Anda di halaman 1dari 84

Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita

di Layanan Rawat Inap

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI 1
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah Mengikuti Materi Ini, Peserta Mampu
MenerapkanTata laksana Gizi Buruk Pada
Balita Di Rawat Inap

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 2


Tujuan Pembelajaran Khusus:

Menjelaskan tiga tanda bahaya dan tanda


1 penting
Setelah .
mengikuti Menjelaskan 5 (lima) kondisi klinis balita
sesi ini 2 gizi buruk berdasarkan 3 (tiga) tanda
peserta bahaya dan tanda penting
mampu:
Melakukan perawatan dan pengobatan balita
3 gizi buruk pada fase stabilisasi sesuai dengan
5 (lima) kondisi klinis

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 3


Tujuan Pembelajaran Khusus:

Melakukan penyusunan rencana perawatan


4 dan pengobatan balita gizi buruk pada fase
transisi dan rehabilitasi
Setelah
mengikuti
sesi ini Melakukan tata laksana gizi buruk pada
5 kelompok khusus: bayi < 6 bulan, balita
peserta
mampu: ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg

6 Melakukan pemantauan dan evaluasi


perawatan gizi buruk pada balita di rawat inap
sesuai dengan 5 (lima) kondisi klinis

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 4


Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Tiga Tanda Bahaya dan Tanda Penting
2. Lima Kondisi Klinis Balita Gizi Buruk Berdasarkan 3 (Tiga) Tanda
Bahaya dan Tanda Penting
3. Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk pada Fase Stabilisasi
Sesuai dengan 5 (Lima) Kondisi Klinis:
a. Rencana I Untuk Kondisi I d. Rencana IV Untuk Kondisi IV
b. Rencana II Untuk Kondisi II e. Rencana V Untuk Kondisi V
c. Rencana III Untuk Kondisi III
4. Rencana Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk pada Fase
Transisi dan Rehabilitasi
5. Tatalaksana Gizi Buruk pada Kelompok Khusus: Bayi < 6 Bulan dan
Balita ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg
6. Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi Buruk pada Balita di
Rawat Inap Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 5
Pokok Bahasan 1

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 6


Tiga Tanda Bahaya dan Tanda Penting
Diare &/
muntah
Renjatan Letargis
&/
dehidrasi
1 2 3

Bila capillary
refill > 3 detik
 RENJATAN!
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 7
Sebutkan 3 Bagaimana
(tiga) tanda cara
Evaluasi Pembelajaran:

bahaya dan pemeriksaan


tanda capillary
penting refill

1 2

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 8


Pokok Bahasan 2

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 9


Lima Kondisi Klinis Balita Gizi Buruk

Berdasarkan 3 tanda bahaya dan tanda penting terdapat


5 kondisi klinis yang tata laksananya mengacu pada
10 langkah tata laksana gizi buruk pada balita

Tanda Bahaya dan Tanda Kondisi Klinis


Penting I II III IV V

Renjatan + - - - -
Letargis + + - + -
Diare/muntah dengan atau tanpa + + + - -
dehidrasi
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 10
Sebutkan Sebutkan
tanda tanda
bahaya dan bahaya dan
Evaluasi Pembelajaran:

penting penting
pada kondisi pada kondisi
I III

1 2

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 11


Pokok Bahasan 3

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 12


Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk pada
Fase Stabilisasi Sesuai dengan 5 (lima) Kondisi Klinis

Tindakan pada fase stabilisasi disesuaikan dengan


kondisi klinis balita yaitu:
a. rencana I untuk kondisi klinis 1
b. rencana II untuk kondisi klinis 2
c. rencana III untuk kondisi klinis 3
d. rencana IV untuk kondisi klinis 4
e. rencana V untuk kondisi klinis 5

Tindakan pada ke-5 kondisi klinis tersebut berbeda,


khususnya dalam hal mengatasi kegawatdaruratan serta
dalam pemberian cairan dan makanan/formula
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 13
Rencana I untuk Kondisi Klinis 1
Rencana I adalah tindakan
5
pada renjatan (syok), letargis, diare/
muntah/ dehidrasi Ampisilin
50 mg/kgBB IM/IV / 6 jam
Segera Berikan
selama 2 hari,
 Amoksisilin oral
2 25-40 mg/kgBB /hari,
3
1 4
RLG 5% 15 5 hari Glukosa
Oksigen ReSoMal 5 ml
ml/kgBB + 10% (iv)
1-2 L dalam Gentamisin bolus, /kgBB per
/menit 1 jam NGT
5 ml/kgBB
7.5 mg/kgBB IM / IV
1X/hari selama 7 hari.
Ringer Laktat + Dekstrosa / glukosa 10%
perbandingan 1:1 (v/v)
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 14
Rencana 1 Lanjutan (1) …
SATU JAM PERTAMA SATU JAM KEDUA (1)
Bila pada akhir jam pertama denyut
• RLG 5% dan nadi menguat, frekuensi nadi dan napas
ReSoMal sampai turun maka:
habis pada akhir • RLG 5% diteruskan dengan dosis
jam pertama. yang sama selama 1 jam berikutnya
• Catat frekuensi • Selama rehidrasi belum tercapai,
denyut nadi dan berikan ReSoMal
frekuensi napas Selama pemberian cairan, catat
setiap 10 menit frekuensi denyut nadi dan frekuensi
napas setiap 30 menit
15
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
SATU JAM KEDUA (2)

Bila pada akhir jam pertama denyut nadi tetap lemah, frekuensi
nadi dan napas tetap tinggi kemungkinan terjadi syok SEPTIK
• Cairan intravena dikurangi menjadi 4 ml/kgBB/jam
• Tranfusi packed red cells/darah segar sebanyak 10 ml/kgBB
dalam 3 jam
• Berikan furosemid 1 mg/kgBB iv sesaat sebelum transfusi.
• Selama tranfusi hentikan pemberian cairan oral, NGT dan IV
Catat frekuensi nadi dan frekuensi napas setiap 10 menit.
• Tidak membaik Rujuk
• Membaik setelah selesai tranfusi darah segera berikan F-75
setiap 2 jam, tanpa ReSoMal. Bila masih menyusu, berikan ASI
di antara pemberian F-75
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 16
Rencana 1 Lanjutan (2)…
10 JAM BERIKUTNYA (1)

a. Berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/ pemberian selang-seling


dengan F-75
b. Sudah rehidrasi dan tidak ada diare:
• Hentikan ReSoMal
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2 jam.
• Catat denyut nadi dan frekuensi napas setiap 1 jam.
• Perhatikan terjadinya over hidrasi
c. Masih diare beri ReSoMal setiap diare:
• 50-100 ml pada anak usia < 2 tahun
• 100-200 ml pada anak usia ≥ 2 thn
•Bila balita masih menyusu beri ASI di antara pemberian F-75.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 17
Rencana 1 Lanjutan (2)…
10 JAM BERIKUTNYA (2)
d.Bila diare/muntah berkurang dan balita dapat menghabiskan
sebagian besar F-75 (80%) F-75 dapat diberikan setiap 3 jam,
Bila tidak habis sisanya berikan melalui NGT.
e. Bila tidak ada diare/muntah dan balita dapat
menghabiskan F-75 F-75 diberikan tiap 4 jam
 masuk ke fase transisi.
f. Bila ada tanda over hidrasi, hentikan semua pemberian cairan
(oral, NGT, iv )
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan rencana I sampai
selesai. Volume formula / cairan ditingkatkan perlahan-lahan (10
ml/kgBB/hari sampai volume semula sebelum gagal jantung.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 18
Tanda Overhidrasi
Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas
1
(keduanya harus meningkat)
2 Vena jugularis membengkak (denyut vena dapat
terlihat di daerah leher)
Overhidrasi dapat
3 Edema bertambah menyebabkan gagal
jantung kongestif,
ditandai dengan:

1 Peningkatan frekuensi denyut nadi ≥ 25 x/menit, DAN


2 Peningkatan frekuensi napas ≥5 x/menit
3 Tanda lain: pembesaran hati, pembengkakan vena
jugularis, edema pada kelopak mata, suara jantung irama
gallop,Pencegahan
ronkidan Tatalaksana
halus pada paru.
19
Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana I pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema
Pemberian 1 jam 1 jam 10 jam berikutnya
pertama kedua
Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu 8.00 8.30 9.00 9.30 10.0 11.00 12. 13.00 14.0 15.00 16. 17.00 18.0 19.00 20.
0 00 0 00 0 00

Oksigen 1-2 - - - - - - - - - - - - - -
liter
RLG 5% 75 75 75 - - - - - - - - - -
Glukosa 25 - - - - - - - - - - - - - -
10% (iv)
bolus
ReSoMal 25 *) *) *) 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 -
F-75 - - - - - 55 - 55 - 55 - 55 - 55

*) sesuai kemampuan anak


 
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 20
Rencana II untuk Kondisi Klinis II

Rencana II adalah tindakan pada letargis, diare/muntah/ dehidrasi

Segera berikan Dua jam pertama


• Bolus glukosa 10% • Beri ReSoMal, oral/NGT setiap 30 menit,
IV, 5 ml/kgBB. 5 ml/kgBB/pemberian.
• Lanjutkan dengan • Catat FJ, FN dan pemberian ReSoMal
pemberian 50 ml setiap 30 menit.
lar. glukosa atau • Bila dalam 2 jam pertama, kondisi
larutan gula pasir memburuk (renjatan), segera infus sesuai
10% per NGT rencana I (tanpa pemberian bolus glukosa).
• Bila setelah 2 jam pertama kondisi
membaik  lanjut ke 10 jam berikutnya.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 21
Sepuluh Jam Berikutnya (1)
a. Kondisi membaik teruskan
c. Balita masih menyusu
ReSoMal 5-10 ml/kgBB/kali
selang-seling dengan F-75  ASI di antara F-75.
setiap 1 jam. d. Bila diare/muntah berkurang
Catat FJ dan FN setiap 1 jam. dan balita dapat habiskan
b. Bila sudah rehidrasi dan tidak sebagian besar F-75  F75
ada diare: tiap 3 jam
Hentikan ReSoMal  F-75
setiap 2 jam, e. Bila dapat menghabiskan
Bila masih diare jatah F75 sebelumnya 
Berikan ReSoMal: setiap diare F-75 tiap 4 jam
- 50-100 ml ( anak <2 thn)
 masuk ke fase transisi
- 100-200 ml (anak ≥2 thn)
22

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita


Sepuluh Jam Berikutnya (2)

f. Bila ada tanda over hidrasi:


Hentikan pemberian cairan melalui oral, NGT, iv.
evaluasi setelah 1 jam  membaik lanjutkan
rencana II sampai selesai,
teruskan pemberian cairan dan makanan sampai
ke Fase Transisi dan fase Rehabilitasi.
g. Balita sudah sadar  beri ReSoMal dan F-75 per oral
bila tidak habis berikan sisanya lewat NGT.

