Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN KE I

PENGENTIAN DAN PEMECAHAAN KEWIRAUSAHAAN

1.1. PENGERTIAN

Sudah banyak literatur, pembahasan mengenai kewirausahaan dimana sudah lama


muncul yaitu pada awal abad ke-18. Istilah wirausaha pertama kali digunakan oleh
Richard Catillon 1755 berkebangsaan Irlandia yang berdiam di Prancis dalam
bukunya “essai sur la nature du commerce en generale”. Dalam buku tersebut ia
menjelaskan bahwa wirausaha adalah seorang yang menanggung risiko. Pada
awalnya istilah wirausaha merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli
barang di daerah-daerah yang kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
Istilah maupun isu kewirausahaan menjadi populer dalam dunia perdagangan atau
bisnis modern di hampir seluruh dunia pada tahun 1980. Pembicaraan tentang
kewirausahaan sebagai suatu fokus perhatian dan ketertarikan kembali ditekankan
oleh Soeharto Prawirokusumo (1997) dalam Suryana (2006),sebagai sebuah kajian
yang sangat penting bagi para mahasiswa bisnis dan manajemen, para pelaku
bisnis, akademis, dan pemerintah di berbagai tingkat di seluruh dunia. Hal ini
disebabkan karena dianggap dan diyakini bahwa kemajuan dan kekuatan
perekonomian suatu bangsa sangat tergantung pada kemajuan perdagangan dan
bisnis. Perdagangan dan bisnis tersebut dapat muncul, maju dan meluas karena
peran yang dimainkan oleh faktor kewirausahaan. Dengan membaca buku ini,
diharapkan dapat memahami tentan pengertian, ciri-ciri, model dan budaya
kewirausahaan serta cara-cara memulai menjadi seorang wirausaha.

Mari kita renungkan tentang apa yang dimaksud dengan Kewirausahaan /


Entrepreneurship. Ada beberapa renungan mengapa kita harus bekerja dan
mengapa kita harus berwirausaha, yaitu:
1. Apakah sesungguhnya bekerja itu ?
2. Apakah hakekat kerja itu ?
3. Buat apa kita bekerja ?
4. Bagaimana kita dapat bekerja lebih baik lagi ?
5. Haruskah kita bekerja ?
6. Bukankah kerja itu melelahkan ?
7. Bukankah pergi bekerja menjadi sebuah keterpaksaan ?
8. Bagaimana proses kewirausahaan (Entrepreneurship) itu terjadi?
9. Apakah yang menjadi karakter para Wirausaha (entrepreneur)?
10. Masalah apa yang biasanya dialami para entrepreneur dan bagaimana cara
mengatasinya?

Jawabnya adalah “saya perlu mencari nafkah” , atau bagi seorang wirasuaha,
“kami perlu mata pencaharian”! Selanjutnya, sebanyak apakah nafkah yang
mesti dicari dan bagaimana caranya? Agar bisa Sukses dalam bekerja atau
berwirausaha maka kita minimal harus tahu perilaku kerja secara individual
maupun secara organisasi.
Kunci sukses secara individual antara lain :
1. Keinginan besar untuk berhasil.
2. Keyakinan kuat bahwa sukses milikku.
3. Sikap mental yang posistif.
4. Pengetahuan khusus yang mendalam.
5. Daya imajinasi yang kuat.
6. Perencanaan yang teliti dan matang.
7. Kemampuan membuat keputusan yang jitu.
8. Ketekunan dan ketabahan menghadapi kegagalan.
9. Daya pikir yang tajam.
10. Kemampuan mengubah energi seksual menjadi energi kerja.
11. Emosi positif.
12. Kekuatan doa.
13. Indera ke enam yang berfungsi tajam menangkap Peluang.
14. Kemampuan mengelola enam rasa takut utama yaitu: takut miskin, kritikan,
sakit, dibenci, takut tua, dan takut mati.

