Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS


MULTIKULTURAL DALAM MEMUPUK NASIONALISME SISWA
STUDI KASUS DI SMA SANTO ALOYSIUS KOTAWARINGIN TIMUR

DOSEN PENGAMPUH : Dr.M.F.PESIRERON, S,Ag,M.Si

Nama : Audrey Claudete Hitijahubessy


Nomor Pokok : 1322194034
Semester : 2
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

POLITEKNIK NEGERI AMBON


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI TEKNOLOGI REKAYASA SISTEM KELISTRIKAN MIGAS
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “PENDIDIKAN PANCASILA”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila di
program studi teknik lingkungan Fakultas teknik pada Politeknik Negeri Ambon.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk
M.F.Pesireron,S.Ag,M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon,24 Maret 2023

AudreyHitijahubessy
ABSTRAK

Pendidikan Pancasila berbasis multikultural menjadi kebutuhan bagi bangsa


Indonesia yang ditandai oleh kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman
(heterogenitas), sebab multikultural pada dasarnya menekankan pada kesederajatan
kebudayaan yang ada dalam sebuah lingkungan tidak terkecuali lingkungan SMA
Santo Aloysius Kotawaringin timur.
Berkaitan dengan kondisi lingkungan sekolah yang demikian beragam, maka setiap
warga negara (siswa) perlu memiliki nasionalisme yang mendukung terwujudnya
NKRI yang multikultural. Maka Pendidikan Pancasila berbasis multikultural menjadi
sebuah keharusan, karena menumbuhkan nasionalisme dalam diri siswa. Sebaliknya
harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan
data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam, studi literatur
dan studi dokumentasi.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………
D. MANFAAT………………………………………………………………………..
BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………………………
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
B. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Usaha konkret untuk memperkuat
multikulturalisme di Indonesia
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. STUDI PENGEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
KEWARGANEGARAAN GLOBAL
B. ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
C. PENGUATAN KARAKTER RELIGIUS DALAM PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
D. PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………….
B. SARAN……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami


perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan
disegala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang
pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat didalamnya baik itu
pelaksana pendidikan dilapangan (peran guru dan kualitas tenaga pendidik),
mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan
mutu menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi
pembelajaran yang lebih inovatif.

Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan jelas memiliki pengaruh yang


besar dalam integrasi bangsa, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
masih memegang peranan yang strategis dalam memupuk jiwa nasionalisme
dan bukan hanya untuk masa sekarang tetapi untuk masa kelanjutan bangsa.
pentingnya pendidikan kewarganegaraan karena indonesia merupakan negara
majemuk dan heterogen karena terdiri atas berbagai macam suku bangsa
agama dan keyakinan dengan berbagai macam kebudayaan adat istiadat dan
kebiasaan menurut keanekaragaman atau kemajemukan agar dapat dikelola
dengan baik sehingga dapat menjadi kekuatan dan kekayaan.

Oleh karena itu kehidupan sebagai bangsa dengan keanekaragaman itu akan
memberikan warna-warni dalam budayanya memberikan kesempatan untuk
mengapresiasi berbagai kemampuan yang hasilnya dapat saling memperkaya
dan puncak-puncak kemampuan akan memberi makna yang tidak sedikit bagi
perkembangan dan kemajemukan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti dan memberikan arah yang jelas
dalam melakukan penelitian ini adalah : “PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEMUPUK
NASIONALISME SISWA”

C. Tujuan Penilitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan melakukan kajian tentang pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis multikultural dalam memupuk nasionalisme.
secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk 7 menggali, mengkaji dan
mengorganisasikan informasi argumentatif tentang :
1. “Proses berlangsungnya Pendidikan Kewarganegaraan berbasis multikultural di
SMA Santo Aloysius Kotawaringin Timur
2. Pengembangan yang dilakukan guru dalam pendidikan kewarganegaraan berbasis
multikultural guna memupuk nasionalisme pada siswa SMA Santo Aloysius
Kotawaringin Timur

3. Perilaku yang ditunjukkan siswa terhadap pengembangan nasionalisme melalui


pendidikan kewarganegaraan di SMA Santo Aloysius Kotawaringin Timur
4. Prospek dan hambatan dalam mengimplementasikan pendidikan.
Kewarganegaraan berbasis multikultural di SMA Santo Aloysius Kotawaringin Timur

D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan
(teoretik)maupun secara empiris (praktis). Secara teoritik, penelitian ini “akan
menggali, mengkaji dan mengorganisasikan pengembangan pembelajaran
kewarganegaraan berbasis multikultural implikasinya terhadap nasionalisme yang
akan menghasilkan kerangka dasar secara konseptual tentang pembelajaran
multikultural yang dibutuhkan bagi pengembangan nasionalisme melalui pendidikan
kewarganegaraanegaraan”.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Multikultural

Istilah pendidikan multikultural secara etimologis terdiri dari dua terma, yaitu
pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan secara terminologis, pendidikan multikultural merupakan proses


pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran
(agama), ekonomi, sosial dan politik.3 Meminjam pendapat Andersen dan
Cusher, bahwa pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan
mengenai keragaman kebudayaan.4 Kemudian, James Banks mendefi nisikan
pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya,
pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan
(anugerah Tuhan/Sunnatullah). Kemudian bagaimana kita mampu menyikapi
perbedaan tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliteer.

B. Pendidikan Kewarganegaraan: Usaha konkret untuk memperkuat


multikulturalisme di Indonesia

Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beraneka ragam
suku bangsa dan adat istiadat, hal ini adalah karunia Tuhan yang wajib
disyukuri. Kemajemukan yang miliki Indonesia sejatinya merupakan suatu
kekuatan yang apabila persatuan dan kesatuan ini goyah dapat dijadikan
kelemahan. Dewasa ini terdapat banyak sekali konflik yang terjadi dalam
keseharian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Perang saudara antar suku, agama, dan kepentingan lainnya dapat
mengganggu jalannya pembangunan nasional. Adapun salah satu poin yang
merupakan perwujudan dalam upaya percepatan pembangunan nasional ini
diantaranya adalah dengan melakukan revolusi karakter bangsa melalui
kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan
mengedepankan aspek Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti: pengajaran
sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Santoso, Almuchtar, dan Abdulkarim (2015, p. 108) menunjukkan bahwa
kelemahan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ada pada sisi
pengajaran yang bersifat monoton tidak inovatif (overload and overlapping
content) dan lebih menitik beratkan hanya pada kognitif, sedangkan afektif
dan psikomotorik ditiadakan serta tidak dimasukan pada ujian nasional

BAB III
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Global


Berbasis Multikultural

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) baik dalam pengertian citizenship


education maupun civic education memiliki peran sangat strategis dalam
pembangunan karakter bangsa baik dalam konteks nasional maupun
global. Dalam konteks nasional PKn secara pedagogis adalah program
kurikuler yang memiliki visi mendidik warga negara demokratis melalui
pendidikan formal sebagai mata pelajaran baik di persekolahan maupun di
perguruan tinggi dengan memberikan pengalaman kepada individu untuk
belajar tentang hak dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat yang
demokratis.
Kecenderungan globalisasi membawa dampak dalam berbagai kehidupan.
Globalisasi telah menciptakan ruang-ruang yang mendukung setiap warga
negara untuk secara bebas mengekspresikan gagasannya melalui
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat kita lihat
bahwa globalisasi tidak hanya ketergantungan ekonomi semata, melainkan
transformasi tentang ruang dan waktu dalam kehidupan manusia
(Giddens, 2000 p 35). Tanpa disadari tindakan yang dilakukan oleh
seseorang akan berimplikasi secara global dan mempengaruhi kehidupan
orang lain. Hutan yang sengaja di bakar di suatu wilayah akan berdampak
terhadap lingkungan serta ekosistem sehingga menyebabkan
meningkatnya emisi karbon dan berdampak pada keanekaragaman hayati
(Tacconi, 2003). Pencemaran dan kabut asap yang dihasilkan tentunya
berdampak bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup di negara lainnya
Tacconi, 2003; Rasyid, 2014). Menurut Rasyid, (2014 p 47) terjadinya
kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 1997s.d 1998, 2002 s.d 2005
telah menghasilkan kabut asap yang dirasakan di negara lain seperti
Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam serta mengganggu
transportasi udara antar negara. Kondisi ini juga berulang pada tahun
2016 dan 2017 yang lalu. Selain itu, sebuah lagu yang dinyanyikan
seseorang akan begitu cepat diikuti dan menjadi trend bagi anak-anak
muda di negara lain. Contohcontoh ini menunjukkan globalisasi
merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi akibat kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi. Arus globalisasi yang melintasi
batas-batas negara akan berdampak pada lunturnya nilai-nilai luhur yang
dimiliki suatu bangsa (Murdiono, Sapriya, Wahab, & Maftuh, 2014 p 150).
Ketidakmampuan seseorang dalam memfilter dan mengikuti trend
globalisasi akan membawa pengaruh negatif bagi kehidupan. Akan tetapi
jika trend globalisasi dimanfaatkan untuk membangun kecakapan diri,
maka globalisasi menjadi sarana untuk mengedukasi warga negara dalam
menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya, orang lain, dan
lingkungan pada tingkat lokal maupun global. Pengajaran dan
pembelajaran ilmu sosial di era global seperti ini cenderung melakukan
transformasi yang begitu cepat (Sapriya, 2014 p 49). Hal ini sangat
penting untuk memperkuat eksistensi warganegara dalam menghadapi,
mengatasi, bahkan menyelesaikan berbagai isu-isu global yang menjadi
ancaman bagi manusia dan alam semesta.

B. ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membentuk insan


Indonesia menjadi manusia yang cerdas sekaligus berkarakter. Hal ini
sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut UU No.20
tahun 2003 Bab 2 Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka, mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan


yang utama adalah menjadikan peserta didik orang yang baik, kemudian
menjadikan ia orang yang pintar, namun sekolah menjadi jalur pendidikan
formal yng masih menjadi tumpuan utama untuk mencapai tujuan
pendidikan selama ini disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan
akademik dan mengesampingkan aspek kecerdasan emosi dan spiritual.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan


yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga Negara yang
mempunyai karakter. Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan terhadap
pengembangan karakter dikemukakan oleh (Samsuri, 2011:20) yang
menyatakan pendidikan kewarganegaraan memiliki dimensi - dimensi yang
tidak bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas
publik. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membangun
karakter (character building) Bangsa Indonesia yang antara lain:
a) Membentuk kecakapan partisipasi warga Negara yang bermutu dan
bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b) Menjadikan warga Negara yang cerdas, aktif dan demokratis, namun
tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa, dan,
c) Mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan,
persamaan, toleransi, dan bertanggung jawab.
C. PENGUATAN KARAKTER RELIGIUS DALAM PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Penelitian ini bertujuan untuk memahami penguatan karakter religius
melalui program kebaktian dalam pendidikan kewarganegaraan. Fokus
penelitian ini adalah bagaimana program kebaktian dapat memperkuat
karakter religius dan upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam
mendukung program tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi,
studi literatur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)
program ibadah kebaktian menggambarkan visi dan misi sekolah SMPK
BPK Penabur Cimahi. Program ibadah kebaktian sebagai penjabaran dari
visi BPK Penabur Cimahi yaitu Menjadikan Lembaga Pendidikan Kristen
Yang Unggul dalam Iman, Ilmu dan Pelayanan, (2) implementasi
pelaksanaan ibadah kebaktian sebagai penguatan karakter religius SMPK
BPK Penabur Cimahi tidak terlepas dari pembangunan nilai-nilai karakter
religius peserta didik. Nilai-nilai tersebut ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan kewarganegaraan yang merujuk kepada kegiatan ibadah
kebaktian yang sudah dijadikan program kegiatan wajib sebagai
pembiasaan di sekolah tersebut, (3) faktor penghambat dan pendukung
yang dihadapi adalah perihal tempat pelaksanaan ibadah kebaktian yang
kurang menarik, waktu pelaksanaan ibadah yang dilaksanakan pada siang
hari, pemilihan tema ibadah. Sedangkan faktor pendukung berupa
bantuan dari stakeholder seperti guru yang terkordinir dan saling bekerja
sama dalam tercapainya tujuan dari program ibadah kebaktian ini
ditambah sekolah memberikan ruang kepada siswa khususnya para
pengurus OSIS untuk memimpin pelaksanaan ibadah kebaktian. Kata
kunci : Karakter Religius, Pendidikan Kewarganegaraan, Program
Kebaktian.

D. Telah banyak pakar pendidikan mendefenisikan konsep pendidikan


multikultural. Secara etimologi istilah pendidikan multikultural terdiri dari
dua term, yaitu pendidikan dan multikultural.
Pendidikan berarti proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam usaha mendewasakan melalui pengajaran,
pelatihan, proses dan cara mendidik. Sedangkan multikultural diartikan
sebagai keragaman kebudayaan, aneka kesopanan. Sedangkan secara
terminologi, pendidikan multikultural berarti proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya
sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam
pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau
proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan multikultural
menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap
harkat dan martabat manusia. Ainul Yakin (2005) mengemukakan bahwa
pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan
pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-
perbedaan budaya yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis,
agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar
proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang berlandaskan pada asas dan prinsip konsep
multikulturalisme yakni konsep keberagaman yang mengakui,menerima
dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan
dengan gender, ras, dan kelas,agama berdasarkan nilai dan paham
demokratis yang membangun pluralisme budaya dalam usaha memerangi
prasangka dan diskriminasi .
Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikultural
Ada tiga prinsip pendidikan multikultural yang
dikemukakan oleh Tilaar (2004:12), antara lain
sebagai berikut:
1) Pendidikan multikultural didasar pada pedagogik
kesetaraan manusia (equity pedagogy).
2) Pendidikan multikultural ditujukan kepada
terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan
mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang
menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaikbaiknya.
3) Prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti bangsa ini
terhadap arah serta nilai- nilai baik buruk yang
dibawanya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah diuraikan nampak


bahwa implementasi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Santo Aloysius Kotawaringin
Timur pada sikap toleransi, adil, dan sikap saling menghormati terhadap
seluruh civitas akademika.
Pendidikan multikultural tersebut sebagai muatan yang tidak tercantum
dalam kurikulum SMA Santo Aloysius Kotawaringin Timur secara jelas, akan
tetapi sebagai penunjang dalam mencapai tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

B. SARAN
Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan sebagai
berikut :
1.Bagi siswa agar dapat melaksanakan dan menjalankan metode diskusi di
dalam pembelajaran supaya siswa-siswi mendapatkan pengetahuan ataupun
wawasan yang luas dan dapat meningkatkan keberanian siswa-siswi dalam
terampil berbicara.

2.Diharapkan kepada siswa supaya tetap belajar walaupun digunakan atau


tidak digunakan metode diskusi dalam pembelajaran karena semua metode
pembelajaran yang digunakan sangat baik dan bermanfaat bagi siswa dan
membuat siswa lebih semangat untuk belajar.

3.Diharapkan juga kepada pihak keluarga, supaya dapat lebih memperhatikan


dunia pendidikan bagi anak-anaknya dan benar-benar memotivasi dan
membimbing anak-anaknya untuk belajar sehingga anak-anak tersebut
terarah dan akan mau belajar dan menjadi anak-anak yang berprestasi di
sekolah maupun di masyarakat.

4.Hendaknya guru bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai


pelaksana kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih memperhatikan dan
membimbing siswa-siswi dan menggunakan metode mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran agar peserta didiknya dapat memahami materi
pelajaran yang diajarkan.

5.Diharapkan juga bagi pihak sekolah, supaya memberikan kemudahan dan


arahan yang berguna untuk peserta didik sehingga peserta didik memiliki
kemampuan atau terampil di dalam segala hal.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (2001) Pengertian Pendidikan Multikultural, Bandung: Satya


Historika. Adam, Asvi, W. (2001). “Pendidikan Kewarganegaraan: Usaha
konkret untuk memperkuat multikulturalisme di Indonesia
,16 Agustus 2001.
Affandi, Idrus. (2005).  Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Global Berbasis Multikultural
Allen, J. (1960). “ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Al-Muchtar, S. ( 2004 ). C. PENGUATAN KARAKTER RELIGIUS DALAM


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Alwasilah, A.C. (2006). Pokoknya Kualitatif.  Jakarta: Pustaka Jaya.
Aly, A. (2005). “Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik”.  Makalah
dipresentasikan pada Seminar Pendidikan Multikultural sebagai Seni
Mengelola Keragaman, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Budaya dan
Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu, 8
Januari 2005.

Anda mungkin juga menyukai