Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pengertian Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) merupakan suatu

penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis virus, bakteri, dan

protozoa yang dibawa oleh pendonor darah (dr. Yuyun SM, 2008).

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah adalah suatu indikasi

penyebaran penyakit infeksi yang ditularkan melalui transfusi darah,

(dr. Peni Indiarti 2010).

Uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) untuk

menghindari resiko penularan infeksi dari donor kepada pasien merupakan

bagian yang kritis dari proses penjaminan bahwa transfusi dilakukan

dengan cara seaman mungkin (PMK No. 91 Tahun 2015).

Uji saring darah terhadap infeksi paling sedikit wajib ditujukan

untuk deteksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis. Untuk jenis

infeksi lain seperti Malaria, dan lainnya tergantung prevalensi infeksi

tersebut di masing-masing daerah (PMK No. 91 Tahun 2015)

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah adalah infeksi yang didapat

dari proses transfusi darah dengan penderita yang terinfeksi Hepatitis B,

Hepatitis C, Sifilis dan HIV/AIDS (Yudha Kurniawan 2016).


Deteksi IMLTD dapat dilakukan terhadap antibodi dan atau antigen

seperti metode rapid test, Enzyme Immuno Assay (EIA),

Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA), dan terhadap materi genetik

virus seperti metoda Nucleic Acid Amplification Test (NAT) (PMK No.

91 Tahun 2015).

2.1.2 Pengertian pemeriksaan IMLTD dengan metode CLIA

Metode CLIA (Chemi Luminescent Immuno Assay) merupakan tes

biokimia yang mengukur konsentrasi suatu substansi dalam cairan

dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Prinsip kerja CLIA

menggunakan turunan dari luminol dengan peroksidase dan H202 (atau

sistem enzimatik lainnya yang menghasilkan H202, seperti oksidase

glukosa atau uricase) ditambah turunan dari Fenol, yang meningkatkan

emisi cahaya sampai 2.800 kali (Dhimassarsono,2017).

CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sebuah tipe

immunoassay. Immunoassay adalah sebuah tes biokimia yang mengukur

konsentrasi suatu substansi dalam cairan, biasanya berupa serum darah

atau air seni dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Ada

beberapa tipe immunoassay: enzyme immunoassay (EIA),

radioimmunoassay (RIA), magnetic labels (MIA), EnzymeLinked

Immunosorbent Assay (ELISA) (Dhimassumarsono,2017).

Pada tahap awal, CLIA menggunakan antibodi yang diberi label

senyawa chemiluminescent seperti luminol, isoluminol, acridinium ester

dan sebagainya (Thermo Scientific, 2010). Namun pelabelan antibodi


dengan senyawa chemiluminescent dibatasi oleh durasi keluaran cahaya

yang relatif singkat. Oleh karena itu, dikembangkanlah CLIA yang

menggunakan label berupa enzim dan menggunakan substrat berupa

senyawa chemiluminescent. Dengan cara ini, CLIA dapat meningkatkan

durasi keluaran cahaya. Enzim mengkonversi substrat menjadi produk

yang mengemisi foton cahaya sehingga menghasilkan warna.

Luminescence merupakan emisi cahaya dari suatu substansi akibat

loncatan elektron ke tahap atau tingkat lebih rendah (Novateinbio, 2015).

2.1.3 Pengertian Pemeriksaan IMLTD dengan Metode NAT

Nucliec Acid Tes (NAT) merupakan teknologi uji saring yang

mampu mendeteksi keberadaan DNA/RNA virus dengan window

period atau masa jendela yang lebih pendek, sebagai upaya untuk

meningkatkan keamanan darah secara signifikan (Prof. DR.Dr. David

Handojo Muljono, SpPD. 2018).

Nucliec Acid Tes (NAT) adalah metode pemeriksaan untuk

mendeteksi virus melalui DNA atau RNA. Itu merupakan inti dari

virusnya dan lebih efektif untuk dicegah sejak dini (Prof. DR.Dr. David

Handojo Muljono, SpPD.2018).

Nucliec Acid Tes (NAT) adalah teknik molekuler untuk menyaring

donor darah guna mengurangi resiko infeksi menular transfusi pada

penerima, sehingga memberikan lapisan tambahan keamanan darah.

(Novortis,2015).
2.1.4 Pengertian darah aman

Penularan infeksi tertentu misalnya HIV, Hepaitis B, Hepatitis C

dan Sifilis dari donor kepada resipien merupakan jalur ideal dari transfusi

darah. Untuk mengurangi resiko ini, kita harus melakukan beberapa

skrining terhadap darah yang terkumpul dari donor tentang faktor-faktor

resiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik.

Tujuan utama skrining atau uji saring adalah untuk mencegah agar darah

yang dikumpul dapat bebas dari infeksi dengan cara periksa sebelum

darah tersebut ditransfusikan kepada resipien dengan beberapa tes

tertentu (HTA Indonesia, 2013).

2.1.5 Pengertian Penyakit Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah

1. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan

melalui darah dimana virus ini adalah yang paling menular dan di

banyak bagian dunia, prevalensinya sangat tinggi . Hepatitis B

merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat

menyebabkan penyakit akut maupun kronis dan secara potensial

merupakan infeksi hati yang mengancam nyawa disebabkan oleh

virus hepatitis B (WHO, 2012).

Infeksi virus hepatitis merupakan infeksi sistemik dimana

hati merupakan organ target utama dengan keru sakan yang berupa

inflamasi dan atau nekrosis hepatosit serta infiltrasi panlobular oleh

sel mononuklear. Dengan kemajuan di bidang molekular, maka


identifikasi, pengertian serta patogenesis hepatitis virus menjadi

lebih baik. Terdapat sedikitnya 6 jenis virus hepatotropik penyebab

utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C,D,E, dan G

(Ghanaei, et al., 2013).

2. Hepatitis C

Virus hepatitis C adalah nama yang telah diberikan salah satu

jenis virus hepatitis dari virus hepatitis lainnya (Hepatitis A, B, D,

G, tt). Virus ini ditemukan pada tahun 1989, dan menjadi penyebab

kasus hepatitis NANB pasca transfusi. Pada tahun 1970 dikenal

kasus kasus hepatitis pasca transfusi. Virus hepatitis C merupakan

virus hepatitis dengan masa inkubasi yang lama dan sering ditandai

dengan gejala subklinis yang ringan , tetapi dengan tingkat

kronisitas dan progresifitas kearah sirosis. (Kurstak, 1993).

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus hepatitis C, virus ini merupakan jenis virus RNA dari

keluarga Flaviviridae. Terdapat 6 genotip HCV dan lebih dari 50

subtipe. Respons limfosit T yang menurun dan kecenderungan

virus untuk bermutasi nampaknya menyebabkan tingginya angka

infeksi kronis (PPHI, 2003).

3. HIV/AIDS

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family

lentivirus, yaitu virus yang dapat berkembang biak dalam darah

manusia. Pasien yang sudah terinfeksi HIV dan mengalami stress


yang berkepanjangan, akan mempercepat menyebarnya AIDS. HIV

menyerang salah satu jenis sel darah putih (limfosit / sel-sel T4)

yang bertugas menangkal infeksi. Replikasi virus yang terus

menerus mengakibatkan semakin berat kerusakan sistem kekebalan

tubuh dan semakin rentan terhadap infeksi oportunistik (IO)

sehingga akan berakhir dengan kematian (Bruner & Suddarth,

2002).

4. Sifilis

Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh

bakteri bernama Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu

infeksi menular seksual (IMS). Umumnya, infeksi ini menyebar

melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Selain

melalui hubungan intim, bakteri penyebab sifilis juga bisa

menyebar melalui pajanan cairan tubuh penderitanya, misalnya

melalui darah (dr. Marianti 2017).

Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit

tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat

Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat

akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat

dideteksi sejak dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit

sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang

normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat

menginfeksi janin (Soedarto, 1998).


2.2 Metodologi Penulisan

2.2.1 Pengertian Metodologi Penulisan Menurut Para Ahli

Menurut Suriasumantri (2001:48), “Metodologi Penulisan Induktif

merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.”

Selanjutnya menurut Suriasumantri (2001:49), “Metodologi

Penulisan deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari

penaulisan induktif. Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan

yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.”

Hudoyo (2001) mengatakan bahwa pendekatan induktif berproses

dari hal-hal yang bersifat konkret ke yang bersifat abstrak, dari contoh

khusus ke rumus umum.

Hudoyo (2001) Pendekatan deduktif merupakan kebalikan dari

pendekatan induktif. Pendekatan ini berproses dari umum ke khusus.

2.2.2 Metodologi Penulisan Makalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis memakai metodologi

pendekatan deduktif dikarenakan berisi penjelasan umum tentang uji

saring darah IMLTD reaktif dan menjadi khusus setelah hasil pemeriksaan

uji saring IMLTD keluar yang akan disampaikan kepada pendonor yang

reaktif secara rahasia dengan memberikan informasi yang tepat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengertian

penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif (Sukmadinata, N.S, 2011). Deskriptif adalah pencarian data

yang fakta, Penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif

berupa pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka atau

pendekatan kualitatif berupa penggambaran keadaan secara naratif apa

adanya (Sukmadinata,N.S, 2011).

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pemeriksaan IMLTD :
HIV
HBSag
Sampel Darah Darah yang aman
Donor HCV untuk Transfusi
Siphilis
dengan metode CLIA
Gambar 3.1. Kerangka dan NAT Konsep

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang konsep

pengertian tertentu ( Notoadmojo, 2010). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pemeriksaan Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah

pada darah donor dengan metode ChLIA dan metode NAT di Unit

Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Cabang Kota Bandung.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Suatu populasi menunjukan pada sekelompok subjek yang

menjadi atau sasaran penelitian (Notoatmojo, 2010). Populasi yang

digunakan adalah pendonor yang datang ke Unit Transfusi Darah

Palang Merah Indonesia Cabang Kota Bandung untuk menyumbangkan

darahnya, pengelolahan dimulai dari pengisian formulir sampai skrining

test dan dinyatakan aman untuk diberikan pada pasien. Data diambil

dari bulan Januari 2022 sampai dengan bulan Desember 2022 sebanyak

0000 kantong darah.

2. Sampel

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel adalah dengan

menggunakan tehnik Accidental sampling ( Notoadmojo, 2010 ).

Sampel penelitian adalah pemeriksaan sampel darah donor di Unit

Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Cabang Kota Bandung.

3.5 Tempat dan Waktu penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Unit Transfusi Darah Palang Merah

Indonesia Cabang Kota Bandung pada bulan ……. sampai dengan bulan

………..

Anda mungkin juga menyukai