Sedangkan kunci sukses berorganisasi, antara lain :


1. Membangun dan menjalankan strategi bisnis yang jitu.
2. Menampilkan sajian nilai pelanggan yang bermutu tinggi.
3. Mengejar sumber informasi dan pengetahuan.
4. Sistem manajemen yang berpusat pada jaringan dan proses.
5. Menemukan pusat pasar yang paling menguntungkan.
6. Mengelola organisasi dan bukan mengelola angka-angka.
7. Menyeimbangkan kontrol dan pemberdayaan.
8. Mengelola aset intelektual.
9. Meningkatkan produktivitas berdasarkan nilai tambah.
10. Menjalankan proses penyesuaian dan mengadopsinya.

Taksonomi Bloom, yang diciptakan oleh Benyamin S Bloom (1956), adalah


struktur hierarki yang mengindentifikasi skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi. Bloom membagi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviour) yaitu: Kognitif, afektif dan psikomotorik.
1. Kognitif adalah upaya yang mencakup kegiatan otak yang terdapat pada enam
jenjang proses berpikir yaitu:
1. Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level); Berisikan kemampuan
untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta- fakta, gagasan,
pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas (quality management), orang yg berada di
level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik
produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
2. Tingkat Pemahaman (Comprehension Level); Dikenali dari
kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa
memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
3. Tingkat Aplikasi (Application Level); Di tingkat ini, seseorang
memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,
teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi
tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab
turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
4. Tingkat Analisis (Analythical Level); Di tingkat analisis, seseorang
akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali
pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level
ini seseorang akan mampu memilah- milah penyebab meningkatnya reject,
membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan
menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.
5. Tingkat Sintesa (Synthesis Level); Satu tingkat di atas analisa,
seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari
sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data
atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan
solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Tingkat Evaluasi (Evaluation Level); Dikenali dari kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan
berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya.
Berpikir adalah suatu keadaan yang merupakan bukti eksistensi kehidupan.
Sehari- hari kita biasa dengan pola yang kita anggap benar yaitu Rational. Pola
tersebut merupakan suatu cara berpikir yang mendasarkan keputusan-
keputusannya dengan konsep Cognitive ( pola kesadaran jaga sehari- hari).

2. Afektif terdiri dari lima ranah yang berkaitan dengan respons emosional terhada
p tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Kr
athwol, sebagai berikut:
1. Penerimaan (receiving) : Seseorang yang sadar terhadap rangsangan
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu dan menerimanya, misalnya
penjelasan yang diberikan oleh guru dapat diterima.
2. Partisipasi (responding): Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kes
ediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiata
n. Misalnya patuh terhadap suatu aturan dan ikut serta dalam kegiatan, hal ini te
rmasuk sudah memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, me
liputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dengan memberikan tanggapan.
3. Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing): Kemampuan untuk mem
berikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian it
u. Kemampuan ini dibentuk dengan suatu sikap menerima, mengabaikan, atau
menolak. Misalnya mampu menerima pendapat orang lain.
4. Organisasi (organization): Kemampuan untuk membentuk suatu siste
m nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya dengan men
empatkan sesuatu pada skala nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secar
a bertanggung jawab.
5. Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value): Kemampu
an untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi (internalis
asi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. K
emampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti m
encurahkan waktu secukupnya pada pekerjaan. Artinya memiliki sistem nilai ya
ng mampu mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi ciri khas gaya hid
upnya.

3. Psikomotor (pshycomotoric domain)


Ranah psikomor ini berupa aktivitas motorik dengan pendidikan fisik dan atletik,
seperti juga kegiatan menulis dengan tangan dan pengolahan kata membutuhkan
gerakan.
Ranah psikomotor ini berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rincian
dalam ranah psikomotor ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain namun
tetap berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
1. Persepsi (perception): Kegiatan untuk menggunakan isyarat-isyarat
sensoris dalam memandu aktivitas motorik. Misalnya dalam pemilihan warna
yang menggunakan alat indera (mata) sebagai rangsangan untuk menyeleksi
isyarat terjemahan.
2. Kesiapan (set): Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
suatu gerakan. Misalnya posisi start lomba renang.
3. Gerakan Terbimbing (guided response): Kemampuan untuk
melakukan suatu gerakan dengan contoh yang diberikan. Tahap awal
mempelajari suatu keterampilan termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba. Misalnya, membuat segitiga di atas pola.
4. Gerakan yang Terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan karena sudah dilatih secukupnya. Misalnya, melakukan climbing
dengan cepat dan tepat karena terbiasa dengan gerakan-gerakan yang sudah
diajarkan sehingga mampu tampil dengan meyakinkan.
5. Gerakan yang Kompleks (complex response): Kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap dengan
lancar, tepat dan efisien. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.
6. Penyesuaian Pola Gerakan (adjustment): Kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan persyaratan
khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga bisa
disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi. Contohnya, keterampilan
bergulat dengan baik.
7. Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau
inisiatif sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi tari yang baru.

Berdasarkan uraian diatas bahwa Taksonomi Bloom dapat dikelompokkan


dalam tiga ranah. Dan Selanjutnya Taksonomi Bloom dibuat secara ringkas
pada gambar berikut ini.
Selanjutnya mari kita Kembali ke konsep kognitif yaitu pola kesadaran jaga
sehari- hari, dimana kita mendasarkan keputusan – keputusan kita pada apa yang
ditangkap oleh pancaindera yang lumrah. Misalnya, kita memutuskan apa yang
terlihat sebagaimana yang terlihat secara kasat mata. Apa yang terdengar
sebagaimana yang terdengar pada ambang batas pendengaran normal dan
seterusnya. Demikianlah pola berpikir kita terbentuk berdasarkan pada segala
sesuatu yang ditangkap secara lumrah oleh pencaindera dan kemudian membentuk
kesadaran kita. Kontrol pola di atas terletak pada Otak. Pertama kali diungkapkan
oleh Roger W. Sperry pada tahun 1960-an bahwa kerja Otak terbagi dua bagian
yang banyak berperanan dalam kesuksesan bekerja. Dua Pembagian Otak yaitu:

1. Bagian Otak Besar Sebelah Kanan (Right Cerebral Hemisphere)


 Special * Musical * Acoustic (“Berbakat musik* Akustik”)
 Holistic * Multiple (“Berbagai”)
 Artistic * Symbolic * Imaginative (” [yang] Artistik* Simbolis* Imajinatif)
 Simultaneous * Continuous (” Bersama* Berlanjut”)
 Emotional * Sensuous (” Emosional* Perasa)
 Intuitive * Creative (Intuitif* Kreatif)
 Minor * Quiet * Timeless (Pelajaran) pelengkap* Ketenangan* Terus-
Menerus)
 Spiritual * Divergence (Rohani* Penyimpangan)
 Metaphoric * Free (Secara penumpamaan* Cuma-Cuma)
 Qualitative * Subjective( Kwalitatif* Hubungan)
 Receptive * Horizontal (Mau menerima* Horisontal)
 Synthetic * Gestalt * Concrete (Buatan* Gestalt* Beton)
 Facial * Recognition (Masase muka* Pengenalan)
 Comprehension * Impulsive (Pengertian* [yang] Menuruti kata hati)
 Perception of Abstract Patterns (Persepsi Pola teladan Abstrak)
 Recognition of Complex Figures (Pengenalan [dari;ttg] Figur Kompleks)
 Existensial * Eastern Thought (Existensial* Pemikiran Ketimuran)

2. Bagian Otak Besar sebelah Kiri


 ” Suara* Lisan* Linier* Logis
 ” Mathematical* Yang terperinci* Berurutan* Percontohan* Diferensial
 ” Yang dikendalikan* Deductive* Intelektual* Sasaran
 ” Dominan* Vertikal* Duniawi* Yang diarahkan
 ” Pemusatan* Terpisah* Kwantitatif
 ” Aktip* Realistis* Analitik* Abstrak
 ” Pembacaan* Penulisan* Penamaan
 ” Percontohan* Pemesanan
 ” Persepsi [dari; tentang] Order; Pesanan Penting
 ” Urutan Motor kompleks
 ” Historis* Tegas/Eksplisit* Film koboi/ buku koboi Pemikiran

