LAPORAN PRATIKUM
Oleh :
Kelompok : 06
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .............................................................................................................. 24
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Hukum Ohm adalah pernyataan bahwa jumlah arus yang mengalir melalui
konduktor selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan. Benda
konduktif dikatakan mematuhi hukum Ohm jika hambatannya tidak tergantung pada
besar dan polaritas dari beda potensial yang diterapkan. Pernyataan ini tidak selalu
berlaku untuk semua jenis konduktor, istilah "hukum" masih digunakan karena alasan
historis. Rangkaian listrik adalah hubungan antara sumber daya dan perangkat listrik
lain yang melakukan fungsi tertentu. Berdasarkan susunan hubungan antar perangkat
listrik, resistor dibentuk secara seri, paralel dan kombinasi keduanya. Rangkaian seri
adalah rangkaian yang disusun berjajar sedemikian rupa sehingga arus yang melalui
setiap komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian yang disusun secara
paralel sedemikian rupa sehingga tegangan atau beda potensial masing-masing
komponen sama. Rangkaian campuran merupakan gabungan dari rangkaian seri dan
paralel (Durbin, 2005).
1
rangkaian yang dihubungkan dengan catu daya melalui kabel penghantar. Percobaan
dilakukan dengan beberapa rangkaian yang berbeda sesuai dengan yang ada di
prosedur percobaan.
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah dapat mengetahui tegangan
dan kuat arus listrik pada rangkaian listrik. Mampu menjelaskan karakteristik hukum
Ohm. Mampu menyelidiki kuat arus dan tegangan listrik dari rangkain bercabang.
Mengetahui prosedur percobaan “Hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel”, sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Hukum Ohm berawal dari fisikawan asal Jerman yang bernama Georg
Ohm. Resistansi penelitiannya dari tahun 1825 sampai 1826. Percobaan Georg Ohm
dapat inspirasi dari penelitian Fourier tentang heat conduction, awalnya dari
penggunaan elemen volta sebagai sumber tegangan namun beralih menggunakan
Thermocouple karena dianggap lebih stabil. Alat yang digunakan adalah Galvanometer
untuk mengukur arus pada sebuah penghantaryang diberi suatu tegangan listrik. Hasil
percobaan yang diperoleh bahwa besarnya beda potensial yang dihasilkan berbanding
lurus dengan suhu pada junction (Purwandari, 2013).
V= I X R ( 2. 1 )
Keterangannya :
3
Menurut Young(1999), Contoh aplikasi dalam perhitungan Hukum Ohm
menggunakan suatu rangkaian yang disusun secara seri, paralel dan campuran yang
berdasarkan hambatan sebuah beban. Perhitungan kuat arus mampu membuat besar
dari daya yang dipakai, tapi sebelum itu pengertian dari arus sendiri adalah geraknya
suatu muatan dari satu daerah ke daerah lainnya. Situasi elektrostatis saat itu medan
listrik bernilai nol maupun saat di dalam konduktor, dan tidak arus, bukan berarti semua
muatan yang di dalam konduktor itu diam. Elektron bebas bergerak di dalam material
logam biasa seperti tembaga atau pun alumunium. Arah arus berlawanan dengan arus
elektron. Muatan listrik dapat berpindah dengan adanya beda potensial. Beda potensial
dihasilkan oleh sumber listrik yang pada setiap sumber listrik memiliki dua kutub, yaitu
positif dan negatif. Jalur penghantar yang kontinu, kutub-kutub suatu sumber listrik
atau dicontohkan suatu baterai saling dihubungkan. Garis yang lebih panjang positif,
sedangkan yang pendek negatif. Rangkaian listrik telah dibentuk, maka muatan dapat
mengalir melalui kawat pada rangkaian dari satu kutub baterai ke kutub yang lainnya.
Aliran muatan tersebut disebut arus listrik.
V = I . Rs ( 2.3)
4
Persamaan (2.3) disubstitusikan ke persamaan (2.2) didapat perumusan :
Rs = R1 + R2 + R3 ( 2.4 )
1 Rp = 1 R1 + 1 R2 + 1 R3 ( 2.5 )
Rangkaian paralel ini juga memakai Hukum Kirchoff 1 yang menyatakan bahwa arus
total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut, rumus matematisnya
yaitu :
I = I1 + I2 + I3 ( 2.6)
Rangkaian campur adalah campuran rangkaian seri dan paralel, kalau dilihat
dari jalannya arus dan tegangan pada rangkaian gabungan itu juga mengikuti Hukum
Kirchoff 1 dengan cara menyelesaikan satu susunan rangkaian, setelah itu
menyelesaikan susunan rangkaian yang lain. Arus yang mengalir pada resistor yang
disusun secara seri nilainya sama namun tegangnnya berbeda, kalau resistor yang
disusun secara paralel aeus yang mengalir pada setiap resistor berbeda, namun
teganganya sama.
Hasil pengukuran beda potensial resistor R1, R2 dan R3 memiliki nilai yang
berbeda yang disusun secara seri, namun jika diukur arus yang melewati ketiga resistor
5
maka memperolehkan pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor disusun
secara paralel, akan diperoleh hasil pengukuran yang berbeda, namun pengukuran
tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan besar suatu nilai variabel
tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri resistor berfungsi sebagai
pembagi tegangn yang berarti jika tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka
jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber kalau pada susunan paralel resistor
yang berfungsi sebagai pembagi arus yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati
setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum
titik percabangan (Herman, 2014).
6
BAB 3
METODE KERJA
Alat dan Bahan yang digunakan untuk pratikum “Hukum Ohm & Rangkaian
Seri-Paralel” kali ini antara lain :
7
3.2 Desain Eksperimen
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
8
Gambar 3.4
Gambar 3.5
9
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum “Hukum Ohm & Rangkaian
Seri-Paralel” kali ini adalah sebagai berikut :
dihubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off).,
dipilih tegangan pada skala 3 V, dipilih voltmeter pada skala 10
dihubungkan catu daya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan off),
dipilih tegangan pada skala 3 V, dipilih amperemeter pada skala 5
10
3.3.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
disusun rangkaian seperti gambar 3.3a pada desain eksperimen dengan R1 = 100
Ohm
diganti resistor pertama dengan R2 = 47 Ohm seperti gambar 3.3b pada desain
eksperimen
11
3.3.3 Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik rangkaian seri paralel
a. Rangkaian seri
disusun rangkaian seperti gambar 3.4 a. Resistor 4,7 dan 47 Ohm dan
skalar harus terbuka.
dibuka skalar lalu diubah rangkaian seperti gambar 3.4b dan diubah jadi voltmeter
batas 10 VDC
ditutup saklar lalu baca tegangan a dan dicatat pada tabel pengamatan
diulangi semua langkah dengan kombinasi resistor 47, 56, 100 Ohm.
12
b. Rangkaian Paralel
ditutup skalar lalu baca arus listrik a pada amperemeter dan catat pada tabel.
dibuka skalar lalu ubah rangkaian seperti gambar 3.5b dan ubah jadi voltmeter
batas 10 VDC.
ditutup saklar lalu baca tegangan V dan catat pada tabel pengamatan.
13
3.4 Metode Analisis Data
Metode Analisis Data pada praktikum “Hukum Ohm & Rangkaian Seri-
Paralel” kali ini adalah sebagai berikut :
3.4.1 Rumus
Rumus yang digunakan untuk penyelesaian atau pengolah data adalah sebagai
berikut :
R s = R1 + R 2 (3.4)
3.4.2 Ralat
Ralat yang digunakan untuk penyelesaian atau pengolah data adalah sebagai
berikut :
2) Keseksamaan
K = 100% - I (3.7)
3) Ralat standart deviasi
∆𝛼
AP = I – log ( 𝛼 ) (3.8)
14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum “Hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel”
antara lain sebagai berikut :
Tabel 4.1.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian
Bercabang dan Tidak Bercabang.
• Seri pada hambatan 4.7 dan 47
Catu
Posisi R1 R2 I V
Daya
6 0.08 5
A 4.7 47
9 0.16 6
15
6 0.08 5
B
9 0.16 6
6 0.08 6
C
9 0.16 5
Catu
Posisi R1 R2 R3 I V
Daya
6 0.08 5
A
9 3.6 0.38
6 0.08 5
B
9 3.6 0.8
47 56 100
6 0.08 6
C
9 3.6 0.14
6 0.08 5
D
9 3.6 0.38
Catu
Posisi R1 R2 I V
Daya
6 1.2 5.4
A
4.7 47 9 1.8 5.4
B 6 1.1 5.4
16
9 1.7 5.4
6 0.1 5.4
C
9 0.14 5.4
Catu
Posisi R1 R2 R3 I V
Daya
6 0.0059 0.1
A
9 0.0016 0.1
6 0.0057 0.1
B
9 0.001 0.1
47 56 100
6 0.006 0.1
C
9 0.0012 0.1
6 0.0059 0.1
D
9 0.0016 0.1
4.2 Pembahasan
17
Dalam percobaan untuk mempelajari sifat Hukum Ohm,menjalani beberapa
perbandingan. Hasil perbandingan tegangan dan arus untuk adalah sama. Saat tegangan
naik, arus juga naik. Jika resistansi konstan, arus tidak akan konstan karena ada
resistansi yang mempengaruhi arus. Kuat arus berbanding terbalik dengan
resistansinya. Hal ini dapat dilihat pada hasil praktikum dimana hambatannya 100 lebih
besar dan kuat arus lebih kecil dari arus resistif 47Ω. Besar tegangan berbanding lurus
dengan arus jika hambatannya sama dengan. Hal ini sesuai dengan literatur (Durbin,
2005) mengatakan besarnya pembacaan Galvanometer berbanding lurus dengan suhu
namun berbalik dengan panjang kabel uji. Penjelasan secara rinci bahwa besarnya kuat
arus yang nilainya dibaca oleh Galvanometer berbanding lurus dengan beda potensial
serta besarnya kuat arus juga berbanding terbalik dengan hambatan dikarenakan
panjang kabel berbanding lurus dengan hambatan kabel.
BAB 5
18
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada pratikum kali ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Karakteristik Hukum Ohm adalah bahwa arus yang mengalir sama dengan
tegangan. Resistansi mempengaruhi kuat arus yang dihasilkan, semakin besar
resistansi maka semakin kecil arus yang dihasilkan.
2. Karakteristik dari rangkaian seri adalah arus yang melalui adalah sama di setiap
posisi, tetapi tegangan pada tergantung pada besarnya hambatan. Rangkaian
paralel, tegangan setiap beban listrik sama dengan tegangan suplai, dan arus
yang mengalir melalui setiap cabang tergantung pada resistansi.
5.2 Saran
Pada praktikum Hukum Ohm ini praktikan harus memahami materi yang akan
dipraktikan atau dilakukan pada saat percobaan, sehingga tidak terjadi kesalahan saat
praktikum. Pada saat menggunakan voltmeter dan amperemeter lebih diperhatikan
supaya hasil yang didapatkan dapat sesuai. Berhati hati saat menggunaka catu daya
supaya tidek kesetrum saat menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
19
Durbin. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
Herman. 2014. Penentuan Fisika Dasar 1. Makassar : Unit laboratorium Fisika Dasar
Young, Hugh D.1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Solo : Erlangga.
LAMPIRAN
20
Tabel 1. Perhitungan ralat
Gambar 1
21
Gambar 2
Paralel
Posisi R1 R2 Catu Daya (E) I V DI I K Dp DV I K Dp
6 1.2 5.4
A 0.4242641 0.2828427 71.715728752538100% 1.548455 5.4 1 0.00% 1
9 1.8 5.4
6 1.1 5.4
B 4,7 47 0.4242641 0.3030458 69.695423663433700% 1.518492 5.4 1 0.00% 1
9 1.7 5.4
6 0.1 5.4
C 0.0282843 0.2357023 76.429773960448400% 1.627636 5.4 1 0.00% 1
9 0.14 5.4
22
Gambar 3
Gambar 4
23
Tabel 4. Perhitungan ralat
Seri
Posisi R3 R1 R2 Catu Daya (E) I V DI I K Dp DV I K Dp
6 0.08 5
2.4890159 1.352726 -35.272601618296000% 0.86879 2.69 1 0.00% 1
A 9 3.6 0.38
6 0.08 5
56 47 100 2.4890159 1.352726 -35.272601618296000% 0.86879 2.9 1 0.00% 1
B 9 3.6 0.8
6 0.08 6
2.4890159 1.352726 -35.272601618296000% 0.86879 3.07 1 0.00% 1
C 9 3.6 0.14
Paralel
Posisi R3 R1 R2 Catu Daya (E) I V DI I K Dp DV I K Dp
6 0.0059 0.1
A 0.0030406 0.8108158 18.918422423942500% 1.091078 0.1 1 0.00% 1
9 0.0016 0.1
6 0.0057 0.1
B 56 4,7 100 0.0033234 0.9920603 0.793973982782903% 1.003462 0.1 1 0.00% 1
9 0.001 0.1
6 0.006 0.1
C 0.0033941 0.942809 5.719095841793650% 1.025576 0.1 1 0.00% 1
9 0.0012 0.1
Gambar 5
Gambar 6
24