Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PRARANCANGAN PABRIK

Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022

Prarancangan Pabrik Carboxymethyl Cellulose dari Bagasse


Dengan Kapasitas 6000 Ton/Tahun

LAPORAN III
Desain Jaringan Penukar Panas

Pembimbing :
Zulfansyah, ST., MT

Koordinator :
Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA.

Kelompok 2021-01-25

Arum Khomis Rahmatullaily 1807111377


Elna Purwanti 1807124724

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau
2023
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Genap Tahun 2021/2022
LAPORAN III
DESAIN JARINGAN PENUKAR PANAS

Prarancangan Pabrik Carboxymethyl Cellulose dari Bagasse

Kelompok 2021-01-25
Arum Khomis Rahmatullaily 1807111377
Elna Purwanti 1807124724

Catatan :

Pekanbaru, Maret 2023


Disetujui
Pembimbing

Zulfansyah, S.T., M.T.

i
NIP. 19690222 199703 1 001

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Carboxymetyhl Cellulose sebagai Produk Utama.......................................1
1.2 Proses Continue Wyandotte........................................................................2
BAB II DESKRIPSI PROSES..............................................................................4
2.1 Tahap Penyiapan Bahan Baku....................................................................4
2.2 Tahap Reaksi Karboksimetilasi...................................................................6
2.3 Tahap Pemisahan.......................................................................................8
BAB III ASUMSI PENDEKATAN DAN JUSTIFIKASI DALAM
PENYUSUNAN DESAIN JARINGAN PENUKAR PANAS.............10
3.1 Asumsi, Pendekatan dan Justifikasi dalam Penyusunan Desain Jaringan
Penukar Panas..........................................................................................10
3.1.1 Heat Integration.............................................................................10
3.1.2 Heat Exchanger Network (HEN)....................................................11
3.1.3 Maximum Energy Recovery (MER)...............................................12
3.1.4 Composite Curve (Kurva Komposit)..............................................12
3.1.5 Jaringan Untuk Maximum Energy Recovery (MER)......................13
BAB IV DESAIN HEAT EXCHANGER NETWORK....................................14
4.1 Heat Exchanger Network (HEN).............................................................14
4.2 Desain Heat Exchanger Network dengan Metode Composite Curve......13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
LAMPIRAN A Perhitungan Kebutuhan Steam dan Cooling Water
LAMPIRAN B Perhitungan Desain Jaringan Penukar Panas

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Block Flow Diagram Tahap Penyiapan Bahan Baku.........................5


Gambar 2.2 Block Flow Diagram Tahap Reaksi Karboksimetilasi.......................7
Gambar 2.3 Block Flow Diagram Tahap Pemisahan dan Pemurnian....................9
Gambar 3.1 Suhu Sumber dan Target untuk Integrasi Panas...............................10
Gambar 3.2 Grafik antara ∆ T min dan cost.............................................................13
Gambar 4.1 Grafik Curve Composite...................................................................15
Gambar 4.2 Desain Heat Exchanger Network dari data Composite Curve..........16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Beberapa Nilai ∆ T min di Sektor Industri ..............................................11


Tabel 4.1 Data Aliran Panas dan Aliran Dingin....................................................14

iv
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Carboxymetyhl Cellulose sebagai Produk Utama


Carboxymethyl cellulose atau dikenal dengan CMC adalah senyawa
turunan selulosa yang memiliki rumus kimia (C8H11O7Na)n. Struktur
carboxymethyl cellulose merupakan rantai polimer yang terdiri dari molekul
selulosa. Setiap unit hidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan beberapa
atom hidrogen dari gugus hidroksil tersebut disubstitusi oleh carboxymethyl.
Struktur kimia carboxymethyl cellulose dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai
berikut :

Gambar 1.1 Struktur Kimia Carboxymethyl Cellulose (Cahyadi, 2005)

Carboxymethyl cellulose memiliki viskositas yang tinggi, tidak beracun,


dan hipoalergenik. Dalam industri kertas, carboxymethyl cellulose digunakan
untuk meningkatkan kehalusan dan kekuatan pada kertas. Dalam industri
kosmetik dan farmasi, digunakan sebagai pengental pada pembuatan krim atau
sebagai matriks pengisi tablet. Carboxymethyl cellulose juga digunakan dalam
industri pangan untuk meningkatkan konsistensi dan stabilitas emulsi (Posey et
al., 2007).

1.2 Proses Continue Wyandotte


Berdasarkan pertimbangan beberapa proses pembuatan carboxymethyl
cellulose, proses yang dipilih adalah proses continue sehingga akan
menguntungkan dari segi ekonomis. Proses continue cocok untuk kapasitas
produksi yang besar, peralatan yang sederhana, dan investasi kecil. Pembuatan
Laporan III 1
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
carboxymethyl cellulose menggunakan proses Continue Wyandotte mengacu pada
US Patent 2510355 dan NIIR Project. Selulosa yang telah diperoleh selanjutnya
dimasukan kedalam rotary reactor untuk direaksikan dengan larutan NaOH dan
asam monokloroasetat. Konsentrasi larutan NaOH dan larutan asam kloroasetat
yang digunakan 35% dan 78%. Suhu optimum umpan masuk diantara 35-40 oC
dan umpan keluar reaktor pada suhu 35oC (NIIR Project, 2018). Di dalam rotary
reactor, terjadi tahap alkalisasi dan karboksimetilasi. Tahap alkalisasi yaitu
pereaksian antara selulosa dengan NaOH membentuk alkali selulosa kemudian
dilanjutkan dengan reaksi karboksimetilasi antara alkaliselulosa dengan garam
natrium monokloroasetat. Selain pembentukan karboksimetil selulosa terjadi juga
pembentukan produk samping pembentukan natrium glikolat dari hidrolisis asam
monokloroasetat.
Tahapan reaksi yang terjadi dituliskan sebagai ber ikut (Thielking &
Schimidt, 2006):
1. Reaksi alkalisasi selulosa
[C6H10O5] + NaOH → [C6H9O5Na] + H2O
2. Reaksi netralisasi asam kloroasetat dan NaOH
[C6H9O5Na] + NaOH → ClCH2COONa+ H2O
3. Reaksi Alkali selulosa dengan garam klorosetat
[C6H9O5Na] + ClCH2COONa → [C8H11O7Na] + NaCl
Secara keseluruhan reaksi utama yang terjadi, sebagai berikut (Ismail et
al., 2010):
[C6H10O5] + ClCH2COOH + 2NaOH → [C8H11O7Na] + NaCl + 2H2O.........(2.1)
Selain reaksi diatas, terjadi reaksi samping pembentukan sodium glikolat
(Ismail et al., 2010):
ClCH2COOH + 2NaOH → C2H3O3Na + NaCl + H2O.....................(2.2)
Reaksi yang terjadi bersifat eksotermis untuk menjaga kenaikan suhu
dimasukan udara ke dalam reaktor. Udara keluar reaktor akan membawa 1%
produk. Produk yang terbawa udara dipisahkan menggunakan cyclone (NIIR
Project, 2018). Di sisi lain, Produk berupa slurry dikeluarkan dari reaktor dan

Laporan III 2
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
dimasukkan ke dalam storage aging dan didiamkan selama 8–10 jam untuk
mematangkan produk (Thielking & Schimidt, 2006). Suhu optimum pematangan
produk 50-55 oC. Produk basah setelah didiamkan dalam storage aging kemudian
dikeringkan dengan rotary dryer hingga 5% air. Produk kering yang keluar dari
pengering dihaluskan dengan menggunakan ball mill kemudian didinginkan dan
keluar pada suhu 35˚C. Produk dikemas menggunakan paper sack. Ukuran paper
sack yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas produksi.

Laporan III 3
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis Rahmatullaily


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Tahap Penyiapan Bahan Baku


Tahap penyiapan bahan baku menggunakan kombinasi steam explosion
dan soda process yang mengacu pada WO 2009/031164A1. Bagasse dihaluskan
dengan menggunakan roll crusher (RC-101) hingga berukuran ± 2 mm. Bagasse
yang telah dihaluskan disaring dengan menggunakan vibrating screen (VS-101).
Bagasse yang tidak berhasil lolos screening dimasukan kembali ke dalam roll
crusher (RC-101).
Bagasse yang berhasil lolos screening dilunakkan dan dikurangi
kandungan hemiselulosanya oleh saturated steam pada suhu 180oC dengan
menggunakan steam explosion tank (V-101) selama 60 menit. Selama proses
berlangsung, tekanan di dalam steam explosion tank (V-101) dijaga konstan pada
tekanan saturated steam. Setelah itu, tekanan di dalam steam explosion tank (V-
101) diturunkan hingga tekanan atmosfer. Keluaran steam explosion tank (V-101)
berupa pretreated bagasse dimasukan ke dalam flash tank (V-102) untuk
memisahkan steam yang masih tersisa.
Pretreated bagasse selanjutnya didelignifikasi dengan menggunakan
NaOH 20% untuk melarutkan kandungan lignin dan hemiselulosa. NaOH 20%
dibuat dengan melarutkan NaOH 50% di dalam mixer (M-101). Proses
delignifikasi dilakukan di dalam Tangki Delignifikasi (DT-101) pada suhu 150oC
dan tekanan 7 bar selama 2 jam. Selanjutnya, selulosa disaring dan dicuci dengan
menggunakan rotary filter (RF-101).
Selulosa diputihkan menggunakan H2O2 30%. Proses pemutihan dilakukan
di dalam tangki bleaching (BT-101) pada suhu 80oC selama 2 jam. Aliran
keluaran tangki bleaching (BT-101) dicuci menggunakan air di dalam rotary filter
(RF-102) untuk memisahkan H2O2 dari selulosa. Selulosa dikeringkan dengan
menggunakan rotary dryer (RD-101) hingga tersisa 5% air. Tahapan penyiapan

Laporan III 4
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
bahan baku dapat dilihat dari block flow diagram yang ditunjukkan oleh Gambar
2.1.

Laporan III 4
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25

2.2 Tahap Reaksi Karboksimetilasi


Tahap reaksi karboksimetilasi mengacu pada US Patent 2510355 dan
NIIR Project. Selulosa dimasukkan ke dalam rotary reactor (R-201) untuk
direaksikan dengan NaOH 35% dan CH 2ClCOOH 78%. NaOH 35% dibuat
dengan melarutkan NaOH 50% di dalam mixer (M-202). Sedangkan,
CH2ClCOOH 78% dibuat dengan melarutkan CH2ClCOOH 99% di dalam mixer
(M-201). Selanjutnya, NaOH 35% dan CH2ClCOOH 78% dipompakan ke dalam
rotary reactor (R-201) menggunakan pompa (P-203) dan pompa (P-202).
Di dalam rotary reactor (R-201), terjadi reaksi karboksimetilasi
membentuk carboxymethyl cellulose dan reaksi samping hidrolisis CH2ClCOOH
membentuk natrium glikolat. Reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
[C6H10O5] + ClCH2COOH + 2NaOH → [C8H11O7Na] + NaCl + 2H2O
ClCH2COOH + 2NaOH → C2H3O3Na + NaCl + H2O
Reaksi tersebut bersifat eksotermis, sehingga untuk menjaga suhu di dalam
reactor digunakan udara sebagai media penukar panas. Udara diumpankan ke
dalam rotary reactor (R-201) menggunakan blower (B-201). Udara tersebut akan
keluar membawa sebagian produk. Keluaran rotary reactor (R-201) terbagi
menjadi dua aliran. Aliran tersebut adalah aliran udara hangat dan product slurry.
Aliran udara hangat dilanjutkan ke proses pemisahan dan pemurnian. Akan tetapi,
aliran product slurry disempurnakan ikatannya di dalam aging vessel (V-201).
Tahapan reaksi karboksimetilasi dapat dilihat dari block flow diagram yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

Laporan III 6
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
2.3 Tahap Pemisahan
Tahap pemisahan mengacu pada US Patent 2510355 dan NIIR Project.
Produk yang terbawa oleh udara dari rotary reactor (R-201) dipisahkan oleh
cyclone I (CY-301). Produk yang berhasil dipisahkan oleh cyclone I (CY-301)
akan dimasukan ke dalam silo (TK-301). Sedangkan, produk yang tidak berhasil
dipisahkan oleh cyclone I (CY-301) dimasukan ke dalam cyclone II (CY-302)
menggunakan blower (B-301). Kemudian, aliran product slurry, aliran cyclone I
(CY-301), dan aliran cyclone 2 (CY-302) disimpan di dalam silo (TK-301) dan
dikurangi kadar airnya menggunakan rotary dryer (RD-301). Udara diumpankan
ke dalam rotary dryer (RD-301) menggunakan blower (B-302) dan dipanaskan
terlebih dahulu menggunakan Heater (E-301). Produk yang keluar dari rotary
dryer (RD-301) dihaluskan menggunakan ball mill (BM-301) hingga berukuran
200 mesh. Produk kering dari ball mill (BM-301) berupa carboxymethyl cellulose
dengan kemurnian 61%.

Laporan III 8
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB III
ASUMSI PENDEKATAN DAN JUSTIFIKASI DALAM
PENYUSUNAN DESAIN JARINGAN PENUKAR PANAS

3.1. Asumsi, Pendekatan dan Justifikasi dalam Penyusunan Desain


Jaringan Penukar Panas
3.1.1. Heat Integration
Integrasi panas (Heat Integration) diterapkan dalam sistem energi ketika
memeriksa potensi peningkatan pertukaran panas antara sumber panas (Heat
Sources) dan pembuang panas (Heat Sink) untuk mengurangi jumlah utilitas
pemanasan dan pendinginan eksternal yang merupakan cara untuk minimisasi
energi (Yoro et al., 2019).
Pada langkah awal integrasi, suhu sumber dan target, T s dan Tt semua
aliran diketahui. Integrasi panas berupaya memanfaatkan energi di aliran suhu
tinggi yang perlu didinginkan dan/atau terkondensasi menjadi panas dan/atau
menguapkan arus dingin. NH aliran panas (Hot Streams) dengan suhu sumber dan
target T shi dan T thi , dengan i = 1,…,NH didinginkan oleh NC aliran dingin (Cold
Streams) dengan suhu sumber dan target T scj dan T tcj , dengan i = 1,…,NC, seperti
yang ditampilkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut.

Laporan III 10
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
Gambar 3.1 Suhu Sumber dan Target untuk Integrasi Panas (Seider, 1999)

Laporan III 10
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
Ketika jumlah kebutuhan pemanasan tidak sama dengan jumlah kebutuhan
pendinginan beberapa suhu sumber mungkin tidak cukup tinggi atau rendah untuk
mencapai beberapa suhu target melalui pertukaran panas maka diperlukan penukar
panas tambahan untuk pemanasan atau pendinginan melalui penggunaan utilitas
seperti steam dan cooling water. Laju kapasitas panas atau C, didefinisikan untuk
setiap aliran sebagai hasil dari laju aliran dan kapasitas panas spesifiknya
C=m .C p .........................................(3.1)
Dimana,
C = Laju kapasitas panas (MW/oC)
m = Laju aliran (kg/jam)
C p = Kapasitas panas spesifik (kJ/kg.oC)
maka untuk setiap aliran,
∆H
C= .........................................(3.2)
∆T
Dimana,
∆ H = Entalpi (MW)
∆ T = Perbedaan suhu (oC)
(Seider, 1999).

3.1.2. Heat Exchanger Network (HEN)


Tujuan utama dalam sintesis Heat Exchanger Network (HEN) adalah
efisien pemanfaatan energi dalam aliran proses panas menjadi panas pada aliran
proses dingin. Dengan demikian, diinginkan untuk menghitung Maximum Energy
Recovery (MER) sebelum mensintesis Heat Exchanger Network (HEN) yaitu
untuk menentukan utilitas panas dan dingin minimum di jaringan. Untuk langkah
penargetan Maximum Energy Recovery (MER) ini, contoh disediakan oleh
Linnhoff dan Turner (1981). Tiga metode diperkenalkan dalam perkirakan target
MER: (1) metode interval suhu, (2) metode grafis menggunakan pemanasan dan
pendinginan komposit kurva, untuk didefinisikan, dan (3) formulasi dan solusi
masalah pemrograman linier (LP).

Laporan III 11
Dibuat Diperiksa Disetujui

Arum Khomis Rahmatullaily Elna Purwanti


Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
3.1.3. Maximum Energy Recovery (MER)
Maximum Energy Recovery (MER) dihitung sebelum merancang Heat
Exchanger Network (HEN) untuk menentukan persyaratan utilitas pada jaringan
yang paling efisien. Salah satu teknologi untuk menentukan MER adalah pinch
technology. Pinch technology digunakan untuk merancang jaringan alat penukar
panas dengan mengintegrasikan hot stream dengan cold stream. Tujuan yang
ingin dicapai adalah pemanfaatan panas yang ada di dalam aliran proses
semaksimal mungkin atau penggunaan energi seminimal mungkin.
3.1.4. Composite Curve (Kurva Komposit)
Kurva composite adalah kurva antara suhu dengan entalpi. Kurva ini
terdiri dari suhu pada sumbu ordinat dan entalpi pada sumbu absis. Kurva ini
menggambarkan panas yang ada di dalam proses (Q H) dan panas yang diperlukan
pada proses (QC). Terminologi pinch dipahami lebih jelas dalam kaitannya dengan
tampilan grafis, diperkenalkan oleh Umeda et al. (1978), di mana kurva
pemanasan dan pendinginan komposit berada diposisikan tidak lebih dekat dari
∆Tmin. Metode ini melibatkan langkah-langkah berikut:
1) Tentukan kurva komposit hot, yaitu lintasan temperature enthalpy yang
mewakili semua aliran panas dalam proses sebagai fungsi suhu.
2) Tentukan kurva komposit cold, yaitu lintasan temperature enthalpy yang
mewakili semua aliran dingin dalam proses, sebagai fungsi suhu.
3) Tentukan ∆Tmin
4) Kemudian kurva komposit hot digeser kearah kanan atau kiri. Jarak antara
kurva komposit hot dan cold yang memenuhi nilai ∆Tmin merupakan suhu
pinch hot dan suhu pinch cold.
Setelah kurva komposit hot dan cold disejajarkan untuk memenuhi nilai ∆Tmin
yang diperlukan, kita dapat mengidentifikasi target MER langsung dari diagram
suhu entalpi, yaitu jumlah minimum beban pemanasan (Q H min) dan utilitas
pendinginan utilitas (QC min).
Dalam desain target Maximum Energy Recovery (MER),nilai ∆ T min
sangatlah penting. Hal ini berpengaruh dengan energi yang dapat direcovery dan

Laporan III 12
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
capital cost. Korelasi antara ∆ T min, energy dan capital cost dapat dilihat pada
Gambar 3.2 sebagai berikut.

Laporan III 12
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25

Gambar 3.2 Grafik antara ∆ T min dan cost (Smith, 2005)

Gambar 3.2 mengilustrasikan apa yang terjadi pada biaya sistem sebagai
posisi relatif dari kurva komposit berubah selama rentang nilai ∆ T min. Energi
target meningkat, biaya modal menurun. Ini hasil dari meningkat perbedaan suhu
selama proses, menurun area perpindahan panas. Di sisi lain, biaya energi
meningkat seiring dengan peningkatan ∆ T min. Ada trade-off antara energi dan
biaya modal dan jumlah energi recovery. Untuk mencapai ∆ T min kecil dalam suatu
desain membutuhkan penukar panas yang menunjukkan murni aliran berlawanan
arah. Dengan penukar panas shell-and-tube ini tidak mungkin, bahkan jika single-
shell pass dan single tube desain digunakan, karena aliran sisi shell mengambil
aliran silang periodik. Akibatnya, beroperasi dengan ∆ T min kurang dari 10oC harus
dihindari (Smith, 2005).
Nilai ∆ T min yang lebih kecil memberikan recovery energi yang tinggi
sehingga lebih sedikit penggunaan energi (biaya operasi lebih sedikit), namun
membutuhkan area perpindahan panas yang lebih besar (biaya modal lebih tinggi)
dibandingkan dengan ∆ T min yang lebih besar. Jika nilai ∆ T min lebih besar,
recovery energi lebih rendah dengan penggunaan energi eksternal lebih tinggi
(biaya operasi lebih tinggi) dan lebih kecil luas perpindahan panas (biaya modal
lebih kecil) (Bakar et al., 2016). Selain itu, berdasarkan kasus dalam desain MER
pada Seider, et al (1999), proses dengan rentang suhu 30-200oC menggunakan
∆ T min = 10oC . Menurut Rokni (2016), Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan

Laporan III 13
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
beberapa pedoman asumsi awal untuk ∆ T min beberapa proses industri yang
berbeda.

Tabel 3.1 Beberapa Nilai ∆ T min di Sektor Industri


Sektor Industri Nilai ∆ T min
Low Temperature Process (Proses 3-5 oC
Suhu Rendah)
Chemical 10-20 oC
Petrokimia 10-20 oC
Pengilangan Minyak 20-40 oC

Dalam desain jaringan penukar pabrik carboxymethyl cellulose (CMC) ini


ditetapkan ∆ T min sebesar 10oC.

3.1.5. Jaringan Untuk Maximum Energy Recovery (MER)


Setelah ditentukan Maximum Energy Recovery (MER), selanjutnya
didesain jaringan untuk memenuhi Maximum Energy Recovery (MER). Dirancang
dua jaringan penukar panas, satu di sisi panas (hot side) dan satu di sisi dingin
(cold side) dari pinch yang diperkenalkan oleh Linnhoff dan Hindmarsh, yang
menekankan pada penempatan penukar panas berdasarkan pinch. Prosedur desain
jaringan penukar panas untuk memenuhi target maximum energy recovery (MER)
adalah sebagai berikut :
1. Penargetan Maximum Energy Recovery (MER)
Menentukan suhu pinch dan kebutuhan minimum utilitas hot dan dingin.
2. Membuat dua HEN untuk dirancang, dimana sisi kiri adalah hot side dan
sisi kanan adalah cold side.
3. HEN dirancang di hot side dari pinch, mulai dari pinch, dan berakhir ke
suhu target (Tt). Pada pinch, aliran dipasangkan sedemikian rupa sehingga
C C ≥ C H . Secara umum, beban panas dari masing-masing penukar panas
dipilih sebesar mungkin, untuk mengurangi jumlah penukar panas. Dalam

Laporan III 13
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
beberapa kasus, beban dipilih untuk mempertahankan kekuatan pendorong
suhu yang cukup untuk utilitas tambahan. Utilitas panas ditambahkan
untuk memenuhi target suhu dingin (hingga total Q Hmin), utilitas dingin
tidak digunakan pada hot side dari pinch.
4. HEN dirancang di cold side dari pinch mulai dari pinch, dan berakhir ke
suhu target (Tt). Pada pinch, aliran dipasangkan sedemikian rupa sehingga
C H ≥C C . Secara umum, beban panas dari masing-masing penukar panas
dipilih sebesar mungkin, untuk mengurangi jumlah penukar panas. Utilitas
dingin ditambahkan untuk memenuhi target suhu panas (hingga total QC min
), utilitas panas tidak digunakan di cold side dari pinch.

3.1.6. Stream Splitting


Saat merancang HEN untuk memenuhi target MER-nya, stream splitting
harus dilakukan jika jumlah aliran panas di bagian pinch, di cold side, kurang dari
jumlah aliran dingin. Di bawah pinch, utilitas panas tidak dapat digunakan,
sehingga setiap aliran dingin harus dipasangkan dengan aliran panas, untuk
memastikan semua kecocokan memenuhi ∆ T min yang diinginkan. Jadi, ketika
jumlah aliran panas pada pinch kurang dari jumlah aliran dingin, aliran panas
harus dipisah.Demikian pula, jika jumlah aliran dingin pada pinch, di hot side,
kurang dari jumlah aliran panas. Selain itu, pemisahan aliran membantu
mengurangi jumlah penukar panas dalam HEN tanpa meningkatkan beban utilitas
(Seider, et al, 1999).

Laporan III 13
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25
BAB IV
DESAIN HEAT EXCHANGER NETWORK

4.1 Heat Exchanger Network (HEN)


Pada desain heat exchanger network (HEN) dimanfaatkan aliran proses
panas untuk mengubah suhu pada proses aliran dingin sehingga energi yang
digunakan lebih efisien. Berdasarkan proses pembuatan carboxymethyl cellulose
dari baggase terdapat 4 aliran panas dan 11 aliran dingin serta digunakan ΔTmin
= 10 oC. Adapun data aliran panas dan aliran dingin disajikan pada Tabel 4.1
berikut.

