Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TULIS KELOMPOK

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGAWASAN NORMA K3 KESEHATAN KERJA,

K3 LINGKUNGAN KERJA & BAHAN BERBAHAYA

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM KEMNAKER RI

ANGKATAN 175

KELOMPOK 1

M. AGUNG SAPUTRA (17521)

YUDHI NAPITUPULU (17530)

AMIRAH NUR HAKIM (17519)

ROBIANSYAH (17503)

RENDI ANDREW SETYADI (17515)

FIRMANSYAH (17512)

ANDRE SEBASTIAN HAGI (17508)

TOMI RIYANTO (17514)

PT. PHITAGORAS GLOBAL DUTA

6 - 18 MARET 2023
1. Sebutkan secara lengkap disertai dengan dasar hukum, apa definisi dari
confined space dan apa saja kualifikasi personil K3 yang membidanginya?
a. Dasar Hukum
● Undang-Undang No.3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO
No.120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
● Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
● Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
● Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
● Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Kimia Udara Lingkungan Kerja
● Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
SE.117/Men.PPKPKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pusat Perbelanjaan,
Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik Lainnya
● Keputusan Menaker Nomor KEP.326/MEN/XII/2011 tentang Penetapan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Ketenagakerjaan
Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sub Bidang Bekerja di Ruang
Terbatas
● Surat Edaran Menteri Tenaga dan Transmigrasi
No.SE.01/MEN/PPK/IV/2012 Tentang Kewajiban Syarat-Syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas
b. Definisi
Berdasarkan Lampiran III pada Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP. 113/DJPPK/IX/2006
tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Ruang Terbatas (Confined Spaces), dijelaskan dalam Daftar
Istilah bahwa Ruang Terbatas (confined spaces) berarti ruangan yang:
1) cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja
dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya;
2) mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank, kapal,
silo, tempat penyimpanan, lemari be si atau ruang lain yang mungkin
mempunyai akses yang terbatas);
3) tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau
terus-menerus di dalamnya.

c. Kualifikasi Personil K3 Confined Space

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan


Ketenagakerjaan No. KEP. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan
Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang
Terbatas (Confined Spaces), ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertama
a) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas adalah
tenaga teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang memiliki
kompetensi khusus di bidang keselamatan dan kesehatan kerja di
ruang terbatas/tertutup dibuktikan dengan sertifikat pembinaan.
b) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas
sebagaimana dimaksud huruf a yang selanjutnya disebut Petugas K3
Confined Spaces terdiri dari 2 (dua) jenjang meliputi Petugas Madya
dan Petugas Utama.
2) Kedua
a) Sertifikat pembinaan sebagaimana dimaksud amar pertama huruf a
dan b diperoleh melalui proses pembinaan teknis yang terdiri dari
seleksi, diklat, dan ujian serta dinyatakan lulus ujian.
b) Seleksi dan diklat dapat diselenggarakan oleh Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang diklat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER.04/MEN/1995 atau oleh
internal perusahaan (in house training) atas persetujuan Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
c) Ujian diselenggarakan oleh tim yang dibentuk oleh Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atau Lembaga Uji lain sesuai
peraturan perundang-undangan.
3) Ketiga
Peserta yang dinyatakan lulus ujian sebagaimana dimaksud pada
amar kedua huruf c diberikan sertifikat oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI.
4) Keempat
Rincian kompetensi, kurikulum dan persyaratan khusus peserta
pembinaan teknis Petugas K3 confined spaces tertera pada lampiran
keputusan ini.

Rincian Petugas Madya dan Utama K3 confined spaces pada


Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. KEP. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan
Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang
Terbatas (Confined Spaces):
1) Petugas Madya
Adalah pekerja yang berjaga di luar satu atau lebih ruang terbatas
yang membutuhkan izin khusus, yang bertugas mengawasi petugas
utama, dan melakukan seluruh tugas petugas madya sesuai dengan
program pengawasan ruang terbatas.
2) Petugas Utama
Adalah pekerja yang telah diberi wewenang oleh pengurus untuk
memasuki dan melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas yang
memerlukan ijin khusus.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI


Nomor KEP 326/MEN/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Ketenagakerjaan Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sub Bidang Bekerja di Ruang Terbatas
menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, ada empat tingkatan
bidang kompetensi dalam bekerja di Ruang Terbatas, antara lain:
1) Teknisi
Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
dalam menerapkan K3 pada pelaksanaan pekerjaan di dalam Ruang
Terbatas (Confined Space). Syarat teknisi ruang terbatas:
a) Pengalaman kerja sebagai operator teknik minimal 3 (tiga) tahun;
b) Memiliki syarat kesehatan yang ditentukan (SK.113/DJ PPK/IX/2006).
2) Ahli Muda
Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
dalam mengawasi penerapan syarat-syarat K3 pada pelaksanaan
pekerjaan di dalam Ruang Terbatas (Confined Space). Syarat Ahli Muda
Ruang Terbatas (AMURT):
a) Pengalaman bekerja di Ruang Terbatas.
b) Memiliki syarat kesehatan yang ditentukan (SK.113/DJ PPK/IX/2006).

3) Ahli Madya
Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
dalam menjamin penerapan syarat-syarat K3 pada pelaksanaan pekerjaan
di dalam Ruang Terbatas (Confined Space) yang menuntut proses analisis
dalam menerapkan prosedur, memecahkan persoalan dan mengajukan
gagasan kepada atasannya. Syarat Ahli Madya Ruang Terbatas (AMART):

a) Pengalaman sebagai AMURT.

4) Ahli Utama
Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
dalam merencanakan, mengevaluasi dan mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan di dalam Ruang Terbatas (Confined Space) yang menuntut
proses analisis untuk mengembangkan, menerapkan, mengkaji ulang dan
memutakhirkan aturan dan prosedur yang diperlukan. Syarat Ahli Utama
Ruang Terbatas (AURT):
a) Pengalaman kerja sebagai AMART.
2. Kapan secara berkala faktor lingkungan kerja di tempat kerja wajib diuji?
Lengkap dengan landasan regulasinya!

Uji Faktor lingkungan berkala wajib dilaksanakan sedikitnya 1x setiap tahun (min. 1
tahun 1 kali uji). Hal ini berlandaskan Permenaker 05/MEN/2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja BAB V tentang Pemeriksaan
dan Pengujian. Hal ini termuat dari pasal 58 sampai dengan pasal 68, dimana
waktu pengujian dimuat pada pasal 62 ayat 1.

Berdasarkan Pasal 58 menyangkut lingkup penerapan aturan pemeriksaan dan


pengujian, yang berbunyi :

Pasal 58

(1) Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja
wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


kegiatan mengamati, menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi
kondisi Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan


pengetesan dan pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber
dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi
dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

Dimana Pasal 58 ayat 1 merupakan subjek dari peraturan ini atau perusahaan
mana saja yang wajib melaksanakan pemeriksaan dan pengujian, yaitu
perusahaan/ unit usaha/ tempat kerja yang memiliki potensi bahaya lingkungan
kerja, wajib melaksanakan pemeriksaan dan pengujian. Tujuan dari pemeriksaan
dan pengujian ini dijelaskan pada ayat 2, dimana bertujuan untuk memenuhi
persyaratan yang dimaksud pada pasal 3 peraturan ini. Sedangkan ayat 3
menjelaskan mengenai sumber potensi bahaya yang harus dilaksanakan
pemeriksaan dan pengujian.
Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan secara internal ataupun eksternal.
Namun pemeriksaan dan pengujian berkala yang sifatnya wajib dilakukan dengan
pihak eksternal. Pengujian secara internal dapat dilakukan oleh personil ahli K3
lingkungan kerja. Hal tersebut tertuang dalam pasal 59 :

Pasal 59

1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal


58 ayat (1) dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga
eksternal dari luar Tempat Kerja.
2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian internal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk mengukur besaran pajanan sesuai
dengan risiko Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan kewajiban
Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan pihak eksternal.
3) Pemeriksaan dan/atau Pengujian secara internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan oleh personil K3 bidang
Lingkungan Kerja.
4) Lembaga eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan;
b. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit
Pelaksana Teknis Bidang K3;
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan
Pengujian K3; atau
d. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.
5) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja;
b. Penguji K3; atau
c. Ahli K3 Lingkungan Kerja.

Berdasarkan ayat 4 dan 5 pada pasal 59 diatas, maka lembaga eksternal yang
dapat melaksanakan pemeriksaan dan pengujian berkala, sebagai berikut :
a. Unit Pelaksana Teknis Pengawas Ketenagakerjaan (Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
b. Direktorat Bina K3 bersama unit pelaksana teknis bidang K3 (Penguji K3)
c. UPTD yang membidangi pelayanan bidang K3 (Penguji K3)
d. Lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3
Lingkungan Kerja)

Lebih lanjut pada pasal 60, yang berbunyi :

“Pemeriksaan dan/ atau Pengujian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 59 ayat (1) meliputi : a.) pertama; b.) berkala; c.) ulang; dan d.)
khusus.”

Pemeriksaan ini wajib dilaksanakan oleh perusahaan/suatu unit usaha yang


memiliki potensi bahaya lingkungan kerja. Hal ini tertuang didalam Permen yang
sama pada pasal 59 seperti yang dimaksud pada pasal 59.

Adapun bidang pengujian yang tercantum pada pasal 61, sebagai berikut :

Pasal 61

1) Pemeriksaan dan/atau Pengujian pertama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a dilakukan untuk mengidentifikasi
potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja.
2) Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
b. KUDR; dan
c. Sarana dan fasilitas Sanitasi.

Berdasarkan pasal ini, pengujian dimaksudkan untuk mengidentifikasi potensi


bahaya lingkungan kerja yang berasal dari pajanan faktor fisika, faktor kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi, faktor psikologi, KUDR, serta Sarana dan fasilitas sanitasi
pada sebuah tempat kerja.
Dilanjutkan pada Pasal 62 ayat 1, sebagai berikut :

“Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 60 huruf b dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali atau sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan
perundang-undangan”.

Berdasarkan pasal diatas, pengujian secara berkala harus dilaksanakan sedikitnya


1x dalam 1 tahun. Adapun pelaksanaan pengujian berkala ini harus dilakukan
dengan pihak eksternal.

Dengan Demikian, dapat disimpulkan bahwa :

“Pemeriksaan dan Pengujian Lingkungan Kerja merupakan hal wajib bagi setiap
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya, yang dalam pemeriksaan dan
pengujian ini bermaksud untuk memenuhi syarat lingkungan kerja. Pemeriksaan
dan pengujian dapat dilakukan secara internal dan/atau eksternal (wajib) melalui
lembaga eksternal yang telah ditentukan, yang dilakukan secara BERKALA untuk
mengidentifikasi bahaya lingkungan kerja pada tempat kerja. Dengan ketentuan
waktu pemeriksaan dan pengujian minimal 1 kali dalam 1 tahun.”
3. Jelaskan disertai dengan regulasi, syarat perusahaan yang wajib memiliki
klinik di dalam perusahaan (internal) dan yang tidak wajib memiliki klinik di
dalam perusahaan!
a. Syarat Perusahaan yang Wajib Memiliki Klinik di Dalam Perusahaan

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAAN KESEHATAN KERJA SESUAI


DENGAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
NO. 03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja:

1) Pembentukan dan cara penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja


tergantung pada:
- Jumlah tenaga kerja
- Tingkat bahaya yang ada di tempat kerja
a) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500 orang
harus menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Kerja:
- Berbentuk klinik
- Dipimpin oleh seorang dokter yang praktek tiap hari kerja Bila
pekerjaan dilaksanakan dalam beberapa shift dan tiap shift
mempekerjakan lebih dari 500 orang, harus ada poliklinik jaga
pada tiap shift.
b) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 200 – 500 orang
dengan tingkat bahaya rendah harus menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Kerja:
- Berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayani oleh
paramedis);
- Dipimpin oleh dokter yang praktek sekali 2 hari.
c) Dengan tingkat bahaya tinggi harus menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Kerja seperti pada butir (a)
d) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 – 200 orang
dengan tingkat bahaya rendah harus menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Kerja:
- Berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayani oleh
paramedis);
- Dokter praktek sekali dalam 3 hari.
e) Dengan tingkat bahaya tinggi harus menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Kerja sama dengan butir (b).

b. Perusahaan yang Tidak Wajib Memiliki Klinik di Dalam Perusahaan

Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 100 orang


dapat menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan bersama-sama dengan
pengurus perusahaan yang lain sesuai dengan PETUNJUK PELAKSANAAN
PELAYANAAN KESEHATAN KERJA SESUAI DENGAN PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NO. 03/MEN/1982
Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Anda mungkin juga menyukai