Disusun oleh :
Di bawah bimbingan,
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb.
Ucapan syukur kepada Allah SWT, yang masih memberikan kekuatan kepada diri
yang lemah ini untuk menorehkan kata demi kata di atas kertas ini. Teriring pula
shalawat serta salam yang tulus kepada kekasih Allah tercinta, yang senantiasa
kurindukan, yaitu kepada Rasulullah SAW. Juga kepada keluarganya, para
sahabatnya, serta orang-orang yang selalu setia mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya penulisan karya tulis ini telah terselesaikan,
sesungguhnya berkat pertolongan Allah SWT. Namun setiap bantuan daripada
hambanya ikut ambil bagian dalam terselesaikannya karya tulis ini, harapan penulis
semoga Allah membalas segala kebaikan mereka, dan penulis akan selalu mengingat
mereka.
Tangerang, … 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
ABSTRAK....................................................................................................................v
BAB I............................................................................................................................ 6
PENDAHULUAN........................................................................................................ 6
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................ 7
D. Teknik Penulisan................................................................................................................ 7
E. Sistematika Penulisan........................................................................................................ 8
BAB II...........................................................................................................................8
PEMBAHASAN...........................................................................................................8
A. Sekilas Tentang PsikologI................................................................................................... 8
1. Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi...................................................................... 8
2. Pengertian Psikologi.......................................................................................................9
3. Definisi..........................................................................................................................10
4. Macam-macam Psikologi............................................................................................. 11
B. Pikiran....................................................................................................................17
1. Definisi Pikiran..................................................................................................................17
2. Jenis-jenis Pikiran............................................................................................................. 19
3. Dasar Anatomi..................................................................................................................22
C. Gangguan Pikir.....................................................................................................22
1. Macam-macam Gangguan Pikir....................................................................................... 22
2. Waham Pengendalian Pikiran (Delusions Of The Control Of Thought)........................... 28
3. Alam Pikir Skizofrenik.......................................................................................................29
BAB III....................................................................................................................... 39
PENUTUP.................................................................................................................. 39
iii
A. Kesimpulan.......................................................................................................................39
B. Saran................................................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 41
iv
ABSTRAK
Psikologidalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, atau ilmu yang
mempelajari gejala-gejala jiwa. Dalam ilmu psikologi terdapat ilmu psikopatologi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang perasaan yang dialami, daya kognitif, dan
perilaku abnormal.
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
7
hasil dari proses berpikir yaitu buah pikir, tidak hanya itu pikiran juga menyangkut
segala hal seperti waham dan lain-lain.
Oleh karena itu penulis mengambil judul “GANGGUAN PIKIR DALAM
PERSPEKTIF PSIKOLOGI” karena pikiran adalah hal yang rumit dan menarik
untuk dibahas di dalam makalah ini.
C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu pasti memiliki tujuan, begitupun dengan makalah ini, penulis
memiliki beberapa tujuan yaitu:
D. Teknik Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode library research yaitu
dengan cara membaca dan menyimpulkan dari buku-buku jurnal dan masalah yang
berkaitan dengan pembahasan makalah ini sebagai referensi, kemudian penulis
rangkum sehingga menjadi sebuah makalah ini.
8
E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini penulis memaparkan pembahasan masalah secara sitematis.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
9
8
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai suatu ilmu, psikologi tergolong ilmu yang masih muda. Dibandingkan
dengan ilmu pengetahuan lainnya, psikologi lebih lama menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari filsafat. Selama berabad-abad psikologi merupakan filsafat tentang
jiwa. Minat untuk megetahui gejala kejiwaan sudah lama sekali ada di kalangan umat
manusia. Ahli filsafat dari yunanilah yang pertama-tama tertarik mempelajari ilmu
kejiwaan ini. Pada saat ini belum ada pembuktian secara empiris dan terbatas pada
pemikiran-pemikiran belaka. Uraian para filsuf ini umumnya berkisar pada soal
ketubuhan dan kejiwaan. Dua filsuf yunani kuno yang sudah mempelajari psikologi
adalah Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM).
Kira-kira abad ke-7, psikologi dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam. Sejumlah
ahli faal mulai juga menaruh perhatian pada gejala-gejala kejiwaan. Mereka
melakukan berbagai eksperimen mengenai hal tersebut. Teori-teorinya berkisar
tentang saraf sensorik dan motorik di otak dan hukum-hukum yang mengatur
bekerjanya saraf tersebut.
Baru pada abad ke-19, psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari
ilmu yang lainnya. Hal tersebut ditandai dengan berdirinya laboratorium di Leipzing,
Jerman pada tahun 1879 oleh Wilhem Wundt. Oleh karena itu ia sering disebut
sebagai bapak psikologi modern. Dalam usahanya menyelidiki berbagai gejala
kejiwaan, Wundt banyak menggunakan eksperimen. Orang yang menjadi subyek
percobaannya kemudian diminta untuk melihat ke dalam dirinya dan diminta untuk
menceritakan apa yang dialamai selama eksperimen berlangsung. Metode ini dikenal
9
2. Pengertian Psikologi
“Psikologi” berasal dari kata yunani “Psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya,
prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus membedakan antara nyawa
dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup
jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan
yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan
sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pula nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan manusia.
Mengenai soal jiwa sejak dahulu orang sudah memikirkan tentang asal tujuan jiwa,
hubungan jiwa dengan jasmani dan sebagainya. Tetapi bagaimana hasilnya? Sampai
sekarang belum ada seorangpun yang mengetahui apakah sebenarnya jiwa itu.
Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya kenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak,
tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian juga hakikat jiwa, tak seorangpun
dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan
10
tingkah lakunya. Jadi dengan tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa
seseorang.
3. Definisi
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Karena para ahli jiwa
mempunyai penekanan yang berbeda, maka definisi yag di kemukakan juga berbeda-
beda.
Di antara pengertian yang di rumuskan oleh para ahli itu antara lain sebagai
berikut:
4. Macam-macam Psikologi
Disini yang dipelajari ialah sifat-sifat manusia pada umumnya, artinya persamaan-
persamaanya dari manusia dewasa, yang normal dan beradab. Sedang sifat-sifat
12
kejiwaan manusia yang belum dewasa (misalnya anak), manusia yang tidak normal
(misalnya orang gila), dan manusia tidak beradab (misalnya orang primitif), tidak
termasuk ilmu jiwa umum, melainkan termasuk dalam ilmu jiwa khusus.
Menurut Drs. Agung Sujanto : Psikologi umum ialah ilmu jiwa yang menyelidiki
gejala-gejala jiwa orang dewasa, yang sudah beradab dan normal keadaan jiwanya
pada umumnya. Ini berarti bahwa yang di pelajari ialah sifat-sifat pada umumnya,
artinya persamaan-persamaannya dari manusia dewasa, yang normal dan beradab.
Adapun sifat kejiwaan manusia yang belum dewasa (misalnya anak-anak), manusia
yang tidak normal (misalnya orang gila), dan manusia yang tidak beradab (misalnya
orang primitif), tidak termasuk kedalam pembahasan jiwa umum.
B. Psikologi khusus : yaitu ilmu jiwa yang mempelajari sifat-sifat khusus dari gejala-
gejala kejiwaan manusia.
Jadi menyelidiki sifat-sifat yang berbeda pada manusia, seperti berbeda umur,
kelamin, lapangan hidup dan lain-lain.
1. Psikologi Perkembangan
2. Psikologi Abnormal
3. Psikologi Kelompok
4. Psikologi Watak dan Tipe-tipe
5. Psikologi Kelompok dalam Situasi khusus
13
6. Psikologi Hewan
7. Parapsikologi
1. Psikologi Perkembangan atau Psikologi Genetis
6. Psikologi hewan : yaitu psikologi yang mempelajari tingkah laku dan peri
kehidupan hewan.
1. Psikologi Teoritis
Ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk gejala itu sendiri.
Jadi belum dihubungkan dengan praktek hidup sehari-hari, melainkan mempelajari
gejala-gejala tersebut sebagai pengetahuan saja, untuk menambah pengetahuan
tentang kejiwaan. Sebab dengan cara demikian ilmu pengetahuan yang
dikembangkan dengan jalan penyelidikan-penyelidikan psikologis dalam
laboratorium-laboratorium dan ruang studi, maka bisa tumbuh sangat pesat, oleh
karena itu tidak dibebani prasangka apapun juga. Pada akhirnya penelitian secara
teoritis dan eksperimental ini, juga akan mempunyai nilai-nilai paraktis sebab
16
hasilnya bisa diterapkan dalam kehidupan praktis. Dalam kaitan sedemikian ini, maka
psikologi teoritis lalu berkembang menjadi psikologi praktis.
2. Psikologi Praktis
Ialah ilmu jiwa yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa untuk digunakan
dalam pratek.
Adapun yang termasuk dalam kategori “psikologi praktis” antara lain adalah :
1. Psikologi Teknik
2. Psikologi Paedagosis
3. Psikologi Pastoral
4. Psikologi Kriminal
5. Psikologi Medis
1. Psikologi teknik : yaitu psikologi yang diterapkan di bidang teknologi industri,
perusahaan-perusahaan dan perdagangan serta macam-macam profesi. Dengan
psiko teknik setiap instansi lembaga kedinasan atau lembaga-lembaga lainnya
dapat mempergunakan metode kerja yang efisien, sehingga dapat diharapkan hasil
sebagai berikut : dengan pembiayaan yang minimal akan memperoleh produksi
maksimal.
B. Pikiran
1. Definisi Pikiran
Pikiran merupakan alur gagasan, perlambangan, dan asosiasi (flow of ideas,
symbols, and associations) yang dicetuskan oleh suatu masalah atau tugas sehingga
menuju pada suatu kesimpulan realistik. Bila urutan itu logik, maka proses pikir
dianggap normal. Parapraxis, (suatu penyimpangan dari logika yang timbul secara
tidak disadari, juga disebut sebagai (preudian slip) dianggap sebagai proses pikir
yang normal. Pikiran yang abstrak (abstract thinking) ialah kemampuan untuk
18
menangkap inti dari suatu konsep yang panjang lebar, dan dapat memilah suatu
bentukan utuh menjadi suatu yang penting, dan menyusunnya yang sesuai
berdasarkan atas ciri yang sama.
Berbicara atau mengerti suatu gagasan berpangkal pada dasar gramatika yang
sama, artinya Bahasa yang digunakan untuk berbicara sama dengan bahasa yang kita
mengerti. Peristiwa ini membutuhkan aktivasi dari module yang berbeda dalam otak.
Persepsi audiotorik juga membutuhkan tiga module : pengenalan suara (siapa yang
berbicara), persepsi bahasa (apa yang dibicarakan, struktur fonologik dan sintaktik),
dan pengenalan afek (bagaimana sang pembicara mengungkapkannya). Modul yang
menganalisis struktur kalimat disebut parser.
kategorik, ditandai oleh pikiran yang abstrak dan penyamarataan. Pikiran tipe ini
biasanya timbul secara lambat setelah remaja atau setelah melalui tahap pendidikan.
2. Jenis-jenis Pikiran
Proses pikir menurut Fish (1967) dibagi secara arbitrer menjadi 3 tipe :
1. Pikiran fantasi, 2. Pikiran yang imajinatif (kreatif), 3. Pikiran yang rasional atau
konseptual. (roan, 2017, pp. 82-83)
a. Pikiran Fantasi
1. Dengan berpikir kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi
belum diketahui, dengan berfantasi kita menciptakan sesuatu yang belum ada,
sesuatu yang baru.
2. Berpikir terikat kepada realitas berfantasi melepaskan kita dari realitas.
Dilihat dari caranya orang berfantasi :
Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau kedepan, maka
fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula
orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga
dengan demikian akan menambah bahan apersepsi yang ada pada individu. Namun
demikian ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan.
keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meningglkan alam kenyataan, lalu
masuk dalam alam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya, karena-orang terbawa
hidup dalam alam yang tidak nyata. Fantasi juga dapat menimbulkan kedustaan,
takhayul, dan sebagainya. (Ahmadi, 1998, pp. 78-80)
3. Dasar Anatomi
Dibutuhkan keutuhan dari semua pancaindra dan jalur saraf periferi maupun pusat
dan intraserebral agar dapat menyerap semua rangsang dari luar dan akhirnya
disalurkan ke kortex serebri, di situ dengan daya ingat, pengalaman dan nalar, orang
dapat mempunyai buah pikiran yang berguna untuk menghadapi kehidupan yang
penuh tantangan ini.
Hemisferium otak kiri merupakan lokasi dari pikiran dan ucapan dan merupakan
tempat untuk berpikir dengan dibantu oleh girus angularis, di sini bertautnya semua
asosiasi pikiran dan tanggapan panca indra memberi kesan rumitnya semua proses
dengan hasil yang menakjubkan bagi manusia untuk mengambil kesimpulan dari
semua yang ia terima.
C. Gangguan Pikir
Percepatan arus pikir terjadi pada loncat pikir (gagasan) (flight of ideas). Dalam
hal ini, terdapat kaitan logik (logical bridges) antara dua alur gagasan yang
diekspresikan. Namun, tujuan pikiran itu tidak dipertahankan untuk jangka lama. Ia
selalu berubah karena akibat afek yang gegap gempita dan daya alih tingkat tinggi.
Faktor penentu menjadi lemah, tetapi asosiasi selalu terbentuk secara normal.
Kecepatan dari pembentukan asosiasi, dan juga pola pikir, jadi amat dipercepat.
Pada retardasi (seperti terjadi pada depresi), pikiran berjalan amat lamban,
walaupun terarah, dengan preokupasi yang terganggu (morbid) penuh dengan
23
pikiran yang buruk, dan seolah menyatakan bahwa sang pasien besar kemungkinan
gagal dalam usahanya. Pasien amat sedikit inisiatifnya, tidak ada lagi perencanaan ke
depan atau kegiatan spontan. Bila ditanya, ia akan berpikir dalam, tetapi karena tidak
ada gagasan yang muncul, ia tidak memberi respons apapun. Akhirnya, setelah
mengalami kelambatan lama, jawaban itu biasanya muncul. Pasien sulit membuat
keputusan, semudah apapun, juga sulit berkonsentrasi, hilang kejernihan pikirannya,
kesulitan merekam semua peristiwa yang perlu diingat. Retardasi pikiran, sering
terkait dengan depresi, bisa juga terjadi pada agitasi perasaan, bisa terjadi situasi yang
kompleks dengan ganguan konsentrasi akibat retardasi dan perasaan subjektif yang
gelisah, dan pikiran yang cemas.
Pada kedua keadaan tersebut di atas loncat pikir (flight of ideas) dan retardasi, afek
mempengaruhi kecepatan berpikir, hal itu akan menentukan arah gagasan yang akan
diambil, tetapi bisa juga mengganggu daya mempertimbangkan (distort judgement).
Pada sirkumsialitas, arus pikiran yang lamban bukan ditahan oleh afek, tetapi oleh
gangguan daya tanggap intelektual, suatu kegagalan membedakan gambar, masalah
yang menonjol dari latar belakangnya (figure ground). Peristiwa ini merupakan
gangguan persepsi yang susah dibedakan atau sulit dipisahkan objeknya yang jelas
menonjol dari latar belakang yang lebih samar (a failure of differntiation of the most
distinct percept the figure and the least distinct the ground). Yang lebih karakteristik
terjadi pada epilepsi, pada gangguan organik lain, dan pada kasus subnormalitas.
Proses yang hampir sama terjadi pada kepribadian obsesif, tetapi pada kasus ini
kelebihan detail dikerjakan secara cemas untuk menghindarkan kemungkinan hapus
(omission). Bila ditanya, pasien akan menjawab dengan segudang rincian yang tidak
perlu, bahkan membuat samar jawaban pada pertanyaan itu. Segala macam asosiasi
pikiran yang tidak perlu dikemukakan sampai habis habisan sebelum pasien kembali
24
Henti pikir merupakan pengalaman yang khas dari arus pikir pasien skizofrenik,
yang berhenti secara mendadak, tidak terduga dan tidak berkehendak. Hal itu terjadi
di tengah membahas satu masalah atau di tengah kalimat. Tidak disebabkan oleh
pengalihan dari pikiran lain, saat diteliti pasien dapat memberikan penjelasan yang
sesuai, katanya hal itu terjadi begitu saja. Istilah lain yang digunakan ialah blokade
pikir, thought blocking, suatu istilah yang tidak begitu tepat. Pasien mungkin dapat
menjelaskan sebagai pikiran yang disedot keluar, thought withdrawal, “Pikiranku
terhenti karena pikiran itu mendadak diambil keluar dari kepalaku”.
oleh seorang Marxist mungkin bisa benar. Namun keyakinan itu bisa terganggu,
dapat dinilai bila timbul mendadak. Waham, tentunya suatu gangguan daya
mempertimbangkan. Berbagai bentuk gangguan daya pikir dan defisit intelek bisa
terjadi sebagai akibat gangguan daya pertimbangan ini. (roan, 2017, p. 86)
Banyak macam hambatan pada kelangsungan arus pikir Carl Schneider (1930)
telah mengemukakan berapa abnormalitas (dalam bahasa Jerman)
2.Faseln muddling, berarti kusut, ngaco, bahasa jawa : ngawur, semerawut, cuntel
Proses ini dan yang lain terjadi bersama membuat pasien menjadi bingung dan
kehilangan akal. Ia akan mengeluh ternganga keheranan, kurang konsentrasi, dan
waswas tentang sesuatu yang tidak ia ketahui. Ia tidak dapat menggambarkan secara
tepat perubahan pada pikirannya dan akibat pada daya bicaranya.
Pada berpikir keluar jalur (derailment) terdapat gangguan asosiasi, tampaknya ada
sisipan pada pikiran (interpolation of thought) dengan akibat tidak dapat dimengerti
hubungan dengan alur pikir semula, “Lalu lintas hiruk-pikuk sepanjang jalan raya.
Mereka menuju ke Utara. Mengapa anak perempuan selalu bermain pantomim
tentang kepahlawanan”. Cuplikan dari pembicaraan seorang pasien skizofrenik yang
tidak ada artinya, juga bagi pasien sendiri. Dengan derailment ini, pasien tidak dapat
mengkaitkan gagasan itu dan menggambarkan perubahan arah pikirannya sendiri.
Dengan fusi atau peleburan, masih terdapat keutuhan asosiasi alur pikir, tetapi
terjadi pencampuran dan peleburan dari berbagai unsur pikirannya. Hal ini
26
membentuk satu kaitan yang tidak tampak sebagai satu alur pikir yang logik dari
pokok pembicaraan aslinya menuju satu tujuan semula.
Proses pikir yang abnormal pada skizofrenia dan beberapa kondisi organik lainnya
secara nyata dapat dimengerti secara harfiah oleh orang lain. Abstraksi dan lambang
(symbol) diterjemahkan secara superfisial tanpa kebijakan dan keharusan
(tact dan finesse), sang pasien tidak dapat membebaskan dirinya dari arti harfiah
ungkapan kata itu, juga meniadakan isi dari gagasan yang lebih abstrak yang terbawa
dengan ungkapan itu. Abnormalitas pikir ini disebut sebagai “pikiran yang konkret”
(concrete thinking). Sulit kiranya untuk menciptakan satu uji psikologik untuk
menunjukkan dan mengukur betapa konkretnya hal itu. Namun secara klinis dapat
dikenali, sering pula lebih dramatik. Contoh, seorang pasien perempuan skizofrenik
datang ke ruang periksa untuk wawancara dan segera ia mencopot sepatunya, sambil
berkata, “aku selalu suka kakiku berpijak di atas tanah saat aku bicara” 3 Pasien
skizofrenik lainnya diamati oleh dokternya sedang berjalan di sepanjang sisi koridor.
Ketika ditanya sebab mengapa ia jalan begitu, ia menjawab bahwa itu “disebabkan
oleh efek samping”. Ketika di tanya apa arti “Tidak semua benda yang bergemerlapan
adalah emas (Not all that glitters are gold!) dijawab oleh pasien, “memang barang
logam tidak semua bersinar dan memang emas kuning”, ditanya apa arti “Tong
kosong nyaring bunyinya”, jawab “Ya gentong berisi air tidak nyaring bunyinya”.
Padahal kedua ungkapan itu ada arti pepatahnya (tidak semua benda atau orang yang
bagus di luarnya, baik di dalam hatinya). “Orang yang banyak bicara biasanya tidak
berisi ilmu”.
3. Waham dan halusinasi skizofrenik terkait dengan kehilangan batas lingkar ego
(ego boundaries) dan atas dasar wahami, tetapi bagi pemeluk agama tidak ada
perubahan pada batas lingkar dirinya di luar keyakinan keagamaan, dan
keyakinannya didasarkan atas sumber pedoman agamanya.
Berbagai bentuk dari pasivitas pikiran telah dilukiskan, Pasien kadang merasa
membagi pikiran dengan orang lain, pikirannya dikendalikan atau dipengaruhi dari
luar dirinya. Waham dikendalikan ini (delusion of control) sering terkait dengan
penjelasan wahami tentang cara alam pikirannya dapat dikendalikan. Contoh : alat
elektronik, komputer, telepati. Sisip pikir dilukiskan sebagai suatu keyakinan bahwa
pikirannya telah dimasukkan dari dalam dirinya. Sejalan dengan itu ia juga dapat
menggambarkan bahwa pikirannya dapat diambil atau ditarik atau disedot keluar dari
dalam otaknya tanpa persetujuannya, sedot pikir (thought withdrawal). Hal ini
dapat menjelaskan bila pikiran itu mendadak terhenti (thought blocking) dan
pikirannya mendadak menjadi kosong hampa. Sisip pikir dan sedot pikir merupakan
gejala peringkat pertama dari skizofrenia. Sedangkan henti pikir (thought blocking)
bukan gejala peringkat pertama skizofrenia, karena sulit untuk menentukan kebenaran
dari henti pikir itu, atau ia merupakan semacam bentuk hambatan atau kesulitan
dalam berpikir, dan henti pikir secara objektif mirip dengan (absence epileptique).
Siar pikir terjadi pada skizofrenia saat pasien menyatakan pikirannya seolah
meninggalkan dirinya dan secara luas memancar tanpa dapat dikendalikan peristiwa
29
ini sebenarnya juga suatu pengalaman pasivitas dan gejala peringkat pertama
skizofrenik.
Gejala subjektif lain yang terkait dengan pikiran dan peringkat pertama untuk
skizofrenia ialah pikiran yang bernada keras atau bergema (audible thought)
mendengar pikirannya sendiri berkumandang. Pasien menyadari bahwa suara itu
adalah pikirannya, tetapi ia mendengamya secara jelas saat ia memikirkannya, sesaat
sebelumnya, atau sesaat sesudahnya. Peristiwa ini sebenarnya suatu gangguan
persepsi.
Karena gangguan pikir ini kita menemukan hasil bahwasannya gangguan alam
pikiran ini menyebabkan hilangnya kemampuan untuk berpikir secara jernih, sering
disebut sebagai pasivitas. Pasien akan merasa bahwa otaknya telah ditukar dengan
segumpal serat wool atau karet yang kusut. Pikirannya menjadi kacau (jumbled),
kusut (muzzy), samar (vague), kabur (blumd). (roan, 2017, p. 94)
Gangguan bentuk pikir (formal thought disorder) berarti suatu gangguan pikiran
konseptual, abstrak, dan bentuk, hal ini terjadi pada keadaan gangguan organik dan
juga pada skizofrenia. Bannister dan Salmon (1966) telah mengembangkan satu
metode untuk menyelidiki gangguan pikiran skizofrenik atas dasar
teori personal construct yang awalnya dikemukakan oleh Kelly (1955). Kelly
mengemukakan bahwa proses pikir dapat dianggap sebagai urutan sistem constructs
yang di dalam tiap construct terdapat range of convenience (jangkauan kemudahan)
yang berbeda dan terbatas.
30
Aliran psikiatri saat ini mendasarkan penegakan diagnosis skizofrenia pada daftar
emperik gejala peringkat pertama, dan hal ini terbukti berguna pada berbagai budaya
di Barat atau di Timur, seperti di Sri Lanka (Chandrasena dan Rodrigo, 1979).
Menurut Schneider, satu gejala peringkat pertama atau lebih tanpa penyakit organik
dapat digunakan sebagai pertanda adanya skizofrenia.
seseorang diakui sebagai peringkat pertama harus memenuhi syarat seperti berikut :
1. Hal itu harus terjadi dalam frekuensi yang cukup sering pada skizofrenia.
2. Hal itu biasanya tidak terjadi pada kondisi yang bukan skizofrenia
3. Hal itu seyogyanya tidak sukar untuk menentukan ada atau tidak adanya gejala.
baru saja didengarkan karena rasanya kita tidak diberi kesempatan cukup untuk
mendengarkan. Tampaknya semua dalam bentuk potongan yang berbeda yang harus
kita padukan di dalam kepala kita sepertinya kata-kata diudara kecuali anda dapat
membayangkannya dari wajah mereka.
Akibat dari gangguan (tuna) daya perhatian ini (inattention) pada kehidupan social
yang biasa, telah diamati dengan seksama dan dilukiskan oleh Marga (1977), yang
pernah hidup bersama secara dekat selama 3 minggu dengan dua orang
skizofrenik kronik Dalam kasus si Vine, hubungan kita rasanya biasa saja, tetapi aku
mulai dapat mengerti sedikit lebih baik tentang ketidakmampuannya, dan ini amat
membantu. Ia selalu akan kehilangan jejak alur pikirnya, sampai derajat tertentu
dalam pembicaraan, lebih nyata lagi dalam tindakannya. Contoh, walau kita telah
melalui urutan berbagai test rutin sampai 500 kali bersama, ia tidak pernah dapat
menyelesaikan satu putaran tugasnya, tiap kali ia harus diingatkan segala hal yang
akan muncul dan yang tersisa yang masih harus ia selesaikan. Kesulitan utama si
Vine mempakan sesuatu yang aneh juga. Aku berkata padanya, contoh, “Mari kita
buat soal tes-nya terlebih dulu dan baru kemudian kau cuci piring”, dan aku heran
ketika respons-nya langsung ia pergi ke tempat cucian dan mencuci piring mangkuk
itu. Akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa ia mempunyai defek pada atensinya
Ia sering terkejut seperti lompatan seekor kelinci saat ia sadar bahwa dirinya sedang
diajak bicara, aku berkesan bahwa saat ia menyadari dan pulih daya perhatiannya,
setengah dari ucapan kalimatku sudah jauh, dan yang ia dengar hanya bagian
akhir saga dari ucapan itu. Aku yakin bahwa dengan menyisipkan sebuah ungkapan
preliminer, aku akan mendapatkan respons yang lebih mantap.
Pikiran dengan cakupan berlebih yaitu gagasan yang jauh sekali dengan konsep
yang sedang dibicarakan dan menyelusup kedalam pikiran yang sedang di bicarakan
dan sedang dilakukan oleh pasien.
Pikiran dengan cakupan berlebih hanya terjadi pada setengah pasien skizofrenik,
terutama yang penyakitnya masih akut, dan setengah lainnya terjadi pada skizofrenik
kronik.
3. Halusinasi Audiotorik
Tiga jenis halusinasi yang dianggap sebagai peringkat pertama, yaitu : pikiran
yang bernada keras atau bergema (audible tought, echo de la pensée,
gedankenlautwerden), suara yang terdengar sedang bertengkar (voices heard arguing),
dan suara yang memberi komentar (voices giving a running commentary).
a). Mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras atau bergema
Yaitu pikiran yang bemada keras atau bergema diartikan seolah pasien mendengar
pikirannya sendiri diucapkan keras. Dalam bahasa psikiatri Jerman sering disebut
sebagai Gedankenlautwerden, atau Perancis, echo de pensées. Pasien seolah bisa
mendengar orang mengulangi pikirannya dengan suara keras seperti berkumandang,
suatu saat setelah ia berpiki, atau menjawab pikirannya membicarakan soal yang
diucapkan dan membahasnya atau mengucapkan dengan suara keras sesuatu yang ia
akan pikirkan sehingga pikirannya seolah mengulang suara yang ada. Sering pasien
menjadi jengkel atas gerecokan ke dalam hidup pribadinya dan prihatin dirinya tidak
dapat mengendalikan bagian dari dirinya lagi, termasuk pikirannya sekalipun.
Banyak suara terdengar bertengkar satu dengan lainnya, hal ini menyatakan dua
atau lebih suara halusinasi yang sedang bertengkar atau membahas sesuatu, seorang
35
dengan lainnya. Pasien biasanya berperan sebagai orang ketiga (dia, he, she, they)
dalam tema perbincangan itu. Gejala itu tidak muncul sendiri secara spontan begitu
saja dalam bentuk ini, pasien itu sebenamya tidak mengatakan, “Aku mendengar
suara yang bertengkar dan membahas satu dengan lainnya”.gejala itu baru dapat
diketahui dengan ditanyakan secara halus dan hati-hati.
Contoh:
Seorang pemuda 24 tahun melaporkan mendengar suara berasal dari kantor perawat.
Satu suara yang nadanya rendah dan kasar mengatakan secara berulang, “G.T. adalah
seorang penentang yang keji”, dan lainnya, suara lebih bernada tinggi mengatakan,
“Dia begitu, ia harus diborgol dan disekap”. Suara seorang wanita sewaktu-waktu
nyeletuk, katanya, “Dia tidak begitu, dia orangnya cukup menyenangkan”. (Mellor,
1970)
4. Penghayatan Pasivitas
Penghayatan psivitas merupakan peristiwa dalam bidang sensasi, perasaan,
dorongan dan kehendak yang dialami sebagai sesuatu yang dibuat orang lain (made
feelings) atau dipengaruhi oleh orang lain (influenced by others). Hal itu telah
digambarkan dengan baik dengan istilah waham dikendalikan (delusion of control),
karena penghayatan pasien tentang peristiwa itu seolah dibuat oleh orang lain
sehingga berbentuk waham. Istilah seperti gangguan pasivitas, gangguan
pasivitas (disorders ofpassivity), penghayatan yang seolah dibuat oleh orang lain
(made experiences) , waham dikendalikan (delusion of control) dan gangguan
perilaku pribadi (disorders of personal activity) sebenamya dalam praktik sama atau
sinonim dan istilah itu dapat dipertukarkan (interchangeable). Peristiwa itu dihayati
sebagai sesuatu yang asing (alien) bagi pasien karena tidak dihayati sebagai miliknya,
tetapi disisipkan ke dalam dirinya dari luar.
5. Sisip Pikir (thought instion)
Pada sisip pikir, ia merasakan bahwa pikirannya itu terasa tidak akrab seperti
biasa (do not have the feeling of familiarity), seolah bukan miliknya, tetapi ia
merasa bahwa pikiran itu telah dimasukkan dari luar dirinya ke dalam pikirannya
tanpa diinginkan.
6. Pada Siar Pikir (thought broadcasting)
pasien merasa pikirannya ditarik keluar dari benaknya dan kemudian, dengan
suatu cara tertentu, diumumkan ke khalayak ramai dan disorotkan ke wilayah yang
luas. Penjelasannya yang diberikan dengan timbulnya hal ini ialah isi waham yang
sesuai dengan latar belakang budaya dan minat yang menonjol.
7. Pasivitas dari Implus
Pada pasivitas dari implus, pasien merasakan suatu dorongan yang dirasakan
sebagai asing (alien) untuk melakukan gerakan motorik, implus itu di lakukan tanpa
sang pelaku merasa melakukan itu. Jadi sepelaku merasa kalau itu bukanlah
kehendaknya sendiri.
8. Pasivitas Sometik (somatic passivity)
37
Jadi semua itu adalah gejala peringkat pertama yang dialamai oleh penderita
skizofrenik
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis menyimpulkan bahwa :
1. a. “Psikologi” berasal dari kata yunani “Psyche” yang artinya jiwa, dan “logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata)
psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-
macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
b. Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia.
c. menurut kesimpulan dari beberapa ahli psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, yang mana individu
tersebut tidak dapat di pisahkan dari lingkungannya.
2. Pikiran merupakan alur gagasan, perlambangan, dan asosiasi (flow of ideas,
symbols, and associations) yang dicetuskan oleh suatu masalah atau tugas
sehingga menuju pada suatu kesimpulan realistik.
3. Gangguan pikir adalah suatu proses berfikir dimana alur gagasan, perlambangan,
dan asosiasi (flow of ideas, symbols, and associations) mengalami penyimpangan
dan tidak terarah pada tujuan.
Adapun gangguan pada pikiran itu :
1. Percepatan Berpikir (Acceleration of Thinking),
2. Retardasi atau Hambat pikir,
3. Pikiran Sirkumstansial (Circumstanciality of Thinking),
4. Henti Pikir (Inggris: Thought Blocking, jerman: Sperrung),
5. Gangguan Daya Mempertimbangkan (Disturbance of judgement),
6. Hambatan pada Arus Pikir (Interruption to the Flow of Thought),
7. Pikiran Konkret (Concrete Thinking).
4. Adapun gangguan alam pikiran pada skizofrenik :
39
40
B. Saran
Kepada seluruh pembaca diharapkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
yang maha kuasa, agar anda dapat terhindar dari penyakit pikir ini, dan apabila kita
telah terkena penyakit pikir maka disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter dan
terus tetap ikhtiar kepada Tuhan.
Dengan ini sang penulis berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan
kritikan serta saran-saran kepada sang penulis agar sang penulis dapat
mengembangkan tulisannya dengan baik.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Cet.1