Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

Disusun Oleh:
Kelas R3D
Kelompok 3

Rahmanda Insani 202144500265


Akbar Tri Putra Anugerah 202144500269
Syahrul Nazar 202144500280
Adjie Kurniawan 202144500284
Achmad Maulana Zidan 202144500373
Kezia Fanuel Abilene Kroll 202144500737

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TAKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
bahasa Indonesia tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul Rangkuman Pembelajar Material Teknik . Selain itu,


kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah
membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema material ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Material
Teknik ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 10 Oktober 2022

Kelompok Tiga Material Teknik


Bab I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material atau bahan adalah zat atau benda yang dari mana
sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk
membuat sesuatu. Bahan kadang kala digunakan untuk menunjuk
ke pakaian atau kain. Material adalah sebuah masukan
dalam produksi. Material sering kali adalah bahan mentah - yang
belum diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum
digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Umumnya, dalam
masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yang
belum selesai. Beberapa contohnya adalah kertas dan sutra. aterial
teknik (material engineering) merupakan aplikasi dan peningkatan
sifat (properties) dari suatu material dengan adanya proses, desain,
dan pembentukan suatu material. Material teknik membantu kita
mempelajari dasar hubungan struktur dan sifat bahan, lalu
mendesain struktur bahan tersebut untuk mendapatkan sifat-sifat
yang diinginkan. Ada tiga kelas utama pada jenis material teknik,
yaitu logam, keramik, dan polimer. Kemudian ada tambahan satu
lagi, yaitu material komposit. Dalam dunia industri sering kali kita
dihadapkan pada situasi di mana harus memilih suatu material
yang akan digunakan, banyak pertimbangan akan dilakukan tetapi
umumnya kita akan memilih material yang terbaik atau mendekati
untuk diaplikasikan. Oleh karena itu pemahaman mengenai
material teknik menjadi hal yang mutlak bagi seorang insinyur atau
ilmuwan.
Material teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam
dan bukan logam. Selain dua kelompok tersebut ada kelompok lain
yang dikenal dengan nama metaloid (menyerupai logam) yang
sebenarnya termasuk bahan bukan logam. Logam dapat
digolongkan pula dalam kelompok logam ferro yaitu logam yang
mengandung unsur besi, dan logam non ferro yaitu logam yang
tidak mengandung unsur besi. Dalam penggunaan dan pemakaian
pada umumnya, logam tidak merupakan logam murni melainkan
logam paduan. Logam murni dalam pengertian ini adalah logam
yang tidak dicampur dengan unsur lainnya atau pengertian lain
yaitu yang diperoleh dari alam (hasil tambang) dalam keadaan
murni dengan kadar kemurnian mencapai 99,99 %. Dengan
memadukan dua logam atau lebih dapat diperoleh sifat-sifat yang
lebih baik dari pada logam aslinya. Memadukan dua logam yang
lemah dapat diperoleh logam paduan yang kuat dan keras.
Misalnya tembaga dan timah, keduanya adalah logam yang lunak,
bila dipadukan menjadi logam yang keras dan kuat dengan nama
perunggu. Besi murni adalah bahan yang lunak sedangkan zat
arang/karbon (bukan logam) adalah bahan yang rapuh, paduan besi
dengan zat arang menjadi baja yang keras dan liat. Logam pada
umumnya terdapat di alam (tambang) dalam bentuk bijih-bijih
berupa batuan atau mineral. Bijih logam tersebut masih terikat
dengan unsur-unsur lain sebagai oksida, sulfida atau karbonat
1.2 METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah pembelajaran ulang dan pemahaman kelompok kami, yaitu
dilakukan dengan cara merangkum serta mengolahan dan membuat
kembali soal dan meneliti jawaban yang sudah kelompok kami
buat dengan pembelajaran luring yang sudah kami lakukan selama
pertemuan dengan dosen mata kuliah Material Teknik. Dengan
adanya metode ini tidak hanya menguraikan, tetapi juga
memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.
1.3 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini merupakan batasan atau point apa saja yang


menjadi landasan untuk diuraikan atau untuk dipecahkan. Untuk
memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sesuai
dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Bagaiman Kelompok ini memecahkan pemahaman akan pembelajaran


material teknik ?
2. Apa saja penggunaan metode yang akan digunakan pada bagian
pembahasan mengenai pemahaman material teknik?
3. Bagaimana Kesimpulan dan Saran kelompok ini setelah membuat
makalah Material Teknik?

1.4 TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk :


Tujuan dari Teknik Material adalah agar menemukan penemuan pengganti
bahan material yang sudah mulai punah, untuk dapat diproduksi. Dasar
dari teknik material menghubungkan unsur kimiawi dari sifat dan struktur
suatu material. Teknik Material dalam perindustrian juga dibutuhkan.

1.5 MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah


sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan


wawasan, informasi, pemikiran, dan ilmu pengetahuan kepada pihak
lain yang berkepentingan.
b. Sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian yang selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan pelajaran Material teknik ini.
c. Tujuan pembuatan makalah salah satunya adalah untuk melatih
penulis agar mampu menyusun karya ilmiah dengan baik dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biskuit
Produk bakery dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu bread (roti), cake
(kue), dan cookies (biskuit). Bread adalah produk dari adonan tepung dan bahan
lain yang mengalami proses fermentasi karena adanya ragi (yeast) (Matz and
Matz, 1978). Cake adalah produk bakery yang terbuat dari terigu, lemak, gula, dan
telur. Pembuatan cake biasanya menggunakan pengembang kimiawi dan
digunakan juga bahan pengembang gluten serta dibutuhkan pembentuk emulsi
kompleks air dalam minyak, dimana lapisan air terdiri dari gula terlarut dan
partikel tepung terlarut (Sunaryo, 1985).
Menurut SNI 2973:2011 tentang biskuit, menjelaskan bahwa biskuit
adalah produk bakery kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang
terbuat dari tepung dengan atau tanpa substitusinya, minyak atau lemak, dengan
atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Secara umum, biskuit adalah produk berbasis serealia yang dipanggang
hingga kadar air kurang dari 5%, sehingga masa simpan akan lebih lama dari
produk bakery lainnya. Beberapa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
biskuit adalah tepung terigu rendah protein 7-8%, lemak, dan gula (Hui, 2014).
Cara pembuatan biskuit umumnya terdiri dari pencampuran, pencetakan, dan
pemanggangan (Smith, 1972).
Biskuit dikatakan berkualitas jikaa setidaknya sudah memenuhi standar
yang ditetapkan oleh instansi atau peraturan negara terkait. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia 2973 tahun 2011 tentang syarat mutu biskuit dapat dilihat
pada Tabel.
Tabel Syarat Mutu Biskuit 2973 tahun 2011
2.2 Bahan-Bahan Pembuat Biskuit

Dalam pembuatan biskuit diperlukan berbagai bahan untuk


menghasilkan karakteristik biskuit pada umumnya. Menurut Matz and
Matz (1978), bahan-bahan pembuat biskuit terbagi menjadi dua bagian,
yaitu bahan yang berfungsi sebagai pengikat misalnya tepung terigu dan
air serta bahan yang berfungsi sebagai pelembut tekstur misalnya gula dan
bahan pengembang. Bahan-bahan lain juga ditambahkan sesuai dengan
karakteristik biskuit yang diinginkan.

2.3 Tepung terigu

Bahan dasar tepung terigu adalah gandum, tidak ada bahan dasar
lain sebagai pengganti gandum untuk membuat tepung terigu karena
gandum merupakan satu-satunya jenis biji-bijian yang mengandung gluten
(Marliyati et al., 1992). Berdasarkan kandungan proteinnya, tepung terigu
dibagi menjadi tiga yaitu hard flour (12-13%), medium hard flour ( 9,5-
11%), dan soft wheat (7-8,5%). Biskuit biasanya menggunakan tepung
terigu soft wheat atau rendah protein agar pengembangan adonan akibat
gluten yang terbentuk tidak terjadi berlebihan dimana sifat gluten tidak
begitu kuat. Fungsi tepung terigu selama pencampuran adonan adalah
menjaga semua bahan tersebar merata, membentuk jaringan dan kerangka
biskuit, menjaga gas selama fermentasi dan pemanggangan (Hui, 2014).

Gluten adalah massa adonan yang bersifat liat dan elastis. Gluten
ini terbentuk dari fraksi glutenin dan gliadin yang bereaksi dengan air.
Glutenin dan gliadin merupakan protein yang paling banyak dalam terigu
(masing-masing sekitar 40% total protein) dan paling penting dalam
pembuatan biskuit. Kedua protein ini jika dicampur bersama air akan
membentuk adonan liat dan elastis yang disebut gluten. Fraksi glutenin
bersifat padat atau kenyal sedangkan fraksi gliadin bersifat lunak dan
lengket sehingga bersifat sebagai pengikat. Karena sifatnya yang liat dan
elastis, maka gluten mampu menahan gas selama pemanggangan. Dengan
demikian gluten sangat berperan dalam proses pengembangan produk roti
(Winarno, 2004).

Pada biskuit bukan pengembangan adonan yang diperlukan seperti


pada pembuatan roti (Astawan, 2001). Rendahnya gluten membuat daya
serap air adonan menjadi rendah sehingga adonan tidak banyak
mengandung air.

