Anda di halaman 1dari 9

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA

Jl. Dustira No. 1 Cimahi Tlp. & fax (022) 6632358


Em@il : akper_rs_dustira@yahoo.co.id
Website:akper-rsdustira.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN SOSIAL


PERILAKU KEKERASAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Tugas Praktek Klinik


Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing : Endah Sarwendah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Shintia Rahayu
20.099
Tingkat 2-B

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


Jl. Dustira No. 1, Baros, Kec. Cimahi Tengah
Kota Cimahi
2022
AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA
Jl. Dustira No. 1 Cimahi Tlp. & fax (022) 6632358
Em@il : akper_rs_dustira@yahoo.co.id
Website:akper-rsdustira.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)

RS/RUANGAN TGL/PARAF NILAI TGL/PARAF NILAI NILAI


CI KLINIK CI AKADEMIK RATA-RATA

1. Kasus
Perilaku kekerasan
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart
dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut.(Purba.dkk,2008)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologus
(Berkowiz,1993)
Kesimpulannya adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik baik secara diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.

B. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut (Direja,2011) :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Psikologi
a) Terjadi asumsi, seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu dan masa
kecil yang tidak menyenangkan dan frustasi
c) Adanya kekerasan rumah tangga, keluarga dan lingkungan
2) Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang mempengaruhi
perilaku kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi
dalam menfasilitasi dan menghambat impuls agresif
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta
penurunan serotin pada cairan serebro spinal merupakan faktor
predisposisi penting menyebabkan timbulnya perilaku agresif
seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat
erat kaitannya dengan genetic termasuk genetik tipe kariotipe
XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau
tindak criminal
d) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada
limbic dan lobus temporal), kerusakan organ otak, retardasi
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan perilaku
kekerasan
3) Faktor Sosial Budaya
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat
dapat mempengaruhi perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor perilaku kekerasan sebagai berikut:
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
merasa terancam baik internal maupun eksternal.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising

C. Tanda dan Gejala


Perawat dapat mengindentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan: (Yosep,2011)
1. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam,
tangan mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandiri.
2. Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak,
mengancam secara fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor
3. Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang
orang lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau
agresif.
4. Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, menyalahkan dan menuntut
5. Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
6. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran.
D. Rentang Respon

Keterangan :
Menurut Yususf (2015) rentang respon kemarahan individu dimulai dari
respon normal (adaptif) sampai dengan tidak normal (maladaptif).
Asertif : Pasien dapat mengungkapkan kemarahan yang
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Pasien mengalami kegagalan mencapai tujuan, tidak
realitas/terhambat
Pasif : Respons lanjutan dari pasien yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Perilaku kekerasan : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol (amuk).

E. Jenis-Jenis
1. Skizofrenia Simpleks
Gejala utama kadang kala emosi dan kemunduran kemauan.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Gejala utama gangguan proses pikir gangguan kemauan dan
depesonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala utama kecurigaan yang ekstrim disertai waham kejar dan
kebesaran.
5. Episode Skizofrenia Akut
Kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran,
kesadaran mungkin berkabut.
6. Skizofrenia psiko-afektif
Gejala utama skizofrenia yang menonjol dengan disertai gejala
depresi.
7. Skizofrenia Residul
Gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan
Skizofrenia (Direja, 2011)

F. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi koping pasien yang dapat
membantu pasien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstrukstif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang
sering digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displancement, sublimasi, proyeksi, respresi, denial dan reaksi formasi
(Dermawan & Rusdi 2013).
Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada
pasien marah untuk melindungi diri antara lain :
a. Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia yang artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
namun berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
dalam alam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu di tekannya dan pada akhirnya ia mampu
melupakannya.
d. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap juga perilaku yang berlawanan dan juga
menggunakannya sebagai rintangan. Misalkan seseorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan
kuat.
e. Displancement
Yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya telah
membangkitkan emosi tersebut. Misalnya anak berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya
1. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Pohon Masalah

b. Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan:
a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perilaku kekerasan / amuk
c) Gangguan harga diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
Perilaku kekerasan/amuk
a) Data Subyektif
 Klien Mengatakan benci atau kesal pada seseorang
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
b) Data Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam
 Merusak dan melempar barang-barang

3. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan

4. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnose keperawatan : perilaku kekerasan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah …x SP I
-Mengidentifikasi pertemuan, pasien -Identifikasi penyebab,tanda
penyebab dan tanda mampu : dan gejala serta akibat
perilaku kekerasan -Menyebutkan perilaku kekerasan
-Menyebutkan jenis penyebab, tanda, -Latih cara fisik , : Tarik
perilaku kekerasan yang gejala dan akibat nafas dalam
pernah dilakukan perilaku kekerasan -Masukkan dalam jad"al
-Menyebutkan akibat dari -Memperagakan cara harian pasien
perilaku kekerasan yang fisik , untuk
dilakukan mengontrol perilaku
-Menyebutkan cara kekerasan
mengontrol perilaku Setelah ….x SP 2
kekerasan pertemuan, pasien -Evaluasi kegiatan yang lalu
-Mengontrol perilaku mampu : (SP 1)
kekerasannyadengan $ara : -Menyebutkan -Latih cara fisik 2 : Pukul
-Fisik kegiatan yang sudah kasur - bantal
-Sosial - verbal dilakukan -Masukkan dalam jadwal
-Spiritual -Memperagakan cara harian pasien
-Terap psikofamaka(patah fisik untuk mengontrol
obat) perilaku kekerasan
Setelah ….x SP 4
pertemuan pasien -Evaluasi kegiatan yang lalu
mampu : (SP1 dan 2)
- Menyebutkan -Latih secara sosial - verbal
kegiatan yang sudah -Menolak dengan baik
dilakukan -Meminta dengan baik
-Memperagakan cara -Mengungkapkan dengan
sosial – verbal untuk baik
mengontrol perilaku -Masukkan dalam jad"al
kekerasan harian pasien
Setelah ….x SP 4
pertemuan, pasien -Evaluasi kegiatan yang lalu
mampu : (SP1,2, & 3)
-Menyebutkan -Latih secara spiritual:
kegiatan yang sudah -Berdoa
dilakukan -Sholat
-Memperagakan cara -Masukkan dalam jadwal
spiritual harian pasien
Setelah ….x SP 5
pertemuan pasien -Evaluasi kegiatan yang lalu
mampu : (SP 1,2, 3, & 4)
-Menyebutkan -Latih patuh obat :
kegiatan yang -Minum obat secara teratur
sudahdilakukan dengan prinsip 5 B
-Memperagakan cara -Susun jadwal minum obat
patuh obat secara teratur
-Masukkan dalam jadwal
harian pasien
Keluarga mampu : Setelah ….x SP 1
Merawat Pasien di Rumah pertemuan keluarga -Identifikasi masalah yang
mampu menjelaskan dirasakan keluarga dalam
penyebab, tanda dan merawat pasien
gejala, akibat serta -Jelaskan tentang Perilaku
mampu Kekerasan :
memperagakan cara -Penyebab
merawat -Akibat
-Cara merawat
-Latih 2 cara merawat
-RTL keluarga / jadwal
untuk merawat pasien
Setelah ….x SP 2
pertemuan keluarga -Evaluasi SP 1
mampu menyebutkan -Latih (simulasi) 2 cara lain
kegiatan yang sudah untuk merawat pasien
dilakukandan mampu -Latih langsung ke pasien
merawat serta dapat -RTL keluarga / jadwal
membuat RTL keluarga untuk merawat
pasien
Setelah ….x SP 3
pertemuan keluarga -Evaluasi SP 1 dan 2
mampu menyebutkan -Latih langsung ke pasien
kegiatan yang sudah -RTL keluarga / jadwal
dilakukandan mampu keluarga untuk merawat
merawat serta dapat pasien
membuat RTL
Setelah …x pertemuan SP 4
keluarga mampu -Evaluasi SP 1,2, & 3
melaksanakan follow -Latih langsung ke pasien
up dan rujukan serta -RTL Keluarga :
mampu menyebutkan -Follow Up
kegiatan yang sudah -Rujukan
dilakukan
Daftar Pustaka

Gusti, A. (2020). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan . Jakarta.


Mustika, M. (2010). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Malang.
Setiawan, B. L. (2013). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa : Perilaku
Kekerasan. Semarang.
Carpenito, L. (2015). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, B. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Pusdiklatkes. (2015). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Sutejo. (2017). Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa Dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai