Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerebrovaskuler Accident (CVA ) Bleeding atau Stroke Hemoragik

merupakan penyebab umum kematian ketiga di negera maju setelah penyakit

kardiovaskuler dan kanker dengan prevelensi setiap tahunnya meninggal akibat

stroke. Apabila tidak ditangani penyakit Cerebrovaskuler Accident (CVA)

Bleeding mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien seperti

kehilangan keseimbangan, pusing secara mendadak dan bisa menyebabkan

penurunan kesadaran (terjadinya peurunan kapasitas intrakranial) bahkan

menyebabkan kematian (Ardilla, et.al, 2020).

World Health Organization (WHO, 2018), terdapat 15 juta orang

menderita stroke setiap tahun. Sekitar 5 juta penderita meninggal, 5 juta

diantaranya menderita stroke, dan 5 juta penderita lainnya mengalami

kecacatan. Untuk Di Indonesia, kejadian penyakit stroke merupakan penyebab

kematian utama hampir di seluruh rumah sakit dengan persentase sekitar 14,5

% (Permatasari, 2020). American Heart Association (AHA) menyebutkan

bahwa stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang paling berbahaya karena

dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan bahkan kematian. Pada

tahun 2018 Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas melaporkan prevelensi CVA

di Indonesia 12,10 per 1.000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun

2013 yang sebesar 8,3% per 1.000 penduduk sedangkan prevelensi Di Jawa

Timur sendiri jumlah penderita stroke yaitu sebesar 25.174 jiwa. Hal ini di

ketahui berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur yang menunjukan

1
2

jumlah hipertensi di jawa timur mencapai 274.000 jiwa yang mana memiliki

faktor resiko stroke (Dinkes Jatim, 2016) Sementara data dari RSUD

Kabupaten Jombang menyimpulkan bahwa CVA Bleeding berada pada urutan

ke dua pasien terbanyak pada tahun 2022 dengan jumlah 1.564 orang dan rata-

rata setiap bulan 94 pasien CVA Bleeding.

Stroke hemoragik (CVA) Bleeding disebabkan oleh hipertensi yang tidak

terkontrol, malformasi arteriovenosa dan aneurisma (Murphy & Werring,

2020). Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun penyempitan

pembuluh darah di otak. Apabila terjadi pecahnya pembuluh darah di otak,

maka akan timbul pendarahan otak dan penyempitan pembuluh darah, maka

aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak kan mengalami kematian.

Kondisi ini menyebabkan penderita umumnya mengalami sakit kepala hebat

secara tiba-tiba, penurunan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan

intrakranial, muntah, kejang dan defisit neurologis seperti kehilangan motorik

yaitu hemiplegia, hemiparesis; kehilangan komunikasi seperti disartria, afasia,

apraksia; gangguan menelan dan gangguan penglihatan (Yusnita, 2022). CVA

Bleeding merupakan keadaan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke otak. Aliran darah yang tidak lancar pada pasien

Cerebrovaskuler Accident (CVA) mengakibatkan gangguan hemodinamik

termasuk saturasi oksigen. Oleh karena itu diperlukan pemantauan dan

penanganan yang tepat karena kondisi hemodinamik sangat mempengaruhi

fungsi pengantaran oksigen dalam tubuh yang ada pada akhirnya akan

mempengaruhi fungsi jantung dan dapat menimbulkan konkulasi atau

penyumbatan pada pembuluh darah ke otak apabila terjadi penyumbatan


3

pembuluh darah akan muncul masalah keperawatan salah satunya adalah

penurunan kapasitas adaptif intrakranial ini terjadi karena adanya penyumbatan

aliran darah otak didaerah coronaradiata dengan gejala penurunan kesadaran,

refleks neurologis yang terganggu. Dampak CVA Bleeding menunjukkan

gejala klinis dan status fungsional yang lebih buruk dibandingkan dengan

stroke iskemik, pasien dengan stroke hemoragik membutuhkan rawat inap

yang lebih lama dan lebih intensif baik dalam penatalaksanaan akut maupun

rehabilitasi. Secara klinis yang sering muncul adanya serangan defisit

neurologis / kelumpuhan fokal seperti : hemiplegia,yaitu lumpuh sebelah badan

kanan atau kiri saja. Kondisi pada pasien stroke beragam, seperti kelumpuhan

anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo , kepala nyeri, penurunan

kesadaran, gangguan rasa, kelumpuhan bahkan sampai kematian(Yusnita,

2022).

Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi setiap makluk hidup. Agar dapat

mengukur berapa banyak persentase oksigen yang terkandung di dalam darah,

atau di dalam air yang diminum atau pun oksigen di udara yang dihirup disebut

sebagai saturasi oksigen (Wahidin, 2020). Saturasi oksigen adalah persentase

oksigen yang telah bergabung dengan haemoglobin dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pada saat yang sama oksigen dilepas untuk

memenuhi kebutuhan jaringan. Gambaran saturasi oksigen diperlukan untuk

mengetahui kecukupan oksigen dalam tubuh sehingga dapat membantu dalam

penentuan terapi lanjut (Martina, 2017). Penatalaksanaan CVA Bleeding dapat

dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis.

Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari penatalaksanaan umum (fase akut


4

dan fase rehabilitasi), pembedahan dan terapi obat-obatan. Pemberian posisi

Head Up merupakan salah satu dari penatalaksanaan non-farmakologis yang

dapat dilakukan pada penanganan awal pasien CVA Bleeding (Hasan, 2018).

Posisi Head Up adalah posisi untuk menaikan kepala dari tempat tidur dengan

sudut sekitar 30 derajat dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar (Kusuma, et al,

2019). Posisi telentang dengan disertai Head Up menunjukan aliran balik dari

interior menuju ke atrium kanan cukup baik, karena resistensi pembuluh darah

dan tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi, sehingga volume darah yang

masuk (venous return) ke atrium kanan cukup baik dan tekanan pengisian

ventrikel kanan (preload) meningkat, yang dapat mengarah ke peningkatan

stroke volume dan cardiac output. Posisi Head Up dapat meningkatkan aliran

darah di otak dan memaksimalkan oksigenisasi jaringan serebral

(Ekacahyaningtyas, et al, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti berharap dapat memberikan

intervensi secara optimal dengan pemberian terapi Head Up untuk

meningkatkan saturasi Oksigen pada pasien dengan CVA Bleeding.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan terapi Head Up terhadap peningkatan saturasi

oksigen pada pasien CVA Bleeding dengan masalah keperawatan Penurunan

Kapasitas Adaptif Intrakranial diruang ICU Sentral RSUD Jombang.


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui terapi Head Up terhadap peningkatan saturasi Oksigen

pada pasien CVA Bleeding dengan masalah keperawatan Penurunan

Kapasitas Adaptif Intrakranial diruang ICU Sentral RSUD Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Melakukan pengkajian pada pasien CVA Bleeding dengan

penerapan terapi Head Up terhadap peningkatan saturasi Oksigen

diruang ICU Sentral RSUD Jombang.

2 Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien CVA Bleeding

dengan penerapan terapi Head Up terhadap peningkatan saturasi

Oksigen diruang ICU Sentral RSUD Jombang.

3 Merencanakan intervensi keperawatan pada pasien CVA Bleeding

dengan penerapan terapi Head Up terhadap peningkatan saturasi

Oksigen diruang ICU Sentral RSUD Jombang.

4 Melakukan implementasi keperawatan terapi Head Up terhadap

peningkatan saturasi Oksigen pada pasien CVA Bleeding dengan

masalah keperawatan penurunan kapasitas intrakranial diruang

ICU Sentral RSUD Jombang.

5 Melakukan evaluasi hasil dari implementasi penerapan terapi Head

Up terhadap peningkatan saturasi Oksigen pada pasien CVA

Bleeding dengan masalah keperawatan penurunan kapasitas

intrakranial diruang ICU Sentral RSUD Jombang.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi

tentang asuhan keperawatan Medikal Bedah dengan masalah

keperawatan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial pada pasien

CVA Bleeding diruang ICU Sentral RSUD Jombang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi klien dan keluarga

Untuk menambah ilmu bagi pasien dan keluarga dan menangani

masalah keperawatan pada pasien atau anggota keluarganya yang

sedang mengalami CVA Bleeding secara mandiri di rumah.

2. Bagi praktik keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi pustaka, sumber

bacaan mahasiswa kesehatan, dan dapat dijadikan sebagai bahan

refrensi oleh peneliti selanjutnya.

3. Bagi perawat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien

cva bleeding yang mengalami penurunan kapasitas adaptif

intrakranial.

4. Bagi Institusi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi pustaka, sumber

bacaan mahasiswa kesehatan, dan dapat dijadikan sebagai bahan

refrensi oleh peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai