Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PRAKTIKUM GENETIKA

Disusun Oleh :
Linna Fitriani, M. Pd.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI – LUBUKLINGGAU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantisa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga petunjuk praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik.
Petunjuk praktikum ini ditujukan bagi mahasiswa program Studi Pendidikan Biologi STKIP
PGRI Lubuklinggau yang menempuhi mata kuliah Genetika.. Petunjuk praktikum ini
mencakup tujuan, pengantar teoritis, alat dan bahan, serta cara kerja.. Manfaat praktikum ini
adalah untuk mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang teori-teori genetika dan
keterampilan siswa dalam menggunakan alat, teknik dan metode yang digunakan.
Penulis menyadari penulisan petunjuk praktikum ini masih membutuhkan banyak
revisi dan perbaikan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga petunjuk praktikum ini dapat dimanfaatkan
bagi jalannya praktikum.

Lubuklinggau, Maret 2021

Linna Fitriani, M. Pd.

2
I. TATA TERTIB LABORATORIUM PEMBELAJARAN BIOLOGI

A. DILARANG

1. Dilarang merokok, makan, minum di laboratorium.

2. Dilarang membuang sampah,dan bahan lain didalam wastafel, laci meja, dan lantai.

3. Dilarang menulis dan atau mencoret-coret dinding dan permukaan meja

B. KEWAJIBAN

Memeriksa kelengkapan alat dan melaporkan setiap kerusakan alat pada laboran, staf /

kepala laboratorium

1. Mengisi daftar hadir dan melaporkan kegiatan individual kepada kepala

laboratorium.

2. Memahami dan mengikuti petunjuk penggunaan alat.

3. Membersihkan sisa praktikum / penelitian pada setiap meja dan wastafel tempat

anda bekerja.

4. Kegiatan mahasiswa dilaboratorium harus diketahui kepala laboratorium atau

penanggung jawab praktikum, dan menggunakan jas lab.

5. Bila terjadi kerusakan terhadap alat, setiap pemakai wajib mengganti kerusakan

komponen atau alat dengan spesifikasi yang setara.

6. Peralatan yang telah selesai digunakan dikembalikan kepada laboran dalam keadaan

bersih dan kering.

7. Setelah melakukan kegiatan, ruangan laboratorium harus dalam keadaan bersih.

C. ANJURAN

1. Ambil bahan seperlunya dan gunakan sendok zat yang sesuai dan bersih.

2. Gunakan alas yang tepat (kertas perkamen, botol timbang, kaca arloji, cawan, dsb)

ketika menimbang.

3
3. Gunakan air secukupnya dan membuka kran tidak berlebihan.

4. Buanglah sampah atau sisa praktikum pada tempat yang telah disediakan.

D. SANKSI

1. Teguran.

2. Dianggap tidak hadir dalam praktikum.

3. Tidak dizinkan masuk dalam kegiatan praktikum / perkuliahan.

II. TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan wajib mengikuti praktikum yang ditentukan.

2. Lima belas menit sebelum acara praktikum dimulai praktikan harus berada di ruang

praktikum.

3. Praktikan wajib menjaga ketenangan, kebesihan dan kesopanan di ruang praktikum.

4. Praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan merokok diruang praktikum.

5. Setiap praktikan wajib mengenakan jas laboratorium.

6. Sebelum acara praktikum dimulai praktikan harus sudah siap dengan acara praktikum

yang akan dilaksanakan.

7. Tidak diperkenankan membuat laporan praktikum tanpa mengikuti acara praktikum.

8. Praktikan yang tidak mengumpulkan laporan pada acara praktikum bersangkutan akan

diberi nilai nol.

9. Laporan dikumpuilkan pada acara praktikum / perkuliahan berikutnya.

10. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum tidak diperbolehkan praktikum

susulan.

11. Nilai praktikum diambil dari: a) aktivitas, dan laporan; 2)Ujian praktikum.

12. Hal – hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.

4
PRAKTIKUM I
PERSILANGAN MONOHIBRID & DIHIBRID

A.    Dasar Teori.

Orang pertama yang mengadakan kawin silang adalah Johann George Mendel

(1822-1884), yaitu seorang rahib austria yang tinggal di Brunn, Austria. Melalui eksperimen

bercocok tanamnya Mendel mendapatkan angka-angka perbandingan tertentu dan angka

angka itu kemudian digunakan untuk menyusun suatu hipotesis. Satu diantara hipotesisnya

menyatakan bahwa setiap organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu

berasal dari induk jantan dan satu berasal dari induk betina.

Bagaimanakah gen-gen itu berpisah dan kemudian berpasang-pasangan sehingga

menghasilkan perbandingan fenotip yang sedemikian rupa sehingga dapat dikenal dengan

hukum pemisahan gen sealel. Pemisahan alel ini tampak ketika pembentukan gamet individu

yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tipe gamet mempunyai salah satu alel tersebut

maka hukum mendel ini disebut juga hukum regresi.

Dominansi

Jika Pisum sativum berbiji kuning disilangkan dengan jenisnya berbiji hitam, maka

diproleh F1 yang berbiji kuning, hibrida ini tidak nampak bedanya dengan parental yang

berbiji kuning homozigot pada hal heterozigot.

Untuk membedakan mana yang homozigot dan mana yang heterozigot kuning, maka

perlu dilihat hasil F2 dari hibrida tersebut. Maka persilangan F1 dari hibrida tersebut ada

yang kuning dan ada yang hijau dngan perbandingan fenotif 3 : 1. dengan demikian F1 yang

berbiji kuning ini dikatakan dominan atau prevalen, sedangkan yang hjau dikatakan kalah

atau resesif.

5
Intermediet

Jika dibandingkan dengan persilangan antara dua tanaman yang monohibrod

homozigot maka F1 tidak lagi homozigot. Bila F1 ini yang heterozigot disilangkan

sesamanya, maka akan dihasilkan ratio fenotif dengan perbandingan teoritis 1 : 2 : 1. Pada

persilangan dengan dua sifat beda intermediet ratio fenotifnya adalah berbeda dengan

dihibrid dominan.

Persilangan diibrid juga umumnya mengikuti hukum mendel yaitu hukum

pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel

memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) sewaktu

pembentukan gamet-gamet. Oleh sebab itu pada persilangan dihibrid terjadi empat macam

pengelompokan dari dua pasang gen, Misalnya:

1. Gen A mengelompok dengan gen B sehingga gametnya AB

2. Gen a mengelompok dengan gen b sehingga gametnya ab

3. Gen A mengelompok dengan gen b sehingga gametnya Ab

4. Gen a mengelompok dengan gen B sehingga gametnya aB

Gamet AB dan ab disebut mempunyai kombinasi atau kombinasi parental. Sedangkan

gamet Ab dan aB disebut kombinasi baru atau rekombinasi. Pada persilangan dihibrid

dominan F1-nya dobel heterozigot dan macam gamet yang dibentuk 4 macam. Jika F1

disilangkan sesamanya maka akan dihasilkan 16 kombinasi dengan ratio fenotif   9 : 3 : 3 : 1.

Jika persialangan tersebut intermediet maka hasil persilangan tetap 16 kombinasi

dengan 9 fenotif. Namun untuk macam genotifnya akan mengalami perubahan yaitu masing-

masing menjadi 9 macam fenotif dengan perbandingan menjadi 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1.

B.  Tujuan Peraktikum

1.      Untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh

gamet-gamet bertemu secara acak.

2.      Untuk menentukan ratio fenotif dari persilangan dihibrid dominan dan resesif.

6
C.  Alat dan bahan

1.  Kotak genetika

2.  Model-model gen.

D. Cara Kerja

Monohibrid

Sifat dominan

1.   Ambil 50 model gen merah (M), dan 50 model gen putih (m).

2.   Masukkan masing-masing 25 model gen M ke kotak A (induk jantan), dan sisanya

kekotak B ( induk betina).

3.   Kocoklah sampai merata isi kedua kotak tersebut.

4.   Dengan tanpa melihat ambillah 1 model gen dari tiap-tiap kotak kemudian pasangkanlah

(lakukan ini berulang-ulang)

5.   Koleksi pengamatan kelompok lain sehingga menjadi data kelas.

6.   Masukkan hasil pengamatan kedalam tabel.

Sifat intermediet

Ulangi prosedur 1 sampai dengan 6.

Dihibrid

1.      Dari model gen, ambillah:

a) Ambil 32 gen M, gen bunga merah ( model warna merah)

b) Ambil 32 gen m, gen bunga putih ( model warna putih)

c) Ambil 32 gen B, gen biji bulat ( model warna biru)

d) Ambil 32 gen b, gen biji kisut ( model warna kuning)

2.      Dari masing – masing model gen, lakukanlah :

a) 16 gen M pasangkanlah dengan 16 gen B, bagi menjadi 2, 8 di kotak A (induk

jantan), 8 di kotak B (induk betina).

7
b) 16 gen M pasangkanlah dengan 16 gen b, bagi menjadi 2, 8 di kotak A

(induk  jantan), 8 di kotak B (induk betina).

c) 16 gen m pasangkanlah dengan 16 gen B, bagi menjadi 2, 8 di kotak A (induk jantan),

8 di kotak B (induk betina).

d) 16 gen m pasangkanlah dengan 16 gen b, bagi menjadi 2, 8 di kotak A (induk jantan),

8 di kotak B (induk betina).

3.      Kocoklah dari kedua kotak tersebut.

4.      dengan tanpa melihat ambillah masing – masing 1 pasang model gen dari kotak A dan

B kemudian pasangkanlah.

5.      Koleksilah hasil pengamatan anda dalam tabel pengamatan, lakukanlah hal yang sama

untuk data kelas dan tentukanlah perbandingan penotifnya.

Persilangan Dihibrid Intermediiet

Ulangi prosedur 1 sampai dengan 5

E.     Bahan Diskusi

1.   Mengapa Model Gen yang telah diambil tidak boleh dikembalikan ke dalam kotak?

2. Buatlah gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet

bertemu secara acak berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan!

3.  Berapa Ratio Perbandingan Fenotif dari Persilangan Monohibrid dan Persilangan

Dihibrid Dominan dan Resesif?

4. Berapa Ratio Perbandingan Fenotif dari Persilangan Monohibrid dan Persilangan

Dihibrid Intermediet?

5. Buatlah Kesimpulan dari Persilangan Monohibrid dan Persilangan Dihibrid Dominan

dan Resesif!

8
PRAKTIKUM II.

I. Judul : PENENTUAN GOLONGAN DARAH


II. Tujuan :
- Mahasiswa Menjelaskan Golongan darah Sistem ABO
- Menentukan golongan darah berdasarkan reaksi penggumpalan
- Memahami penentuan golongan darah ABO menggunakan anti A dan anti B

III. Alat dan Bahan :


1. Alat-alat yang digunakan
 Kaca benda
 Jarum Frank atau blood lanset
 Pipet tetes
 Tusuk gigi
2. Bahan yang digunakan
 Darah Manusia
 Antiserum α dan β,
 Alkohol 70 % dan kapas

IV. Cara Kerja:


1. Dibersihkan jari manis dengan alkohol
2. Ditusukkan jari tersebut dengan jarum frank sehingga mengeluarkan darah.
Tetes darah pertama dibuang.
3. Tetes darah berikutnya diletakkan pada kaca benda sebanyak 2 tetes yang
diletakkan berjauhan.
4. Teteskan satu tetes anti serum α pada darah pertama dan satu tetes anti serumβ
pada darah ke2.
5. Darah dan anti serum dihomogenkan menggunakan batang pengaduk, lalu
diamati. Bila terjadi penggumpalan anti serum α maka golongan darah adalah
A, pada anti β maka golongan darah adalah B , pada anti β maka golongan
darah B , pada anti α dan β maka golongan darah adalah AB. Bila tak terjadi
penggumpalan maka golongan darah adalah golongan darah O.
6. Buat laporan dan komunikasikan hasilnya.

9
V. Teori Dasar

Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan
reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang berbiak secara
seksual individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetis yang disumbangkan oleh 2 gamet yang
berbeda yang beasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan misalnya pemuliaan tanaman
dan hewan, masalah penyakit dan kelainan tubuh manusia. Beberapa istilah yang sering diguanakan
dalam bidang genetika ini seperti : gen, genotif, fenotif, resesif, dominan, alela, homozigot,
heterozigot hendaknya sudah diketahui dan dipahami.
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan
darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem pergolongan yang
umum adalah sistem A, B, O. pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer K. menemukan bahwa
penggumpalan darah (aglutinasi), kadang-kadang terjadi apabia eritrosit  seseorang dicampur dengan
serum darah orang lain. Oada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan
darah.
Berdasarkan hal tersebut  Landstainer K. membagi golongan drah manusia menjadi 4
golongan , yaitu A , B , AB , dan O. dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat Antigen atau
Aglutinogen , sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut Antibody atau Aglutinin
di kenal 2 macam antigen yaitu:  dan  , sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B.
Antigen dan antibody yang dikandung oleh darah seseorang dengan golongan darah tertentu adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.Antigen dan Antiboodi yang dikandung oelh darah seseorang
Golongan Antigen Zat anti
A  B
B  A
AB - A+B
O        Maupun  -

Bila antigen  bertemu dengan anti A dalam darah seseorang, maka akan terjadi
penggumpalan darah dan dapat menyebabkan ke matian, berdasarkan hal ini golongan darah
penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan
sampai terjadi penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah , baik darah
sipemberi (donor) maupun sipenerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih
dahulu golongan darahnya.

10
Yang menjadi pertanyaan atau masalah adalah bagaimana antigen A dan B itu
diturunkan dari orang tua kepada keturunnannya. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu di
perhatikan dan dipahami interaksi antara alel- alel seperti  antara alel-alel IAIB  dan i yang
menyebabkan terjadinya 4 golongan darah sebagaimana tabel 2.2 sebagai contoh :
Bila seorang ayah bergolongan darah O dan ibunya bergolongan darah A heterozigot,
bagaimana kemungkinan golongan darah anak-anaknya?
Tabel 2. interaksi antara alel-alel IA,IB dan i yang menyebabkan terjadinya 4 golongan
darah.
Gol. darah fenotif Antigen dalam eritrosit Alel dalam kromosom Genotif
A A IA IA IA, IA i
B B IB IB IB, IB i
AB A dan B IA dan IB IA IB
O - I Ii

Berdasarkan tabel dan uraian diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Parental     : o O           X              o A
Genotif      : ii                                IA i
Gamet       : I                                 IA  dan i
Anak-anak: IA I ( golongan A ) dan ii ( golongan O)
Frekuensi
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras.
Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang
berbeda-beda.
Tabel 3. Frekuensi Penyebarab Golongan Darah
Populasi O A B AB
Suku pribumi Amerika Selatan 100% – – –
Orang Vietnam 45.0% 21.4% 29.1% 4.5%
Suku Aborigin di Australia 44.4% 55.6% – –
Orang Jerman 42.8% 41.9% 11.0% 4.2%
Suku Bengalis 22.0% 24.0% 38.2% 15.7%
Suku Saami 18.2% 54.6% 4.8% 12.4%

11
Pewarisan

Tabel 4. Pewarisan Golongan Darah Orang Tua Kepada Anak

Tabel pewarisan golongan darah kepada anak


Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Golongan darah adalah kunci bagi keseluruhan sistem imun tubuh. Hal ini merupakan
faktor penjelas yang penting di dalam tubuh kita. Antigen yang terdapat dalam berfungsi
untuk memproduksi antibodi dalam darah yang berguna untuk melawan virus penyebab
penyakit. Ketika antibodi mengenali antigen dari mikroba penyerbu, terjadilan serangkaian
reaksi yang disebut dengan aglutinasi atau penggumpalan. Ada banyak faktor yang terlibat
dalam proses terjadinya penggumpalan, salah satunya adalah makanan. Ada beberapa jenis
makanan yang berpotensi menggumpalkan sel-sel golongan darah tertentu, sehingga makanan
tertentu dapat sangat berbahaya terhadap satu atau lebih golongan darah, namun juga dapat
bermanfaat bagi golongan darah lainnya. Orang dengan golongan darah O seringkali
menghadapi penyakit seperti kencing manis, masalah usus dan pencernaan, kegemukan,
rematik, penyakit jantung, kolesterol tinggi, kadar asam urat tinggi, kanker. Namun, orang
dengan golongan darah O memiliki kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan tipe
darah lain dan mudah beradaptasi dengan berbagai makanan pada lingkungan yang ditempati.
Orang dengan golongan darah O sedikit sensitif dengan masalah makanan, apabila makanan
yang dikonsumsi tidak sesuai akan berisiko bagi kesehatannya, terutama radang dan
kerusakan organ seperti arthritis

VI. HASIL PENGAMATAN

12
1. Tabel hasil pengamatan

Anti A Anti B
No Nama Anggota (serum A) (serum B) Golongan  Keterangan
Kelompok darah

Pertanyaan Diskusi:
1. Tentukan golongan darah setiap anggota kelompok berdasarkan reaksi penggumpalan !
2. Bagaimana penentuan golongan darah ABO menggunakan anti A dan anti B?
3. Buat kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan!

PRAKTIKUM III
Judul : Genetika Manusia Dan Dermatoglifi

13
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Genetika berasal dari bahas latin  genos yang berarti suku bangsa atau asal
usul. Dengan demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari bagaimana sifat
keturunan (hereditas) yang diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin
timbul didalamnya. Genetika berlaku juga pada manusia. Genetika yang mempeljari
bagaimana hereditas itu diwariskan pada manusia disebut genetika manusia (Pai, 1987).
Genetika manusia membahas fakta menarik perilaku manusia, kepribadian karakteristik,
tubuh fisik dan karakteristik wajah semua konsekuensi dari gen yang diwarisi dari orang
tua. Sebagai contoh, bentuk hidung, mulut dan telinga, warna mata dan rambut, dan letak
telinga pada manusia semua ditentukan oleh gen yang diperoleh pada tahap embrio. Hal
ini juga berlaku untuk beberapa karakteristik lain seperti lesung pipi di pipi dan dagu dan
pembentukan gurat-gurat pada jari dan telapak tangan dan kaki (Goodenough, 1988).
Genetika manusia penting dipelajari karena dengan hal inilah manusia dapat
mengetahui sifat-sifat keturunan manusia itu sendiri serta setiap makhluk yang hidup
dilingkungan manusia, mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha untuk
menanggulanginya juga menjajagi sifat keturunan seseorang. Misalnya, golongan darah
yang kemungkinan diperlukan dalam penelitian warisan harta dan kriminalitas (Elvita, et
al , 2008).
Pewarisan sifat untuk manusia didasarkan pada model pewarisan sifat Gregor
Mendel. Mendel memperkirakan pewarisan sifat yang terjadi dikarenakan suatu unit,
yang disebut gen. Gen yang berikatan dengan kromosom tubuh disebut autosom,
sedangkan yang berikatan dengan kromosom kelamin disebut gonosom. Pada manusia
terjadi pewarisan yang diakibatkan aleh autosom dominan dan autosom resesif. Pada
autosom dominan, jika satu saja orang tua memilikinya maka hal ini cukup untuk
menyebabkan sifat ini muncul pada generasi berikutnya. Autosom resesif biasanya
merupakan pola pewarisan untuk penyakit yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Karena memerlukan dua kopian sifat untuk menampilkan ciri sifat tersebut,
maka banyak yang menjadi pembawa sifat (carier) daripada penderita (Campbell, 2005).
Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada
trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama masa embrio dan tidak
pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan akibat luka-luka, terbakar,
penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar pada jari dan telapak tangan (Elvayandri,

14
2002). Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan
predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan
secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi,
ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling  bermanfaat untuk
menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan. Sejumlah gen yang ditemukan pada
sindrom kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari
atau dermatoglifinya (Fuller, 1973).
Menurut penelitian yang dilakukan di New Delhi oleh Chintamani (2007)
dikatakan bahwa pola sidik jari atau dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki
beberapa cirri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6 atau lebih
pola melingkar (whorl) disidik jarinya, juga ditemukan pola whorl meningkat di jari
telunjuk kanan dan jari kelingking kanan dibandingkan control (Fuller, 1973). Untuk
mengetahui bagaimana pola-pola hereditas yang diwariskan kepada seseorang serta
mengetahui sifat-sifat yang dominan dan resesif yang ada pada manusia, penting
dilakukan sebuah praktikum yang berhubungan dengan variasi genetik dan dermatoglifi.
Pola sidik jari yang terdapat pada manusia dapat mengidentifikasi penyakit tertentu dan
kelainan kromosom.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik jari serta perhitungan  jumlah
sulur pada populasi manusia.
2. Untuk melatih keterampilan dalam mengumpulkan data populasi dan menentukan
frekuensi alel dalam populasi serta menganalisisnya secara genetik.
3. Untuk mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia dan sifat pewarisannya serta
menganalisis secara statistik sesuai konsep genetika

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Genetika Manusia

15
Genetika manusia sangat penting dipelajari karena adanya pola-pola
pewarisan sifat  pada manusia. Prinsip genetika perlu dikuasai untuk
mempelajari sifat kejiwaan seseorang yang ditentukan oleh sifat keturunan,
misalnya kelebihan satu jenis kromosom yang ada hubungannya dengan
kelainan jiwa bersifat asosial dan kriminal (Elvita, et al , 2008). Variasi selalu
terjadi dalam batasan informasi genetik yang ada. Dalam ilmu genetika, batas-
batas ini disebut kelompok gen. Variasi menyebabkan semua karakteristik yang
ada didalam kantung gen (Hall, et al , 1994). Jenis kelamin (seks) merupakan
salah satu karakter fenotip kita yang lebih nyata, meskipun perbedaan anatomis
dan fisiologis antara pria dan wanita banyak. Namun, dasar kromosom seksnya
sedikit lebih sederhana. Seperti pada kebotakan, kebotakan dapat disebabkan
oleh faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit pada kulit kepala.
Namun, dapat juga disebabkan oleh faktor genetik. Gen pembawa sifat botak
adalah salah satu gen yang dipengaruhi jenis kelamin (Campbell, 1998).
Adapun variasi – variasi genetika pada manusia yaitu:
1. Telinga, cuping telinga  bebas/lepas dibentuk oleh gen dominan terhadap
cuping telinga yang tidak bebas atau lengket. Kondisi ini diwariskan sebagai
gen autosomal dengan suatu penetrasi yang tidak lengkap dan ekspresi
(pemunculan) yang bermacam – macam (Suryo, 2001).
2. Hidung, ada sejumlah karakteristik hidung yang menunjukkan pewarisan
sifat sederhana seperti tulang hidung yang cembung memperlihatkan karakter
dominan daripada karakter tulang hidung yang lurus atau cekung.
3. Mulut, bibir berbentuk lubang saluran pada mulut dan sangat menentukan
bagaimana wajah seseorang. Ketika bibir dibentuk pada embrio genesit
selama dua bulan proses perkembangan,  proses ini membentuk bibir atas
secara normal.
4. Mata, pada kebanyakan pada keluarga yang kedua orang tuanya bermata biru
atau abu – abu semua anaknya bermata  biru atau abu- abu bersifat resesif
alami. Kelainan hereditas yang sangat umum pada mata adalah rabun dekat.

16
Kondisi ini memperlihatkan hereditas yang dipengaruhi oleh gen autosomal
resesif (Lewis, 2001).
5. Jari, kebanyakan gen yang mempengaruhi jari tangan juga mempengaruhi
jari kaki. Sifat hereditas yang mempengaruhi jari adalah seperti ada atau
tidaknya bulu rambut pada ruas jari.
6. Tinggi, orang tua yang pendek terkadang mempunyai anak yang tinggi, ada
beberapa gen yang menyebabkan epistasis (penutupan oleh gen yang berbeda
alel)  pada seluruh kelompok multipel gen yang mempengaruhi tinggi pada
kebanyakan orang (Suryo, 2001).
7. Rambut, warna rambut memperlihatkan bahwa karakter ini dipengaruhi oleh
multipel gen. Bentuk rambut tergantung pada bentuk pindah silang. Rambut
berombak, keriting, kribo menunjukkan derajat progressif (Freeman,1860).
1.2 Dermatoglifi
Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-
jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki (Syahrum, et al .,
1993). Dermatoglifi  pada setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi
bersifat sangat stabil dan tidak  berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi
kerusakan yang sangat parah hingga lapisan sub dermis (Ramelan, 1999;
Hidayati, et al ., 1980). Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak
gen yang saling  berpengaruh dan mungkin beberapa diantaranya bersifat
dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah lahir, misalnya
geografik, ekonomi, dan lain-lain (Rafi’ah, et al, 1980).
Sidik jari merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan telah
digunakan baik untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun
membantu diagnosis (Suryadi, 1999). Sidik jari ditemukan pada manusia dan
beberapa hewan dan sangat unik untuk tiap individu karena tidak ada dua jari
yang memiliki pola yang persis sama, tidak ada dua orang yang memiliki pola
yang sama, tidak berubah seumur hidup. Bentuk menetap sejak fetus berusia 4
bulan dalam kandungan dan hanya bertambah dalam ukuran saja sesuai
pertambahan usia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa konfigurasi sidik jari

17
kemungkinan dibentuk oleh multiple gen pada multiple kromosom sehingga
menarik untuk diteliti dibandingkan dengan kelainan genetik yang bersifat
monogenik.
Sidik jari bisa tetap diamati dengan cara menggulirkan jari ke
permukaan kertas dengan memberi cat atau tinta ke permukaan jari dan dicetak
ke  permukaan kertas. Sampai saat ini ditemukan 4 tipe pokok sidik jari pada
masyarakat yang distribusinya sangat bervariasi tergantung dengan ras dan jari-
jari yang berbeda. Tipe itu adalah loop urnal dan radial, whorl, arch dan tented
arch. Tipe arch, garis dimulai dari satu sisi jari ditengah sedikit meninggi dan
dan keluar pada sisi yang berlawanan. Tented arch didapati paling tidak ada
satu atau lebih garis lengkung yang membentuk sudut 45^. Pola whorl minimal
ditemukan satu garis melingkar 360^ dibagian tengah  pola sidik jari. Untuk
pola loop terlihat satu atau lebih garis yang membentuk garis lengkung yang
berawal dan berakhir pada sisi yang sama. Pada pola sidik jari dapat kita
temukan adanya gambaran triradius.
Adapun yang dimaksud dengan triradius adalah titik pertemuan tiga
garis dari asal yang berbeda. Pada pola arch tidak ditemukan adanya pola
melainkan hanya garis lengkung sehingga tidak ada titik triradius dan bila mau
dilakukan penghitungan garis-garis jumlahnya adalah nol. Tipe loop hanya
mempunyai satu triradius, dekat titik pusat, untuk menghitung jumlah garis
yang dibentuk oleh pola tertentu dengan menghubungkan pada triradius. Pola
whorl ada dua triradius dan penghitungan jumlah garis bisa dilakukan dua arah
dimana biasanya jumlah garis berbeda pada masing-masing sisi (Washington,
2003). Tahun 1686, Marcello Malphigi, professor anatomi di Universitas
Barcelona  pertama kali dalam sejarah meneliti sidik jari dibawah mikroskop
(Campbell, 1998; Washington, 2003).
Ditemukan perbedaan antara loop ulnar dan radial, sedangkan  pada
whorl ada perbedaan bentuk whorl dengan lingkaran konsentris dan bentuk
seperti spiral. Ada juga pola peacock eye yang merupakan gabungan pola loop
dan whorl (gambaran pola loop dengan bentuk mata ditengahnya. Bentuk

18
composite dikenal didalam textbook FBI sebagai double loop whorl.
Sedangkan bentuk compound atau peacock’s eye dikenal juga sebagai a central
pocket loop whorl (Barret, 1998; Campbell, 1998)
.

Menurut Penrose (1971), rata-rata jumlah semua sulur pada jenis


kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan. Distribusi dermatoglifi
berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola
whorl daripada wanita dan wanita memiliki pola arch yang lebih sederhana
dari pria (Jones, 1993). Pola guratan-guratan sidik jari tidak hanya bermanfaat
untuk identifikasi tetapi juga bisa  bermanfaat untuk menemukan adanya
abnormalitas dermatoglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan
banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown, 2005). Memeriksa sidik jari
dan gurat telapak tangan serta telapak kaki. Sidik jari dan gurat telapak ada
standarnya bagi orang normal. Penderita kelainan keturunan, terutama karena
aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas. Dengan  pemeriksaan
dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa berbagai penyakit atau cacat
keturunan, seperti sindrom down, klinefelter, edward, parau dan turner.
Bahkan seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia sendiri normal

19
akan ada memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai
sebagai bahan untuk genetic counseling (Yatim, 1980).

BAB III. Pelaksanaan

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum genetika manusia dan dermatoglifi dilaksanakan pada
hari ....................................................................di rumag masing-masing
dengan mengamati setiap anggota keluarga.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bantalan tinta dan kertas
hvs atau a4 kosong untuk mencetak pola sidik jari.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Genetika Manusia
Dilakukan pengamatan kepada seluruh praktikan dengan melakukan
pengamatan seperti jenis kelamin, suku, umur, berat badan, tinggi, bentuk
lidah, telinga, lesung pipi ada atau tidak, pusar kepala searah jarum jam atau
berlawana arah jarum jam, bentuk kening kepala, rambut pada ruas jari tangan
ada atau tidak dan bentuk dagu membelah atau lurus. Setelah itu data tersebut
dibandingkan dan dilakukan perhitungan frekuensi gen  berdasarkan hukum
Hardy-Weinberg.
3.3.2 Dermatoglifi
Dibuat sudut jari tangan kanan dan tangan kiri dengan cara menekan jari
pada  bantalan tinta, lalu ditempelkan pada kertas, kemudian dibuat sudut ATD
dengan menekan telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada kertas.
Kemudian untuk sudut jari tentukan pola sidik jari, jumlah sulur, jumlah
triradius, sedangkan untuk sudut ATD, tentukan sudut ATD yang dibentuk
oleh triradius pada telapak tangan. Titik A triradius dibawah jari telujuk, titik T
triradius dibawah pergelangan tangan dan titik D.dominan W. Individu dengan
sifat widow’s peak memiliki kemungkinan memiliki alel homozigot dominan
20
WW atau alel heterozigot dominan Ww (McDonald 2011). Salah satu faktor
yang menyebabkan adanya variasi antara individu dalam suatu spesies adalah
jenis kelamin. Variasi jenis kelamin berhubungan dengan kromosom X dan Y,
betina diberi istilah kelamin homogenetik dan yang jantan heterogenetik
(Goodenough, 1988). Contoh faktor lingkungan yang menyebabkan variasi
adalah suku (tergantung pada daerah atau tempat asal keluarga). Berat tubuh
dan tinggi tubuh bisa berubah akibat variasi diet yang dilakukan. Hal ini tidak
menunjukkan tidak semua variasi yang ditemukan disebabkan oleh faktor
keturunan (Kimball,1993). (yang berwarna merah ini tidak usah dilakukan)
Hasil keduanya dituliskan dalam tabel
Tabel 1. Tabel Frekuensi Dominan dan Resesif
No Karakter Dominan Jumlah Resesif Jumlah

1 Lidah Menggulung
2 Pelekatan Telinga
3 Lesung Pipi
4 Pusar Kepala
5 Bentuk Kening Kepala
6 Ibu Jari
7 Rambut
8 Rambut Pada Ruas Jari
9 Bentuk Dagu

Tabel 2. Pola Dermatoglifi Pada keluarga Praktika

No Nama Pola Sidik Jari Jumlah Sulur

21
A LU LR W
1
2
3
4
5
6

Pertanyaan Diskusi:

1. Adakah perbedaan genetika manusia yang telah dilakukan dengan


prinsip Hardy-Weinberg/jelaskan!
2. Identifikasikan pola-pola sidik jari serta perhitungan  jumlah sulur yang telah
dilakukan!
3. Tentukan frekuensi alel dalam populasi serta menganalisisnya secara genetik!
4. Identifikasi berbagai karakter fisik keluarga dan sifat pewarisannya sesuai konsep
genetika!

22

Anda mungkin juga menyukai