2. Asistensi 1 2-12-2021
Perbaiki yang ditandai
3. Asistensi 2 6-12-2021
Perbaiki yang ditandai
4. Asistensi 3 7-12-2021
Perbaiki yang ditandai
5. Asistensi 4 9-12-2021
Perbaiki yang ditandai
6. ACC 9-12-2021
_____________________
NPM. 1815031007
I. JUDUL PERCOBAAN
3. Memahami bentuk gelombang input dan output penyearah satu fasa setengah
gelombang dan gelombang penuh tak terkendali pada beban yang bervariasi
Penyearah Setengah Gelombang Tak Terkendali Satu Fasa Penyearah tak terkendali
pada umumnya menggunakan dioda sebagai saklarnya. Untuk penyearah satu fasa
setengah gelombang tak terkendali menggunakan satu buah dioda, seperti yang
Gambar 3.1 Penyearah satu fasa setengah gelombang tak terkendali dengan beban
Dioda hanya mengalirkan arus saat tegangan sumber Vs bernilai positif saja. Saat
tegangan sumber negatif dioda pada kondisi tertahan (blocking condition) dan
III.1. Penyearah Dengan Beban Tahanan Murni (Resistor)
Pada beban resistif, sudut pemadaman diode terjadi pada sudut konduksi = .
Bentuk gelombang arus dan tegangan outputnya sama tanpa ada pergeseran fasa.
Gambar 3.2 Penyearah setengah gelombang dengan beban resistif dan induktif
Pada beban resistif dan induktif, sudut pemadaman dioda terjadi pada sudut konduksi
= + σ . Bentuk gelombang arus dan tegangan outputnya terjadi beda fasa sebesar σ
. Ini dikarenakan adanya induktor dalam rangkaian. Pada periode positif, induktor di
charge. Saat ωt = , arus di induktor masih tersisa, sehingga diode tetap menyala.
rata-rata :
jembatan dengan beban R. Jumlah dioda dalam rangkaian penyearah ini sebanyak
empat buah, yaitu: D1, D2, D3, dan D4. Pada setengah siklus pertama dengan
dioda D3 dan D4 dalam kondisi OFF. Selanjutnya, pada setengah siklus kedua
sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan ketika
dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam kondisi ON yang memiliki nilai tegangan
searah rerata dan efektif. Tetapi, ketika dioda D1 dan D2, serta D3 dan D4 dalam
3.4. Penyearah Dengan Beban Tahanan Murni (Resistor)
Pada beban resistif, sudut pemadaman diode terjadi pada sudut konduksi β = π.
Bentuk gelombang arus dan tegangan outputnya sama tanpa ada pergeseran
Filter L berfungsi untuk meratakan arus. Saat arus input pada perioda positif,
induktor dalam kondisi charge, dan saat prioda negative induktor menjadi
discharge. Pada nilai L tak terhingga, arus output menjadi rata dan arus input
menjadi persegi. Pada penyearah dengan beban R dan L, tegangan rata-rata output
dirumuskan dengan :
dengan
menjadi nol.
3.7. Penyearah Dengan Filter LC
Pada penyearah dengan filter LC, komponen tegangan ac dan harmonisan
ya dirumuskan dengan :
yang paling sederhana karena hanya menggunakan 1 buah Dioda untuk menghambat
sisi sinyal negatif dari gelombang AC dari Power supply dan melewatkan sisi sinyal
Positif-nya.
Pada prinsipnya, arus AC terdiri dari 2 sisi gelombang yakni sisi positif dan sisi
negatif yang bolak-balik. Sisi Positif gelombang dari arus AC yang masuk ke Dioda
menjadikan Dioda dalam posisi Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga menghambat
Terdapat 2 cara untuk membentuk Full Wave Rectifier atau Penyearah Gelombang
Penuh. Kedua cara tersebut tetap menggunakan Dioda sebagai Penyearahnya namun
dengan jumlah Dioda yang berbeda yaitu dengan menggunakan 2 Dioda dan 4 Dioda.
Penyearahnya namun dengan jumlah Dioda yang berbeda yaitu dengan menggunakan
Output (Keluaran) Tegangan yang berbeda fasa 180° melalui kedua Terminal Output
sinyal Positif pada D1, maka Terminal kedua pada Transformer CT akan memberikan
sinyal Negatif (-) yang berbeda fasa 180° dengan Terminal Pertama. D1 yang
mendapatkan sinyal Positif (+) akan berada dalam kondisi Forward Bias (Bias Maju)
dan melewatkan sisi sinyal Positif (+) tersebut sedangkan D2 yang mendapatkan
sinyal Negatif (-) akan berada dalam kondisi Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga
Terminal Pertama berubah menjadi sinyal Negatif maka D1 akan berada dalam
kondisi Reverse Bias dan menghambatnya. Terminal Kedua yang berbeda fasa 180°
akan berubah menjadi sinyal Positif sehingga D2 berubah menjadi kondisi Forward
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut :
1. Power supply
2. Dioda silikon
3. Resistor load
4. Induktor
5. Kapasitor
6. Voltmeter
7. Amperemeter
8. Osiloskop
9. Kabel jumper
V. RANGKAIAN PERCOBAAN
V.1.1. Rangkaian penyearah tak terkendali satu fasa setengah gelombang dengan
beban R
Gambar 5.1.1 Rangkaian penyearah tak terkendali satu fasa setengah gelombang
dengan beban R
V.1.2. Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali setengah gelombang dengan
beban RL
Gambar 5.1.2 Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali setengah gelombang
dengan beban RL
V.1.3. Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali gelombang penuh dengan beban
R
Gambar 5.1.3 Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali gelombang penuh
dengan beban R
V.1.4. Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali gelombang penuh dengan filter
RL
Gambar 5.1.4 Rangkaian penyearah satu fasa tak terkendali gelombang penuh dengan
filter RL
VI.1.1. Percobaan penyearah tak terkendali satu fasa setengah gelombang dengan
beban resistor
2. Mengkalibrasi osiloskop
6.1.2. Percobaan penyearah tak terkendali satu fasa setengah gelombang dengan
1. Merakit alat dan bahan, menambahkan beban induktor seperti gambar 5.1.2
2. Mengkalibrasi osiloskop
6.1.3. Percobaan penyearah tak terkendali satu fasa gelombang penuh dengan beban
resistor
2. Mengkalibrasi osiloskop
6.1.4. Percobaan penyearah tak terkendali satu fasa gelombang penuh dengan filter
RL
2. Mengkalibrasi osiloskop
6. Memvariasikan nilai resistor dan induktor dan memasukan hasilnya dalam tabel
R Vin Output
Vrms Vm Vdc Idc
output
R L Vin Vrms Vm Vdc Idc
100 50 10 6,13 15,6 3,94 0,054
100 50 20 13,3 32,8 8,37 0,121
100 50 30 20,1 49,2 12,6 0,183
100 50 40 26,8 66,4 17,03 0,223
Input Vin
(Volt) Beban Output
L
R (ohm) (mH) Vrms Vm Vdc Idc
Output
output
Input Vin
(Volt)
Beban Output
L
R (ohm) (mH) Vrms Vm Vdc Idc
VIII.1. Perhitungan
Diketahui :
Vin = 10 V
Vrms = 6,18 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 6,18√ 2
=8,73 V
Vm
Vdc =
π
8,73
= ¿ 2,78 V
π
Vdc
Idc =
R
2,78
= = 0,0278 V
100
Diketahui :
Vin = 20 V
Vrms = 12,7 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 12,7√ 2
=17,96 V
Vm
Vdc =
π
17,96
=
π
¿ 5,71V
Vdc
Idc =
R
5,71
=
100
=0,0571 V
Diketahui :
Vin = 30 V
Vrms = 21,5 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 21,5√ 2
=30,40 V
Vm
Vdc =
π
30,4
=
π
¿ 9,68 V
Vdc
Idc =
R
9,68
=
100
=0,0968 V
Diketahui :
Vin = 40 V
Vrms = 26,8 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 26,8√ 2
=37,9 V
Vm
Vdc =
π
37,9
=
π
¿ 12,07 V
Vdc
Idc =
R
12,07
=
100
=0,1207 V
Diketahui :
Vin = 10 V
Vrms = 6,13 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 6,13√ 2
=8,66 V
Vm
Vdc =
π
8,66
=
π
¿ 2,75 V
Vdc
Idc =
R
2,75
=
100
=0,0275 V
8.1.1.2.b saat Vin = 20 V
Diketahui :
Vin = 20 V
Vrms = 13,3 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 13,3√ 2
=18,8 V
Vm
Vdc =
π
18,8
=
π
¿ 5,98 V
Vdc
Idc =
R
5,98
=
100
=0,0598 V
8.1.1.2.c saat Vin = 30 V
Diketahui :
Vin = 30 V
Vrms = 20,1 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 20,1√ 2
=28,42 V
Vm
Vdc =
π
28,42
=
π
¿ 9,05 V
Vdc
Idc =
R
9,05
=
100
=0,0905 V
8.1.1.2.d saat Vin = 40 V
Diketahui :
Vin = 40 V
Vrms = 27,1 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 27,1√ 2
=38,32 V
Vm
Vdc =
π
38,32
=
π
¿ 12,2V
Vdc
Idc =
R
12,2
=
100
=0,122 V
VIII.1.2. Penyearah satu fasa gelombang penuh
Diketahui :
Vin = 10 V
Vrms = 18,6 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 18,6√ 2
=26,304 V
Vm
Vdc =
π
26,304
=
π
¿ 8,377 V
Vdc
Idc =
R
8,37
=
100
=0,08377 V
Diketahui :
Vin = 20 V
Vrms = 20,6 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 20,6√ 2
=29,132 V
Vm
Vdc =
π
29,132
=
π
¿ 9,277 V
Vdc
Idc =
R
9,277
=
100
=0,09277 V
Diketahui :
Vin = 30 V
Vrms = 28,4 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 28,4√ 2
=40,163 V
Vm
Vdc =
π
40,163
=
π
¿ 12,79 V
Vdc
Idc =
R
12,79
=
100
=0,1279 V
Diketahui :
Vin = 40 V
Vrms = 28,7 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 28,7√ 2
=40,587 V
Vm
Vdc =
π
40,587
=
π
¿ 12,925 V
Vdc
Idc =
R
12,925
=
100
=0,1292 V
Diketahui :
Vin = 10 V
Vrms = 8,7 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 8,7√ 2
=12,303 V
Vm
Vdc =
π
12,303
=
π
¿ 3,918 V
Vdc
Idc =
R
3,918
=
100
=0,03918 V
Diketahui :
Vin = 20 V
Vrms = 18,4 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 18,4√ 2
=26,021 V
Vm
Vdc =
π
26,021
=
π
¿ 8,28 V
Vdc
Idc =
R
8,286
=
100
=0,08286 V
Diketahui :
Vin = 30 V
Vrms = 29 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 29√ 2
=41,012 V
Vm
Vdc =
π
41,012
=
π
¿ 13,061V
Vdc
Idc =
R
13,061
=
100
=0,13061 V
Diketahui :
Vin = 40 V
Vrms = 38,2 V
Ditanya :
Vm=….
Vdc=….
Idc=…..
Jawab :
Vm = Vrms√ 2
= 38,2√ 2
=54,022 V
Vm
Vdc =
π
54,022
=
π
¿ 17,204 V
Vdc
Idc =
R
17,204
=
100
=0,17204 V
50
40
30
Vm
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vm sebesar 13,2 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vm sebesar 16,4 V saat Vin
17,96 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vm sebesar 30,4 V saat Vin sebesar 40
hubungan antara Vm dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vm yang dihasilkan.
8.2.1.1.b Hubungan antara Vdc dengan Vin
20
18
16
14
12
10
Vdc
8
6
4
2
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Grafik 8.2.1.1.b Hubungan Antara Vdc dan Vin pada penyearah satu fasa gelombang
Vdc sebesar 4,1 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vdc sebesar 8,4 V saat Vin
Vdc sebesar 17,3 V sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Vdc sebesar 2,78 V saat Vin sebesar 20V menghasilkan Vdc sebesar
5,71 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vdc sebesar 9,68 V saat Vin sebesar 40
hubungan antara Vdc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vdc yang
dihasilkan.
Chart Title
0.25
0.2
0.15
Idc
0.1
0.05
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Idc sebesar 0,056 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Idc sebesar 0121 A saat Vin
sebesar 30 V menghasilka Idc sebesar 0,14 A saat Vin sebesar 40 V menghasilkan Idc
menghasilkan Idc sebesar 0,0278 A saat Vin sebesar 20V menghasilkan Idc sebesar
0,0571 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Idc sebesar 0,0968 A saat Vin sebesar
hubungan antara Idc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Idc yang dihasilkan.
60
50
40
Vm
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
dengan beban RL
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vm sebesar 15,6 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vm sebesar 32,8 V saat Vin
18,8 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vm sebesar 28,42 V saat Vin sebesar 40
hubungan antara Vm dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vm yang dihasilkan.
8
6
4
2
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
dengan beban RL
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vdc sebesar 5,91 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vdc sebesar 8,28 V saat Vin
Vdc sebesar 17,2 V sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Vdc sebesar 2,75 V saat Vin sebesar 20V menghasilkan Vdc sebesar
5,98 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vdc sebesar 9,05 V saat Vin sebesar 40
hubungan antara Vdc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vdc yang
dihasilkan.
0.2
0.15
Idc
0.1
0.05
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
dengan beban RL
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Idc sebesar 0,054 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Idc sebesar 0,121 A saat Vin
Idc sebesar 0,223 A sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Idc sebesar 0,0275 A saat Vin sebesar 20V menghasilkan Idc sebesar
0,0598 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Idc sebesar 0,0905 A saat Vin sebesar
hubungan antara Idc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Idc yang dihasilkan
20
15
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
dengan beban R
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vm sebesar 26,3 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vm sebesar 29,13 V saat Vin
29,132 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vm sebesar 40,163 V saat Vin sebesar
hubungan antara Vm dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vm yang dihasilkan.
12
10
8
Vdc
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
beban R
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vdc sebesar 8,37 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vdc sebesar 9,27 V saat Vin
Vdc sebesar 12,92 V sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Vdc sebesar 8,377 V saat Vin sebesar 20V menghasilkan Vdc sebesar
9,277 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vdc sebesar 12,79 V saat Vin sebesar
hubungan antara Vdc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vdc yang
dihasilkan.
0.12
0.1
0.08
Idc
0.06
0.04
0.02
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
beban R
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Idc sebesar 0,083 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Idc sebesar 0,092 A saat Vin
Idc sebesar 0,129 A sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Idc sebesar 0,08377 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Idc sebesar
0,09277 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Idc sebesar 0,1279 A saat Vin sebesar
hubungan antara Idc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Idc yang dihasilkan
50
40
30
Vm
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vm sebesar 12,3 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vm sebesar 26,02 V saat Vin
26,021 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vm sebesar 41,012 V saat Vin sebesar
hubungan antara Vm dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vm yang dihasilkan.
8
6
4
2
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Vdc sebesar 3,91 V saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Vdc sebesar 8,28 V saat Vin
Vdc sebesar 17,2 V sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V
menghasilkan Vdc sebesar 3,918 V saat Vin sebesar 20V menghasilkan Vdc sebesar
8,28 V saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vdc sebesar 13,061 V saat Vin sebesar
hubungan antara Vdc dan Vin pada percobaan alat dan perhitungan adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin pula nilai Vdc yang
dihasilkan.
0.08
0.06
0.04
0.02
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin
Berdasarkan grafik terlihat pada saat percobaan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan
Idc sebesar 0,0391 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan Idc sebesar 0,0828 A saat
menghasilkan Idc sebesar 0,172 A sedangkan pada saat perhitungan saat Vin sebesar
sebesar 0,08286 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Idc sebesar 0,13061 A saat
disimpulkan bahwa hubungan antara Idc dan Vin pada percobaan alat dan
perhitungan adalah berbanding lurus karena semakin besar Vin maka akan semakin
VIII.3. Pembahasan
dioda (diode) adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. dioda digunakan untuk
anoda berarti positif dan katoda berarti negatif. Prinsip kerja dari anode berdasarkan
teknologi pertemuan positif dan negative semikonduktor. Sehingga anode dapat
menghantarkan arus litrik dari anoda menuju katoda, tetapi tika sebaliknya katoda ke
anoda.
Prinsip kerja dioda adalah dioda semikonduktor hanya bisa melewati satu arus yang
searah, pada saat dioda memperoleh arus akan maju satu arah (forward Bias). Karena
di dalam dioda ada junction yaitu pertemuan konduktor antara tipe p dan tipe n.
kondisi ini dapat dikatakan bahwa konduksi penghantar masih tergolong kecil.
Sedangkan bila dioda diberi satu arah/bias mundur (Reverse bias) maka dioda tidak
bekerja dan pada kondisi ini dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga
arus sulit mengalir. Apabila dioda silicon dialiri arus AC, maka yang mangalir hanya
satu arah saja sehingga arus output dioda berupa arus DC. Dari kondisi tersebut maka
dioda hanya digunakan pada beberapa pemakaian saja antara lain sebagai Penyearah
setengah gelombang (Half Wave Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full Wave
Rectifier)
Dioda LED
monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang
Dioda penyearah
Dioda schottky
adalah jenis Dioda dengan tegangan jatuh (drop voltage) yang rendah jika
dibandingkan dengan dioda normal lainnya. Perbedaan yang paling mendasar antara
Dioda zener
Dioda Zener (Zener Diode) adalah Komponen Elektronika yang terbuat dari
Semikonduktor dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat
beroperasi di rangkaian Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada
Rangkaian Forward Bias (Bias Maju), Dioda Zener akan memiliki karakteristik dan
Dioda photo
Photodioda adalah suatu jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah kalau cahaya
AC.
Untuk penyearah
Untuk indikator
Penyearah Gelombang adalah suatu bagian dari Rangkaian Catu Daya atau Power
sinyal DC (Direct Current). Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada
Dioda memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus listrik ke satu arah dan
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-
balik (AC), maka Dioda tersebut hanya akan melewatkan setengah gelombang,
yang paling sederhana karena hanya menggunakan 1 buah Dioda untuk menghambat
sisi sinyal negatif dari gelombang AC dari Power supply dan melewatkan sisi sinyal
Positif-nya. Pada prinsipnya, arus AC terdiri dari 2 sisi gelombang yakni sisi positif
dan sisi negatif yang bolak-balik. Sisi Positif gelombang dari arus AC yang masuk
ke Dioda akan menyebabkan Dioda menjadi bias maju (Forward Bias) sehingga
menjadikan Dioda dalam posisi Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga menghambat
yang paling sering digunakan dalam rangkaian Power Supply karena memberikan
kinerja yang lebih baik dari jenis Penyearah lainnya. Penyearah Gelombang Penuh 4
Dioda ini juga sering disebut dengan Bridge Rectifier atau Penyearah Jembatan.
Berdasarkan gambar diatas, jika Transformer mengeluarkan output sisi sinyal Positif
(+) maka Output maka D1 dan D2 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga
sisi Negatifnya. Kemudian pada saat Output Transformer berubah menjadi sisi sinyal
Negatif (-) maka D3 dan D4 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga
melewatkan sinyal sisi Positif (+) tersebut sedangkan D1 dan D2 akan menghambat
sinyal Negatifnya.
Pada penyearah setengah gelombang satu fasa dengan beban R dapat dilihat pada data
13,2 V : Vdc sebesar 4,1 V : dan Idc sebesar 0,056 A saat Vin sebesar 20 V
menghasilkan Vrms sebesar 12,7 V ; Vm sebesar 26,4 V ; Vdc sebesar 8,4 V ; Idc
sebesar 0,121 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vrms 21,5 V Vm sebesar 43,6
V ; Vdc sebesar 13,8 A ; Idc sebesar 0,14 A saat Vin sebesar 40 V menghasilkan
Vrms sebesar 26,8 V ; Vm sebesar 54 V ; Vdc sebesar 17,3 V ; Idc sebesar 0,235 A
pada saat perhitungan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebesar 6,18 V ; Vm
sebesar 8,73 V ; Vdc sebesar 2,78 V; dan Idc sebesar 0,0278 saat Vin sebesar 20 V
menghasilkan Vrms sebesar 12,7 V; Vm sebesar 17,96 V; Vdc sebesar 5,71 V; dan
Idc sebesar 0,0571 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vrms sebesar 21,5 V; Vm
sebesar 30,4 V; Vdc sebesar; 9,68 V; dan Idc sebesar 0,0968 A saat Vin sebesar 40 V
menghasilkan Vrms sebesar 26,8 V; Vm sebesar 37,9 V; Vdc sebesar 12,07 V; dan
Idc sebesar 0,1207 dengan demikian Hubungan antara Vin dengan Vout pada
percobaan alat san perhitungan adalah berbanding lurus karena semakin besar Vin
maka akan semakin besar Vout yang dihasilkan baik pada Vrms, Vm, Vdc, dan Idc
berikut adalah foto gelombang yang dihasilkan pada penyearah setengah gelombang
Pada penyearah setengah gelombang satu fasa dengan beban RL dapat dilihat pada
V, 40 V pada percobaan alat saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebesar 6,13
V ; Vm sebesar 15,6 V : Vdc sebesar 3,94 V : dan Idc sebesar 0,054 A saat Vin
8,37 V ; Idc sebesar 0,121 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vrms 20,1 V Vm
sebesar 49,2 V ; Vdc sebesar 12,6 V ; Idc sebesar 0,183 A saat Vin sebesar 40 V
menghasilkan Vrms sebesar 27,1 V ; Vm sebesar 66,4 V ; Vdc sebesar 17,03 V ; Idc
sebesar 0,223 A pada perhitungan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebsar
6,13 V; Vm sebesar 8,66 V; Vdc sebesar 2,75 V; dan Idc sebesar 0,0275 A saat Vin
5,98 V; Idc sebesar 0,0598 A saat Vin sebesar 30 V menghasikan Vrms sebesar 20,1
V; Vm sebesar 28,42 V; Vdc sebesar 9,05 V; dan Idc sebesar 0,0905 A saat Vin
sebesar 40 V menghasilkan Vrms sebesar 27,1 V; Vm sebesar 38,32 V; Vdc sebesar
12,2 V; dan Idc sebesar 0,122 A dengan demikian Hubungan antara Vin dengan Vout
pada percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding lurus karena semakin besar
Vin maka akan semakin besar Vout yang dihasilkan baik pada Vrms, Vm, Vdc, dan
Idc berikut adalah foto gelombang yang dihasilkan pada penyearah setengah
Pada penyearah gelombang penuh satu fasa dengan beban R dapat dilihat pada data
alat saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebesar 18,6 V ; Vm sebesar 26,3 V ;
Vdc sebesar 8,37 V ; dan Idc sebesar 0,083 A saat Vin sebesar 20 V menghasilkan
Vrms sebesar 20,6 V ; Vm sebesar 29,13 V ; Vdc sebesar 9,27 V ; Idc sebesar 0,092
sebesar 12,71 A ; Idc sebesar 0,127 A saat Vin sebesar 40 V menghasilkan Vrms
sebesar 28,7 V ; Vm sebesar 40,58 V ; Vdc sebesar 12,92 V ; Idc sebesar 0,129 A
sebesar 26,304 V; Vdc sebesar 8,377 V; Idc sebesar 0,08377 A saat Vin sebesar 20 V
menghasilkan Vrms sebesar 20,6 kV; Vm sebesar 29,132 V; Vdc sebesar 9,277 V;
Idc sebesar 0,09277 A saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vrms sebesar 28,4 V; Vm
sebesar 40,163 V; Vdc sebesar 12,79 V; Idc sebesar 0,1279 A saat Vin sebesar 40 V
percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding lurus karena semakin besar Vin
maka akan semakin besar Vout yang dihasilkan baik pada Vrms, Vm, Vdc, dan Idc
berikut adalah foto gelombang yang dihasilkan pada penyearah setengah gelombang
Pada penyearah setengah gelombang satu fasa dengan beban RL dapat dilihat pada
V, 40 V pada percobaan alat saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebesar 8,7 V
; Vm sebesar 12,3 V : Vdc sebesar 3,91 V : dan Idc sebesar 0,0391 A saat Vin sebesar
41,01 V ; Vdc sebesar 13,06 V ; Idc sebesar 0,13 A saat Vin sebesar 40 V
menghasilkan Vrms sebesar 38,2 V ; Vm sebesar 54,02 V ; Vdc sebesar 17,2 V ; Idc
sebesar 0,172 A pada perhitungan saat Vin sebesar 10 V menghasilkan Vrms sebesar
8,7 V; Vm sebesar 12,303 V; Vdc sebesar 3,918 V; Idc sebesar 0,03918 A saat Vin
8,28 V; Idc sebesar 0,08286 saat Vin sebesar 30 V menghasilkan Vrms sebesar 29 V;
Vm sebesar 41,012 V; Vdc sebesar 13,061 V; Idc sebesar 0,13061 A saat Vin sebesar
V; Idc sebesar 0,17204 A dengan demikian Hubungan antara Vin dengan Vout pada
percobaan alat dan perhitungan adalah berbanding lurus karena semakin besar Vin
maka akan semakin besar Vout yang dihasilkan baik pada Vrms, Vm, Vdc, dan Idc
berikut adalah foto gelombang yang dihasilkan pada penyearah setengah gelombang
Untuk Penyearh Satu Fasa” berisi tentang Dalam penelitian ini, sebuah metode telah
diusulkan untuk menemukan fungsi keanggotaan optimal dari sebuah sistem fuzzy
menggabungkan kontrol logika fuzzy dan algoritma PSO digunakan untuk merancang
mengoptimalkan fungsi keanggotaan segitiga dari model fuzzy dari sebuah sistem
penyearah satu fasa nonlinier sebagai studi kasus. Hal ini jelas membuktikan bahwa
fungsi keanggotaan (MFs) yang dioptimalkan memberikan kinerja yang lebih baik
dari model fuzzy untuk sistem yang sama ketika MFs belum didefinisikan.
Gambar 8.3.17 Model penyearah satu fasa loop tertutup
IX. KESIMPULAN
1. Berdasarkan data hasil percobaan Hubungan antara Vin dan Vout pada penyearah
satu fasa setengah gelombang tak terkendali dengan beban R adalah berbanding
lurus karena semakin besar Vin yang dihasilkan maka nilai Vout yang dihasilkan
2. Berdasarkan data hasil perhitungan Hubungan antara Vin dan Vout pada
penyearah satu fasa setengah gelombang tak terkendali dengan beban RL adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin yang dihasilkan maka nilai Vout yang
3. Berdasarkan data hasil percobaan Hubungan antara Vin dan Vout pada penyearah
satu fasa gelombang penuh tak terkendali dengan beban R adalah berbanding lurus
karena semakin besar Vin yang dihasilkan maka nilai Vout yang dihasilkan
4. Berdasarkan data hasil perhitungan Hubungan antara Vin dan Vout pada
penyearah satu fasa gelombang penuh tak terkendali dengan beban RL adalah
berbanding lurus karena semakin besar Vin yang dihasilkan maka nilai Vout yang
gelombang penuh hubungan antara Vin dan Vpp adalah berbanding lurus karena
semakin besar Vin maka akan semakin besar Vpp yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
Negeri Padang.
Sepuluh Nopember.
[3] Soewono. Soetjipto, Harmonisa Akibat Variable Speed Drive Lift. Edisi ke 2.