Anda di halaman 1dari 4

DUA PERKARA YANG MEMBUAT KITA LAYAK MASUK SURGA

Jamaah Jumat, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita semua.. Pertama-tama hendaknya kita
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan takwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan merahmati dan dan memberikan kemenangan yang besar bagi kita.

َ‫َو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّقِين‬


“Kesudahan yang baik hanyalah milik orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash[28]: 83)

Kemudian hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan
karunia yang Allah limpahkan kepada kepada kita. Kemudian shalawat dan salam yang tidak bosan-bosannya
kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi kita bersabda kepada kita
semua:

‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ فَِإنِّى َأتُوبُ فِى ْاليَوْ ِم ِإلَ ْي ِه ِماَئةَ َم َّر ٍة‬

“Wahai sekalian manusia. Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam
sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ً‫َوهَّللا ِ ِإنِّى َأل ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ َوَأتُوبُ ِإلَ ْي ِه فِى ْاليَوْ ِم َأ ْكثَ َر ِم ْن َس ْب ِعينَ َم َّرة‬

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR.
Bukhari)

Berbicara ampunan, ada dua perkara yang membuat kita layak masuk surga. Yang pertama adalah ampunan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kedua adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:

‫َوا ْعلَ ُموْ ا َأنَّهُ لَ ْن يَ ْن ُج َو َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم بِ َع َملِ ِه‬

“Ketahuilah, tidak ada yang selamat (dari api neraka) dengan amalnya.”

Para sahabat bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjawab: “Tidak juga saya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala menaungiku dengan ampunan dan
rahmatNya.” (HR. Muslim)

Dengan dua hal itu kita layak dan pantas untuk kembali ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika Adam dikeluarkan dari surga, Adam mohon ampun kepada Allah dan meminta kepada Allah dua hal:

َ‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأنفُ َسنَا َوِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِرين‬
“Ya Rabb kami, kami telah mendzalimi diri-diri kami…”

Adam membuat pengakuan atas kesalahan yang dilakukannya, dia tidak melemparkan kesalahan kepada orang
lain, walaupun kita tahu ceritanya bagaimana Adam melanggar perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu
digoda oleh iblis dengan segala tipu daya dan bujuk rayunya, sehingga Adam mendekati pohon yang dilarang
untuk didekati, memetik buahnya dan memakannya.

Adam tidak melemparkan kesalahan kepada iblis. Adam memberikan contoh kepada kita semua bahwa kalau
kita berbuat salah maka akuilah kesalahan itu dan ucapkanlah ‫نَا‬z ‫ا َأنفُ َس‬zzَ‫ا ظَلَ ْمن‬zzَ‫( َربَّن‬Ya Rab kami, kami telah
mendzalimi diri-diri kami…” karena berbuat dosa itu hakikatnya adalah mendzalimi diri kita sendiri.
Ini pelajaran pertama, jangan suka melemparkan kesalahan kepada orang lain, mencari kambing hitam, seolah-
olah kita ingin lepas dari kesalahan itu, seolah kita ingin mengatakan: “Saya sebenarnya tidak salah” padahal
sebenarnya salah. Itu percuma. Allah minta pengakuan kita atas dosa. Dan itu juga yang kita sebutkan di dalam
sayyidul istighfar.

Kita harus mengakui bahwa kita telah berbuat salah/dosa, tidak usah mencari kambing hitam ataupun
menyalahkan atau melemparkan kesalahan kepada orang lain.

Selanjutnya Adam berdoa:

َ‫َوِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬
“Jika Engkau tidak mengampuni kami dan dan tidak merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang
yang merugi (yaitu rugi tidak bisa kembali ke surga).”

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan Adam dari surga karena satu kesalahan. Sama halnya iblis yang
dikeluarkan dari surga karena melakukan satu kesalahan. Dengan satu kesalahan ini layak dan berhak bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk mengeluarkan keduanya dari surga. Bagaimana kita dengan makhluk yang banyak
melakukan kesalahan, makhluk yang banyak berbuat dosa, banyak pelanggaran yang kita lakukan.

Adam dan iblis hanya melanggar satu hukum, lalu kita melanggar banyak hukum. Pertanyaan kepada diri kita
sendiri, layakkah kita berada di surga Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawaban sebenarnya adalah tidak layak,
kalau Allah tidak ampuni. Maka itu yang diminta Adam kepada Allah. Adam melupakan iblis yang mungkin
menjadi biangkerok semua itu dan Adam fokus minta ampun kepada AllAh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah
menerima taubat Adam.