Selanjutkan berdasarkan kerja otak diatas, maka manusia memiliki 3 (tiga)


Dimensi, yaitu:
Manusis sebagai Hidup dalam Bekerja dengan motif
Maksul spiritual Ruang Moral Spritual Kebutuhan Spritual
Makluk psikologis Ruang Psikologikal Kebutuhan Psikis
Makluk biologis Ruang Fiskal Kebutuah Biologis
Makluk sosial Ruang Publik Kebutuhan Sosial

Pada modul Kewirausahaan / Entreprenuership akan dijelaskan tentang kompetensi


yang berkaitan dengan kewirausahaan yang harus dimiliki oleh para sarjana ekonomi
dalam melaksajakan pengembangan keilmuawan yang meliputi antara lain:
 Pengertian dan Ruang Lingkup Kewirausahaan,
 Konsep Dasar Kewirausahaan,
 Karakteristik Dan Kepribadian Kewirausahaan,
 Pengembangan Motivasi berwirausaha dan berprestasi,
 Peluang dan Proses Kewirausahaan,
 Fungsi dan Peran Wirausaha,
 Business Plan, Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya,
 Business Canvas Model,
 Etika Bisnis dalam Wirausaha,
 Kewirausahaan di Indonesia dan aspek hukum kewirausahaan.

a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Membekali peserta dalam memahami tentang lingkup kewirausahaan untuk
pengembangan kemandirian usaha.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah selesai mempelajari ini peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang Konsep Dasar Kewirausahaan
2. Menjelaskan sikap dan kepribadian Kewirausahaan serta kewirausahaan di
Indonesia
3. Menjelaskan dan merumuskan pengembangan Proses Kewirausahaan, Fungsi
dan Model Peran Wirausaha, Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya,
Etika Bisnis dalam Wirausaha, dapat membuat Business Plan dan Business Model
Canvas.

b. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Simulasi dan Presentasi
3. Curah pendapat dan Ungkapan pengalaman
4. Diskusi dan Tanya Jawab

c. Sarana Pembelajaran
1. Vidoe dan Modul serta Masalah-masalah di masyarakat yang menyangkut
kewirausahaan
2. Buku Kewirausahaan.

1.2. Pendekatan Pemecahan Masalah Ke wirausahaan


Masalah utama dalam Kewirausahaan didekati dengan memberikan Satuan Acara
Perkuliahan (SAP) untuk satu semester agar mahasiswa mampu mempelajari
Kewirasuahaan. Dalam SAP, secara rinci disebutkan mengenai Pokok Bahasan,
Tinjauan Instruksional Umum (TIU), Tinjauan Instruksional Khusus (TIK),
Kegiatan Pengampu dan Mahasiswa, serta peralatan yang digunakan termasuk
modul teori. Kemantapan pengetahuan mahasiswa tentang Kewirausahaan
dievaluasi dengan tambahan tugas terstruktur tentang perencanaan bisnis (Business
Plan), Business Canvas Model, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.

Bisakah kita mempelajari kewirausahaan?


Pertanyaan ini tentunya muncul di benak kita semua, dapatkah kewirausahaan
dipelajari? Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembentukan
kewirausahaan? Berdasarkan Suryana (2006), beberapa puluh tahun yang lalu ada
pendapat bahwa kewirausahaan tidak dapat dipelajari dalam arti seseorang akan
menjadi wirausaha hanya karena faktor bawaan atau keturunan. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan penerapan mata
pelajaran atau pendidikan kewirausahaan memberikan dampak yang sangat luar
biasa pada pertumbuhan wirausaha. Di negara maju pertumbuhan wirausaha
membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa. Para wirausaha baru ini telah
memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif dan memiliki daya saing
tinggi. Sebagai suatu disiplin ilmu, ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan
diajarkan, sehingga setiap individu memiliki peluang untuk tampil sebagai seorang
wirausahawan (entrepreneur). Untuk menjadi wirausahawan sukses, memiliki
bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala
aspek usaha yang akan ditekuninya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, tugas dari wirausaha sangat
banyak, antara lain tugas mengambil keputusan, kepemimpinan teknis, dan lain-
lain. Hal ini didukung pula oleh pendapat Chruchill (1987) bahwa masalah
pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia mengatakan
bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia lebih
mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun pengalaman juga sangat
penting bagi seorang wirausaha, karena sumber kegagalan kedua adalah jika
seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman
lapangan.
Oleh karena itu, perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama
yang menentukan keberhasilan wirausaha. Transformasi pengetahuan
kewirausahaan terus berkembang. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin
banyak dilakukan penelitian mengenai teori maupun praktik kewirausahaan.

Di Indonesia pengetahuan kewirausahaan telah diajarkan baik di sekolah


menengah, perguruan tinggi dan berbagai tempat pelatihan maupun kursus bisnis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan baik secara keilmuan
maupun praktik dapat diajarkan. (Suryana, 2006) Pada akhirnya menyimpulkan
bahwa seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang
mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan serta mau belajar untuk
meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan di sini berarti pemahaman suatu
masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir.
“Jika dahulu kewirausahaan dianggap bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui
pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah
bergeser. Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya”. (Suryana, 2006)

LINGKUNGAN

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
DAN PENGALAMAN

KEMAMPUAN
BERWIRAUSAAHAN

PERTANYAAN DAN DISKUSI


1. Setelah saudara membaca pada pertemuan pertama, apa yang dipahami tentang
kewirausahaan?
2. Sebutkan dan buatkan studi kasus tentang kewirausahaan masa moderen digital
enterprenurship, buatkan dalam pemecahaan permasalahaannya?
3. Buatkan perbedaan antara enterpreunership terdahulu, moderen dan masa green
economic dan era digital ?

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, Rhonda. 2008. Business Plan In A Day. Cara Jitu Membuat


Rencana Bisnis. Jakarta : Penerbit Kanisius.

Alma, Buchari. 2011. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuhbelas.


Bandung : Alfabeta.

Dun Steinhoff, John F. Burgess. 1993. Small Business Management


Fundamentals 6th ed. New York : McGraw hill Inc

Dun & Broadstreet dan Business Credit, Inc. 1989. The Challenges of
Managing a Small Business. Small Business Department.
Winconsin : Murray Hill

…………1993. The Strategic Plan and Business Plan. New York :


Prentice Hall

Ebert J. Ronald dan Ricky Griffin. 2000. Business Essentials. New


Jersey :
Prentice Hall, Inc

Ebert, R.J. dan Griffin, R.W. 2011. Business Essentials. New Jersey :
Pearson Education, Inc.

Forum Human Capital Indonesia. 2007. Excellent People. Excellent


Business. Pemikiran Strategik Mengenai Human Capital Indonesia.
Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Franz Magnis-‐Suseno. 1987. Etika Dasar : Masalah-‐masalah Pokok


Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius

Kementerian Perindustrian. 2010. Panduan Pelaksanaan Kemitraan


Industri Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar. Jakarta :
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian
Perindustrian.

Kuriloff, Arthur H, dkk. 1993. Starting and Managing the Small


Business 3rd ed. New York : McGraw Hill

Levinson, J.C. dan Lautenslager, Al. 2006. Guerrilla Marketing in 30 Days.


Penerjemah : Dwi Prabantini. Yogyakarta : Andi.

Nugroho, Riant. 2009. Memahami Latar Belakang Pemikiran


Entrepreneurship Ciputra. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

Rangkuti, Freddy. 2006. Business Plan. Teknik Membuat Perencanaan


Bisnis dan Analisis Kasus. Cetakan Ketujuh. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Scarborough, Norman M, Thomas W. Zimmerer. 1993. Effective Small


Business Management 4th ed. New York : Mac-‐Millan
Publishing Company

Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan. Teori, Praktik dan Kasus-‐kasus.


Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sarosa, Pietra. 2004. Langkah Awal Menjadi Entrepreneur Sukses.


Cetakan Keempat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai