Anda di halaman 1dari 11

Trauma Laring

o Menurut Ballenger, penyebab trauma laring dibagi 4 kelompok yaitu


o Trauma mekanik yang dibagi lagi menjadi eksterna dan inter
o Mekanik Eksternal
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Pukulan/tendangan leher
 Tercekik (e.g. kabel, orang)
 Trauma tembus/penetrasi (e.g. benda tajam, senapan)
 Prosedur trakeostomi, krikotirotomi
o Mekanik interna
 Endoskopi
 Intubasi endotrakea
 Pemasangan NGT
o Luka bakar oleh panas (e.g. gas, cairan) dan kimia (alkohol,
ammonia, natrium hipokloris, lysol) yang terhirup (inhalasi)
o Radiasi
 Radioterapi tumor ganas leher
o Otogen
 Pemakaian suara yang berlebihan (vocal abuse) → berteriak
teriak, menjerit, bernyanyi dengan suara keras\

Klasifikasi Trauma Laring Menurut Schaefer, trauma laring dibagi menjadi 4 kelompok,
berdasarkan kerusakan yang terjadi, yaitu3,8: 1. Laserasi ringan, hematom ringan dan tidak
ada tanda fraktur. 2. Edema, hematom, kerusakan mukosa ringan tanpa disertai kartilago yang
terpapar dan fraktur tanpa adanya perubahan posisi. 3. Edema yang masif, robekan mukosa,
kartilago terpapar, fraktur dengan perubahan posisi dan immobilitas pita suara.

Manifestasi Klinis

 Stridor timbul perlahan yang semakin hebat, atau mendadak sesudah


trauma (menandakan obstruksi jalan napas)
 Disfonia/afonia akibat kelainan pita suara seperti edema, hematoma,
laserasi, atau paresis
 Emfisema subkutis akibat robekan mukosa faring/trakea, fraktur tulang
- tulang rawan laring → udara pernapasan akan keluar dan masuk ke
jaringan subkutis leher → bisa meluas ke muka, dada, abdomen (krepitasi
kulit)
 Hemoptisis seperti laserasi mukosa jalan napas (lebih sering pada kasus
luka tusuk, sayat, tembak, maupun tumpul) → jika volumenya banyak
dapat menyumbat jalan napas
 Disfagia dan odinofagia
 Aspirasi makanan, darah, sekret
 Nyeri lokal dan nyeri tekan faring, nyeri terasa pada saat bicara atau
menelan (odinofagia)
 Memar, bengkak, atau abrasi pada bagian servikal/leher
 Bagian prominen tiroid dan kontur serviks anterior yang merata
(flattening)
 Adanya gap dan krepitasi pada fragmen fraktur kartilago tiroid dan
krikoid, sehingga tampak terpisahnya kartilago krikoid dari laring atau
trakea
 Trauma yang berhubungan → kepala, leher (cervical spine), dada,
abdomen (esophageal tear), ekstremitas

Tata Laksana

Lihat kondisi umum dengan melakukan primary survey


Airway, Breathing Circulation, Disability, Exposure, Perhatikan adanya gangguan
airway, respiratory distress/tidak, gangguan sirkulasi (e.g. syok hipovolemik)

Apabila luka terbuka :


 Luka terbuka
o Cari penyebab → trauma leher  karena pisau, clurit, atau peluru
o Pasien bisa meninggal cepat karena perdarahan atau asfiksia
o Tanda luka terbuka → gelembung udara di sekitar luka
o Diagnosis luka terbuka → gelembung udara di sekitar luka
o Tujuan tatalaksana → memperbaiki jalan napas dan mencegah aspirasi
o Tindakan segera → trakeostomi menggunakan kanul trakea dengan
balon
 Intubasi endotrakea tidak dianjurkan karena menyebabkan
kerusakan struktur laring
o Setelah trakeostomi → eksplorasi untuk mencari dan mengikat
pembuluh darah yang cedera serta memperbaiki struktur laring (dengan
penjahitan mukosa dan tulang rawan yang robek)
o Pemberian antibiotik dan serum anti tetanus
o Komplikasi
 Aspirasi
 Paralisis pita suara 
 Stenosis laring
o Untuk Luka tertutup
 Gejala tergantung berat-ringannya trauma → diagnosis lebih sulit,
walaupun menentukan derajat keparahannya penting untuk tatalaksana
selanjutnya
 Ringan → nyeri menelan, saat batuk, dan saat bicara, bisa juga disfonia dan sesak

 Berat → fraktur dan dislokasi tulang rawan, laserasi mukosa → sumbatan jalan
napas ditandai dengan stridor dan dispnea, disfonia/afonia, hemoptysis,
hematemesis, disfagia, odinofagia, emfisema subkutis
 Kebanyakan terjadi trauma pada kepala dan dada → penurunan
kesadaran dan sesak napas, namun hal ini tidak bisa langsung
trakeostomi karena akan sulit untuk dekanulasi dikemudian hari
 Pendekatan diagnosis → pemeriksaan laringoskopi langsung/tidak
langsung, foto jaringan lunak leher, foto toraks, dan CT scan →
tatalaksana

o Tatalaksana konservatif
 Istirahat suara, humidifikasi dan pemberian kortikosteroid untuk meredakan
edema mukosa laring, hematoma, atau laserasi ringan → TANPA gejala
sumbatan laring
o Tatalaksana eksploratif
 Indikasi
 Sumbatan jalan napas yang membutuhkan trakeostomi
 Emfisema subkutis progresif
 Laserasi mukosa luas
 Tulang rawan krikoid terbuka
 Paralisis bilateral pita suara
 Cara → membuat insisi kulit horizontal untuk reposisi tulang rawan yang
mengalami dislokasi atau fraktur, menjahit mukosa robek, menutup dengan
flap/graft, t-tube

Obstruksi saluran napas atas

Radang : Difteri non-difteri 

Tumor : Jinak atau ganas

Kongenital : Laringomalasia, trakeomalasia, lesi anatomik, kelumpuhan pita suara,


stenosis, hemangioma

Paresis N. Rekuren Laring Bilateral 

Trauma Laring dan Trakea

Benda Asing yang menyumbat laring

Berikut adalah tabel penyebab tersering dari obstruksi jaluran napas berdasarkan lokasinya

Gejala dan tandanya


1. Suara Serak (disfoni) sampai afoni
2. Sesak napas (dispnea)
3. Stridor (napas berbunyi) yang terdengar saat inspirasi
4. Cekungan pada saat inspirasi → suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan
intercostal
5. Pucat dan sianosis
6.

Kita juga bisa mengetahui letak level obstruksi berdasarkan suara napas, apabila terdapat
suara stridor saat inspirasi berarti ostruksinya ada di extrathorakal/ di atas pita suara
Mengi saat ekspirasi berarti di intratorakal/ di bawah vocal cords
Kalau ada inspiratori dan ekspiratori stridor/ wheezing berarti tepat aatau di bawah vocal
cords

Berikut adalah derajat klasifikasi sumbatan jalan napas atas berdasarkan kriteria Jackson

  Tanda
Stadium

Jackson I Sesak, Stridor Inspirasi Ringan, Retraksi minimal


suprasternal, tanpa sianosis

Jackson II Jackson I, disertai dengan retraksi supra dan


infraklavikula

Jackson Jackson II bertambah berat disertai retraksi interkostal,


III epigastrium, dispnea dan sianosis

Jackson Jackson III disetai wajah tampak tegang, dan gagal


IV  napas (asfiksia)

Berikut adalah pathogenesis dan patofisiologi dari beberapa etiologic sumbatan jalan napas

  Patogenesis/Patofisiologi Tanda dan Gejala


Etiologi 

Difteri Infeksi bakteri akut yang Anamnesis : Sakit


disebabkan oleh Corynebacterium tenggorokan, demam,
diphteriae disfagia, malaise, suara
serak
Pemeriksaan fisik :
ditemukan lapisan tibis
berwarna abu-abu yang
menutupi tonsil dan
tenggorokan

Laringomalasia Kondisi dimana terdapat epiglottis Anamnesis : kesulitan


yang lemah sehingga saat bernafas, napas “grok-
inspirasi epiglotis tertarik ke grok”  memburuk
bawah  dan menutup rima glottis dengan posisi terlentang
sehingga menyebabkan terjadinya atau setelah diberikan
stridor. makan , gejala apnea,
berulang
Laringomalasia merupakan Pada Pemeriksaan Fisik
enyebab tersering stridor inspirasi ditemukan stridor,
kongenital pada bayi retraksi ruprasternal,
epigastrium, interkostal
dan supraklavikular,
dan tanda kelainan
kongenital lainnya

Pemeriksaan penunjang
yang bisa dilakukan
laringoskopi

Benda Asing sumbatan total laring


laring menyebabkan spasme
laring sehingga terjadi
disfonia, afonia, apneu,
sianosis dan asfiksia
yang bisa berujung pada
kematian
sumbatan tidak total
menyebabkan suara
parau, disfonia, afonia,
batuk dengan sesak,
odinofagia, sianosis,
mengi, hemoptisis,
dispnea, menunjuk letak
sumbatan

Paresis N. Kerusakan pada N. rekuren laring Anamnesis : suara


Rekuren Laring bilateral yang menyebabkan serak, noisy breathing,
Bilateral kerusakan otot pada laring dapat disfonia, kesulitan
juga disebut dengan paresis pita bernafas dan disfagia
suara

Tata laksana

Prinsipnya: usaha untuk mencapai jalan napas bagian atas yang normal
Konservatif:   
  O2
  Steroid : larynx edema
   AB : jika ada infeksi
   Antiinflamasi 
Pada obstruksi total:
 Prosedur tanpa endoscopy 
 Prosedur penyelamat

 Prosedur tanpa endoscopy 

o < satu tahun: Pukulan punggung back blow

o satu tahun: Perut menyodorkan posisi terlentang, Penolong


memosisikan bayi telentang dengan kepala lebih rendah mengarah ke
bawah. Supaya lebih aman, sebaiknya penolong meletakan punggung
bayi di lengan yang bebas dan menopang ubun – ubun dengan
tangan, kemudian topang lengan dengan paha. Identifikasi lokasi chest
thrust  di tengah – tenagh tulang dada, lakukan entakan dengan 2 jari
(jari telunjuk dan jari tengah). Jika benda asing belum keluar, ulangi
tindakan dari awal.
o Anak-anak yang lebih tua: Manuver Heimlich

 Pada anak usia di atas 1 tahun, untuk mengeluarkan benda asing bila anak
sadar dapat dilakukan dengan cara manuver Heimlich. Penolong berdiri di
belakang korban dan meletakan letak lengan di bawah lengan korban
mengelilingi pinggangnya. Tangan penolong dikepalkan dan diletakan di
antara pusar dan tulang dada penderita. Raih kepalan tangan dengan tangan
lainnya dan entakan ke arah atas dan belakang tubuh penderita sebanyak 5
kali.

 Prosedur penyelamat

o Intubasi

o Cricothyrotomy

o Tracheostomy
 Posisikan Pasien pada posisi telentang dengan kepala ekstensi 
 Memegang laringoskop dengan spatel bengkok dan dipegang dengan tangan
kiri
 Memasukkan laringoskop melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah
terdorong ke sebelah kiri
 Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula
 Arahkan laringoskop ke atas sehingga pita suara dapat terlihat
 Masukkan pipa endotrakea dengan tangan kanan sampai masuk ke melalui
celah antara kedua pita suara ke dalam trakea
 Kemudian mengisi balon dengan udara dan melakukan fiksasi pipa endotrakea 

Trakeostomi

Tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea untuk bernapas

Indikasi : 

1. Obstruksi mekanis saluran udara bagian atas


2. Perlindungan trakeobronkial dari risiko aspirasi
3. Gagal Pernafasan Akut dan Kronis
4. Retensi sekresi bronkial
5. Trakeostomi elektif, meningkatkan akses bedah, memfasilitasi ventilasi

Berikut adalah prosedurnya

1. Posisikan pasien pada posisi tidur telentang (ekstensi kepala pada atlanto oksipital →
trakea akan terletak pada garis median)
2. Asepsis dan antisepsis dan tutup dengan kain steril
3. Lakukan anastesi infiltrasi dengan novokain pada pertengahan krikoid dengan fosa
suprasternal
4. Melakukan sayatan kulit (-/+ 5 cm)
a. Vertikal → di bawah krikoid sampai fossa suprasternal
b. Horizontal → pertengahan jarak kartilago krikoid dengan fosa suprasternal (2
jari dibawah krikoid orang dewasa)
5. Memisahkan jaringan dermis dengan epidermis dan menarik ke lateral dengan pengait 
tumpul sampai tampak jelas cincin trakea 
6. Jika tidak tampak cincin trakea → lakukan pembebasan ismus tiroid
7. Atasi perdarahan 

8. Aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea
a. Untuk memastikan benar trakea → akan terasa ringan dan udara yang terisap akan
menimbulkan gelembung udara
9. Membuat stoma dengan memotong cintin trakea ke tiga dengan gunting yang
tajam
10. Memasang kabul trakea dengan ukuran yang sesuai
11. Fiksasi kanul yang terpasang
Perawatan paska trakeostomi

  Menghisap sekret yang keluar dari kanul 


 Mencuci kanul minimal 2 kali sehari
 Pastikan kain kassa dibawah kanul selalu kering

Krikotirotomi

Krikotirotomi adalah tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas dengan
membelah membran krikoid.

Teknik:
1. Tidur telentang, kepala ekstensi pada artikulasio atlantooksipitalis
2. Identifikasi puncak kartilago tiroid (Adam’s apple) dengan jari tangan kiri
3. Telunjuk tangan kanan menelusuri dari kartilago tiroid ke bawah hingga
meraba kartilago krikoid
4. Infiltrasi dengan anestesi dan buat sayatan horizontal, pisahkan jaringan di
bawah sayatan
5. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau ke arah bawah 
6. Masukkan kanul maupun pipa plastik jika tidak tersedia
Kontraindikasi:
 Anak usia <12 tahun
 Tumor laring yang meluas ke subglotis
 Laringitis

Komplikasi: 
 Stenosis subglotik → jika kanul dibiarkan terlalu lama karena akan mengiritasi
jaringan sekitar subglotis → jaringan granulasi → harus diganti dengan
trakeostomi dalam 48 jam 

Selanjutnya adalah penyakit sumbatan traktus trakeobronkial

Etiologi sumbatan di trakea ada Trakeomalasia, benda asing, tumor, stenosis trakea,
sementara di bronkus ada Aspirasi amnion intrauterine, sekret dan eksudat (benda asing
endogen), peradangan → edema, fibrosis, sikatriks, obat-obatan → opiat, sulfas atropin
(mengentalkan sekret), pembedahan (obat premedikasi, obat pasca bedah, narkosis, bedah
toraks dan abdomen, posisi tidur pasca bedah), tumor, kelenjar getah bening, alergi (e.g asma)
benda asing eksogen

Sementara itu berdasarkan lokasi sumbatan bronkus, terbagi dalam lumen bronkus, kelainan
dinding trakeobronkial, dan kelainan luar traktus trakeobronkial
Di dalam lumen bronkus etiologinya : -  Benda asing eksogen (e.g gigi yang copot)

-  Benda asing endogen (e.g sekret kental, darah, nanah, krusta)

Kelainan dinding trakeobronkial :

-  Peradangan (edema, ulkus, jaringan granulasi)


-  Kelainan cincin trakea dan bronkus
-  Kelainan limfa
-  Kelainan pembuluh darah 
-  Tumor
-  Jaringan sikatriks

Kelainan di luar traktus trakeobronkial

-  Aneurisma aorta/arteri pulmonalis


- Pembesaran tiroid/timus/limfa
- Kelainan mediastinum/jantung
- Benda asing

4 tingkatan sumbatan bronkus menurut Jackson

Gejala: 
1. Suara mengi
2. Dyspnea
3. Asfiksia 

Pemeriksaan fisik:
 Atelektasis
 Emfisema

Komplikasi:
1. Atelektasis
2. Emfisema paru 
3. Bronkopneumonia
4. Bronkiektasis
5. Abses paru
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah bronkoskopi, ada yg jenis rigid dan
flexible

 Jenis: rigid dan flexible fibreoptic


 Indikasi:
o Diagnostik: 
 Mengetahui penyebab mengi, hemoptisis, batuk persisten >4
minggu 
 Ketika terdapat temuan X-Ray → atelektasis, opasitas paru,
emfisema obstruktif, perselubungan hilum dan mediastinum
o Terapeutik:
 Pengambilan benda asing
 Pengambilan sekresi atau mucus plug
 Teknik: direct dan through laryngoscope

Benda asing saluran napas :

 Jenis benda asing:


o Benda asing eksogen → organik (e.g kacang, tulang) dan non-organik (e.g
peniti, batu, jarum)
o Benda asing endogen → sekret kental, darah, nanah, krusta, cairan amnion, dll.
 Patogenesis:
o Hidung:
 Benda asing mati → edema dan inflamasi mukosa 
 Benda asing hidup →inflamasi, destruksi kartilago dan tulang dengan
menyebabkan supurasi yang dalam dan berbau
o Bronkus:
 Benda/makanan di mulut, apabila anak tertawa/menjerit → masuk ke
laring menyebabkan batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi,
dan sianosis
 Benda asing masuk ke trakea atau bronkus → fase asimptomatik (24
jam) → lalu menjadi fase pulmonum dengan gejala sesuai derajat
sumbatan bronkus

 Patogenesis:
o Benda asing organik (e.g kacang-kacangan) bersifat higroskopik → lunak dan
mengembang jika terkena air → sumbatan bronkus makin hebat 
o Benda asing anorganik → gejala lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis
lewat radiologis  karena radioopak
 Gejala dan tanda: tergantung lokasi, derajat sumbatan, bentuk, dan ukuran benda
asing
o Benda asing masuk ke hidung dapat tersangkut di → hidung, nasofaring, laring,
trakea, bronkus
o Benda asing masuk lewat mulut bisa masuk ke orofaring, hipofaring, tonsil,
dasar lidah, sinus piriformis, esofagus
o 3 stadium aspirasi benda asing:
 Stadium pertama → gejala permulaan: batuk-batuk hebat tiba-tiba
(violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat
di tenggorok (gagging) , bicara gagap (stuttering), obstruksi jalan napas
 Stadium kedua → stadium pertama diikuti interval simptomatik
(karena refleks melemah)
 Stadium ketiga → timbul gejala komplikasi (i.e obstruksi, erosi, infeksi)
→ batuk-batuk, hemoptysis, pneumoniae, abses paru 

 Pemeriksaan penunjang: 
o Pemeriksaan radiologik leher dan toraks
o Video fluoroskopi
o Bronkogram
o Pemeriksaan lab darah perifer (keseimbangan asam basa dan tanda infeksi)
 Tatalaksana: 
 Prinsipnya adalah pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi paling aman

Benda asing di laring:


 Sumbatan total → Heimlich maneuver
 Sumbatan tidak total → laringoskop/bronkoskop (dapat dilakukan trakeostomi
sebelum merujuk)

Benda asing di trakea dan bronkus→ bronkoskopi dengan cunam, pasien tidur terlentang
posisi Trendelenburg 

Benda asing di hidung→ menggunakan pengait (haak) yang dimasukkan ke hidung bagian atas
menyusuri kavum nasi hingga nasofaring, turunkan pengait sedikit dan tarik maju ke depan

Benda asing di dasar lidah→ dengan kaca tenggorok dan cunam

Anda mungkin juga menyukai