata merupakan kejadian gawat darurat dan
harus diterapi sebagai kegawatdaruratan mata.3 Trauma kimia mata merupakan
trauma pada mata yang disebabkan substansi dengan pH yang tinggi (basa) atau
yang rendah (asam). Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang
tersemprot atau terpercik pada wajah. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila
mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.2
2.1.2 Etiologi
1. Asam
Tabel 1. Etiologi trauma kimia asam
2. Basa
Tabel 2. Etiologi trauma kimia basa
Kandungan Komposisi kimia Dapat ditemukan
Bahan pembersih
Ammonia NH3 rumah tangga, zat
pendingin, pupuk
Potassium Hydroxide KOH Caustic potash
Lye NaOH Pembersih pipa
Magnesium Hydroxide Mg(OH)2 Kembang api
Perekat, mortar,
Lime Ca(OH)2
semen, kapur
2.1.3 Patofisiologi
Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang
lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma
korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang
disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang
diakibatkan oleh zat kimia basa.2
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi
dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer
dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka
kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga
mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel
kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein
epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.
6
Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini
dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.2
Trauma basa menyebabkan basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan
kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada
membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma
dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon inflamasi,
yang merangsang enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan jaringan.
Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen
anterior dan dapat menembus dengan cepat sampai dengan jaringan retina.2
McCulley mengelompokkan patofisiologi dan perjalanan penyakit trauma
kimia okuli ke dalam empat fase klinis, yaitu:
inflamasi kronis, perbaikan stroma, dan jaringan parut. Selama tahap ini,
ulserasi kornea cenderung terjadi.
4. Reparative akhir
Tiga minggu setelah cedera kimia terjadi, proses penyembuhan
dimulai pada fase reparatif yang terlambat. Komplikasi akhir dari cedera
kimia termasuk penglihatan yang buruk, terbentuk jaringan parut di
kornea, xerophthalmia, mata kering, symblepharon, glaukoma
ankyloblepharon, uveitis, katarak, kelainan adeneksal seperti
lagophthalmos, entropion, ectropion dan trichiasis. Ulserasi stroma dapat
terjadi dan diduga berhubungan dengan aksi enzim pencernaan seperti
kolagenase, metaloproteinase dan protease lain yang dilepaskan dari
regenerasi epitel kornea dan leukosit polimorfonuklear. 4
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah
mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus
gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis singkat. 7
2.1.6 Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada
anamnesis dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan
penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan
cairan atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah
terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata
merah dan rasa terbakar.
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol
bahan kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang
9
mengenai mata.Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera
setelah pajanan, serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat
kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam
diagnosis.7
2.1.9 Penatalaksanaan
Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan
tatalaksana sesegera mungkin. Tujuan utama dari terapi adalah menekan
inflamasi, nyeri, dan risiko inflamasi. 8
Tatalaksana emergensi yang diberikan yaitu:
1. Irigasi yang melimpah
Sangat penting untuk meminimalkan durasi kontak dengan bahan kimia
dan menormalkan pH di kantung konjungtiva sesegera mungkin, dan
kecepatan serta kemanjuran irigasi adalah faktor prognostik yang paling
penting setelah cedera kimia. Anestesi topikal harus ditanamkan sebelum
irigasi, karena hal ini secara dramatis meningkatkan kenyamanan dan
memfasilitasi kerja sama. Spekulum tutup mungkin bisa membantu. Air
mengalir harus digunakan jika perlu untuk menghindari penundaan, tetapi
larutan buffer seimbang yang steril, seperti salin normal atau Ringer laktat,
harus digunakan untuk mengairi mata selama 15-30 menit atau sampai pH
yang terukur netral.6
2. Eversi ganda kelopak mata atas
Harus dilakukan sehingga partikel yang tertahan yang terperangkap dalam
forniks dapat diidentifikasi dan dihilangkan.
3. Debridemen
Area nekrotik epitel kornea harus dilakukan pada slit lamp untuk
mempromosikan re-epitelisasi dan menghilangkan residu kimia yang
terkait.
4. Rujuk
Ke rumah sakit biasanya akan diperlukan untuk cedera parah (grade 4±3)
untuk memastikan tetes mata yang memadai pada tahap awal.
12
2.1.10 Operasi
2.1.11 Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada
kasus trauma kimia pada mata antara lain:
1. Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbi. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler akibat adanya denaturasi protein
dan kerusakan pada struktur kornea akibat zat kimia
3. Sindroma mata kering.
16
Gambar 2.Simblefaron
2.1.12 Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan
penyebab trauma tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus
dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan
prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah
limbus dan konjungtiva memberikan prognosis yang buruk. Bentuk paling
berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye
dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
Kebanyakan kasus dapat sembuh sempurna meskipun ada juga
yang disertai komplikasi seperti glaukoma, kerusakan kornea, dry eye
syndrome dan beberapa kasus menimbulkan kebutaaan.
18
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan
kedaruratan oftalmologi.Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat
asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.
. Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak
dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma basa biasanya
memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana
dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut
mata depan, bahkan sampai retina.
Penatalaksanaan awal yang terpenting pada kegawatdaruratan
trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera sampai pH mata kembali
normal. Manajemen awal yang cepat tepat dan akurat mempengaruhi
perbaikan pada pasien dan menurunkan risiko kecacatan.
19
Daftar Pustaka
1. Trief et al. 2021. Chemical (Alkali and Acid) Injury of the Conjunctiva
and Cornea. American Academy of Ophtalmology
2. Subagio Serafina; Trauma Kimia Asam Okuli Dextra, Vol. 6. No.1
Juni 2019, Journal Argomedicine