Anda di halaman 1dari 8

KERTAS KERJA UJIAN

Semester : Ganji / Genap / Pendek*) Tahun akademik : . . .

Nomor Induk Mahasiswa   44114010193 Nomor Ujian : Paraf Mahasiswa

Nama Oddie Mazaya P.

Fakultas / Program Studi Komunikasi / Penyiaran Paraf Pengawas

Mata Kuliah  Komunikasi Massa

Dosen  Wenny Pahlemy Nilai Ujian (00-100)

Waktu Hari Tanggal Jam Ruang

Pelaksanaan Ujian Senin 4 Januari 2021 7.30 - 10.00

Perkembangan Media Massa di Indonesia dan Lika-liku Konvergensi Medianya

Media massa di Indonesia terdiri dari macam-macam media komunikasi seperti televisi,
radio, film, surat kabar, majalah, dan internet. Di Indonesia, masing-masing media
komunikasi tersebut memiliki perjalanan sejarahnya sendiri.

Seiring dengan sejarah perkembangan teknologi komunikasi yang kini memasuki era
digital, berbagai media massa di Indonesia juga mulai memanfaatkan kehadiran internet
sebagai media komunikasi untuk menyampaikan jenis-jenis informasi dan jenis-jenis berita
kepada khalayak yang jauh lebih luas. Selain portal berita, berbagai platform media sosial
pun turut dimanfaatkan oleh pemilik media dan jurnalis guna menyampaikan pesan-pesan
kepada khalayak.

1. Televisi

Televisi disebut-sebut sebagai contoh nyata perkembangan media massa di Indonesia.


Sejarah televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 yang ditandai dengan disiarkannya dua
peristiwa besar di Indonesia yakni peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1962 di Istana Merdeka dan upacara pembukaan Asian Games IV tanggal 24
Agutsus 1962 di Gelora Bung Karno, Jakarta oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sejak
saat itulah, TVRI mulai mengudara secara regular dan mulai melebarkan sayapnya ke seluruh
Indonesia setelah diorbitkannya Satelit Palapa A1.

Keberadaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) diatur oleh pemerintah melalui


Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Sebelum era reformasi bergulir, media massa
elektronik seperti radio dan televisi dikuasai oleh pemerintah. Televisi swasta mulai tumbuh
setelah stasiun televisi swasta RCTI mulai mengudara secara terbatas di tahun 1988.

Di penghujung abad 20, semakin berkembangnya teknologi komunikasi telah membawa


perubahan dalam transmisi siaran dan jumlah televisi swasta pun mulai bertambah. Sebagian
besar wilayah Indonesia dapat dijangkau oleh siaran televisi. Merujuk data yang
dipublikasikan oleh Dewan Pers, hingga tahun 2015, jumlah stasiun televisi di seluruh
Indonesia mencapai 523 stasiun televisi yang mencakup televisi swasta nasional dan lokal.

2. Radio

Dibandingkan dengan televisi, sejarah radio di Indonesia memiliki perjalanan yang


sangat panjang dan memiliki peran yang sangat penting dalam penyebarluasan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Tercatat bahwa radio siaran
pertama didirikan pada tanggal 16 Juli 1925 dengan nama Bataviase Radio Vereniging atau
BRV.

Sejak saat itu, bermacam-macam stasiun radio swasta bermunculan di berbagai wilayah,
dan salah satu yang terbesar karena mendapat subsidi dari pemerintah Hindia Belanda saat
itu adalah Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM). Pada masa kemerdekaan,
tepatnya tanggal 11 September 1945, para pimpinan radio yang tergabung dalam Perikatan
Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) sepakat mendirikan organisasi radio yang dinamakan
Radio Republik Indonesia.

Sebagaimana televisi, keberadaan radio diatur oleh pemerintah melalui Direktorat


Jenderal Radio, Televisi, dan Film. Pada masa Orde Baru, perkembangan radio swasta
dimulai di Indonesia. Keberadaan radio siaran swasta diatur dengan ketentuan tersendiri yang
mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1970 tentang
Radio Siaran Non Pemerintah. Ketentuan tersebut meliputi syarat penyelenggaraan,
perizinan, fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab radio siaran serta pengawasannya.
Radio siaran swasta di Indonesia membentuk organisasi tersendiri yang diberi nama PRSSNI
(Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia). Berdasarkan data yang dipublikasikan
oleh Dewan Pers, hingga tahun 2015, jumlah stasiun radio di Indonesia mencapai 674 stasiun
radio.

3. Surat Kabar

Surat kabar adalah salah bentuk pengertian pers dalam arti sempit. Sejarah pers di
Indonesia diawali pada masa penjajahan Belanda yang ditandai dengan diterbitkannya sebuah
karya yang ditulis dengan tangan yang bertajuk Memories der Nouvelle (1615). Setelah
mesin cetak tiba di Indonesia pada kisaran tahun 1618, surat kabar pertama terbit yang berisi
berbagai ketentuan dan perjanjian antara pemerintahan kolonial Belanda dengan pihak
kesultanan Makassar.

Sejak saat itu, mulailah diterbitkan surat kabar yang umumnya ditujukan untuk
membantu pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, berbagai surat
kabar di Indonesia digabung menjadi satu. Adapun isi surat kabar tersebut tidak jauh berbeda
dengan masa kolonial Belanda yaitu ditujukan untuk kepentingan Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya.

Perkembangan pers di Indonesia terus berlanjut di masa kemerdekaan, masa pasca


kemerdekaan, dan masa Orde Baru. Beberapa ahli menyebutkan bahwa sistem pers yang
berlaku pada masa Orde Baru adalah sistem pers otoriter. Dalam salah satu teori pers yaitu
teori otoritarian pers dijelaskan bahwa dalam sistem pers otoriter, peran media massa dan
fungsi media massa ditujukan untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan untuk
menjaga stabilitas nasional. Sehingga, hal-hal yang sifatnya menyerang kebijakan pemerintah
akan menimbulkan konsekuensi pembredelan.

Sebagaimana media massa lainnya, surat kabar atau majalah mengalami perkembangan
yang sangat signifikan pada masa reformasi. Hal ini dibuktikan dengan data yang
dikeluarkan oleh Dewan Pers yang menyebutkan bahwa hingga tahun 2015, jumlah media
cetak di Indonesia total mencapai 321 pers cetak baik yang diterbitkan secara harian,
mingguan, maupun bulanan.
4. Internet

Internet mulai masuk ke Indonesia pada medio 1990an. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah
pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta pengguna. Dalam
waktu dua tahun, jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 44,6
juta pengguna jika dibandingkan dengan jumlah pengguna internet tahun 2014 yang hanya
mencapai 88,1 pengguna. Dari jumlah tersebut, sebanyak 47,6 persen atau setara dengan 63,1
juta pengguna internet menggunakan smartphone atau telepon pintar sebagai perangkat untuk
mengakses internet.

Sementara itu, jenis konten yang paling sering dikunjungi oleh pengguna internet adalah
toko belanja daring dengan jumlah 82,2 juta atau sebesar 62 persen. Selain itu, situs media
sosial yang sering dikunjungi adalah Facebook yang mencapai 54 persen atau 71,6 juta
pengguna. Besarnya minat pengguna internet mengunjungi media sosial dan mencari produk
dimanfaatkan oleh perusahaan media untuk menyebarkan berbagai informasi melalui media
sosial dan mengundang produsen untuk beriklan di situs berita yang dimiliki.

Mengikuti perkembangan zaman, di era digital seperti sekarang, beberapa stasiun radio
maupun televisi pun mulai memanfaatkan internet dalam metode siarannya. Beberapa stasiun
radio maupun stasiun televisi di Indonesia menyiarkan secara langsung via internet.
Kehadiran internet juga memberikan dampak tersendiri bagi usaha penerbitan pers.
Perkembangan teknologi komunikasi yang merambah usaha penerbitan pers menyebabkan
alih bentuk surat kabar menjadi digital. Beberapa usaha penerbitan pers tidak mampu
menghadapi kehadiran teknologi baru. Para pengiklan lebih suka untuk mempromosikan
produknya melalui media digital. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan dari iklan
yang selama ini menyokong pertumbuhan surat kabar konvensional. Beberapa usaha
penerbitan pers bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia,
melainkan juga terjadi di berbagai negara di dunia.

Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh media televisi (jurnalistik televisi), media radio
(jurnalistik radio atau jurnalisme radio), dan media cetak kini dilengkapi dengan kegiatan
jurnalistik online. Pemanfaatan internet dalam berbagai kegiatan jurnalistik diharapkan dapat
mengirimkan informasi secara lebih cepat dan dapat menjangkau khalayak yang jauh lebih
luas. Bentuk lain kegiatan jurnalistik sebagai dampak kehadiran internet adalah adanya
jurnalisme warga. Kini, siapa pun dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Namun, yang masih menjadi perdebatan adalah tidak adanya kode etik bagi warga yang
menjalankan kegiatan jurnalistik. Hal ini terbukti dengan banyaknya berita atau informasi
yang tidak valid dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tentunya akan
sangat berbeda dengan kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh kalangan profesional karena
mereka dibekali dengan ilmu dan dibatasi dengan kode etik dalam menjalankan tugasnya.

Lalu melalui perkembangan media massa di Indonesia, media massa juga mengalami
suatu hal baru yang dinamakan dengan konvergensi media yang artinya adalah
penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan
kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan
teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.

Konvergensi pada umumnya berarti persimpangan media lama dan baru. Henry Jenkins
menyatakan bahwa konvergensi adalah,

“Aliran konten di platform beberapa media, kerja sama antara industri beberapa media, dan
perilaku migrasi khalayak media.”

Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang
lain pada tingkat sosial dan menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan
pengalaman baru, bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara
sosial, dan tidak hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media.

Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya Internet dan digitalisasi
informasi.

Jika dilihat melalui perkembangannya konvergensi media memiliki cukup banyak dampak
postif terhadap khalayak, seperti:

a. Memberikan banyak pilihan kepada masyarakat pengguna untuk dapat memilih


informasi yang diinginkan sesuai selera, contohnya saja adalah televisi interaktif dan
televisi multisaluran dimana pengguna memilih sendiri program siaran yang disukai.
Sehingga penggunaan teknologi konvergensi menjadi lebih personal.
b. Lebih mudah, praktis dan efisien. Tidak perlu punya dua media kalau ternyata bisa
punya satu media saja dengan dua fungsi.
c. Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang bisa mengakses informasi
secara bebas dan luas dengan berbagai cara dan bentuk.
d. Dalam implikasi ekonomi, konvergensi berpengaruh terhadap perusahaan dan industri
teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisins. Keuntungan yang didapat
dari hasil konvergensi media sangat menguntungkan dan memajukan perusahaan.
Selain itu, mudahnya akses informasi membuat industri dan perusahaan semakin
mudah dan cepat mengantisipasi tantangan, kebutuhan baru konsumen serta
persaingan yang mengetat.
e. Di bidang pekerjaan, jelas sekali di jaman sekarang ini jenis-jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan teknologi digandrungi banyak orang dan peminat seperti hal-hal
yang berbau IT atau sistem informasi, menurut saya hal ini menjadi bukti kuatnya
teknologi dalam kehidupan manusia.
f. Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat. Contohnya, para pembaca berita
online hanya dengan mengklik informasi yang diinginkan di komputer maka sejenak
informasi itu pun muncul.
g. Interaktif. Masyarakat bisa langsung memberikan umpan balik terhadap informasi-
informasi yang disampaikan. Media konvergen memunculkan karakter baru yang
makin interaktif, dimana penggunanya mampu berkomunikasi secara langsung dan
memperoleh konsekuensi langsung atas pesan.
h. Konvergensi media menyediakan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan,
penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi secara visual, audio,
data dan sebagainya.

Munculnya fenomena konvergensi media ini, memaksa media konvensional


melebarkan sayap dan masuk kedalam jaringan internet untuk dapat mempertahankan
atau memperluas bisnisnya. Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis
media cetak, media siar, dan media Web untuk menghasilkan berita terbaik yang
dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian. Hal ini
menyebabkan berkembangnya media konvensional menjadi digital.
Berikut adalah beberapa contoh bentuk media konvensiona yang menjadi bentuk digitalnya:

1. Trax FM (Radio swasta di Indonesia) menjadi Radio online Trax FM


(www.traxonsky.com)
2. Media Indonesia (Surat kabar Indonesia) menjadi Surat kabar digital
(epaper.mediaindonesia.com)
3. Liputan 6 (Program acara berita di televisi) menjadi Situs Liputan 6 (www.liputan6.com)

Kesimpulan saya mengenai perkembangan media massa di Indonesia dan perkembangan


konvergensi medianya adalah, Indonesia pada perkembangan media massanya cukup
tertinggal oleh negara lain, namun belakangan ini sudah mulai bisa mengejar
ketertinggalannya ditambah lagi dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi online
yang semakin memicu perkembangan media massa di Indonesia yang semakin cepat,
konvergensi media pun juga tidak dapat dihindari, karena di era ini semua serba interaktif
dan cepat, yang memaksa beberapa perusahaan media di Indonesia semakin gencar untuk
melakukan konvergensi media agar tidak ketinggalan jaman dan kehilangan peminatnya.
Daftar Pustaka
Ambar. (2017, November 10). Perkembangan Media Massa di Indonesia. Retrieved Januari 4,
2021, from Pakar Komunikasi.com: https://pakarkomunikasi.com/perkembangan-media-massa-
di-indonesia

Users, W. (2020, Maret 17). Konvergensi Media. Retrieved Januari 4, 2021, from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Konvergensi_media

Anda mungkin juga menyukai