Anda di halaman 1dari 71

Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita

di Layanan Rawat Inap

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
1
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah Mengikuti Materi Ini, Peserta Mampu
Melakukan Kolaborasi Tata laksana Gizi Buruk
Pada Balita di Layanan Rawat Inap Sesuai
Kewenangan

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 2


Tujuan Pembelajaran Khusus:

Menjelaskan tiga tanda bahaya dan


1 tanda penting
Setelah
mengikuti Menjelaskan 5 (lima) kondisi klinis balita
sesi ini gizi buruk berdasarkan 3 (tiga) tanda
2 bahaya dan tanda penting
peserta
mampu:

3 Melakukan kolaborasi perawatan dan pengobatan


balita gizi buruk pada fase stabilisasi sesuai
dengan 5 (lima) kondisi klinis, sesuai
kewenangan
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 3
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Melakukan kolaborasi penyusunan rencana
perawatan dan pengobatan balita gizi buruk
4 pada fase transisi dan rehabilitasi, sesuai
Setelah kewenangan
mengikuti
Melakukan kolaborasi penanganan gizi buruk
sesi ini 5 pada kelompok khusus: bayi < 6 bulan, balita
peserta
≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
mampu:

6 Melakukan pemantauan dan evaluasi


perawatan gizi buruk pada balita di layanan
rawat inap

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 4


Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Tiga Tanda Bahaya dan Tanda Penting
2. Lima Kondisi Klinis Balita Gizi Buruk Berdasarkan 3 (Tiga) Tanda Bahaya dan Tanda
Penting
3. Kolaborasi Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk pada Fase Stabilisasi
Sesuai dengan 5 (Lima) Kondisi Klinis, Sesuai Kewenangan:
a. Rencana I Untuk Kondisi I
b. Rencana II Untuk Kondisi II
c. Rencana III Untuk Kondisi III
d. Rencana IV Untuk Kondisi IV
e. Rencana V Untuk Kondisi V
4. Kolaborasi Penyusunan Rencana Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
pada Fase Transisi dan Rehabilitasi, Sesuai Kewenangan
5. Kolaborasi Penanganan Gizi Buruk pada Kelompok Khusus: Bayi < 6 Bulan dan
Balita ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg
6. Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Inap
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 5
Pokok Bahasan 1

Tiga tanda bahaya dan tanda penting

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6


Tiga Tanda Bahaya dan Tanda Penting

1 2 3
Diare &/
Renjatan Letargis muntah &/
dehidrasi

Bila capillary
refill > 3 detik
 RENJATAN!
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 7
Evaluasi Pembelajaran:

1 2
Sebutkan 3 Bagaimana
(tiga) tanda cara
bahaya dan pemeriksaan
tanda penting capillary refill

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 8


Pokok Bahasan 2

5 (lima) kondisi klinis balita gizi buruk


berdasarkan 3 (tiga) tanda bahaya dan
tanda penting
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9
Lima Kondisi Klinis Balita Gizi Buruk
Berdasarkan 3 tanda bahaya dan tanda penting terdapat
5 kondisi klinis yang tata laksananya mengacu pada
10 langkah tatalaksanan gizi buruk pada balita

Tanda Bahaya dan Tanda Kondisi Klinis


Penting I II III IV V
Renjatan + - - - -
Letargis + + - + -
Diare/muntah dengan atau tanpa + + + - -
dehidrasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 10


Evaluasi Pembelajaran:

1 2
Sebutkan tanda Sebutkan tanda
bahaya dan bahaya dan
penting pada penting pada
kondisi I kondisi III

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 11


Pokok Bahasan 3

Kolaborasi Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk pada Fase


Stabilisasi Sesuai dengan 5 (lima) Kondisi Klinis, Sesuai
Kewenangan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12
Kolaborasi Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
pada Fase Stabilisasi Sesuai dengan 5 (lima) Kondisi Klinis,
Sesuai Kewenangan
Tindakan pada fase stabilisasi disesuaikan dengan
kondisi klinis balita yaitu:

a. rencana I untuk kondisi klinis 1


b. rencana II untuk kondisi klinis 2
c. rencana III untuk kondisi klinis 3
d. rencana IV untuk kondisi klinis 4
e. rencana V untuk kondisi klinis 5

Tindakan pada ke-5 kondisi klinis tersebut berbeda,


khususnya dalam hal mengatasi kegawatdaruratan serta
dalam pemberian cairan dan makanan/formula
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 13
Rencana I untuk Kondisi Klinis 1
Rencana I adalah tindakan pada renjatan (syok), letargis, diare/
muntah/ dehidrasi

Segera Berikan
Ampisilin
50 mg/kgBB IM/IV / 6
jam selama 2 hari,
RLG 5% Glukosa  Amoksisilin oral
Oksigen ReSoMal
25-405mg/kgBB /hari,
15 ml/kgBB 10% (iv) ml /kgBB 5 hari
1-2 L dalam bolus, 5
/menit per NGT +
1 jam ml/kgBB
Gentamisin
Ringer Laktat + Dekstrosa / glukosa 10% 7.5 mg/kgBB IM / IV
perbandingan 1:1 (v/v) 1X/hari selama 7 hari.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 14
Rencana 1 Lanjutan (1) …

SATU JAM PERTAMA SATU JAM KEDUA (1)


Bila pada akhir jam pertama denyut
• RLG 5% dan nadi menguat, frekuensi nadi dan napas
ReSoMal sampai turun maka:
habis pada akhir • RLG 5% diteruskan dengan dosis
jam pertama. yang sama selama 1 jam berikutnya
• Catat frekuensi • Selama rehidrasi belum tercapai,
denyut nadi dan berikan ReSoMal
frekuensi napas Selama pemberian cairan, catat
setiap 10 menit frekuensi denyut nadi dan frekuensi
napas setiap 30 menit
15
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
SATU JAM KEDUA (2)

Bila pada akhir jam pertama denyut nadi tetap lemah, frekuensi
nadi dan napas tetap tinggi kemungkinan terjadi syok SEPTIK
• Cairan intravena dikurangi menjadi 4 ml/kgBB/jam
• Tranfusi packed red cells/darah segar sebanyak 10 ml/kgBB
dalam 3 jam
• Berikan furosemid 1 mg/kgBB iv sesaat sebelum transfusi.
• Selama tranfusi hentikan pemberian cairan oral, NGT dan IV
Catat frekuensi nadi dan frekuensi napas setiap 10 menit.
• Tidak membaik Rujuk
• Membaik setelah selesai tranfusi darah segera berikan F-75
setiap 2 jam, tanpa ReSoMal). Bila masih menyusu, berikan
ASI di antara pemberian F-75
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 16
Rencana 1 Lanjutan (2)…
10 JAM BERIKUTNYA (1)

a. Berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/ pemberian selang-seling


dengan F-75
b. Sudah rehidrasi dan tidak ada diare:
• Hentikan ReSoMal
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2 jam.
• Catat denyut nadi dan frekuensi napas setiap 1 jam.
• Perhatikan terjadinya over hidrasi
c. Masih diare beri ReSoMal setiap diare:
• 50-100 ml pada anak usia < 2 tahun
• 100-200 ml pada anak usia ≥ 2 thn
•Bila balita masih menyusu beri ASI di antara pemberian F-75.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 17
Rencana 1 Lanjutan (2)…
10 JAM BERIKUTNYA (2)
d.Bila diare/muntah berkurang dan balita dapat menghabiskan
sebagian besar F-75 (80%) F-75 dapat diberikan setiap 3 jam,
Bila tidak habis sisanya berikan melalui NGT.
e. Bila tidak ada diare/muntah dan balita dapat
menghabiskan F-75 F-75 diberikan tiap 4 jam
 masuk ke fase transisi.
f. Bila ada tanda over hidrasi, hentikan semua pemberian cairan
(oral, NGT, iv )
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan rencana I sampai
selesai. Volume formula / cairan ditingkatkan perlahan-lahan (10
ml/kgBB/hari sampai volume semula sebelum gagal jantung.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 18
Tanda Overhidrasi
Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas
1
(keduanya harus meningkat)
2 Vena jugularis membengkak (denyut vena dapat
terlihat di daerah leher)
Overhidrasi dapat
3 Edema bertambah menyebabkan gagal
jantung kongestif,
ditandai dengan:

1 Peningkatan frekuensi denyut nadi ≥ 25 x/menit, DAN


2 Peningkatan frekuensi napas ≥5 x/menit
3 Tanda lain: pembesaran hati, pembengkakan vena
jugularis, edema pada kelopak mata, suara jantung irama
19
gallop,Pencegahan
ronkidan Tatalaksana
halus pada paru.
Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana I pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema

*) sesuai kemampuan anak

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 20


Rencana II untuk Kondisi Klinis II
Rencana II adalah tindakan pada letargis, diare/muntah/ dehidrasi

Segera berikan Dua jam pertama


• Bolus glukosa 10% • Beri ReSoMal, oral/NGT setiap 30 menit, 5
IV, 5 ml/kgBB. ml/kgBB/pemberian.
• Catat FJ, FN dan pemberian ReSoMal setiap
• Lanjutkan dengan
30 menit.
pemberian 50 ml
• Bila dalam 2 jam pertama, kondisi memburuk
lar. glukosa atau
(renjatan), segera infus sesuai rencana I
larutan gula pasir
(tanpa pemberian bolus glukosa).
10% per NGT
• Bila setelah 2 jam pertama kondisi membaik
 lanjut ke 10 jam berikutnya.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 21
Sepuluh Jam Berikutnya (1)

a. Kondisi membaik teruskan c. Balita masih menyusu


ReSoMal 5-10 ml/kgBB/kali
selang-seling dengan F-75  ASI di antara F-75.
setiap 1 jam. d. Bila diare/muntah berkurang
Catat FJ dan FN setiap 1 jam. dan balita dapat habiskan
a. Bila sudah rehidrasi dan tidak sebagian besar F-75  F75
ada diare: tiap 3 jam
Hentikan ReSoMal  F-75
setiap 2 jam,
e. Bila dapat menghabiskan
Bila masih diare jatah F75 sebelumnya 
Berikan ReSoMal: setiap diare F-75 tiap 4 jam
- 50-100 ml ( anak <2 thn)
 masuk ke fase transisi
- 100-200 ml (anak ≥2 thn)
22

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita


Sepuluh Jam Berikutnya (2)

f. Bila ada tanda over hidrasi:


Hentikan pemberian cairan melalui oral, NGT, iv.
evaluasi setelah 1 jam  membaik lanjutkan
rencana II sampai selesai,
teruskan pemberian cairan dan makanan sampai
ke Fase Transisi dan fase Rehabilitasi.
g. Balita sudah sadar  beri ReSoMal dan F-75 per oral
bila tidak habis berikan sisanya lewat NGT.

23

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita


Tabel Contoh penerapan rencana II pada kasus balita
gizi buruk BB 5 kg tanpa edema:

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 24


Rencana III untuk Kondisi Klinis III
Rencana III adalah tindakan pada diare/muntah/ dehidrasi

Segera berikan Dua jam pertama


• Beri ReSoMal 5 ml/kgBB/pemberian,
• 50 ml glukosa oral/NGT setiap 30 menit.
10% atau • Catat nadi, frekuensi nafas setiap 30 menit
larutan gula
pasir 10 %, • Bila dalam 2 jam pertama, kondisi
memburuk (syok) infus sesuai rencana I
oral/NGT. (tanpa pemberian bolus glukosa).

• Bila kondisi membaik  lanjut ke sepuluh


jam berikutnya
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 25
Rencana III untuk Kondisi Klinis III (2)

Sepuluh jam berikutnya


• Teruskan ReSoMal 5-10 ml/kgBB selang-seling dengan F-75
setiap 1 jam.
• Bila diare dan muntah berkurang, anak mampu
menghabiskan sebagian besar F-75 berikan F-75 tiap3 jam.
Bila dapat menghabiskan jatah F-75/3jam  ubah pemberian
menjadi tiap 4 jam  masuk ke fase transisi
• Bila overhidrasi hentikan cairan melalui oral/NGT, evaluasi
setelah 1 jam. Membaik lanjut rencana III sampai selesai
teruskan pemberian cairan / formula
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 26
Tabel Contoh penerapan rencana III pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 27


Rencana IV untuk Kondisi Klinis IV
Rencana IV adalah tindakan pada keadaan letargi

Segera berikan Dua jam pertama


a. Berikan F-75 per NGT sebanyak ¼ jumlah
• Bolus glukosa sesuai tabel setiap 30 menit. Catat nadi,
10% iv, 5 ml/kgBB frekuensi napas dan kesadaran setiap 30
menit.
• Lanjutkan dengan
50 ml glukosa10% b. Bila belum sadar /masih letargis setelah 2
atau larutan gula jam-I :
pasir 10% per NGT Ulangi 2 jam kedua dengan dosis seperti
pada 2 jam pertama. Cari kemungkinan
penyebab lain letargis.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 28
Rencana IV (2)
10 JAM BERIKUTNYA

Bila sudah sadar teruskan ke 10 jam berikutnya : pemberian F-75


setiap 2 jam, oral/ NGT. Catat FJ, FN dan kesadaran tiap 1 jam.
Bila masih menyusu berikan ASI diantara pemberian F-75.
 Bila balita dapat menghabiskan sebagian besar F-75 ubah
pemberian tiap 3 jam  selanjutnya tiap 4 jam bila balita
dapat menghabiskan porsinya  masuk ke fase transisi
 Bila ada tanda overhidrasi, hentikan pemberian cairan oral/NGT.
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan rencana IV
sampai selesai, kemudian teruskan pemberian formula untuk
Fase Transisi dan fase Rehabilitasi.
29
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana IV pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema:

Bila masih letargis

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 30


Rencana V untuk Kondisi Klinis V
Rencana V adalah tindakan pada balita gizi buruk yang tidak
menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu, tetapi
mungkin ada komplikasi / penyakit penyerta yang memerlukan
perawatan
Dua jam pertama
Segera berikan
 Beri F-75 sebanyak 1/4
Glukosa 50 ml
jumlah sesuai tabel
atau larutan
setiap 30 menit.
gula pasir 10%
 Catat FJ, Frekuensi
secara oral.
napas dan kesadaran tiap
30 menit.
31
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Rencana V untuk Kondisi Klinis V
10 Jam Berikutnya
a. Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam sesuai tabel F-75.
b. Bila balita dapat menghabiskan sebagian besar F-75, 
pemberian tiap 3 jam dan selanjutnya tiap 4 jam  masuk
ke fase transisi
c. Bila masih menyusu berikan ASI diantara pemberian F-75.
d. Bila ada tanda over hidrasi, hentikan pemberian semua
cairan melalui oral/NGT  Evaluasi setelah 1 jam, bila
membaik lanjut rencana V sampai selesai.
e. Teruskan pemberian formula sesuai fase berikutnya (Fase
Transisi dan fase Rehabilitasi).
f. Lakukan tindakan medis sesuai dengan komplikasi yang
ada. 32
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana V pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 33


Pokok Bahasan 4

Kolaborasi Penyusunan Rencana Perawatan dan Pengobatan Balita


Gizi Buruk pada Fase Transisi dan Rehabilitasi, Sesuai Kewenangan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 35


Fase Transisi

Akhir fase Pada fase transisi Volume F-100


stabilisasi : F-75 diganti F-100 , dinaikkan bertahap
F-75 / 4 jam, volume = vol.F-75 sampai
bila habis  sebelumnya dan 150 ml/kgBB/hari
fase transisi dipertahankan 2 hari (=150 kal/kgBB/hari

Bila membaik lanjutkan Bila ada tanda


pemberian F-100 Evaluasi over hidrasi,
sampai fase transisi setelah hentikan
selesai  fase 1 jam pemberian F-
rehabilitasi 100
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 36
Contoh :
Contoh :
Perpindahan fase Stabilisasi ke fase Transisi (F-75  F-100
Perpindahan fase Stabilisasi ke fase Transisi (F-75  F-100
Balita dengan BB 5,0 kg tanpa edema.
.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 37


1
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Fase Rehabilitasi
 Bertahap sebagian F-100
diganti dengan makanan
 Tujuan pemberian makan pada padat gizi.
fase rehabilitasi adalah untuk ASI diberikan sebagai
memulihkan jaringan tubuh tambahan.
yang hilang. Dikenal sebagai  Bila ada layanan rawat
fase tumbuh kejar. alanfase rehabilitasi
dilakukan di layanan rawat
 Energi 150-220 kkal/kgBB/ jalan sesuai protokol tata
hari, protein 4-6 g/kgBB/hari laksana balita gizi buruk
berupa F-100, dinaikkan di layanan rawat jalan
bertahap sampai jumlah yang (Materi Inti 4)
dapat dihabiskan balita
38
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan latihan kasus


dengan menggunakan kasus sebelumnya (pokok
bahasan 3) untuk menyusun tatalaksana pada
fase transisi dan rehabilitasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 39