2.4 Gula

Gula adalah bahan utama dalam membuat biskuit karena memberi


rasa manis, memberi tekstur yang bagus, dan mengatur warna yang lebih
baik. Gula yang biasa digunakan adalah gula kristal (sukrosa) (Eliason,
1996). Selain memberi rasa dan aroma, sifat higroskopis gula menjaga
kadar air biskuit sehinggamemperpanjang masa simpannya. Gula juga
berperan dalam pembentukan warna akibat reaksi Maillard (Hui, 2014).
Gula-gula pereduksi dapat bereaksi dengan protein membentuk warna
gelap atau reaksi pencokelatan (Winarno et al., 1984).

Penggunaan gula harus tepat dalam takaran dan bentuknya (Matz


and Matz, 1978). Semakin tinggi kadar gula dalam adonan biskuit akan
membuat tekstur biskuit menjadi keras. Dengan adanya penambahan gula,
maka waktu pemanggangan tidak boleh terlalu lama, agar tidak hangus
karena sisa gula yang masih terdapat dalam adonan dapat mempercepat
proses pembentukan warna yang tidak diinginkan. Dan penggunaan gula
berlebih tidak disarankan untuk kesehatan karena menimbulkan obesitas.
Biasanya sebuah industri menyiasati biaya produksi dengan penambahan
pemanis berkalori yang biasanya lebih murah.

2.4 Minyak Goreng

Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak goreng ini merupakan


revisi SNI 01-3741-2002 Minyak goreng. Standar ini dirumuskan dengan
tujuan sebagai berikut: - Menyesuaikan standar dengan perkembangan
teknologi terutama dalam metode uji dan persyaratan mutu; -
Menyesuaikan standar dengan peraturan-peraturan baru yang berlaku; -
Melindungi kesehatan konsumen; - Menjamin perdagangan pangan yang
jujur dan bertanggung jawab; - Mendukung perkembangan dan
diversifikasi industri minyak goreng. Standar ini dirumuskan dengan
memperhatikan ketentuan pada:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 tentang


Perindustrian.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen.

4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang


Label dan Iklan Pangan.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2004 tentang


Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


722/MENKES/PER/IX/1988, tentang Bahan Tambahan Makanan atau
revisinya.

8. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.


24/M-IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode
Daur Ulang pada Kemasan Pangan dari Plastik.

9. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.


75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (Good Manufacturing Practices).
10. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan.

11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Standar ini
dirumuskan oleh Panitia Teknis 67-04, Makanan dan Minuman, yang telah
dibahas melalui rapat teknis, dan disepakati dalam rapat konsensus pada
tanggal 25 November 2011 di Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut wakil
dari konsumen, produsen, lembaga pengujian, lembaga ilmu pengetahuan
dan teknologi, Badan Pengawas Obat dan Makanan dan instansi terkait
lainnya. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 22
Maret 2012 sampai dengan tanggal 21 Mei 2012 dengan hasil akhir
RASNI.

Minyak goreng

1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu,
pengambilan contoh, dan cara uji minyak goreng selain minyak goreng
sawit.

2 Acuan normatif Untuk acuan tidak bertanggal berlaku edisi terakhir


(termasuk revisi dan atau amandemen) SNI 0428, Petunjuk pengambilan
contoh padatan.

3 Istilah dan definisi

3.1 minyak goreng bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida


berasal dari bahan nabati kecuali kelapa sawit, dengan atau tanpa
perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui
proses rafinasi/pemurnian yang digunakan untuk menggoreng

4 Komposisi

4.1 Bahan baku Minyak nabati selain kelapa sawit.


4.2 Bahan tambahan pangan bahan tambahan pangan yang diijinkan untuk
minyak goreng sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5 Syarat mutu Syarat mutu minyak goreng sesuai Tabel 1 dibawah ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penutupan dan kesimpulan pada pembelajaran material teknik ini
adalah mengetahui pengertian atau makna, jenis-jenis dan
pemahaman akan Label pada pemahaman standar produk,standar
material dan SNI. Dan jenis material yang banyak dipakai dalam
proses rekayasa dan industri.
B. SARAN
1) Dalam proses pengerjaan modul diharapkan untuk anggota
kelompok untuk ikut berkontribusi semua agar pengerjaan modul
dapat selesai dengan baik.
2) Untuk penjelasan diharapkan pada pertemuan selanjutnya suara
lebih dapat diperjelas atau lebih keras.
3) Untuk Pengerjaan modul agar tidak copas dari kelompok lain atau
sumber manapun.

Anda mungkin juga menyukai