23

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita


Tabel Contoh penerapan rencana II pada kasus balita gizi buruk BB 5 kg tanpa edema:

Pemberian 2 jam pertama 10 jam berikutnya


Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu 8.00 8.30 9.00 9.30 10.00 11.00 12. 13.00 14. 15.00 16. 17.00 18. 19.00 20.
00 00 00 00 00

Glukosa 25 - - - - - - - - - - - - - -
10% iv
bolus /
50
NGT)
ReSoMal 25 25 25 25 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 -
F-75 - - - - - 55 - 55 - 55 - 55 - 55

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 24


Rencana III untuk Kondisi Klinis III
Rencana III adalah tindakan pada diare/muntah/ dehidrasi

Segera berikan Dua jam pertama


• Beri ReSoMal 5 ml/kgBB/pemberian, oral/NGT
• 50 ml glukosa setiap 30 menit.
10% atau • Catat nadi, frekuensi nafas setiap 30 menit
larutan gula
pasir 10 %, • Bila dalam 2 jam pertama, kondisi memburuk
oral/NGT. (syok) infus sesuai rencana I (tanpa pemberian
bolus glukosa).

• Bila kondisi membaik  lanjut ke sepuluh jam


berikutnya
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 25
Rencana III untuk Kondisi Klinis III
Rencana III adalah tindakan pada diare/muntah/ dehidrasi
Sepuluh jam berikutnya
• Teruskan ReSoMal 5-10 ml/kgBB selang-seling dengan F-75
setiap 1 jam.
• Bila diare dan muntah berkurang, anak mampu
menghabiskan sebagian besar F-75 berikan F-75 tiap3 jam.
Bila dapat menghabiskan jatah F-75/3jam  ubah pemberian
menjadi tiap 4 jam  masuk ke fase transisi
• Bila overhidrasi hentikan cairan melalui oral/NGT, evaluasi
setelah 1 jam. Membaik lanjut rencana III sampai selesai
teruskan pemberian cairan / formula
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 26
Tabel Contoh penerapan rencana III pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema.

Pemberian 2 jam pertama 10 jam berikutnya


Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu 8.00 8.30 9.00 9.30 10.00 11.00 12. 13.00 14. 15.00 16.0 17.00 18.0 19.00 20.
00 00 0 0 00

Glukosa 50 - - - - - - - - - - - - - -
10%
(oral/
NGT)
ReSoMal 25 25 25 25 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 - 25-50 -
F-75 - - - - - 55 - 55 - 55 - 55 - 55
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 27
Rencana IV untuk Kondisi Klinis IV
Rencana IV adalah tindakan pada keadaan letargi

Segera berikan Dua jam pertama


a. Berikan F-75 per NGT sebanyak ¼
• Bolus glukosa
jumlah sesuai tabel setiap 30 menit.
10% iv, 5 ml/kgBB
Catat nadi, frekuensi napas dan
kesadaran setiap 30 menit.
• Lanjutkan dengan
50 ml glukosa10% b. Bila belum sadar /masih letargis
atau larutan gula setelah 2 jam-I :
pasir 10% per NGT Ulangi 2 jam kedua dengan dosis seperti
pada 2 jam pertama. Cari kemungkinan
penyebab lain letargis.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 28
Rencana IV Lanjutan …
10 JAM BERIKUTNYA

Bila sudah sadar teruskan ke 10 jam berikutnya : pemberian F-75


setiap 2 jam, oral/ NGT. Catat FJ, FN dan kesadaran tiap 1 jam.
Bila masih menyusu berikan ASI diantara pemberian F-75.
 Bila balita dapat menghabiskan sebagian besar F-75 ubah
pemberian tiap 3 jam  selanjutnya tiap 4 jam bila balita
dapat menghabiskan porsinya  masuk ke fase transisi
 Bila ada tanda overhidrasi, hentikan pemberian cairan oral/NGT.
Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan rencana IV
sampai selesai, kemudian teruskan pemberian formula untuk
Fase Transisi dan fase Rehabilitasi.
29
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana IV pada kasus balita gizi buruk BB 5 kg tanpa edema:

Pemberian 2 jam pertama 2 jam kedua 10 jam berikutnya

Awal 30 60 90 120 150 180 210 240 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu 8.00 8. 9 9. 10 10. 11 11. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22


30 30 30 30

Glukosa 25 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10% iv
Bolus/
50
NGT)
F-75 15 15 15 15 15 15 15 15 55 - 55 - 55 - 55 - 55 -

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 30


Rencana V untuk Kondisi Klinis V

Rencana V adalah tindakan pada balita gizi buruk yang tidak


menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu, tetapi
mungkin ada komplikasi / penyakit penyerta yang memerlukan
perawatan

Segera berikan Dua jam pertama

Glukosa 50 ml  Beri F-75 sebanyak 1/4


atau larutan jumlah sesuai tabel
gula pasir 10% setiap 30 menit.
secara oral.  Catat FJ, FN napas dan
kesadaran tiap 30 menit.
31
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Rencana V untuk Kondisi Klinis V

10 Jam Berikutnya
a. Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam sesuai tabel F-75.
b.Bila balita dapat menghabiskan sebagian besar F-75, 
pemberian tiap 3 jam dan selanjutnya tiap 4 jam  masuk ke
fase transisi
c. Bila masih menyusu berikan ASI diantara pemberian F-75.
d.Bila ada tanda over hidrasi, hentikan pemberian semua cairan
melalui oral/NGT  Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik
lanjut rencana V sampai selesai.
e. Teruskan pemberian formula sesuai fase berikutnya (Fase
Transisi dan fase Rehabilitasi).
f. Lakukan tindakan medis sesuai dengan komplikasi yang ada.
32
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Tabel Contoh penerapan rencana V pada kasus balita gizi
buruk BB 5 kg tanpa edema

Pemberian 2 jam pertama 10 jam berikutnya


Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu 8.00 8.30 9.00 9.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00

Glukosa 50 - - - - - - - - - - - - - -
10%
(oral)
F-75 15 15 15 15 55 - 55 - 55 - 55 - 55 -

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 33


Pokok Bahasan 4

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 35


Pokok Bahasan 4

Penyusunan Rencana Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk Pada Fase Transisi
dan Rehabilitasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 36


FasePada
Transisi
fase Volume F-
transisi F- 100
Akhir fase
75 diganti dinaikkan
F-100 , bertahap
stabilisasi :
volume = sampai
F-75 / 4 jam,
vol.F-75 150
bila habis
sebelumny ml/kgBB/ha
fase
 Bila
a dan ri (=150
transisi
membaik dipertahank kal/kgBB/ha
lanjutkan an 2 hari Bilariada
pemberian
tanda over
F-100 Evaluasi
hidrasi,
sampai setelah
hentikan
fase 1 jam
pemberian
transisi
F-100
selesai  Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 37
Contoh :
Contoh :
Perpindahan fase Stabilisasi ke fase Transisi (F-75  F-100
Perpindahan fase Stabilisasi ke fase Transisi (F-75  F-100
Balita dengan BB 5,0 kg tanpa edema.
.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 381


Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Fase Rehabilitasi
 Bertahap sebagian F-100
diganti dengan makanan
 Tujuan pemberian makan
padat gizi.
pada fase rehabilitasi adalah
ASI diberikan sebagai
untuk memulihkan jaringan
tambahan.
tubuh yang hilang. Dikenal
sebagai fase tumbuh kejar.  Bila ada layanan rawat
alanfase rehabilitasi
dilakukan di layanan rawat
 Energi 150-220 kkal/kgBB/
jalan sesuai protokol tata
hari, protein 4-6 g/kgBB/hari
laksana balita gizi buruk
berupa F-100, dinaikkan
di layanan rawat jalan
bertahap sampai jumlah yang
(Materi Inti 4)
dapat dihabiskan balita
39
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan latihan kasus


dengan menggunakan kasus sebelumnya (pokok
bahasan 3) untuk menyusun tatalaksana pada
fase transisi dan rehabilitasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 40


Pokok Bahasan 5

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 41


Pokok Bahasan 5

Tatal aksana gizi buruk pada kelompok khusus:


Bayi < 6 bulan dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat
badan < 4 Kg
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42
A. Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia < 6 Bulan

Bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk harus


mendapat layanan rawat inap.
Tatalaksananya perlu perhatian khusus, karena:

1. Sering ada penyebab organik/ kelainan bawaan, kelahiran


prematur dan adanya masalah asupan gizi;
2.Fisiologi berbeda dari balita, sehingga F-100 tidak cocok
untuk bayi < 6 bulan maka F-100 harus diencerkan;
3.Pemberian ASI merupakan bagian terpenting untuk pemulihan
dan sebagai penunjang kelangsungan hidup, karena itu
kesehatan ibu merupakan hal yang sangat penting;
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43
Bagan Tata Laksana Klp. Khusus
Klp.
khusus
< 6 bln
Kembali ke ASI +
Kembali ke ASI -
> 6 bln dgn BB < 4 kg
Formula

ASI / Relaktasi
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 44
a) Pemberian obat rutin dan suplemen:

• Antibiotika: Amoksisilin diberikan 15mg/kgBB/kali setiap


8 jam selama 5 hari sedangkan untuk bayi dengan berat
badan di bawah 3 kg diberikan setiap 12 jam.
• Kloramfenikol TIDAK diberikan kepada bayi muda;
• Vitamin A 50.000 SI dosis tunggal pada hari pertama;
• Asam folat 2,5 mg dosis tunggal;
• Sulfas ferosus: diberikan
Pencegahan setelah
dan Tata Laksana bayipada
Gizi Buruk dapat
Balita menghisap 45
b) Tata laksana bayi < 6 bulan dengan gizi buruk
berdasarkan status pemberian ASI:

• ADA kemungkinan pemberian ASI:


• Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi;
• Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusui;
• Bayi sudah berhenti menyusu (misalnya: ibu meninggal), tetapi
ada ibu pesusuan yang dapat memberikan ASI.
• TIDAK ADA kemungkinan pemberian ASI:
• Bayi tidak pernah mendapat ASI dan ibu tidak mau relaktasi;
• Bayi sudah berhentiPencegahan
menyusu dan ibu tidak mau relaktasi, tidak
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46
ada ibu pesusuan;
B. Tatalaksana rawat inap bayi < 6 bulan dengan gizi
buruk dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg
melewati fase-fase yang sama dengan rawat inap balita
dengan gizi buruk pada umumnya, yaitu Fase Stabilisasi,
Transisi dan Rehabilitasi.

Pemberian ASI merupakan hal yang sangat menentukan,


karena dalam 6 bulan pertama kehidupannya makanan
terbaik bayi adalah ASI (ASI eksklusif).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


1. Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada
kemungkinan pemberian ASI.
a. Tatalaksana pemberian ASI pada Fase Stabilisasi
1. Atasi komplikasi sesuai dengan protokol
umum. Bayi < 6 bulan sangat rawan terhadap
2.hipoglikemia dandengan
Mulai refeeding hipotermia.
susu formula bayi /
F-100 yang diencerkan / F-75 (ada edema)
dengan jumlah 130 ml/ kgBB/hari setiap 2-3
jam. Pemberian dapat menggunakan cangkir,
suplementer (bila bayi mampu menghisap),
3.teknik drip-drop
Dukungan atau NGT.
pemberian ASI bertujuan
meningkatkan produksi ASI dan bayi kembali
mendapatkan ASI saja
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48
4. Bila ASI masih ada dan bayi mampu menghisap:

• Satu jam sebelum pemberian F-75/F-100 yang diencerkan/


susu formula bayi, berikan ASI selama lebih kurang 20 menit.
Lakukan hal ini siang dan malam;
• Pada masa ini, F-75/F-100 yang diencerkan/ susu formula bayi
merupakan makanan utama, sedangkan ASI merupakan
makanan tambahan. Pastikan hal ini dilakukan dengan teknik
yang benar;
• Catat pemberian ASI pada tabel atau grafik (untuk
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
5. Bila ASI masih ada tetapi bayi tidak mampu / tidak mau menyusu

• Bantu ibu memerah ASI, yang dilakukan minimal 8x/hari selama 20-
30 menit tiap kali, walaupun ASI yang didapat hanya sedikit;
• Berikan ASI perah kepada bayi dgn cara drip-drop/ cangkir/NGT;
• Bila bayi sudah cukup kuat atau sudah mampu menghisap, bantu
ibu untuk meningkatkan pemberian ASI.

6. Bila ASI tidak ada/menyusu telah dihentikan, maka ibu dianjurkan


menyusui kembali:

• Bantu ibu melakukan relaktasi;


• Berikan F-75/F-100 yang diencerkan atau susu formula bayi dengan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50
suplementer.
Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada
kemungkinan pemberian ASI.

Fase Transisi Fase Rehabilitasi


Formula yang digunakan Tujuan yang ingin dicapai
tetap sama. Transisi yang pada fase ini adalah:
terjadi adalah • menurunkan jumlah
mengupayakan agar bayi formula yang diberikan
semakin banyak • mempertahankan
mendapatkan ASI dan kenaikan berat badan,
secara bertahap bayi hanya • melanjutkan pemberian
mendapat ASI ketika ASI.
pulang. 51
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Kemajuan klinis dinilai dari kenaikan berat badan setiap hari:

 Bila berat badan turun atau  Bila setelah beberapa hari


tidak naik 3 hari berturut-turut bayi tdk lagi menghabiskan
tetapi bayi tampak lapar, jatah formulanya tetapi BB
menghabiskan formula yang tetap naik, berarti asupan ASI
diberikan  tambahkan 5 ml meningkat dan bayi
formula pada setiap mendapat cukup asupan
pemberian. untuk memenuhi kebutuhan.
 Bila suplementasi formula  Bayi ditimbang setiap hari
tidak bertambah selama menggunakan timbangan
perawatan tetapi berat badan dgn ketelitian sampai 10 g
naik, berarti produksi ASI
terus meningkat. 52
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20 g/hari
(kenaikan absolut):

1) Kurangi jumlah formula, mulai dari 1/4 jumlah yang


seharusnya, kemudian bertahap 1/2- nya. Bila BB
tetap naik berarti produksi ASI sudah bertambah dan
bayi mendapat ASI lebih banyak.
2) Bila kenaikan berat badan tetap terjaga selama 2-3
hari  pemberian formula dapat dihentikan.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 53


Ketika bayi menunjukkan kenaikan BB 20 g/hari
(kenaikan absolut):

3) Bila tidak terjadi kenaikan berat badan  pemberian


formula kembali ditambah hingga 75% (atau 3/4 jatah)
selama 2-3 hari. Bila kenaikan berat badan stabil 
pemberian formula dapat dikurangi dan dihentikan.
4) Rawat bayi beberapa hari berikutnya dengan hanya
mendapat ASI untuk memastikan berat badan tetap
naik (> 20 g/hari)  bayi dapat pulang / rawat jalan
tanpa melihat berapa berat badannya ataupun indeks
BB/PB
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 54
Kriteria pulang dari rawat inap dan pindah ke layanan
rawat jalan untuk bayi yang mendapatkan ASI

• Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif: kenaikan


berat badan minimal 20 g/hari selama 5 hari berturut-turut
hanya dengan mengonsumsi ASI.

• Tidak ada edema

• Kondisi klinis baik, bayi sadar, tidak ada komplikasi medis.

• Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi


seimbang untuk ibu menyusui.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 55
Bayi < 6 bulan gizi buruk, dan TIDAK ADA
kemungkinan pemberian ASI dan
Balita gizi buruk > 6 bulan dengan BB < 4 kg

Tujuan tata laksana pada keadaan ini adalah bayi


gizi buruk mendapat makanan pengganti yang
aman dan sesuai untuk pemulihan gizi.
Bayi dipulangkan dengan pemberian formula dan
pengasuh memahami cara penyiapan dan
pemberian formula yang aman.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 56
Tatalaksana:  Beri susu formula bayi / F-100
 Bayi mendapat formula yang diencerkan / F-75 (bila ada
(susu formula bayi/ F-100 edema) 130 ml/kgBB/hari, setiap
Fase 2-3 jam. Formula dapat diberikan
yang diencerkan) 200ml/
Stabilisasi dengan menggunakan cangkir,
KgBB/hari atau 2 kali
jumlah yang diberikan teknik drip-drop atau NGT.
pada Fase Stabilisasi Fase  Jumlah F-75 atau F-100 yang diencerkan
dapat dilihat pada lampiran 5.2
untuk pemenuhan kalori Transisi
150 kkal/kgBB/hari. Fase
 
Rehabilitasi  Jumlah formula dinaikkan1/3
 Tabel 5.2 digunakan untuk
menentukan jumlah formula yang jumlah yang diberikan pada
diberikan pada bayi yang tidak Fase Stabilisasi untuk
mendapat ASI.
pemenuhan kalori 110 – 130
Kriteria untuk beralih dari Fase Transisi ke Fase kcal/kgBB/hari (volume dari
Rehabilitasi
130 ml/kgBB/hari menjadi
a) Nafsu makan baik: bayi menghabiskan minimal
90% formula.
175 ml/kgBB/hari).
b) Minimal 2 hari berada di Fase Transisi.  Lampiran 5.2 digunakan untuk
c) Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada menentukan jumlah F-100 yang
komplikasi medis. diencerkan. 57
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pemantauan

Pemantauan tidak berbeda baik pada Fase Stabilisasi, Transisi dan


Rehabilitasi, baik bagi bayi dengan ASI maupun tanpa ASI.

Parameter yang harus dipantau dan dicatat dalam rekam medik:


Berat badan ditimbang setiap Gejala klinis: pilek, batuk,
a. hari menggunakan alat
timbang dengan ketelitian 10g d. muntah, defekasi, dehidrasi,
pembesaran hati

b. Derajat edema (0 sampai +3)


Hal-hal lain yang perlu
Kesadaran dan tanda vital e. dicatat, misal menolak

c. (suhu,frekuensi nafas dan


nadi diukur minimal 2 kali/hari
makan, rute asupan
makanan (oral, NGT atau
. parenteral), transfusi
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
58
Kriteria pindah ke layanan rawat jalan
1 Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada komplikasi medis
2 Tidak ada edema

3 Kenaikan berat badan minimal 20 g/hari atau > 5g/KgBB/ hari selama
5 hari berturut-turut
4 Ibu dan bayi mendapatkan akses ke pelayanan rawat jalan

5 Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi seimbang untuk


ibu menyusui (untuk bayi yang mendapat ASI Ekskusif).
Ibu sudah mendapat konseling cara penyiapan dan pemberian formula
6 serta pemberian makan sesuai umur.
Ibu/pengasuh dan keluarga dapat mengakses susu formula untuk terapi
7 gizi secara berkelanjutan (untuk bayi yang tidak mendapat ASI). 59
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria sembuh/selesai perawatan/ keluar dari
semua layanan gizi buruk

1 Kondisi klinis baik, balita sadar dan


tidak ada komplikasi medis.
2 Kenaikan berat badan cukup.
3 Tidak ada edema
4 BB/PB ≥ -2 SD

60
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Pokok Bahasan 6

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 62


Pemantauan dan Evaluasi Perawatan
Gizi Buruk pada Balita di Rawat Inap

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 63


Pemantauan yang dilakukan pada semua fase
dilakukan setiap hari dengan cara mencatat:
1 Tanda vital (denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu).
2 Tanda-tanda bahaya.
3 Derajat edema (bila ada edema).
4 Jumlah formula yang diberikan dan dihabiskan.
5 Obat-obatan dan terapi cairan yang
diberikan
6 Frekuensi defekasi dan konsistensi
feses. urin
7 Produksi
8 Berat Badan
64
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Catatan Penting

Hal yang perlu diwaspadai dan diamati


adalah tanda dan gejala dini gagal jantung:
Nadi cepat dan nafas cepat. Bila keduanya
meningkat, yaitu pernafasan naik 5x/menit dan
denyut nadi naik 25x/menit) yang menetap
selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam
berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya yang perlu dicari penyebabnya.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 65


Bila terdapat gejala gagal jantung, langkah-langkah
berikut perlu segera dilakukan:

Volume formula dan cairan dikurangi, menjadi


100 ml/kgBB/hari diberikan tiap dua jam.
01
Selanjutnya volume formula dan cairan
ditingkatkan perlahan-lahan (10 ml/kgBB/hari)
02 sampai volume semula sebelum gagal jantung.

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 66


Penilaian kemajuan Fase Rehabilitasi

1. Tindakan 2. Kategori

• Timbang dan Bila kenaikan berat badan:


catat berat badan • kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 5
g/kg BB/hari, balita membutuhkan penilaian ulang
setiap pagi
lengkap;
sebelum diberi • cukup, yaitu bila kenaikan berat badan 5-10 g/kg
makanan. BB/hari
• Hitung dan catat • baik, yaitu bila kenaikan berat badan lebih dari 10
kenaikan berat g/kg BB/hari ATAU
badan setiap • kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari
50 g/kg BB/per minggu, maka balita membutuhkan
hari dalam
penilaian ulang lengkap;
gram/kgBB/hari • baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50g/kgBB/mgg
67
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria gagalnya perawatan balita gizi buruk

Kriteria Hari setelah ditangani di


layanan rawat inap
Nafsu makan belum pulih 4 – 7 hari

Edema tidak berkurang 4 – 7 hari

Edema masih ada 10 hari

Berat badan gagal naik selama 3 hari berturut-turut


< 5 gr/kg BB/hari pada fase rehabilitasi

Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 68


Penyebab gagalnya perawatan balita gizi buruk

Pemberian terapi gizi yang tidak sesuai


dengan kebutuhan balita gizi buruk
01

Fasilitas pelayanan.
02
Balita menderita penyakit infeksi yang tidak
teridentifikasi sebelumnya, seperti infeksi saluran
kemih, infeksi telinga, TB, malaria, HIV atau menderita
03 penyakit lain, seperti kelainan kongenital, keganasan dan
gangguan sistem kekebalan tubuh.
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 69
Kriteria Keluar dari Layanan Rawat Inap ke Rawat Jalan dan kriteria sembuh balita gizi buruk 6-59 bulan

Keluar dari layanan rawat inap ke Sembuh


rawat jalan
Selama 2 minggu berturut-turut
 Tidak ada komplikasi medis, dan mempunyai kondisi :
 Edema berkurang, dan  LiLA ≥ 12.5cm (hijau)
 Nafsu makan baik, dan dan/atau
 Secara klinis baik. Skor-Z BB/PB(BB/TB) ≥ -2 SD
 Tidak ada edema,
 Klinis baik

70
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Kriteria Keluar dari Layanan Rawat Inap ke Rawat Jalan dan kriteria sembuh bayi gizi buruk < 6 bln dan balita > 6 bln dgn BB < 4 kg

Keluar dari layanan rawat inap ke Sembuh


rawat jalan
 Tidak ada komplikasi medis Selama 2 minggu berturut-
 Tidak ada edema turut berada pada kondisi :
 Kondisi klinis baik
 BB/PB ≥ -2 SD
 Kenaikan berat badan cukup
 Tidak ada edema
Untuk bayi yang kembali mendapat ASI eksklusif:  Kondisi klinis baik, balita
Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi
sadar dan tidak ada
seimbang untuk ibu menyusui.
komplikasi medis.
Untuk bayi yang tidak mendapat ASI:
 Kenaikan BB cukup.
Ibu/pengasuh dan keluarga dapat mengakses susu
formula utk terapi gizi secara berkelanjutan
 
 
71
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita
Pencatatan dan pelaporan layanan rawat inap

Bila ada kasus kematian


balita gizi buruk maka Bila ada balita gizi buruk
informasi berikut perlu dicatat yang pulang paksa dari
dan dilakukan tinjauan kasus layanan rawat inap, maka:
untuk mencari tahu penyebab • Lakukan rujukan ke
dan solusinya: fasilitas kesehatan
• Penyebab meninggal terdekat dengan domisili
• Jumlah hari perawatan balita
hingga balita meninggal • Lakukan kunjungan rumah
• Waktu kematian
• dan hal-hal terkait lainnya
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 72
Pencatatan dan pelaporan layanan rawat inap

Setiap bulan, layanan rawat inap melakukan


pencatatan dan pelaporan:
Kasus balita gizi buruk baru
Kasus balita gizi buruk lama
Kasus yang keluar dari layanan rawat inap:
• Sembuh
• Meninggal
• Drop-out
• Tidak respon
• Pindah ke layanan rawat jalan
• Dirujuk ke layanan rawat inap lain
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 73
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 75
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 76
Petunjuk pemberian F100 diencerkan atau susu formula bayi atau F75
(edema) untuk formula tambahan bagi bayi usia < 6 bulan dengan ASI
(berdasarkan kebutuhan 100 kkal/kg/hari atau 130 ml/kg/hari)
F-100 yang diencerkan atau F-100 yang diencerkan atau
susu formula bayi susu formula bayi
(atau F-75 bila edema) (atau F-75 bila edema)
BB bayi (kg) ml per minum ml per minum
  untuk 12 x per hari a
untuk 8 x per hari a

< 1.3 15 25
1.3 – 1.5 20 30
1.6 – 1.8 25 35
1.9 – 2.1 25 40
2.2 – 2.4 30 45
2.5 – 2.7 35 45
2.8 – 2.9 35 50
3.0 – 3.4 40 60
3.5 – 3.9 45 65
4.0 – 4.4 50 75
4.5 – 4.9 55 85
5.0 – 5.4 60 90
5.5 – 5.9 65 100
6.0 – 6.4 70 105
6.5 – 6.9 75 115
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77
Petunjuk pemberian F-100 diencerkan atau susu formula bayi (gizi buruk) atau F-75 (gizi buruk dengan edema) anak
bayi gizi buruk usia < 6 bulan yang tidak mendapat ASI atau balita usia ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg

  F100 diencerkan atau susu formula bayi F100 yang diencerkan atau susu formula bayi
  (atau F75 bila ada edema)  
BB bayi (kg) Stabilisasi (130 ml/kgBB/hari) Transisi (150-170 ml/kgBB/hari) Rehabilitasi (200 ml/kgBB/hari)
  ml per minum ml per minum ml per minum ml per minum
untuk 12 x per hari untuk 8 x per hari untuk 8 x per hari untuk 6 x per hari

< 1.3 15 25    
1.3 – 1.5 20 30 30 50
1.6 – 1.8 25 35 40 60
1.9 – 2.1 25 40 45 70
2.2 – 2.4 30 45 50 80
2.5 – 2.7 35 45 55 90
2.8 – 2.9 35 50 60 100
3.0 – 3.4 40 60 70 115
3.5 – 3.9 45 65 80 130
4.0 – 4.4 50 75 90 150
4.5 – 4.9 55 85 100 165
5.0 – 5.4 60 90 110 180
5.5 – 5.9 65 100 120 200
6.0 – 6.4 70 105 130 215
6.5 – 6.9 75 115 140 230

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita 79
LATIHAN KASUS 1

• Mena, perempuan, umur 4 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan


keluhan Mena tampak makin kurus dan sering demam sejak 3 bulan yang
lalu. Demam tidak tinggi berlangsung hanya 3-4 hari tanpa disertai batuk-
pilek dan sembuh dengan pemberian obat penurun panas, tetapi sejak 2
minggu terakhir demam terus menerus dan disertai batuk. Sudah berobat di
Puskesmas tetapi belum ada perbaikan. Nafsu makan menurun, hanya
mau makan dengan lauk tertentu seperti sayur bening bayam atau sayur
asam, tempe atau tahu dan ikan asin, kadang-kadang telur ½ butir atau
ikan. Mena tidak suka susu kecuali susu kental manis. Paman Mena yang
tinggal serumah sedang dalam pengobatan untuk batuk darah sejak
5 bulan yang lalu.