Di sini Adam menyebutkan dua hal; “Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami…” Adam
meminta ampunan dan rahmat. Beruntung kita anak Adam, bapak kita minta ampun kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, sehingga kita anak keturunannya mempunya kesempatan untuk kembali ke surga. Kalau Adam tidak
minta ampun maka padamlah kita, mungkin kita tidak bisa kembali ke surga.

Adam minta ampun kepada Allah. Adam melupakan dendam ataupun kemarahannya kepada iblis. Ini
menunjukkan kepada kita bahwa urusan masuk surga itu ada dua hal yang menentukan; yang pertama adalah
kita mendapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

MEMINTA AMPUN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Jika ada satu saja dosa yang Allah tidak ampuni, maka kita tidak berhak masuk surga, seberapapun banyak amal
yang sudah kita kerjakan.

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan tentang orang-orang yang masuk neraka karena hal
yang kecil/sepele/remeh, mungkin dianggap sesuatu yang tidak ada. Ada seorang wanita masuk neraka gara-
gara seekor kucing. Begitu mahalkah seekor kucing itu sehingga harus masuk neraka dan gagal masuk surga
gara-gara seekor kucing? Masalahnya adalah Allah tidak ampuni dia.

Ada pula yang masuk neraka gara-gara mengganggu tetangga dengan lisannya. Dan wanita adalah wanita yang
banyak beribadah/beramal, dia shalat malam dan puasa di siang hari. Tapi dia punya kesalahan yang Allah tidak
ampuni itu, yaitu dia mengganggu tetangga dengan lisannya.

Ada lagi seorang yang masuk neraka gara-gara ucapan “Allah tidak mengampuni kamu”, itu dia katakan kepada
saudaranya yang berbuat dosa. Allah murka dengan ucapan itu, Allah tidak ampuni dia dan Allah justru
melemparkannya ke dalam neraka. Padahal dia adalah seorang ahli ibadah. Sementara saudaranya itu suka
berbuat dosa, tapi Allah ampuni dan rahmati saudaranya itu, lalu Allah katakan: “Masuklah kamu ke dalam
surga dengan rahmatku.”
Sementara yang rajin ibadah ini Allah lemparkan ke neraka karena satu kesalahan ucapan yang kata Abu
Hurairah: “Sungguh demi Allah yang jiwa Abu Hurairah yang berada dari tanganNya, dia telah mengatakan satu
perkataan yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.”

Gara-gara satu kesalahan, kalau tidak Allah ampuni maka kita tidak layak untuk masuk surga. Seperti bapak kita
Adam diusir dari surga karena satu kesalahan. Maka sungguh-sungguhlah minta ampun kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Karena nasib kita sangat bergantung kepada ampunan Allah, apalagi kita ini makhluk
yang banyak dosa.

Maka di bulan Ramadhan nanti, dimalam yang ditunggu-tunggu (yaitu lailatul qadar), sungguh-sungguhlah kita
membaca doa:

‫ك َعفُ ٌّو تُ ِحبُّ ْال َع ْف َو فَاعْفُ َعنِّي‬


َ َّ‫اللَّهُ َّم ِإن‬
“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)

MENDAPATKAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Mungkin Allah merahmati kita dengan sedikit kebaikan atau dengan banyak kebaikan, kita tidak tahu. Maka
banyak-banyaklah berbuat kebaikan, baik itu kebaikan yang besar maupun yang kecil. Banyak orang-orang yang
masuk surga dengan kebaikan yang mungkin dianggap kecil. Bahkan termasuk dalam deretan iman yang paling
rendah, Nabi mengatakan:

َ‫يق َو ْال َحيَا ُء ُش ْعبَةٌ ِمن‬


ِ ‫ضلُهَا قَوْ ُل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ ْدنَاهَا ِإ َماطَةُ اَأل َذى ع َِن الطَّ ِر‬
َ ‫اِإل ي َمانُ بِضْ ٌع َو َس ْبعُونَ َأوْ بِضْ ٌع َو ِستُّونَ ُش ْعبَةً فََأ ْف‬
‫اِإل ي َما ِن‬

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

Lihatlah bahwa ada orang yang masuk surga dengan satu amal, bahkan cabang iman yang paling rendah, yaitu
dia menyingkirkan gangguan dari tengah jalan.

Jadi dengan dua hal itu kita berhak masuk ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

KHUTBAH JUMAT KEDUA – DUA PERKARA YANG MEMBUAT KITA LAYAK MASUK SURGA

Jamaah yang dimuliakan Allah, ada perbedaan yang sangat mendasar antara iblis dan Adam. Adam minta
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah ampuni. Sementara iblis dia tidak minta ampun kepada
Allah, maka Allah tidak ampuni. Dan dia minta sesuatu yang lain, yaitu minta penangguhan. Iblis berkata:

َ‫َربِّ فََأن ِظرْ نِ ٓى ِإلَ ٰى يَوْ ِم يُ ْب َعثُون‬


“Ya Allah, beri aku penangguhan sampai hari kiamat.” (QS. Al-Hijr[15]: 36)

Dia minta hidup sampai hari kiamat. Ini proposal iblis, dan Allah terima proposal itu, Allah terima permintaan
iblis itu.

َ‫ك ِمنَ ْال ُمنظَ ِرين‬


َ َّ‫قَا َل ِإن‬
“Engkau termasuk orang yang diberi penangguhan.” (QS. Al-A’raf[7]: 15)
Yaitu kamu diberi umur panjang, kamu diberi hidup sampai hari kiamat. Seandainya (tapi ini tidak terjadi) iblis
minta ampun maka Allah ampuni. Tapi iblis tidak minta ampun kepada Allah, dia justru minta penangguhan.
Kenapa demikian, ada apa dengan iblis ini sehingga tidak minta ampun kepada Allah, justru minta
penangguhan?

Ini satu perkara sangat buruk yang harus kita hilangkan dari hidup kita, yaitu dendamnya kepada Adam. Inilah
akibat kalau kita salah lalu melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Karena iblis menganggap itu gara-gara
Adam, maka dia dendam kepada Adam sekaligus anak keturunannya. Dan dia bersumpah akan menyesatkan
anak Adam. Dan iblis tahu dia tidak akan bisa melampiaskan dendam kecuali dia diberi waktu, maka dia minta
penangguhan.

Itulah buruknya dendam, maka jadi orang jangan pendendam. Mulai hari ini singkirkanlah dendam dalam hidup
kita, karena dendam itu sangat buruk. Coba lihat iblis dimana dia makhluk pertama yang memperkenalkan
dendam kepada semua makhluk. Sebelumnya makhluk (baik itu malaikat, jin dan lain-lain) tidak mengenal
dendam hingga iblis yang memperkenalkannya. Maka dendam itu adalah warisan iblis.

Maka jangan jadi orang pendendam. Al-Qur’an justru menganjurkan kita sebaliknya, yaitu menjadi manusia
pemaaf. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ص ْف َح ْال َج ِم ْي َل‬ ِ َ‫فَاصْ ف‬


َّ ‫ح ال‬

“Relakanlah dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr[15]: 85)

‫َو ْليَ ْعفُوا َو ْليَصْ فَحُوا ۗ َأاَل تُ ِحبُّونَ َأن يَ ْغفِ َر هَّللا ُ لَ ُك ْم‬

“Maafkan dan relakan, bukankah kamu ingin mengampuni kamu?” (QS. An-Nur[24]: 22)

Maka jadilah manusia yang pemaaf, dan jangan menjadi manusia pendendam. Karena dendam itu sangat buruk,
itulah yang menimpa iblis. Iblis bahkan siap untuk rugi. Orang kalau dendam tidak pikir untung-rugi lagi,
bahkan rugi pun dia mau, yang penting dendamnya bisa terbayarkan.

Itulah kalau sudah dendam, sangat-sangat buruk, itu adalah warisan iblis. Maka jangan jadi orang pendendam,
wahai kaum muslimin. Jadilah manusia yang pemaaf. Gara-gara dendam iblis tidak minta ampun kepada Allah,
justru minta penangguhan. Walaupun dia tahu risikonya tidak bisa kembali lagi ke surga. Itu tidak jadi masalah
yang penting dendam terlunaskan.

Mungkin Antum pernah dendam, dan bagaimana kondisinya? Kadang-kadang kita rela rugi yang penting
dendam terbayarkan. Itulah yang menimpa iblis, dan itulah yang membedakan iblis dan Adam. Adam tidak
dendam kepada iblis dan Adam bisa minta ampun kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai