Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro
Disusun oleh:
Lutviseviana 63030220061
AKUNTANSI SYARIAH
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
kita diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup, dan juga kita mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas serta nilai mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro yang diampu oleh Bapak Fernaldi Anggadha Ratno, M.Si. Namun,selain
itu, pembuatan ini juga bertujuan untuk memberikan kita wawasan yang lebih luas
mengenai Pengantar Ekonomi Makro.
Pemakalah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah..........................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................16
B. Saran...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika Anda hendak menilai prestasi ekonomi seseorang, Anda
kemungkinan memeriksa pendapatannya terlebih dahulu. Orang
berpenghasilan besar dapat lebih mudah menjangka kebutuhan dan
kemewahan hithup. Tidak mengherankan jika orang berpenghasilan besar
menikmati standar hidup yang lebih tinggi.
Karena kondisi perekonomian secara keseluruhan berpengaruh
sangat besar terhadap kita semua, perubahan kondisi perekonomian
dilaporkan secara meluas oleh media, bahkan sulit untuk membaca surat
kabar tanpa melihat laporan terbaru tentang statistik perekonomian
Statistik tersebut kemungkinan mengukur pendapatan total semua orang
dalam perekonomian (Gross Domestic Products-GDP atau Produk
Domestik Bruto-PDB), tingkat kenaikan harga rata-rata (inflasi),
persentase tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan (pengangguran),
jumlah pembelanjaan di toko-toko (penjualan ritel), atau
ketidakseimbangan perdagangan antara negara Anda dengan negara-
negara lain di dunia (defisit perdagangan). Semua statistik ini disebut
dengan ekonomi makro. Statistik-statistik ini tidak memberikan informasi
kepada kita tentang rumah tangga atau perusahaan tertentu, tetapi tentang
perekonomian secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian?
2. Bagaimana pengukuran produk domestik bruto?
3. Apa saja komponen-komponen PDB?
4. Apa yang dimaksud PDB Riil vs PDB Nominal?
5. Apa yang dimaksud Deflator PDB?
6. Apa hubungan PDB dan kesehatan perekonomian?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui begaimana pendapatan dan pengeluaran dalam
perekonomian.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran produk domestik bruto.
3. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen PDB.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud PDB Riil vs PDB Nominal.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Deflator PDB.
6. Untuk mengetahui apa hubungan PDB dan kesehatan perekonomian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendapatan dan Pengeluaran dalam Perekonomian
PDB mengukur dua hal sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang
dalam perekonomian dan jumlah pembelanjaan untuk membeli barang dan
jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat mengukur pendapatan total
dan pengeluaran secara bersamaan adalah kedua hal ini pada dasarnya sama
saja. Untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan total harus
sama dengan pengeluaran total. Mengapa demikian? Pendapatan
perekonomian sama dengan pengeluarannya karena setiap transaksi
melibatkan dua pihak, yakni penjual dan pembeli. Setiap uang yang
dibelanjakan oleh pembeli merupakan pendapatan bagi penjual.
Pendapatan Pembelanjaan
(=PDB) (=PDB)
gambar 1
Cara lain untuk memandang persamaan pendapatan dan pengeluaran
adalah dengan diagram arus lingkar pada gambar 1. Diagram ini
menggambarkan semua transaksi yang dilakukan oleh runiah tangga dan
perusahaan dalam suatu perekonomian sederhana. Dalam perekonomian ini,
rumah tangga membeli barang dan jasa dari perusahaan; Pengeluaran ini
mengalir melalui pasar barang dan jasa. Sebaliknya, perusahaan
menggunakan uang yang mereka peroleh dari penjualan untuk membayar
upah pegawal, sewa pemilik tanah, dan keuntungan pemilik perusahaan.
Semua pendapatan ini mengalir melalui pasar faktor produksi. Dalam
perekonomian ini, uang mengalir dari rumah tangga ke perusahaan kemudian
kembali ke rumah tangga.
Kita dapat menghitung PDB perekonomian ini melalui satu dari dua cara,
yaitu dengan menjumlahkan pengeluaran rumah tangga atau menjumlahkan
pendapatan (upah, sewa, dan keuntungan) yang dibayar oleh perusahaan.
Karena seluruh pengeluaran dalam perekonomian pada akhirnya menjadi
pendapatan bagi seseorang, PDB selalu sama tanpa memandang cara
perhitungannya.
Perekonomian nyata, tentu saja, jauh lebih rumit daripada perekonomian
yang diilustrasikan pada gambar 1. Secara spesifik, rumah tangga tidak
membelanjakan seluruh pendapatannya. Mereka memberikan sebagian
pendapatan mereka kepada pemerintah dalam bentuk pajak dan mereka
menyimpan sebagian pendapatan mereka untuk digunakan pada masa depan.
Selain itu, rumah tangga tidak membeli seluruh barang dan jasa yang
diproduksi dalam perekonomian.
Sebagian barang dan jasa dibeli oleh pemerintah dan sebagian lain dibeli
oleh perusahaan yang berencana untuk menggunakannya pada masa depan
untuk memproduksi produk mereka sendiri. Namun, tanpa memandang
apakah rumah tangga, pemerintah, atau perusahaan yang membeli barang atau
jasa, transaksi tersebut melibatkan penjual dan pembeli. Dengan demikian,
dalam perekonomian secara keseluruhan, pengeluaran dan pendapatan selalu
sama.
“….Dari Semua…”
PDB dibuat agar komprehensif. PDB mencakup seluruh barang yang
diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasar. PDB tidak
hanya mengukur nilai pasar apel dan jeruk, tetapi juga buah pir dan anggur,
buku dan film, model rambut dan layanan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, ada sebagian produk yang tidak dimasukkan ke dalam PDB
karena sulit diukur PDB tidak memasukkan sebagian besar barang yang
diproduksi dan dijual secara tidak sah, misalnya obat-obatan terlarang. PDB
juga tidak memasukkan sebagian besar barang yang diproduksi dan
dikonsumsi di rumah sehingga tidak pernah memasuki pasar. Sayuran yang
Anda beli di minimarket adalah bagian dari PDB dan sayuran yang Anda
tanam sendiri di rumah bukan bagian dari PDB.
Pengecualian beberapa barang dari PDB terkadang dapat memberikan
hasil bertolak belakang. Contohnya adalah apabila Ms. Tan membayar Mr.
Lee untuk memotong rumput di halaman rumahnya, transaksi itu termasuk ke
dalam PDB. Jika Ms. Tan akan menikah dengan Mr. Lee maka situasinya pun
berubah. Meskipun Mr. Lee tetap memotong rumput di halaman rumah Ms.
Tan, nilal jasa pemotongan rumput itu kini dikecualikan dari PDB karena jasa
Mr. Lee tidak lagi dijual di pasar. Dengan demikian, apabila Ms. Than dan
Mr. Lee menikah, PDB mengalami penurunan.
"...Akhir..."
PDB hanya memasukkan nilai barang jadi. Alasannya adalah nilai barang
antara sudah termasuk ke dalam harga barang jadi. Menambahkan nilai pasar
kertas ke dalam nilai pasar kartu ucapan berarti perhitungan ganda.
Pengecualian penting untuk prinsip ini timbul apabila suatu barang antara
diproduksi, bukan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam persedian
barang perusahaan untuk digunakan atau dijual kemudian hari. Dalam kasus
ini, barang antara tersebut untuk sementata dianggap sebagai barang "jadi”,
dan nilainya sebagai investasi persediaan dimasukkan ke dalam PDB. Apabila
persediaan barang antara digunakan atau dijual pada kemudian hari maka
investasi persediaan perusahaan itu menjadi nol dan PDB pada periode
tersebut berkurang sesuai jumlah barang antara yang digunakan atau dijual
tersebut.
"...Yang Diproduksi..."
PDB mencakup barang dan jasa yang sedang diproduksi. PDB tidak
termasuk transaksi yang melibatkan barang-barang yang diproduksi pada
masa lalu. Ketika Toyota memproduksi dan menjual sebuah mobil baru, nilai
mobil itu dimasukkan ke dalam PDB. Apabila seseorang menjual mobil bekas
kepada orang lain, nilai mobil bekas itu tidak dimasukkan ke dalam PDB.
C. KOMPONEN-KOMPONEN PDB
Untuk memahami bagaimana ekonomi memanfaatkan sumber daya
langka, para ekonom sering tertarik untuk mempelajari komposisu PDB dari
berbagai jenis pembelanjaan. Untuk melakukannya, PDB (yang
dilambangkan dengan Y) dibagi menjadi empat komponen, yata konsumsi
(C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor neto (NX):
Y=C+1+G+NX
Persamaan ini merupakan persamaan identitas-persamaan yang
kebenarannya ditentukan oleh definisi variabel-variabel di dalamnya. Dalam
kasus ini, karena setiap unit pengeluaran yang dimasukkan ke dalam PDB
merupakan satu dari empat komponen PDB maka jumla keempat komponen
tersebut harus sama dengan PDB. Mari kita pelajari masing-masing keempat
komponen tersebut secara lebih mendalam sebagai berikut :
1. Konsumsi
Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk
barang dan jasa. "Barang" meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk
barang awet, seperti mobil dan alat rumah rumah tangga, dan barang
tidak awet, seperti makanan dan pakaian. "Jasa" meliputi barang dengan
peny barang tidak kasat mata, seperti potong rambut dan layanan
kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga untuk pendidikan juga termasuk
ke dalam konsumsi jasa (meskipun kita dapat berpendapat bahwa
pembelanjaan untuk pendidikan lebih cocok dikelompokkan ke dalam
komponen berikutnya).
2. Investasi
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang akan
digunakan pada masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih banyak. Investasi adalah jumlah pembelian peralatan modal,
persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan
meliputi pengeluaran untuk rumah baru. Sesuai kesepakatan bersama,
pembelian rumah baru adalah satu bentuk pembelanjaan rumah tangga
yang dikategorikan sebagai investasi, bukan konsumsi.
Perlakuan terhadap akumulasi persediaan perlu diperhatikan.
Ketika Toshiba memproduksi sebuah komputer dan memasukkannya ke
dalam persediaan, bukan menjualnya, Toshiba dianggap telah "membeli
komputer itu untuk dirinya sendiri. Artinya, akuntan pendapatan nasional
memperlakukan komputer sebagai bagian dari pengeluaran investasi
Toshiba. (Jika Toshiba kemudian menjual komputer itu dari persediaan
maka investasi persediaan Toshiba menjadi negatif sehingga saling
menghapuskan pengeluaran pembeli yang menjadi positif.) Persediaan
diperlakukan seperti ini karena salah satu tujuan PDB adalah untuk
mengukur nilai produksi ekonomi dan barang yang ditambahkan ke
dalam persediaan merupakan bagian dari produksi pada periode tersebut.
3. Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah (government purchases) meliputi pengeluaran
untuk barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah. Belanja
pemerintah mencakup upah pegawai negeri dan pengeluaran untuk
pekerjaan umum. Arti "belanja pemerintah perlu diperjelas. Apabila
pemerintah membayar upah seorang jenderal, upah tersebut merupakan
bagian dari belanja pemerintah. Namun, bagaimana jika pemerintah
membayar uang pensiun bagi warga lanjut usia? Pengeluaran pemerintah
seperti itu disebut dengan pembayaran transfer karena tidak untuk ditukar
dengan barang atau jasa yang diproduksi pada saat itu. Pembayaran
transfer memengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak
mencerminkan produksi ekonomi. (Dari sudut pandang ekonomi makro,
pembayaran transfer sama seperti pajak negatif.) Karena PDB bertujuan
untuk mengukur pendapatan dan pengeluaran untuk produksi barang dan
jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja
pemerintah.
4. Ekspor Neto
Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian barang produksi
domestik oleh warga asing (ekspor) dikurangi dengan pembelian barang
asing oleh warga domestik (impor). Penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan domestik kepada pembeli luar negeri, seperti penjualan
Boeing kepada Air Asia, meningkatkan ekspor neto.
Kata neto dalam istilah "ekspor neto" berarti bahwa impor
dikurangi dari ekspor. Pengurangan ini dilakukan karena impor barang
dan jasa termasuk ke dalam komponen PDB lainnya. Sebagai contoh,
anggap bahwa sebuah rumah tangga membeli mobil dari Hyundai,
produsen mobil Korea. Transaksi tersebut meningkatkan konsumsi dalam
jumlah tertentu karena mobil tersebut merupakan barang impor.
Dengan kata lain, ekspor neto mencakup barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri (dengan tanda minus) karena barang dan jasa ini
termasuk ke dalam konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah (dengan
tanda plus). Dengan demikian, apabila rumah tangga, perusahaan, atau
pemerintah membeli barang atau jasa dari luar negeri, pembelian tersebut
mengurangi ekspor-namun karena meningkatkan konsumsi, investasi,
atau belanja pemerintah, pembelian itu tidak memengaruhi PDB.
gambar 2
PDB Nominal
Deflator PDB : PDB riil X 100
Karena besar PDB nominal dan PDB riil pada tahun basis harus sama,
deflator PDB pada tahun basis selalu sama dengan 100. Deflator PDB pada
tahun-tahun berikutnya mengukur perubahan PDB nominal dari tahun basis
yang semestinya tidak disebabkan oleh perubahan PDB riil.
Deflator PDB mengukur tingkat harga kini relatif dengan tingkat harga
pada tahun basis. Untuk melihat kebenaran dari pernyataan ini, amatilah
sejumlah contoh berikut. Pertama, bayangkan bahwa jumlah yang diproduksi
dalam perekonomian meningkat seiring berjalannya waktu, namun harga
tidak berubah. Di sini, baik PDB nominal maupun PDB riil sama-sama
mengalami kenaikan sehingga deflator PDB tidak berubah. Di sini, PDB
nominal mengalami kenaikan, namun PDB riil tidak berubah sehingga
deflator PDB pun mengalami kenaikan. Perlu diperhatikan bahwa dalam
kedua kasus tersebut, deflator PDB mencerminkan apa yang terjadi dengan
harga, bukan dengan jumlah.
Mari kita beralih kembali pada contoh angka pada gambar 2. Deflator
PDB dihitung di bagian bawah tabel. Pada 2007, PDB nominal adalah sebesar
$200 dan PDB riil sebesar $200 sehingga deflator PDB pada tahun basis
selalu sebesar 100. Pada 2008, PDB nominalnya sebesar $600 dan PDB
riilnya sebesar $350 sehingga deflator PDB-nya adalah 171. Karena deflator
PDB mengalami kenaikan pada 2008 dari 100 menjadi 171, kita dapat
mengatakan bahwa tingkat harga naik sebesar 71 persen.
A. KESIMPULAN
PDB mengukur dua hal sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang
dalam perekonomian dan jumlah pembelanjaan untuk membeli barang dan
jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat mengukur pendapatan total
dan pengeluaran secara bersamaan adalah kedua hal ini pada dasarnya sama
saja. Karena setiap transaksi melibatkan penjual dan pembeli, pengeluaran
total dalam suatu perekonomian harus sama dengan pendapatan totalnya.
Produk Domestik Bruto (PDB) mengukur pengeluaran total barang dan
jasa yang baru diproduksi dalam suatu perekonomian dan pendapatan total
yang diperoleh dari produksi barang dan jasa tersebut. Lebih spesifik lagi,
PDB adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa jadi yang diproduksi di
dalam negeri pada periode tertentu.
PDB terdiri atas empat komponen pengeluaran, yaitu konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, dan ekspor neto. Konsumsi meliputi pembelanjaan
barang dan jasa oleh rumah tangga dengan pengecualian pembelian rumah
baru. Investasi meliputi pembelanjaan peralatan dan struktur baru, termasuk
pembelian rumah baru oleh rumah tangga. Belanja pemerintah meliputi
pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah. Ekspor neto sama dengan
nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan dijual di luar negeri
(eskpor) dikurangi dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi di luar
negeri dan dijual di dalam negeri (impor).
PDB nominal menggunakan harga saat ini untuk menilai produksi barang
dan jasa dalam perekonomian. PDB riil menggunakan harga tahun basis
untuk menilai produksi barung dan jasa dalam perekonomian. Karena PDB
riil tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, perubahan PDB riil hanya
mencerminkan perubahan jumlah yang diproduksi.
PDB nominal mencerminkan, baik harga barang dan jasa maupun jumlah
barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Sebaliknya, dengan
menetapkan harga pada tingkat tahun basis, PDB riil hanya mencerminkan
jumlah yang diproduksi. Dari kedua statistik ini, kita dapat menghitung
statistik ketiga yang disebut dengan deflator PDB yang mencerminkan harga
barang dan jasa, namun bukan jumlah yang diproduksi.
B. SARAN