80
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak perempuan, tampak kurus,
lesu dan pucat. BB: 10,2 kg; TB: 95 cm dan LiLA 11,3 cm. Suhu: 37,8 OC,
frekuensi nafas 36x/menit dan frekuensi nadi 96x/menit. Kepala / wajah tidak
ada kelainan, leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening multipel,
besarnya >1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda peradangan. Torak: iga gambang,
jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen supel, hepar 1 jari di bawah
arkus kosta, limpa tidak teraba. Ekstremitas: hipotrofi otot, tidak ada edema.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 g/dL, Lekosit 6.400/mm 3
dengan hitung jenis limfositer. Bilasan lambung: BTA mikroskopik negatif. Tes
tuberkulin negatif.
• Pertanyaan:
1.Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2.Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur diagnosis TB dan sistim skoring TB)
3.Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4.Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya?

81
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 1

• Pertanyaan:
1.Apa diagnosis gizi pada Mena? Jelaskan alasannya
2.Apa penyakit penyerta pada Mena? Alasannya? (gunakan alur diagnosis TB dan
sistim skoring TB)
3.Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4.Apakah Mena perlu dirawat inap? Alasannya?

82
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
LATIHAN KASUS 2
• Koko, laki-laki, 2 tahun 4 bulan, dibawa neneknya ke Puskesmas karena
mencret yang sudah berlangsung > 2 minggu. BAB cair, kadang kental,
4-5x/hari sebanyak 3-4 sendok makan, berlendir tetapi tidak ada darah.
Sebelumnya anak pernah mencret beberapa kali tetapi tidak berlangsung
lama. Koko juga seriawan, ada bercak putih di mulut. Muntah kadang-kadang
saja. Anak sering demam tidak tinggi kadang disertai batuk-pilek.
• Koko mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, selanjutnya ditambah nasi tim.
ASI dihentikan pada usia 1 tahun karena sudah tidak keluar lagi, diganti
dengan susu SGM-2 sampai sekarang. Sekarang makan nasi hanya 3-4
sendok makan, 2-3x/hari dengan telur / ikan/ ayam, tahu / tempe dan sedikit
sayur. Kadang dibelikan bubur ayam ½ mangkok atau biskuit 1-2 keping.
Jarang diberi buah-buahan.
• Tiap bulan Koko dibawa ke Posyandu tetapi berat badan Koko lambat
naiknya, Koko merupakan anak pertama.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 83


LATIHAN KASUS 2
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak laki-laki, tampak sakit
sedang, kurus, kurang aktif. BB: 8,600 kg, TB: 84 cm, LiLA: 11,0 cm, suhu:
37,9OC. Wajah/ kepala tidak ada kelainan, mulut penuh dengan bercak putih/
aphtae, tonsil T1/T1 berbercak putih. Leher: teraba kelenjar getah bening,
multiple, sebesar kacang hijau. Torak simetris, iga menonjol, jantung dan paru
tidak jelas kelainan, abdomen cekung, turgor masih baik, hepar 2 cm di
bawah arkus kosta, limpa S1. Ekstremitas: otot hipotrofi, tidak ada edema dan
turgor kulit masih baik.

Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Koko? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Koko? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Koko perlu dirawat inap? Alasannya?
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 84
LATIHAN KASUS 3

•Wawan, laki-laki, 22 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan


keluhan ada bercak putih seperti busa sabun pada mata kiri sedangkan
bagian hitam mata kanan tampak buram yang sudah berlangsung
beberapa hari. Belum berobat dan selama ini hanya diberi tetes mata
Rohto. Sejak 1 minggu yang lalu timbul bengkak di kedua punggung
kaki.

•Pada pemeriksaan didapatkan seorang anak laki-laki, tampak kurus,


BB: 8.200 g, PB: 81 cm, LiLA 11,3 cm. Mata kiri: tampak sklera kering
dan ada massa putih seperti busa sabun di bagian lateral mata. Mata
kanan: sklera kering dan kornea keruh/buram, tidak ada ulkus ataupun
nanah. Kepala/bagian wajah lain dan leher tidak ada kelainan. Torak:
tampak tulang iga menonjol, jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen: lemas, Hati dan Limpa tidak teraba. Ekstremitas: otot
hipotrofi, edema +/+ Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 85
LATIHAN KASUS 3

•Pertanyaan:
1. Apa diagnosis gizi anak Wawan? Jelaskan alasannya.
2. Apa penyakit penyerta pada Wawan? Alasannya?
3. Bagaimana tata laksana penyakit penyertanya?
4. Apakah Wawan perlu dirawat inap? Alasannya?

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 86


LATIHAN 1
Anak Armani, perempuan 2 tahun, BB 7,7 kg dan PB 70 cm datang dengan keluhan
bengkak pada kedua tangan dan punggung kaki, tidak ada muntah, tidak diare dan
tidak demam. Anak tampak sadar, tidak ada tanda-tanda renjatan (syok). Sejak 1
minggu mata kiri tampak seperti busa sabun.
a. Bagaimana status gizinya ?
b. Apa penyakit penyerta/penyulit?
c. Apakah perlu dirawat inap ?
d. Tindakan apa yang perlu dilakukan?
e. Kapan Perubahan frekuensi makanannya?
f. Kapan F-75 dirubah menjadi F-100
g. Bagaimana pemberian makanannya sampai fase rehabilitasi?
h. Bagaimana mengatasi dan perawatan untuk penyakit penyertanya?

87
Jawaban pada hal 70 -78

Anda mungkin juga menyukai