Anda di halaman 1dari 4

PART 3

B. Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain, baik
untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap secara peermanen.
Mobilitas seperti ini dalam geografi manusia (human geography) disebut mobilitas fisik. Selain
mobilitas fisik, ilmu geografi manusia mengenal istilah mobilitas sosial. Mobilitas sosial
merupakan perubahan status sosial.

Ada dua jenis mobilitas fisik yaitu.

a. Mobilitas Permanen

Mobilitas permanen adalah perpindahan penduduk untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melewati batas administratif atau batas politik/Negara.

Mobilitas permanen dapat dikelompokkan atas dua hal berikut.

1) Mobilitas Internal adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya dalam
satu Negara. Bentuk-bentuk mobilitas internal antara lain sebagai berikut.
a) Urbanisasi adalah bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah perkotaan
yang disebabkan oleh pertambahan penduduk wilayah perkotaan, dan akibat perluasan
daerah perkotaan.
b) Ruralisasi adalah perpindahan penduduk dari kota kembali ke desa.
c) Transmigrasi adalah pemindahan atau kepindahan penduduk dari suatu daerah untuk
menetap di daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan yang dianggap perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang.
2) Mobilitas Eksternal, yaitu perpindahan penduduk dari suatu Negara ke Negara lain. Bentuk-
bentuk mobilitias eksternal antara lain sebagai berikut.
a) Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari tanah air sendiri ke Negara lain untuk tinggal
menetap di sana.
b) Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari Negara lain masuk ke Negara kita.
c) Remigrasi adalah kembalinya penduduk suatu Negara ke tanah airnya sendiri setelah
pindah dan menetap di Negara asing.
b. Mobilitas Nonpermanen

Mobilitas nonpermanen adalah perpindahan penduduk untuk sementara waktu dari suatu
tempat ke tempat lain. Mobilitas nonpermanen dapat di kelompokkan menjadi dua hal berikut.

1) Komutasi atau mobilitas ulang-alik adalah bentuk mobilitas penduduk nonpermanen yang
dilakukan dengan pergi pulang dalam tempo kurang dari 24 jam. Pelakunya tidak menginap di
tempat yang dituju.
2) Sirkulasi adalah bentuk mobilitas penduduk nonpermanen yang di lakukan dengan menginap
di tempat tujuan untuk sementara waktu. Pelakunya disebut sirkuler.

Mobilitas penduduk mempunyai dampak positif dan negatif dari daerah yang dituju
maupun daerah yang ditinggalkan. Kedua dampak itu dapat dilihat sebagai berikut.

Dampak Positif
Bagi daerah yang dituju.

1. Jumlah tenaga kerja meningkat


2. Terjadi akulturasi dan asimilasi nilai budaya

Bagi daerah yang ditinggal.

1. Jumlah penduduk berkurang


2. Jumlah pengangguran berkurang

Dampak Negatif

Bagi daerah yang dituju.

1. Peningkatan kepadatan penduduk


2. Pengangguran dan kriminalitas meningkat
3. Permukiman kumuh muncul

Bagi daerah yang ditinggal.

1. Kehilangan tenaga kerja produktif


2. Tenaga untuk bidang agraris berkurang
3. Pembangunan desa terhambat
c. Mobilitas Tenaga Kerja

Menurut UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang/jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Berdasarkan mobilitas tenaga kerja, ada dua tipe tenaga kerja, yakni sebgai berikut.

1. Stayers adalah tenaga kerja yang bekerja di lokasi yang sama dengan lokasi tempat
tinggalnya. Dari analisis mobilitas tenaga kerja hasil Sakernas 2014, diketahui bahwa pekerja
wanita memiliki kecenderungan untuk menjadi stayers. Kecenderungan ini terkait dengan
peran dan tugasnya dalam rumah tangga.
2. Movers adalah tenaga kerja yang bekerja di lokasi yang berbeda dengan lokasi tempat
tinggalnya. Mereka melakukan mobilitas nonpermanent. Mayoritas para pekerja yang
melakukan mobilitas ini mengenyam pendidikan SMA ke atas dan kelompok umur 20-29
tahun. Ada dua tipe movers, yakni.
a. Pekerja komuter adalah pelaku mobilitas ulang-alik dengan tujuan utama untuk
bekerja.proporsi terbesar pekerja komuter adalah pekerja yang berpendidikanSMA ke atas.
b. Pekerja sirkuler adalah pelaku mobilitas sirkuler dengan tujuan utama untuk bekerja.
Proporsi terbesar pekrja sirkuler adalah pekerja dengan pendidikan di bawah SMA.

Pekerja di Indonesia lebih banyak yang bertipe strayers. Pada tahun 2014, ada 91,9%
pekerja strayers. Mereka bekerja di lokasi yang sama dengan lokasi tempat tinggalnya.
Sementara itu, 8,1% merupakan pelaku mobilitas nonpermanen (movers).

Dari pekerja yang melakukan mobilitas nonpermanent ini, 6,1 % merupakan pekerja
komuter dan 2% pekerja sirkuler.

C. Kualitaas Penduduk dan Indeks Pembangunan

Manusia
Menurut UU RI No. 25 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependuduka dan
Pembangunan Keluarga, kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan
nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktifitas, tingkat sosial,
ketahanan, kemandirian, kecerdasan sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan
dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian,
berkebangsaan dan hidup layak.

Dari defenisi diatas, tampak bahwa kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita
menjadi aspek penting bagi kualitas penduduk.

1. Kesehatan

Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Tingkat kesehatan penduduk suatu Negara antara lain
dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan angka harapan hidup.

Angka kematian bayi merupakan indicator yang penting untuk menggambarkan keadaan
derajat kesehatan masyarakat. Hal ini terjadi karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap
keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status
sosial orang tua si bayi. Menurunnya angka kematian bayi dapat menjadi cermin tingkat
kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit
penyebab kematian.

Angka kematian bayi berhubungan erat dengan angka harapan hidup. Jika angka kematian
bayi menurun, angka harapan hidup akan meningkat. Angka harapan hidup juga menjadi
indikator tingkat kesehatan masyarakat.

Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang
diharapkan dapat terus hidup. Ukuran yang biasanya digunakan adalah angka harapan hidup
ketika lahir yang mencerminkan kondisi kesehatan pada saat itu.

Menurut peraturan Presiden RI No. 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan
Kependudukan, pemerintah pusat dan daerah melakukan peningkatan kualitas penduduk
dibidang kesehatan melalui hal-hal berikut.

a. Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup, terutama bagi ibu dan anak, dengan cara
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan peran pemerintah
daerah dan swasta, serta memberdayakan keluarga dan masyarakat.
b. Peningkatan status gizi dengan cara melakukan penguatan perbaikan gizi masyarakat dan
meningkatkan ketersediaan serta aksesibilitas pangan penduduk.
c. Penigkatan pengendalian penyakit menular, peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang
layak, serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan
komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia yang cukup berpengaruh. Indicator-
indikator penting yang berkaitan dengan keberhasilan pendidikan antara lain angka partisipasi
sekolah, angka jenjang pendidikan yang ditamatkan penduduk 15 tahun ke atas, dan angka buta
huruf.
Angka partisipasi sekolah (APS) adalah proporsi anak sekolah pada usia jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut dan
dinyatakan dalam persen.
Angka partisipasi sekolah (APS) berbeda dengan angka partisipasi kasar (APK). Angka
partisipasi kasar (APK) merupakan indicator yang dapat memberikan gambaran mengenai
partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu tanpa
memperhatikan umur.
Selain angka partisipasi sekolah (APS) dan angka partisipasi kasar (APK), angka
partisipasi murni (APM) juga dapat digunakan sebagai indikator pendidikan. Angka partisipasi
murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah
pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya dan dinyatakan dalam persen.
Indicator pendidikan yang lain adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan tahapan pendidikan terakhir yang
ditamatkan oleh seseorang, yan gditandai dengan sertifikat/ijazah. Terkait dengan kualitas hidup
manusia, tampaknya semakin tinggi ijazah yang dimiliki oleh seseorang, semakin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Kualitas hidupnyapun semakin meningkat, terutama dibidang
kesehatan dan perumahan.

Anda mungkin juga menyukai