Penilaian kemajuan Fase Rehabilitasi

1. Tindakan 2. Kategori
Bila kenaikan berat badan:
• Timbang dan • kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang
catat berat badan dari 5 g/kg BB/hari, balita membutuhkan penilaian
setiap pagi ulang lengkap;
sebelum diberi • cukup, yaitu bila kenaikan berat badan 5-10 g/kg
BB/hari
makanan.
• baik, yaitu bila kenaikan berat badan lebih dari 10
• Hitung dan catat g/kg BB/hari. ATAU
kenaikan berat • kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang
badan setiap 3 dari 50 g/kg BB/per minggu, maka balita
hari dalam membutuhkan penilaian ulang lengkap;
gram/kgBB/hari • baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥
50g/kgBB/mgg
40
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria gagalnya perawatan balita gizi buruk

Kriteria Hari setelah ditangani di


layanan rawat inap
Nafsu makan belum pulih 4 – 7 hari

Edema tidak berkurang 4 – 7 hari

Edema masih ada 10 hari

Berat badan gagal naik selama 3 hari berturut-turut


< 5 gr/kg BB/hari pada fase rehabilitasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 41


Penyebab gagalnya perawatan balita gizi buruk

Pemberian terapi gizi yang tidak sesuai


01 dengan kebutuhan balita gizi buruk

Fasilitas pelayanan.
02
Balita menderita penyakit infeksi yang tidak teridentifikasi
sebelumnya, seperti infeksi saluran kemih, infeksi telinga,
TB, malaria, HIV atau menderita penyakit lain, seperti
03 kelainan kongenital, keganasan dan gangguan sistem
kekebalan tubuh.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 42
Kriteria Keluar dari Layanan Rawat Inap ke Rawat Jalan

Keluar dari layanan rawat inap ke Sembuh


rawat jalan
Selama 2 minggu berturut-turut
Balita gizi buruk 6-59 bulan mempunyai kondisi :
 Tidak ada komplikasi medis, dan  LiLA ≥ 12.5cm (hijau)
 Edema berkurang, dan dan/atau
 Nafsu makan baik, dan  Skor-Z BB/PB(BB/TB) ≥ -2 SD
 Secara klinis baik.  Tidak ada edema,
 klinis baik
43
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Pokok Bahasan 5

Kolaborasi penanganan gizi buruk pada


kelompok khusus yaitu bayi < 6 bulan,
balita ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44
A. Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia < 6 Bulan
Bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk harus mendapat
layanan rawat inap.
Tatalaksananya perlu perhatian khusus, karena:

1. Sering ada penyebab organik/ kelainan bawaan, kelahiran


prematur dan adanya masalah asupan gizi;

2. Fisiologi berbeda dari balita, sehingga F-100 tidak cocok untuk bayi
< 6 bulan maka F-100 harus diencerkan;
3. Pemberian ASI merupakan bagian terpenting untuk pemulihan
dan sebagai penunjang kelangsungan hidup, karena itu
kesehatan ibu merupakan hal yang sangat penting;
45
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
a) Pemberian obat rutin dan suplemen:
• Antibiotika: Amoksisilin diberikan 15mg/kgBB/kali setiap 8
jam selama 5 hari sedangkan untuk bayi dengan berat badan
di bawah 3 kg diberikan setiap 12 jam.

• Kloramfenikol TIDAK diberikan kepada bayi muda;

• Vitamin A 50.000 SI dosis tunggal pada hari pertama;

• Asam folat 2,5 mg dosis tunggal;

• Sulfas ferosus: diberikan setelah bayi dapat menghisap


dengan baik dan berat badan naik.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46


b) Tata laksana bayi < 6 bulan dengan gizi buruk
berdasarkan status pemberian ASI:
• ADA kemungkinan pemberian ASI:
• Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi;
• Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusui;
• Bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal), tetapi
ada ibu pesusuan yang dapat memberikan ASI.
• TIDAK ADA kemungkinan pemberian ASI:
 Bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau relaktasi;
 Bayi sudah berhenti menyusu dan ibu tidak mau relaktasi, tidak
ada ibu pesusuan;
 Tidak ada ibu dan ibu pesusuan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


B. Tatalaksana rawat inap bayi < 6 bulan dengan gizi
buruk dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
melewati fase yang sama dengan rawat inap balita
dengan gizi buruk pada umumnya, yaitu Fase
Stabilisasi, Transisi dan Rehabilitasi.

Pemberian ASI merupakan hal yang sangat menentukan,


karena dalam 6 bulan pertama kehidupannya makanan
terbaik bayi adalah ASI (ASI eksklusif).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48


1. Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada
kemungkinan pemberian ASI.
a. Tata laksana pemberian ASI pada Fase Stabilisasi

1. Atasi komplikasi sesuai dengan protokol umum. Bayi < 6 bulan


sangat rawan terhadap hipoglikemia dan hipotermia.

2. Mulai refeeding dengan susu formula bayi / F-100 diencerkan /


F-75 (ada edema) dengan jumlah 130 ml/ kgBB/hari setiap 2-3
jam. Pemberian dapat menggunakan cangkir, suplementer (bila
bayi mampu menghisap), teknik drip-drop atau NGT.

3. Dukungan pemberian ASI bertujuan meningkatkan produksi ASI


dan bayi kembali mendapatkan ASI saja
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
4. Bila ASI masih ada dan bayi mampu menghisap:

 Satu jam sebelum pemberian F-75/F-100 yang diencerkan/


susu formula bayi, berikan ASI selama lebih kurang 20 menit.
Lakukan hal ini siang dan malam;
 Pada masa ini, F-75/F-100 yang diencerkan/ susu formula
bayi merupakan makanan utama, sedangkan ASI merupakan
makanan tambahan. Pastikan hal ini dilakukan dengan teknik
yang benar;
 Catat pemberian ASI pada tabel atau grafik (untuk
memperlihatkan kepada ibu pentingnya ASI);
 Awasi bahwa menyusui benar-benar dilakukan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50
5. Bila ASI masih ada tetapi bayi tidak mampu atau tidak mau menyusu

Bantu ibu memerah ASI, yang dilakukan minimal 8x/hari selama 20-
30 menit tiap kali, walaupun ASI yang didapat hanya sedikit;
Berikan ASI perah kepada bayi dengan cara drip-drop/ cangkir/NGT;
Bila bayi sudah cukup kuat atau sudah mampu menghisap, bantu
ibu untuk meningkatkan pemberian ASI.

6. Bila ASI tidak ada/menyusu telah dihentikan, maka ibu dianjurkan


menyusui kembali:

Bantu ibu melakukan relaktasi;


Berikan F-75/F-100 yang diencerkan atau susu formula bayi dengan
suplementer.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 51
Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada
kemungkinan pemberian ASI.

Fase Transisi Fase Rehabilitasi


Formula yang digunakan Tujuan yang ingin dicapai
tetap sama. Transisi yang pada fase ini adalah:
terjadi adalah • menurunkan jumlah
mengupayakan agar bayi formula yang diberikan
semakin banyak • mempertahankan
mendapatkan ASI dan kenaikan berat badan,
secara bertahap bayi hanya • melanjutkan pemberian
mendapat ASI ketika ASI.
pulang.
52
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Kemajuan klinis dinilai dari kenaikan berat badan setiap hari:

 Bila berat badan turun atau  Bila setelah beberapa hari


tidak naik 3 hari berturut-turut bayi tidak lagi menghabiskan
tetapi bayi tampak lapar, jatah formulanya tetapi BB
menghabiskan formula yang tetap naik, berarti asupan ASI
diberikan  tambahkan 5 ml meningkat dan bayi
formula pada setiap pemberian. mendapat cukup asupan
untuk memenuhi kebutuhan.
 Bila suplementasi formula tidak
bertambah selama perawatan  Bayi ditimbang setiap hari
tetapi berat badan naik, berarti dengan timbangan yang
produksi ASI terus meningkat. mempunyai ketelitian sampai
10 g

53
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20 g/hari
(kenaikan absolut):

1) Kurangi jumlah formula, mulai dari 1/4 jumlah yang


seharusnya, kemudian bertahap 1/2- nya, dst. Bila
BB tetap naik berarti produksi ASI sudah bertambah
dan bayi mendapat ASI lebih banyak.
2) Bila kenaikan berat badan tetap terjaga selama 2-3
hari  pemberian formula dapat dihentikan.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 54


Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20 g/hari
(kenaikan absolut):

3) Bila tidak terjadi kenaikan berat badan  pemberian


formula kembali ditambah hingga 75% (atau 3/4 jatah)
selama 2-3 hari. Bila kenaikan berat badan stabil 
pemberian formula dapat dikurangi dan dihentikan.
4) Rawat bayi beberapa hari berikutnya dengan hanya
mendapat ASI untuk memastikan berat badan tetap
naik (> 20 g/hari)  bayi dapat pulang / rawat jalan
tanpa melihat berapa berat badannya ataupun indeks
BB/PB
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 55
Kriteria pulang dari rawat inap dan pindah ke layanan
rawat jalan untuk bayi yang mendapatkan ASI

• Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif: kenaikan


berat badan minimal 20 g/hari selama 5 hari berturut-turut
hanya dengan mengonsumsi ASI.
• Tidak ada edema
• Kondisi klinis baik, bayi sadar, tidak ada komplikasi medis.
• Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi
seimbang untuk ibu menyusui.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 56


Bayi < 6 bulan gizi buruk, dan TIDAK ADA kemungkinan
pemberian ASI dan
Balita gizi buruk > 6 bulan dengan BB < 4 kg

Tujuan tatalaksana pada keadaan ini adalah bayi gizi


buruk mendapat makanan pengganti yang aman dan
sesuai untuk pemulihan gizi.
Bayi dipulangkan dengan pemberian formula dan
pengasuh memahami cara penyiapan dan
pemberian formula yang aman.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 57


Tatalaksana:  Beri susu formula bayi / F-100
 Bayi mendapat formula (susu yang diencerkan / F-75 (bila ada
formula bayi/ F-100 yang edema) 130 ml/kgBB/hari, setiap
Fase 2-3 jam. Formula dapat diberikan
diencerkan) 200ml/
Stabilisasi dengan menggunakan cangkir,
kgBB/hari atau 2 kali jumlah
yang diberikan pada Fase teknik drip-drop atau NGT.
Stabilisasi untuk pemenuhan Fase  Jumlah F-75 atau F-100 yang diencerkan
Transisi dapat dilihat pada lampiran 5.2
kalori 150 kkal/kgBB/hari.
 Tabel 5.2 digunakan untuk menentukan Fase
jumlah formula yang diberikan pada Rehabilitasi  Jumlah formula dinaikkan1/3
bayi yang tidak mendapat ASI. jumlah yang diberikan pada
Fase Stabilisasi untuk
pemenuhan kalori 110 – 130
Kriteria untuk beralih dari Fase Transisi ke Fase kkal/kgBB/hari (volume dari
Rehabilitasi 130 ml/kgBB/hari menjadi
a) Nafsu makan baik: bayi menghabiskan minimal 150-170 ml/kgBB/hari).
90% formula.
b) Minimal 2 hari berada di Fase Transisi.  Lampiran 5.2 digunakan untuk
menentukan jumlah F-100 yang
c) Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada diencerkan. 58
komplikasi medis. Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Tabel Petunjuk F100 diencerkan atau susu formula F100 yang diencerkan atau susu formula
pemberian F100 bayi bayi
diencerkan atau BB bayi (kg) (atau F75 bila ada edema)
susu formula Stabilisasi (130 ml/kgBB/hari) Transisi (150-170 Rehabilitasi (200
ml/kgBB/hari) ml/kgBB/hari)
bayi (gizi buruk)
atau F75 (gizi ml per minum ml per minum ml per minum ml per minum
buruk dengan untuk 12 x per hari untuk 8 x per hari untuk 8 x per hari untuk 6 x per hari
edema) untuk
< 1.3 15 25
pemberian
1.3 – 1.5 20 30 30 50
makan bayi gizi
1.6 – 1.8 25 35 40 60
buruk usia < 6 1.9 – 2.1 25 40 45 70
bulan yang tidak 2.2 – 2.4 30 45 50 80
mendapat ASI 2.5 – 2.7 35 45 55 90
atau balita usia 2.8 – 2.9 35 50 60 100
≥ 6 bulan 3.0 – 3.4 40 60 70 115
dengan berat 3.5 – 3.9 45 65 80 130
badan < 4 kg 4.0 – 4.4 50 75 90 150
4.5 – 4.9 55 85 100 165
5.0 – 5.4 60 90 110 180
5.5 – 5.9 65 100 120 200
6.0 – 6.4 70 105 130 215
6.5 – 6.9 75
Pencegahan 115 Pada Balita
dan Tatalaksana Gizi Buruk 140 23059
Pemantauan
Pemantauan tidak berbeda baik pada Fase Stabilisasi, Transisi dan
Rehabilitasi, baik bagi bayi dengan ASI maupun tanpa ASI.

Parameter yang harus dipantau dan dicatat dalam rekam medik:


Berat badan ditimbang setiap
a. hari menggunakan alat d. Gejala klinis: pilek, batuk,
muntah, defekasi, dehidrasi,
timbang dengan ketelitian 10g pembesaran hati

b. Derajat edema (0 sampai +3)


Hal-hal lain yang perlu
Kesadaran dan tanda vital e. dicatat, misal menolak
c. (suhu,frekuensi nafas dan
nadi diukur minimal 2 kali/hari
makan, rute asupan
makanan (oral, NGT atau
. parenteral), transfusi
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
60
Kriteria pindah ke layanan rawat jalan

Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada komplikasi


1
medis

2 Tidak ada edema

3
Kenaikan berat badan minimal 20 g/hari atau > 5g/KgBB/
hari selama 5 hari berturut-turut

4
Ibu dan bayi mendapatkan akses ke pelayanan rawat
jalan

61
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria pindah ke layanan rawat jalan

Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi seimbang


5 untuk ibu menyusui (untuk bayi yang mendapat ASI
Ekskusif).

Ibu sudah mendapat konseling cara penyiapan dan


6 pemberian formula serta pemberian makan sesuai umur.

Ibu/pengasuh dan keluarga dapat mengakses susu formula


7 untuk terapi gizi secara berkelanjutan (untuk bayi yang tidak
mendapat ASI).

62
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria sembuh/selesai perawatan/ keluar dari
semua layanan gizi buruk

1 Kondisi klinis baik, balita sadar dan tidak


ada komplikasi medis.
2 Kenaikan berat badan cukup.
3 Tidak ada edema
4 BB/PB atau BB/TB ≥ -2 SD

63
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan dengan


diberikan latihan kasus dan dikerjakan
secara berkelompok (lampiran 5.1).

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 64


Pokok Bahasan 6

Pemantauan dan Evaluasi


Perawatan Gizi Buruk pada Balita
di Layanan Rawat Inap
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65
Pemantauan yang dilakukan pada semua fase
dilakukan setiap hari dengan cara mencatat:
1 Tanda vital (denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu).
2 Tanda-tanda bahaya.
3 Derajat edema (bila ada edema).
4 Jumlah formula yang diberikan dan dihabiskan.
5 Obat-obatan dan terapi cairan yang diberikan
6 Frekuensi defekasi dan konsistensi feses.

7 Produksi urin

8 Berat Badan
66
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Catatan Penting

Hal yang perlu diwaspadai dan diamati


adalah tanda dan gejala dini gagal jantung:
Nadi cepat dan nafas cepat. Bila keduanya
meningkat, yaitu pernafasan naik 5x/menit dan
denyut nadi naik 25x/menit) yang menetap
selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam
berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya yang perlu dicari penyebabnya.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 67


Bila terdapat gejala overhidrasi / gagal jantung, lakukan
segera langkah berikut :

Volume formula dan cairan dikurangi, menjadi


100 ml/kgBB/hari diberikan tiap dua jam 
01 evaluasi setelah 1 jam  bila membaik

Selanjutnya volume formula dan cairan


ditingkatkan perlahan-lahan (10 ml/kgBB/hari)
02 sampai volume semula sebelum overhidrasi/
gagal jantung.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 68
Pencatatan dan pelaporan layanan rawat inap

Bila ada kasus kematian


balita gizi buruk maka Bila ada balita gizi buruk
informasi berikut perlu dicatat yang pulang paksa dari
dan dilakukan tinjauan kasus layanan rawat inap, maka:
untuk mencari tahu penyebab • Lakukan rujukan ke
dan solusinya: fasilitas kesehatan
• Penyebab kematian terdekat dengan domisili
• Jumlah hari perawatan balita
hingga balita meninggal • Lakukan kunjungan rumah
• Waktu kematian
• dan hal-hal terkait lainnya
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 69
Pencatatan dan pelaporan layanan rawat inap

Setiap bulan, layanan rawat inap melakukan


pencatatan dan pelaporan:
 Kasus balita gizi buruk baru
 Kasus balita gizi buruk lama
 Kasus yang keluar dari layanan rawat inap:
• Sembuh
• Meninggal
• Drop-out
• Pindah ke layanan rawat jalan
• Dirujuk ke layanan rawat inap lain
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 70
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan latihan kasus,


melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan
gizi buruk dan melakukan praktek lapangan.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 71


Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 72

Anda mungkin juga menyukai