Anda di halaman 1dari 4

Apakah Pandemi Telah Membatasi Kegiatan Sosial Antar Mahasiswa?

Interaksi Sosial secara Daring

https://asset.kompas.com/crops/Zudmh-ALOXJWWqmYe_fVrkR4cFY=/256x0:1200x630/750x500/data/photo/2020/03/27/5e7dc6798c2eb.jpg

Sudah setahun lebih seluruh mahasiswa di Indonesia melaksanakan pembelajaran jarak jauh dan sudah setahun juga kita tidak
dapat berinteraksi secara langsung dengan orang banyak. Namun, apakah semua ini merupakan sebuah penghalang kita dalam
melakukan interaksi sosial?

Jawabannya mungkin iya, mungkin tidak. Selama pandemi, mahasiswa masih dapat berinteraksi sosial secara daring
menggunakan aplikasi meeting conference atau aplikasi chatting sehingga mahasiswa masih dapat menjalin suatu hubungan
sosial dengan rekan mahasiswa lainnya.
Namun, kita tidak mampu berinteraksi secara langsung. Sehingga hal ini akan menimbulkan suatu pertanyaan baru. Apakah
hubungan kita dengan rekan mahasiswa lainnya akan tetap terjalin dengan baik? Ataukah dengan adanya pandemi ini maka kita
tidak dapat menjalin sebuah relasi atau hubungan sosial tertentu?

Selama pandemi masih belum berakhir, kita harus melakukan sesuatu agar dapat memastikan interaksi sosial dengan rekan
mahasiswa lain tetap terhubung dengan baik meskipun berada di tempat yang saling berjauhan dengan melakukan pola
komunikasi yang efektif.

Komunikasi adalah salah satu kunci penting dalam menjalin sebuah hubungan dalam interaksi sosial. Dalam Buku “The Process of
Communication” karya Berlo tahun 1960, komunikasi efektif adalah terjadinya perubahan perilaku yang menyebabkan terjalinnya
relasi yang baik antara pemberi dan penerima pesan melalui pertukaran informasi, ide, dan perasaan.

Komunikasi Kunci Interaksi Sosial

https://www.thoughtco.com/thmb/lVJYvhXOIAqKGy7GgY5NmbpBdRk=/1500x1000/filters:fill(auto,1)/What-Is-Communication-1689877-final-
156105491ad948eda15b0960fd2b8c2b.png
Cara pertama yang dapat kita gunakan menurut seorang psikolog bernama Dian Wisnuwardhani adalah dengan belajar
mendengarkan orang lain. Kita harus mampu memahami emosi lawan bicara sehingga lawan bicara akan merasa lebih baik dan
pola komunikasi akan menjadi lebih baik. Akan terjadi keseimbangan emosi sehingga tingkat stres yang dialami kita, sebagai
mahasiswa akan menjadi lebih rendah.

Cara kedua adalah dengan berusaha dapat memahami komunikasi non-verbal. Seringkali kita sebagai mahasiswa merasa stres
dikarenakan tugas yang diberikan selama pandemi lebih banyak daripada sebelum pandemi. Kebanyakan mahasiswa akan
mengeluh saat dihadapkan dengan masalah ini.

Tak jarang mahasiswa akan mengalami kecemasan, ketakutan, dan stres tinggi ketika dihadapkan dengan keadaan sosial
sekarang. Sehingga seringkali emosi tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial kita dengan lawan bicara. Tentunya, hal ini akan
mempengaruhi kestabilan emosi sehingga ‘efek domino’ pun mungkin akan terjadi.

Salah satu solusi adalah dengan memberikan waktu untuk kita dalam mencerna pernyataan yang diberikan oleh lawan bicara
sebelum memberikan respon. Waktu tersebut digunakan untuk memikirkan respon yang tepat untuk memberikan klarifikasi,
menyampaikan pesan, dan menunjukan respon non-verbal.

Hal ini akan menciptakan suasana yang tenang di kedua pihak, baik lawan bicara maupun kita sebagai pembicara. Cara terakhir
adalah dengan menjadi asertif. Dalam masa pandemi, kita perlu bersikap asertif, yang berarti kita dapat mengekspresikan diri
secara bebas, terbuka, dan jujur kepada lawan bicara. Bersikap asertif perlu dilakukan untuk dapat menjaga kestabilan emosional.

Keadaan pandemi ini memaksa mahasiswa untuk melakukan interaksi sosial jarak jauh. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan
suatu alasan untuk tidak melakukan suatu interaksi sosial. Perlu dilakukan pola komunikasi efektif di masa pandemi COVID-19 ini
agar kita, sebagai mahasiswa tetap dapat melakukan interaksi sosial dan menjaga kesehatan mental kita masing-masing.
Reporter: LG 11/ Naomi Anastasya

Editor: LG 12/ Raihan Farros

Anda mungkin juga menyukai