Tabel 4.1 Data Aliran Panas dan Aliran Dingin


Aliran Ts (oC) Tt (oC) ΔH (kj/h) ΔH (kW/h) C (kW/ oC)
H1 150 80 40089868,600 11136,075 0,1591
H2 90 35 194576567,197 54049,046 0,9827
H3 55 35 13347240,011 3707,567 0,1854
H4 60 35 151422165,601 42061,713 1,6825
C1 100 150 27578638,652 7660,733 0,1532
C2 30 150 2419843,746 672,179 0,0056
C3 30 80 2759180,867 766,439 0,0153
C4 30 80 29681,015 8,245 0,0002
C5 30 80 514984,299 143,051 0,0029
C6 30 80 1443533,677 400,982 0,0080
C7 30 200 9753635,885 2709,343 0,0159
C8 30 35 2910,649 0,809 0,0002
C9 30 35 7635,500 2,121 0,0004
C10 35 55 89354359,015 24820,655 1,2410
C11 30 150 35362684,215 9822,968 0,0819

Berdasarkan data pada Table 4.1, maka dapat dibuat grafik composite
curve sepeti pada Gambar 4.1. Berdasarkan gambar 4.1, diperolah nilai ΔT = 10
o
C, sehingga diperoleh nilai pinch hot yaitu 110 oC dan pinch cold 100 oC, nilai
𝑄𝐻𝑚𝑖𝑛 sebesar 7,26 MW serta nilai 𝑄C𝑚𝑖𝑛 sebesar 71,21 MW. Kemudian,
dibuat desain heat exchanger network (HEN) dari data tersebut, seperti pada
gambar 4.2 berikut.
Laporan III 14
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
Pra-rancangan Pabrik Karboksimetil Selulosa dari Bagasse
dengan Kapasitas 6000 ton/tahun 2021.03.25

Laporan III 14
Dibuat Diperiksa Disetujui

Elna Purwanti Arum Khomis


Rahmatullaily
DAFTAR PUSTAKA

Anjanikumar, V., & Jyotiprasad. (2009). A Process for Fractionating Bagasse to


Produce High Cellulose (WO2009/031164A1).
Bakar, S. H. A., Hamid, M. K. A., Alwi, S. R. W., & Manan, Z. A. (2016).
Selection of minimum temperature difference (δTmin) for heat exchanger
network synthesis based on trade-off plot. Applied Energy, 162, 1259–1271.
https://doi.org/10.1016/j.apenergy.2015.07.056
Cahyadi. (2005). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Casey, J. P. (1979). Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology (3rd
ed.). New York: John Willey and Sons inc.
Edward, & Gordon, H. (2007). Manufacture of Bagasse Powder
(WO2007/140521A1).
Ismail, N., Bono, A., Valentinus, A., Nilus, A ., & Chng, L. (2010). Optimization
of Reaction Condition for Preparing Carboxymethylcellulose. Journal of
Applied Science, 10(21), 2530-2536.
Kamal, N. (2010). Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxymethyl Cellulose)
terhadap Beberapa Parameter pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi.
17(1):79.
NIIR, P. (2018). Modern Technology of Industrial Chemical. Asia Pacific:
Business Press Inc.
Posey, J.D., Watterson, T.L., Wilson, A.K., Edgar, K.J., Shelton, M.C., &
Lingerfeld, J. (2007). Zero-order release formulation using a novel cellulose
ester. Cellulose, 14, 73-83.

Purba, M. P. B. (2018). Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Selulosa dari


Selulosa Batang Pisang Raja dengan Variasi Natrium Monokloroasetat.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Seider, Warren D., Lewin, Daniel R., & Seader, J.D. (2009). Product and Process
Design Principles Synthesis, Analysisi and Evaluation. 4 th Edition. John
Wiley & Sons.
Smith, R. (2005). Chemical Process Design and Integration. In John Wiley &

17
Sons, Ltd.
Thielking, H., & Schimidt, M. (2006). Cellulose Ethers. In Ullmann’s
Encyclopedia of Industrial Chemistry (pp. 381-397).
Van Daam, J. E. G. (2002). Coir Processing Technologies: Improvement of
Drying, Softening, Bleaching and Dyeing Coir Fibre/Yarn and Printing Coir
Floor Coverings. FAO and CFC : Netherlands
Waldek, W. (1979). Manufacture of Carboxymetyhlcellulose (US2510355)
Yoro, K. O., Sekoai, P. T., Isafiade, A. J., & Daramola, M. O. (2019). A review
on heat and mass integration techniques for energy and material
minimization during CO2 capture. International Journal of Energy and
Environmental Engineering, 10(3), 367–387.

18

Anda mungkin juga menyukai