LAPORAN III
Desain Jaringan Penukar Panas
Pembimbing :
Zulfansyah, ST., MT
Koordinator :
Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA.
Kelompok 2021-01-25
Kelompok 2021-01-25
Arum Khomis Rahmatullaily 1807111377
Elna Purwanti 1807124724
Catatan :
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Block Flow Diagram Tahap Penyiapan Bahan Baku .........................5
Gambar 2.2 Block Flow Diagram Tahap Reaksi Karboksimetilasi .......................7
Gambar 2.3 Block Flow Diagram Tahap Pemisahan dan Pemurnian ....................9
Gambar 3.1 Suhu Sumber dan Target untuk Integrasi Panas ...............................10
Gambar 3.2 Grafik antara ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 dan cost (Smith, 2005).....................................13
iii
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan III 1
Dibuat Diperiksa Disetujui
Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
asam monokloroasetat. Konsentrasi larutan NaOH dan larutan asam kloroasetat
yang digunakan 35% dan 78%. Suhu optimum umpan masuk diantara 35-40oC dan
umpan keluar reaktor pada suhu 35oC (NIIR Project, 2018). Di dalam rotary
reactor, terjadi tahap alkalisasi dan karboksimetilasi. Tahap alkalisasi yaitu
pereaksian antara selulosa dengan NaOH membentuk alkali selulosa kemudian
dilanjutkan dengan reaksi karboksimetilasi antara alkaliselulosa dengan garam
natrium monokloroasetat. Selain pembentukan karboksimetil selulosa terjadi juga
pembentukan produk samping pembentukan natrium glikolat dari hidrolisis asam
monokloroasetat.
Tahapan reaksi yang terjadi dituliskan sebagai ber ikut (Thielking &
Schimidt, 2006):
1. Reaksi alkalisasi selulosa
[C6H10O5] + NaOH → [C6H9O5Na] + H2O
2. Reaksi netralisasi asam kloroasetat dan NaOH
[C6H9O5Na] + NaOH → ClCH2COONa+ H2O
3. Reaksi Alkali selulosa dengan garam klorosetat
[C6H9O5Na] + ClCH2COONa → [C8H11O7Na] + NaCl
Secara keseluruhan reaksi utama yang terjadi, sebagai berikut (Ismail et al.,
2010):
[C6H10O5] + ClCH2COOH + 2NaOH → [C8H11O7Na] + NaCl + 2H2O .. (2.1)
Selain reaksi diatas, terjadi reaksi samping pembentukan sodium glikolat
(Ismail et al., 2010):
ClCH2COOH + 2NaOH → C2H3O3Na + NaCl + H2O ............... (2.2)
Reaksi yang terjadi bersifat eksotermis untuk menjaga kenaikan suhu
dimasukan udara ke dalam reaktor. Udara keluar reaktor akan membawa 1%
produk. Produk yang terbawa udara dipisahkan menggunakan cyclone (NIIR
Project, 2018). Di sisi lain, Produk berupa slurry dikeluarkan dari reaktor dan
dimasukkan ke dalam storage aging dan didiamkan selama 8–10 jam untuk
mematangkan produk (Thielking & Schimidt, 2006). Suhu optimum pematangan
produk 50-55 oC. Produk basah setelah didiamkan dalam storage aging kemudian
dikeringkan dengan rotary dryer hingga 5% air. Produk kering yang keluar dari
pengering dihaluskan dengan menggunakan ball mill kemudian didinginkan dan
Laporan III 2
Dibuat Diperiksa Disetujui
Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
keluar pada suhu 35˚C. Produk dikemas menggunakan paper sack. Ukuran paper
sack yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas produksi.
Laporan III 3
Dibuat Diperiksa Disetujui
Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Laporan III 4
Dibuat Diperiksa Disetujui
Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
Laporan III 6
Dibuat Diperiksa Disetujui
Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
2.3 Tahap Pemisahan
Tahap pemisahan mengacu pada US Patent 2510355 dan NIIR Project.
Produk yang terbawa oleh udara dari rotary reactor (R-201) dipisahkan oleh
cyclone I (CY-301). Produk yang berhasil dipisahkan oleh cyclone I (CY-301) akan
dimasukan ke dalam silo (TK-301). Sedangkan, produk yang tidak berhasil
dipisahkan oleh cyclone I (CY-301) dimasukan ke dalam cyclone II (CY-302)
menggunakan blower (B-301). Kemudian, aliran product slurry, aliran cyclone I
(CY-301), dan aliran cyclone 2 (CY-302) disimpan di dalam silo (TK-301) dan
dikurangi kadar airnya menggunakan rotary dryer (RD-301). Udara diumpankan
ke dalam rotary dryer (RD-301) menggunakan blower (B-302) dan dipanaskan
terlebih dahulu menggunakan Heater (E-301). Produk yang keluar dari rotary dryer
(RD-301) dihaluskan menggunakan ball mill (BM-301) hingga berukuran 200
mesh. Produk kering dari ball mill (BM-301) berupa carboxymethyl cellulose
dengan kemurnian 61%.
Laporan III 8
Dibuat Diperiksa Disetujui
Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB III
ASUMSI PENDEKATAN DAN JUSTIFIKASI DALAM
PENYUSUNAN DESAIN JARINGAN PENUKAR PANAS
Gambar 3.1 Suhu Sumber dan Target untuk Integrasi Panas (Seider, 1999)
Laporan III 10
Dibuat Diperiksa Disetujui
Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
Ketika jumlah kebutuhan pemanasan tidak sama dengan jumlah kebutuhan
pendinginan beberapa suhu sumber mungkin tidak cukup tinggi atau rendah untuk
mencapai beberapa suhu target melalui pertukaran panas maka diperlukan penukar
panas tambahan untuk pemanasan atau pendinginan melalui penggunaan utilitas
seperti steam dan cooling water. Laju kapasitas panas atau C, didefinisikan untuk
setiap aliran sebagai hasil dari laju aliran dan kapasitas panas spesifiknya
𝐶 = 𝑚. 𝐶𝑝
Dimana,
𝐶 = Laju kapasitas panas (MW/oC)
𝑚 = Laju aliran (kg/jam)
𝐶𝑝 = Kapasitas panas spesifik (kJ/kg.oC)
maka untuk setiap aliran,
∆𝐻
𝐶= ∆𝑇
Dimana,
∆𝐻 = Entalpi (MW)
∆𝑇 = Perbedaan suhu (oC)
(Seider, 1999).
Laporan III 11
Dibuat Diperiksa Disetujui
Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
3.1.3. Maximum Energy Recovery (MER)
Maximum Energy Recovery (MER) dihitung sebelum merancang Heat
Exchanger Network (HEN) untuk menentukan persyaratan utilitas pada jaringan
yang paling efisien. Salah satu teknologi untuk menentukan MER adalah pinch
technology. Pinch technology digunakan untuk merancang jaringan alat penukar
panas dengan mengintegrasikan hot stream dengan cold stream. Tujuan yang ingin
dicapai adalah pemanfaatan panas yang ada di dalam aliran proses semaksimal
mungkin atau penggunaan energi seminimal mungkin.
3.1.4. Composite Curve (Kurva Komposit)
Kurva composite adalah kurva antara suhu dengan entalpi. Kurva ini terdiri
dari suhu pada sumbu ordinat dan entalpi pada sumbu absis. Kurva ini
menggambarkan panas yang ada di dalam proses (QH) dan panas yang diperlukan
pada proses (QC). Terminologi pinch dipahami lebih jelas dalam kaitannya dengan
tampilan grafis, diperkenalkan oleh Umeda et al. (1978), di mana kurva pemanasan
dan pendinginan komposit berada diposisikan tidak lebih dekat dari ∆Tmin. Metode
ini melibatkan langkah-langkah berikut:
1) Tentukan kurva komposit hot, yaitu lintasan temperature enthalpy yang
mewakili semua aliran panas dalam proses sebagai fungsi suhu.
2) Tentukan kurva komposit cold, yaitu lintasan temperature enthalpy yang
mewakili semua aliran dingin dalam proses, sebagai fungsi suhu.
3) Tentukan ∆Tmin
4) Kemudian kurva komposit hot digeser kearah kanan atau kiri. Jarak antara
kurva komposit hot dan cold yang memenuhi nilai ∆Tmin merupakan suhu
pinch hot dan suhu pinch cold.
Setelah kurva komposit hot dan cold disejajarkan untuk memenuhi nilai ∆Tmin yang
diperlukan, kita dapat mengidentifikasi target MER langsung dari diagram suhu
entalpi, yaitu jumlah minimum beban pemanasan (Q𝐻 min) dan utilitas pendinginan
utilitas (Q𝐶 min).
Dalam desain target Maximum Energy Recovery (MER),nilai ∆𝑇𝑚𝑖𝑛
sangatlah penting. Hal ini berpengaruh dengan energi yang dapat direcovery dan
capital cost. Korelasi antara ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 , energy dan capital cost dapat dilihat pada
Gambar 3.2 sebagai berikut.
Laporan III 12
Dibuat Diperiksa Disetujui
Elna Purwanti Arum Khomis
Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
Gambar 3.2 mengilustrasikan apa yang terjadi pada biaya sistem sebagai
posisi relatif dari kurva komposit berubah selama rentang nilai ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 . Energi target
meningkat, biaya modal menurun. Ini hasil dari meningkat perbedaan suhu selama
proses, menurun area perpindahan panas. Di sisi lain, biaya energi meningkat
seiring dengan peningkatan ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 . Ada trade-off antara energi dan biaya modal dan
jumlah energi recovery. Untuk mencapai ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 kecil dalam suatu desain
membutuhkan penukar panas yang menunjukkan murni aliran berlawanan arah.
Dengan penukar panas shell-and-tube ini tidak mungkin, bahkan jika single-shell
pass dan single tube desain digunakan, karena aliran sisi shell mengambil aliran
silang periodik. Akibatnya, beroperasi dengan ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 kurang dari 10oC harus
dihindari (Smith, 2005).
Nilai ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 yang lebih kecil memberikan recovery energi yang tinggi
sehingga lebih sedikit penggunaan energi (biaya operasi lebih sedikit), namun
membutuhkan area perpindahan panas yang lebih besar (biaya modal lebih tinggi)
dibandingkan dengan ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 yang lebih besar. Jika nilai ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 lebih besar, recovery
energi lebih rendah dengan penggunaan energi eksternal lebih tinggi (biaya operasi
lebih tinggi) dan lebih kecil luas perpindahan panas (biaya modal lebih kecil)
(Bakar et al., 2016). Dalam desain jaringan penukar pabrik carboxymethyl cellulose
(CMC) ini ditetapkan ∆𝑇𝑚𝑖𝑛 = 10oC.
Laporan III 13
Dibuat Diperiksa Disetujui
Elna Purwanti Arum Khomis
Rahmatullaily
DAFTAR PUSTAKA
14
Ltd.
Thielking, H., & Schimidt, M. (2006). Cellulose Ethers. In Ullmann’s Encyclopedia
of Industrial Chemistry (pp. 381-397).
Van Daam, J. E. G. (2002). Coir Processing Technologies: Improvement of Drying,
Softening, Bleaching and Dyeing Coir Fibre/Yarn and Printing Coir Floor
Coverings. FAO and CFC : Netherlands
Waldek, W. (1979). Manufacture of Carboxymetyhlcellulose (US2510355)
Yoro, K. O., Sekoai, P. T., Isafiade, A. J., & Daramola, M. O. (2019). A review on
heat and mass integration techniques for energy and material minimization
during CO2 capture. International Journal of Energy and Environmental
Engineering, 10(3), 367–387.
15